Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 57

DESAIN MESIN PENCACAH SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA


UNTUK PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
Evi Sunarti Antu1), Yunita Djamalu2)
1)
Tim Pengajar pada Program Studi Mesin dan Peralatan Pertanian, Politeknik Gorontalo
2)
Tim Pengajar pada Program Studi Mesin dan Peralatan Pertanian, Politeknik Gorontalo

ABSTRAK

Permasalahan sampah di Indonesia masih belum tertangani dengan baik. Padahal sampah merupakan sumber
penyakit, pencemaran lingkungan dan sumber masalah lainnya. Pada penelitian ini akan dirancang sebuah alat
pengomposan dala skala rumah tangga sehingga sampah organik untuk setiap rumah tangga dapat langsung
diolah dan digunakan. Desain mesin pengomposan dirancang dengan menyesuaikan tinggi badan masayarakat
pada umumnya dengan memperhatikan keamanan dan kenayaman pengguna. Bahan yang digunakan pada
silinder pencacahan dengan laci penyimpanan kompos berupa stainless still agar tidak terjadai korosi atau
berkarat akibat penggunaan bahan sampah yang basah. Penggerak mesin menggunakan dinamo untuk
mempemudah pemakaian. Mesin pengomposan terdapat 4 buah rak/laci. Setiap rak/laci mempunyai volume
0,032 m3. Rata-rata waktu pencacahan sampah organik dengan berat 1200 gram yakni 48 detik. Sehingga
mesin ini mampu mencacah sampah organik dengan kapasitas 25 gr/detik.

Kata kunci : Alat pengomposan, pupuk kompos, sampah, organik

DESIGN AND PERFORMANCE TEST TOOLS FOR HOUSEHOLD


ORGANIC WASTE

ABSTRACT

The problem of waste in Indonesia has not been handled properly. Though garbage is a source of disease,
environmental pollution and other sources of problems. In this study, a composting tool will be designed in
the household scale so that organic waste for each household can be directly processed and used. The design
of the composting machine is designed by adjusting the height of the community in general by paying attention
to the security and comfort of the user. The material used in the enumeration cylinder with a compost storage
drawer, in the form of stainless still so as not to cause corrosion or rust. Due to the use of wet waste material.
The engine drives uses a dynamo to facilitate use. Composting machine has four shelves drawers. Each
shelf/drawer has a volume of 0.032 m3. The average time for enumerating organic waste with a weight of
1200 grams is 48 seconds. So that this machine is able to cut organic waste with a capacity of 25 gr/sec.

