A. Sentralisasi
Sentralisasi berasal dari bahasa inggris yang berakar dari kata Centre yang artinya
adalah pusat atau tengah. Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada
sejumlah kecil manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi.
Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya
otonomi daerah.
Berdasarkan definisi diatas bisa kita interpretasikan bahwa sistem sentralisasi itu
adalah bahwa seluruh decition (keputusan/Kebijakan) dikeluarkan oleh pusat, daerah
tinggal menunggu instruksi dari pusat untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang
telah digariskan.
Kelemahan sistem sentralisasi adalah dimana sebuah kebijakan dan keputusan
pemerintah daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat sehingga
waktu untuk memutuskan suatu hal menjadi lebih lama.
B. Desentralisasi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, desentralisasi diartikan sebagai penyerahan kewenangan pemerintah oleh
Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sementara otonomi daerah diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
(Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004).
Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangga sendiri berdasarkan prakarsa
dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Dengan
adanya desentralisasi maka munculkan otonomi bagi suatu pemerintah daerah.
Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana
didefinisikan sebagai penyerahan kewenangan1.Dalam kaitannya dengan sistem
pemerintahan Indonesia, Desentralisasi akhir –akhir ini seringkali dikaitkan dengan
sistem pemerintah karena dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan
perubahan paradigma pemerintah di Indonesia. Dengan adanya desentralisasi, maka akan
berdampak positif pada pembangunan daerah –daerah yang tertinggal dalam suatu negara
agar daerah tersebut dapat mandiri dan secara otomatis dapat memajukan pembangunan
nasional.
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. (UU RI Nomor
17 Pasal 1 Tahun 2003)
Ruang Lingkup Keuangan Negara meliputi:
a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga
c. Penerimaan Negara
d. Pengeluaran Negara
e. Penerimaan Daerah
f. Pengeluaran Daerah
g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/
perusahaan daerah
h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum
i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah
Agar pengelolaan keuangan negara dapat berlangsung dengan baik, maka
sebenarnya telah dirumuskan beberapa asas-asas. Adapun asas-asas pengelolaan
keuangan negara yang dimaksud adalah:
1. Asas kesatuan, yaitu menghendaki agar semua pendapatan dan belanja negara
disajikan dalam satu dokumen anggaran;
2. Asas universalitas, yaitu mengharuskan agar setiap transaksi keuangan
ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran;
3. Asas tahunan membatasi masa berlakunya angaran untuk suatu tahun tertentu;dan
4. Asas spesialitas, yaitu mewajiban agar kredit anggaran yang disediakan terinci
secara jelas peruntukannya (Muhammad Djafar Saidi, 2008).
Secara garis besarnya, ruang lingkup pengelolaan keuangan daerah meliputi kekayaan
daerah yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah yaitu: APBD dan barang-barang inventaris
milik daerah dan kekayaan daerah yang dipisahkan pengurusannya contoh : BUMD
Dalam pengelolaan keuangan daerah, perlu diperhatikan dan ditaati asas umum
pengelolaan keuangan sebagai berikut :
a. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efesien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengen memperhatikan
asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
b. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu system yang terintegrasi
yang diwujudkan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang setiap
tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.
http://digilib.unila.ac.id/6452/16/BAB%20II.pdf
Buku “Keuangan Daerah: Perspektif Desentralisasi Fiskal dan Pengelolaan APBD di Indonesia”
http://ziajaljayo.blogspot.com/2011/10/manjemen-keuangan-daerah-pra-dan-pasca.html
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-perbendaharaan /20088-
azas-azas-good-governance-dalam-pengelolaan-keuangan-negara