Keywords: Composting equipment, compost, garbage, organic

p-ISSN 2502-48-485X Volume 3 Nomor 2, Oktober 2018


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 58

PENDAHULUAN Beberapa kendala yang ada di TPS Moodu


dalam hal pengomposan sampah adalah masih
Permasalahan sampah di Indonesia menggunakan cara manual sehingga pupuk
masih belum tertangani dengan baik. Padahal kompos yang dihasilkan masih relative sedikit
sampah merupakan sumber penyakit, dan tidak memenuhi permintaan ataupun
pencemaran lingkungan dan sumber masalah kebutuhan masyarakat khususnya yang ada di
lainnya.Dari data BPS, 2016Kota Gorontalo kelurahan Moodu. Pertimbangan desain awal
adalah wilayah yang geografisnya terletak di dibuat dengan tong biru bekas sebagai tempat
antara 00.28’.17” – 00 35’.56” Lintang Utara bioreactor pengomposan yang dilubangi
dan 122.59’.44” Bujur Timur. Kota Gorontalo dibawahnya dan ditambahkan lempengan
merupakan salah satu kota yang ada di alumunium sebagai alasnya yang berfungsi
Provinsi Gorontalo. menampung kompos dan kemudian masih
Sembilan kecamatan di Kota diaduk secara manual. Jadi dari desain yang
Gorontalo ini terbagi menjadi 50 Kelurahan di ada dikembangkan dengan kapasitas tampung
mana semua kelurahan sudah termasuk ke hasil kompos lebih besar dan setiap raknya
dalam kategori kelurahan swakarya. Kota bisa di tukar dan tabung penampung dibuat
Gorontalao mempunyai 194 lingkungan, 280 dari alumunium dan menggunakan dynamo
RW dan 984 RT. Luas keseluruhan wilayah untuk menggerakan pisau pengaduk sampah
Kota Gorontalo adalah 79.03 km2 dan terbagi untuk pengomposan. Desain ini lebih
ke dalam 9 kecamatan dan 50 kelurahan ditekankan pada tingkat kepraktisan sistem
diantaranya kelurahan Moodu dengan jumlah pencacahan sampah organik, sistem
penduduk yang dibagi atas 3.927 jumlah jiwa pengadukan otomatis dan wadah hasil
dan 1.078 jumlah KK dan 769 rumah sebagai pengomposan dengan 3 laci. Harga produk
hunian masyarakat sehingga diperkirakan ada harus terjangkau karena ditujukan untuk user
sekitar 769 rumah yang menghasilkan sampah dengan perekonomian menengah kebawah di
baik sampah organic maupun sampah non Kota Gorontalo khususnya Desa Moodu dan
organic untuk diangkut oleh petugas TPS yang ada diseluruh Kota Gorontalo.
pengumpul sampah untuk kemudian Produk disiapkan agar dapat dibuat sendiri
dikumpulkan ke TPS (Tempat Penampungan (DIY/ Do It Yourself) secara mandiri oleh
Sampah) yang ada di kelurahan Moodu. masyarakat Desa Moodu. Hasil produk akhir
Dari data TPS KSM di ketahui sampah diharapkan dapat digunakan secara massal di
rumah tangga di Gorontalo capai 200 ton per kalangan masyarakatk hususnya di Kota
hari namun dari volume sampah Kota Gorontalo sehingga dapat menjadi solusi
Gorontalo, jumlah armada tidak sesuai efektif untuk menyelesaikan permasalahan
sehingga menyulitkan Dinas Lingkungan sampah organik skala rumah tangga dan
Hidup (DLH) Kota Gorontalo dalam membantu TPS yang ada diseluruh Kota
pengangkutan sampah setiap hari."Tiap Gorontalo.
armada dapat mengangkut empat sampai lima
ton per hari, sedangkan jumlah armada se- Justifikasi Permasalahan
Kota Gorontalo hanya 22unit. Sementara itu, Kelurahan Moodu, Kecamatan Kota Timur,
Bank Sampah Mutiara (BSM) di Kelurahan mampu menyerap sampah sebanyak 60 kg
Moodu, Kecamatan Kota Timur, mampu setiap hari. Sampah tersebut terdiri dari
menyerap sampah sebanyak 60 kg setiap hari sampah organik dan sampah non organik
di kelurahan Moodu Kota Gorontalo.Sampah dimana sampah-sampah tersebut diolah
yang terkumpul kemudian dipilah dan dikemas dengan cara dicacah ulang dan dipres namun
oleh empat pekerja KSM, dan dijual ke dalam pengelolaannya proses pengepresan
perusahaan swasta yang akan mengirimkannya masih membutuhkan waktu yang lama karena
ke Surabaya dan Malang untuk didaur ulang sampah organik dan non organik belum
namun ada banyak sampah yang tidak bisa terpisah otomatis dan belum menghasilkan
dikirim dan dijadikan pupuk kompos yang pupuk kompos untuk memupuk padi sawah di
dimanfaatkan dan didistribusikan kepada lahan depan TPS yakni sawah milik
masyarakat sebagai alternatif untuk pemerintah dan juga belum didistribusikan
pengolahan lahan pertanian ataupun ataupun dimanfaatkan untuk lahan sawah
perkebunan masyarakat. masyarakat.

p-ISSN 2502-48-485X Volume 3 Nomor 2, Oktober 2018


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 59

Permasalahan prioritas Tapa, Kabupaten Bonebolango, Sebelah Timur


Politeknik Gorontalo dalam hal ini akan dengan Kecamatan Kabila dan Kecamatan
melakukan pembenahan dan penambahan alat Tilongkabila, Kabupaten Bonebolango,
pengolahan sampah untuk pengomposan sebelah Barat dengan Kecamatan Telaga,
sebagai upaya peningkatan produksi pupuk Batudaa, dan Batudaa pantai Kabupaten
organik bagi usaha tani padi sawah dimana Gorontalo sedangkan sebelah Selatan dengan
mengenai masalah prioritas adalah sebagai Teluk Tomini.
berikut : Setelah melalui beberapa kali proses
1. Masalah alat pencacah sampah organic dan pemekaran kecamatan dan kelurahan, saat ini
non organic yakni alat pencacah sampah Kota Gorontalo terdiri atas 9 (sembilan)
yang rusak sehingga hasil daur ulang belum kecamatan dan 50 kelurahan dengan luasan
maksimal dan belum menghasilkan pupuk masing-masing kecamatan yaitu :
organik.  Kecamatan Kota Barat dengan wilayah
2. Belum menghasilkan pupuk kompos yang seluas 20,08 km2 atau 23,40 %
dapat dimanfaatkan dan didistribusikan  Kecamatan Dungingi dengan luas wilayah
kepada masyarakat sebagai alternatif untuk sebesar 4,67 km2 atau 6,33 %
pengolahan lahan pertanian ataupun  Kecamatan Kota Selatan dengan luas
perkebunan masyarakat. wilayah sebesar 2,81 km2 atau 3,55 %
3. peralatan pengolahan sampah yang belum  Kecamatan Kota Timur dengan luas
dipergunakan dengan maksimal dan belum wilayah sebesar 5,32 km2 atau 6,73 %
dilengkapi dengan system instalasi  Kecamatan Kota Utara dengan luas wilayah
pengolah sampah yang baik sehingga sebsar 8,02 km2 atau 10,15 %
proses pengelolaan sampah belum efektif.  Kecamatan Kota Tengah, dengan luas
wilayah sebesar 4,81 km2 atau 6,08 %
Tujuan Penelitian  Kecamatan Hulonthalangi dengan luas
Dari permasalahan yang ada, solusi persoalan
Wilayah sebesar 14,23km2 atau 18,01 %
yang ditawarkanyang menjadi tujuan dalan
 Kecamatan Dumbo Raya, dengan luas
penelitian ini adalah:
Wilayah sebesar14,03km2 atau 17,75 %
1. Pembuatan alat pengompos sampah organic
 Kecamatan Sipatana dengan luas wilayah
otomatis
:5,05 km2 atau 6.39 %
2. Menganalisis uji kinerja alat pengompos
sampah organik
Sembilan kecamatan di Kota
3. Menghitung lama waktu yang dibutuhkan
Gorontalo ini terbagi menjadi 50 Kelurahan di
untuk membuat pupuk kompos dari sampah
mana semua kelurahan sudah termasuk ke
organik rumah tangga.
dalam kategori kelurahan swakarya. Kota
Gorontalao mempunyai 194 lingkungan, 280
TINJAUAN PUSTAKA
RW dan 984 RT. Luas keseluruhan wilayah
Kota Gorontalo adalah 79.03 km2 dan terbagi
Analisis Situasi
ke dalam 9 kecamatan dan 50 kelurahan
Gambaran Umum Wilayah Kota Gorontalo
diantaranya kelurahan Moodu dengan jumlah
menjelaskan Kondisi Umum Kota Gorontalo
penduduk yang dibagi atas 3.927 jumlah jiwa
yang mencakup : Kondisi Fisik,
dan 1.078 jumlah KK dan 769 rumah sebagai
Kependudukan, Administratif, Keuangan dan
hunian masyarakat sehingga diperkirakan ada
Perekonomian Daerah, Penataan Ruang,
sekitar 769 rumah yang menghasilkan sampah
Struktur Organisasi serta tugas dan tanggung
baik sampah organic maupun sampah non
jawab perangkat daerah.
organic untuk diangkut oleh petugas
Dari data BPS, 2016Kota Gorontalo
pengumpul sampah untuk kemudian
adalah wilayah yang geografisnya terletak di
dikumpulkan ke TPS (Tempat Penampungan
antara 00.28’.17” – 00 35’.56” Lintang Utara
Sampah) yang ada di kelurahan Moodu.
dan 122.59’.44” Bujur Timur. Kota Gorontalo
merupakan salah satu kota yang ada di
Provinsi Gorontalo. Berdasarkan letak Keadaan Tanah dan Geologi
Tanah diartikan adalah lapisan atas bumi yang
geografis, batas administratif kota Gorontalo
merupakan campuran dari pelapukan batuan
sebelah utara berbatas dengan Kecamatan
dan jasad makhluk hidup yang telah mati dan

p-ISSN 2502-48-485X Volume 3 Nomor 2, Oktober 2018


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 60

membusuk. Oleh pengaruh cuaca, jasad memengaruhi serapan hara oleh tanaman.
makhluk hidup tadi menjadi lapuk, mineral- (Gaur, 1980).
mineralnya terurai (terlepas), dan kemudian
membentuk tanah yang subur. Tanah juga Struktur Perekonomian Masyarakat
disebut lithosfer (lith = batuan) karena Struktur perekonomian Kota Gorontalo selama
dibentuk dari hasil pelapukan batuan. periode tahun 2008-2010 didominasi oleh
Berdasarkan data yang dikumpulkan, maka sektor tersier sebesar 76–77 % dengan
jenis tanah yang terdapat di Kota Gorontalo kontribusi terbesar adalah sektor perdagangan,
adalah Ordo Inceptisol. Tanah ini terbentuk hotel dan restoran mencapai 19–21 %. Dimana
pada daerah curah hujan sedang sampai tinggi pada sektor primer yakni pada bidang
dan bisa juga di jumpai pada sepanjang aliran pertanian, pertambangan dan penggalian
sungai. Tanah golongan ini terbentang luas di sedangkan sektor sekunder merupakan
seputar garis khatulistiwa yaitu dari “Tropical penyumbang terbesar kedua pada stuktur
of Cancer“ sampaitropical of capricorn atau perekonomian Kota Gorontalo.
220¬ 30” lintang selatan. berikut ini gambar
sebaran jenis tanah di Kota Gorontalo.

Gambar 2. Peta Layanan TPS KSM

Dari data TPS KSM di ketahui sampah


Gambar 1. Peta Jenis Tanah Kota Gorontalo rumah tangga di Gorontalo capai 200 ton per
hari namun dari volume sampah Kota
Tanah OrdoInceptisol mempunyai Gorontalo, jumlah armada tidak sesuai
sifat fisik yang baik (struktur) tetapi sehingga menyulitkan Dinas Lingkungan
berkemampuan rendah untuk menahan kations Hidup (DLH) Kota Gorontalo dalam
dan membutuhkan pemberian pupuk yang pengangkutan sampah setiap hari."Tiap
agak sering. Kedalaman efektif tanah ini armada dapat mengangkut empat sampai lima
mencapai 150 cm. Kedalam efektif adalah ton per hari, sedangkan jumlah armada se-
suatu keadaan dimana akar bisa masuk sampai Kota Gorontalo hanya 22 unit.
kedalaman tertentu untuk menyerap unsur hara Sementara itu, Bank Sampah Mutiara
sedangkan horison A (top soil) mempunyai (BSM) di Kelurahan Moodu, Kecamatan Kota
kedalaman 0-35 cm. tabel berikut Timur, mampu menyerap sampah sebanyak
menggambarkan informasi keadaan jenis tanah 60 kg setiap hari di kelurahan Moodu Kota
di Kota Gorontalo berdasarkan luasan. Peran Gorontalo.Sampah yang terkumpul kemudian
bahan organik terhadap sifat fisik tanah di dipilah dan dikemas oleh empat pekerja KSM,
antaranya merangsang granulasi, memperbaiki dan dijual ke perusahaan swasta yang akan
aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan mengirimkannya ke Surabaya dan Malang
menahan air. Peran bahan organik terhadap kemudian sisanya untuk didaur ulang menjadi
sifat biologis tanah adalah meningkatkan pupuk kompos namun dikarenakan
aktivitas mikroorganisme yang berperan pada pengolahan pupuk kompos yang manual
fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu sehingga para pekerja di TPS tidak
seperti N, P, dan S. Peran bahan organik membuatnya secara kontinyu.
terhadap sifat kimia tanah adalah
meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga

p-ISSN 2502-48-485X Volume 3 Nomor 2, Oktober 2018


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 61

dynamo sebagai penggerak utama.Alat


diletakan di TPS Moodu ataudapat pula
diletakan dipekarangan rumah untuk skala
rumah tangga. Didalam produk telah terdapat
Starter Composter yang merupakan kompos
awal untuk mempercepat prosespengomposan.
Desain pengomposan sampah organik didesain
menggunakan bahan alumunium agar
Gambar 3. Situasi lokasi pengolahan sampah mendapat image higienis.
di kelurahan Moodu, Gorontalo

Deskripsi Alat TTG dan Produk yang


dihasilkan
Proses desain dilakukan dengan cara
membuat desain pisau pecacah, sistem
pengaduk dan proses penyaringan, Desain
yang dipilih dari literature yang ada adalah
desain dengan sistem paling sederhana yang
mudah dibuat, murah dan praktis
saatdioperasikan. Alternatif desain terpilih
dibuat dari bahan alumunium sebagai tempat Gambar 4. Desain Alat Pengolah Sampah
bioreactor pengomposan yangdilubangi Rumah Tangga Menjadi Pupuk Kompos
dibawahnya dan ditambahkan lempengan
alumunium sebagai alasnya yang berfungsi Cara Penggunaan alat pengomposan :
menampung komposjadi hasil saringan yang  Masukan sampah organik kedalam tong
diletakan diantara dasar tong dengan tabung alumunium melalui hopper samping
alumunium, sedangkan tong alumunium dibuat  Nyalakan dynamo sebagai penggerak
dengan diameter 40 cm dan tinggi 40 cm utama alat pengompos sampah
dengan dudukan ataupun penampung berupa  Ambil hasil kompos jadi didalam laci atas
laci sebagai wadah menampung hasil olahan (bila ada).
pupuk kompos dengan tinggi keseluruhan  Pindahkan laci yang sudah terisi pada
mencapai 40 cm. Pencacah dan pengaduk pagian bawah dan tukar dengan laci
dibuat sekaligus dengan pisau berbentuk kosong lainnya (begitu seterusnya)
sabitdan digerakan otomatis melalui dynamo  Amati berapa hari pupuk kompos jadi
dengan system penghantar putaran yang setelah sampahorganik dimasukan.
sederhana.  Tabur kompos disawah depan TPS Moodu
Sampah organik yang telah dimasukan untuk meneliti keberhasilan produk dalam
dan campuran sampah organik dengan starter hal ini pupuk kompos dari sampah
teraduk secara horizontal danvertikal keatas organik.
kemudian jatuh kembali disebabkan oleh gaya
gravitasi dan begitu pula seterusnya. Hasil Deskripsi Kompos
kompos jadi ditampung dilaci alumunium, Kompos adalah hasil penguraian
dibawah tabung alumunium dengan desain parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-
empat laci agar pengadukan atau bahan organik yang dapat dipercepat secara
pengomposan dapat dilakukan sebanyak 4 kali artifisial oleh populasi berbagai macam
proses dengan cara mengganti laci yang terisi mikroba dalam kondisi lingkungan yang
dengan laci kosong dibawahnya. Tutup hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik.
didesain agar dapat dibuka tutup dengan (Crawford, 2003)
tambahan corong samping sebagai hopper Sedangkan pengomposan adalah
untuk memasukan sampah organic kedalam proses di mana bahan organik mengalami
tong alumuniumPada proses prototyping penguraian secara biologis, khususnya oleh
sistem, desain sistem pengolahan atau mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan
pengaduk sampah menggunakan system organik sebagai sumber energi. Membuat
mekanik sederhana dengan menggunakan kompos adalah mengatur dan mengontrol

p-ISSN 2502-48-485X Volume 3 Nomor 2, Oktober 2018


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 62

proses alami tersebut agar kompos dapat Pengurangan ini dapat mencapai 30– 40% dari
terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi volume/bobot awal bahan.
membuat campuran bahan yang seimbang, Proses pengomposan dapat terjadi secara
pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, aerobik (menggunakan oksigen) atau
dan penambahan aktivator pengomposan. anaerobik (tidak ada oksigen). Proses
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu anaerobik akan menghasilkan senyawa-
bagian organik dan anorganik. Rata-rata senyawa yang berbau tidak sedap, seperti:
persentase bahan organik sampah mencapai asam-asam organik (asam asetat, asam butirat,
±80%, sehingga pengomposan merupakan asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
alternatif penanganan yang sesuai. Kompos
sangat berpotensi untuk dikembangkan Tabel 1. organisme yang terlibat dalam proses
mengingat semakin tingginya jumlah sampah pengomposan
organik yang dibuang ke tempat pembuangan Kelompok Jumlah/gr
akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau Organisme
Organisme kompos
dan lepasnya gas metana ke udara. Secara
alami bahan-bahan organik akan mengalami Bakteri; 109 - 109;
penguraian di alam dengan bantuan mikroba Mikroflora Aktinomicetes; 105 108; 104
maupun biota tanah lainnya. Namun proses Kapang - 106
pengomposan yang terjadi secara alami Mikrofanuna Protozoa 104 - 105
berlangsung lama dan lambat. Untuk Jamur tingkat
mempercepat proses pengomposan ini telah Makroflora
tinggi
banyak dikembangkan teknologi-teknologi
pengomposan. Baik pengomposan dengan Cacing tanah,
teknologi sederhana, sedang, maupun Makrofauna rayap, semut,
teknologi tinggi. kutu, dll

Proses Pengomposan Proses pengomposan tergantung pada :


Proses pengomposan akan segera berlangsung 1. Karakteristik bahan yang dikomposkan
setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses 2. Aktivator pengomposan yang
pengomposan secara sederhana dapat dibagi dipergunakan
menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap 3. Metode pengomposan yang dilakukan
pematangan. Selama tahap-tahap awal proses,
oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah Kompos yang bermutu adalah kompos
terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh yang telah terdekomposisi dengan sempurna
mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan
akan meningkat dengan cepat. Demikian pula bagi pertumbuhan tanaman. Penggunaan
akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. kompos yang belum matang akan
Suhu akan meningkat hingga di atas 50 - 70 menyebabkan terjadinya persaingan bahan
o
C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu nutrien antara tanaman dengan
tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini mikroorganisme tanah yang mengakibatkan
adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba terhambatnya pertumbuhan tanaman. Kompos
yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini yang baik memiliki beberapa ciri sebagai
terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik berikut :
yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam 1. Berwarna coklat tua hingga hitam mirip
kompos dengan menggunakan oksigen akan dengan warna tanah,
menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap 2. Tidak larut dalam air, meski sebagian
air dan panas. Setelah sebagian besar bahan kompos dapat membentuk suspensi,
telah terurai, maka suhu akan berangsur- 3. Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung
angsur mengalami penurunan. Pada saat ini dari bahan baku dan derajat
terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, humifikasinya,
yaitu pembentukan komplek liat humus. 4. Berefek baik jika diaplikasikan pada
Selama proses pengomposan akan terjadi tanah,
penyusutan volume maupun biomassa bahan. 5. Suhunya kurang lebih sama dengan suhu
lingkungan, dan

p-ISSN 2502-48-485X Volume 3 Nomor 2, Oktober 2018


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 63

6. Tidak berbau. 4. Nyalakan mesin pencacah sampah, hasil


cacahan sampah akan keluar pada saringan
bagian bawah tabung silinder mesin dan
METODE PENELITIAN hasilnya akan tertampung pada laci yang
sudah disediakan
Beberapa aspek pokok pengamatan 5. Hasil cacahan sampah organik dicampurkan
yang dilakukan adalah lokasi tempat dengan air, gula dan EM4
pengolahan, kegiatan pemilahan jenis material, 6. Meletakan hasil campuran sampah organik
proses pengolahan dan mesin-mesin yang dengan EM4 dilaci pada bagian alat yang
digunakan untuk pengolahan. Selain aspek telah disiapkan
pokok ini juga ada kegiatan lain yakni proses 7. Kegiatan percobaan dilakukan secara
pengumpulan sampah dari rumah-rumah berulang sebanyak 4 kali sampai dengan
masyarakat khususnya yang berlokasi di semua laci pengomposan terisi
kelurahan Moodu kecamatan Kota Timur Kota
Gorontalo.
Mengenai lokasi pengolahan sampah, HASIL DAN PEMBAHASAN
tempat ini memiliki dimensi luas bangunan
300 m2 yang di dalamnya terdapat bagian- Desain Alat
bagian petak yang digunakan untuk beberapa Perancangan alat dimulai dengan
fungsi diantaranya adalah sebagai penampung, pembuatan rangka yang terbuat dari pipa kotak
ruang mesin, ruang permentasi dan ruang besi, tong alumunium dibuat dengan diameter
pembakaran. Selain itu terdapat tempat untuk 40 cm dan tinggi 40 cm dengan dudukan
menampung material sampah dan tempat ataupun penampung berupa laci sebagai wadah
untuk hasil pemilahan sebelum dilakukan menampung hasil olahan pupuk kompos
pengolahan. Berikut adalah kondisi tempat dengan tinggi keseluruhan mencapai 40 cm.
pengolahan sampah di kelurahan Moodu Pencacah dan pengaduk dibuat sekaligus
kecamatan Kota Timur : dengan pisau berbentuk sabit dan digerakan
Jenis material sampah yang dikumpul otomatis melalui dinamo dengan system
di tempat pengolahan ini adalah berupa penghantar putaran yang sederhana.
plastik, kertas, kaleng, dan jenis sampah
biomassa yang semuanya berasal dari sampah
rumah tangga masyarakat di kelurahan
Moodu. Pengamatan proses pengolahan
sampah di lokasi ini, hanya kegiatan
pemilahan jenis material dan pemusnahan
sampah saja yang dilakukan. Untuk
pengolahan biji plastik dan pengurai sampah
organik sampai saat ini belum dilakukan. Gambar 5. Pembuatan alat pencacah dan
Sehingga dibutuhkan olat pengolah sampah pengompos sampah organik
organic rumah tangga. rumah tangga

Tahap Pelaksanaan Hasil Pengujian Alat


Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan Hasil dari pengujian alat
hapan sebagai berikut : pengomposan telah dituangkan dalam
1. Menyediakan bahan yang akan digunaka tabel 2 dibawah ini :
antara lain sampah organik yang akan
diolah, air, gula dan EM4 Tabel 2. Hasil pengujian alat
2. Sampah organik yang akan di olah
ditimbang terlebih dahulu dengan
menggunakan timbangan digital
3. Kemudian sampah organik yang telah
dtitimbang dimasukkan kedalam mesin
pencacah sampah

p-ISSN 2502-48-485X Volume 3 Nomor 2, Oktober 2018


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 64

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa berat Hasil dari pembuatan kompos dapat dilihat
awal sampah yang diuji sama yakni 1200 gram pada tabel 3.
dengan jenis sampah yang berbeda
menunjukan juga waktu pencacahan yang
berbeda. Pencacahan dengan jenis sampah sisa Tabel 3. Hasil akhir proses pengomposan
sayuran lebih cepat waktu pencacahannya
dibandingkan dengan jenis sampah sisa
sayuran yang ditambahkan dengan daun yang
disertai ranting-ranting kecil. Rata-rata waktu
pencacahan sampah organik dengan berat
1200 gram yakni 48 detik. Sehingga mesin ini
mampu mencacah sampah organik dengan
kapasitas 25 gr/detik. Setelah dilaksanakan
pengomposan selama 7 hari, kondisi rak/laci
pengomposan tidak berkarat.

Pembuatan Pupuk Kompos


Setelah menguji kinerja mesin
pencacah sampah, dilanjutkan dengan
pencampuran sampah organik dengan
aktivator EM4. 4

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa semakin


hari massa sampah yang akan dijadikan pupuk
semakin menurun. Sama halnya juga dengan
bentuk fisik dari sampah yang awalnya masih
terpisah-pisah, pada hari ke tujuh sampah
sudah menyatu. Bau dari sampah ini juga
makin hari makin membusuk hal ini terjadi
karena proses pengomposan tersebut. Dari
Gambar 6. Pembuatan pupuk kompos dari tabel 3 juga dapat dilihat bahwa hasil
sampah organik pembuatan pupuk kompos dengan
menggunakan aktivator EM4 sangat
Setelah dilakukan pencampuran, sampah
membantu mempercepat proses pengomposan.
organik tersebut dimasukkan kedalam rak/laci
Pada hari ke 7 pupuk kompos dari sampah
untuk proses pengomposan. Sampah organik
organik sudah jadi dan siap digunakan. Dari
yang sudah tercampur dengan aktivator EM4
hasil tabel 3, maka dapat dilihat bahwa
ditutup agar proses pengomposan berlangsung
sampah yang dicacah menjadi bentuk yang
dengan sempurna.
lebih kecil-kecil dan dengan mencampurkan
aktivator EM4 mampu mempercepat proses
pengomposan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Desain mesin pengomposan dirancang
dengan menyesuaikan tinggi badan
masayarakat pada umumnya dengan
memperhatikan keamanan dan kenayaman
pengguna. Bahan yang digunakan pada
silinder pencacahan dengan laci
penyimpanan kompos berupa stainless still
Gambar 7. Hasil pupuk kompos

p-ISSN 2502-48-485X Volume 3 Nomor 2, Oktober 2018


Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 65

agar tidak terjadai korosi atau berkarat Saran


akibat penggunaan bahan sampah yang 1. Hasil penelitian ini dilanjutkan dengan
basah. Penggerak mesin menggunakan
diseminasi/diperkenalkan kepada
dinamo untuk mempemudah pemakaian.
Mesin pengomposan terdapat 4 buah masyarakat.
rak/laci. Setiap rak/laci mempunyai 2. Mata pisau pencacah dirancang yang lebih
volume 0,032 m3. kuat dan tajam sehingga lebih
2. Rata-rata waktu pencacahan sampah mempercepat proses pencacahan.
organik dengan berat 1200 gram yakni 48
detik. Sehingga mesin ini mampu
mencacah sampah organik dengan DAFTAR PUSTAKA
kapasitas 25 gr/detik.
3. Dari hasil uji didaptkan bahwa sampah Crawford, J. . (2003). KOMPOS. In Bogor:
yang dicacah menjadi bentuk yang lebih Balai Penelitian Bioteknologi
kecil-kecil dan dengan mencampurkan Perkebunan Indonesia.
aktivator EM4 mampu mempercepat
proses pengomposan. Gaur, A. L. (1980). A manual of rulal
composting improving Soil Fertility
through organic recycling. Project Field
Document, No. 15.FAB.

p-ISSN 2502-48-485X Volume 3 Nomor 2, Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai