LN5-Evaluation of The Nature Evaluation of Industry
LN5-Evaluation of The Nature Evaluation of Industry
ECON6032
Managerial Economics
Week 5
Evaluation Of The Nature Evaluation
Of Industry
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan paradigm SCP dalam analisis
industry, yang terdiri dari struktur, perilaku dan kinerja industri.
OUTLINE MATERI :
- Market Structure
- Conduct
- Performance
Struktur industri didefinisikan dalam terminologi distribusi jumlah dan ukuran dari
perusahaan-perusahaan yang ada dalam industri (Bain 1968). Struktur industri merupakan
cerminan dari struktur pasar suatu industri (Kuncoro 2007). Dalam studi empiris mengenai
struktur industri, digunakan pengukuran konsentrasi untuk mengukur intensitas dari
persaingan dalam industri. Konsentrasi industri ini menginformasikan ukuran relatif dari
perusahaan-perusahaan yang ada pada pasar (Jacobson 1996). Terdapat beberapa alat
pengukuran konsentrasi yang umum dipergunakan untuk menggambarkan distribusi dari
pangsa pasar di antara perusahaan-perusahaan yang ada dalam industri, yaitu: Rasio
Konsentrasi, Indeks Herfindhal, dan Koefisien Gini.
Tingkat persaingan pasar yang diindikasikan oleh penguasaan pangsa pasar dapat dibedakan :
1. Pure monopoly: satu perusahaan menguasai pangsa pasar 100%
2. Dominant firm: satu perusahaan menguasai pangsa pasar 40-99%
3. Tight oligopoly: empat perusahaan menguasai pangsa pasar lebih 60%
4. Loose oligopoly: empat perusahaan menguasai pangsa pasar kurang dari 60%
Ukuran perusahaan berbeda dari satu industri ke industri lainnya. Sebagai contoh,
perusahaan pada sektor semen mempunyai ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan pada sektor rumah makan. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah
perusahaan semen membutuhkan modal yang besar untuk berdiri. Karena barrier to entry
cukup besar, maka modal yang dibutuhkan besar, maka ukuran perusahaan menjadi besar.
Hal yang sebaliknya untuk rumah makan, modal yang diperlukan tidak terlalu besar.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan manajer adalah ukuran distribusi dari
perusahaan-perusahaan di dalam suatu industri. Apakah di dalam industri tersebut terdiri dari
banyak perusahaan kecil atau hanya terdiri dari beberapa perusahaan besar. Hal ini sangat
penting untuk dikaji karena keputusan optimal manager yang menghadapi persaingan kecil
akan berbeda dengan manager yang bekerja pada suatu industri dimana terdapat banyak
perusahaan.
Untuk menilai struktur pasar ini diperlukan sejumlah variabel, antara lain jumlah
penjual dan pembeli, tingkat diferensiasi produk, kemampuan perusahaan (khususnya
bagaimana perusahaan menciptakan pilihan-pilihan produk bagi konsumen), kemampuan
perusahaan dalam menembus pasar bebas, seperti memperoleh lisensi dari pemerintah,
franchise, hak monopoli, hak paten, dan hambatan yang terkait dengan biaya.
CRN = w1 + w2 + w3 + … + wN
Rasio konsentrasi berkisar antara nol hingga satu dan biasanya dinyatakan dalam
persentase. Nilai konsentrasi yang mendekati angka nol mengindikasikan bahwa sejumlah n
perusahaan memiliki pangsa pasar yang relatif kecil. Sebaliknya, angka rasio konsentrasi
yang mendekati satu mengindikasikan tingkat konsentrasi yang relatif tinggi. CRN sangatlah
tergantung pada jumlah keseluruhan perusahaan yang ada dalam industri. CRN akan menurun
jika jumlah perusahaan dalam industri meningkat. CRN dapat memberikan gambaran tentang
peran n perusahaan yang ada dalam industri, namun demikian CRN tidak cukup dapat
memberikan informasi mengenai keterkaitan antar perusahaan di dalam industri.
Sedangkan pada struktur pasar monopoli dimana hanya ada satu perusahaan, maka
memiliki 100 persen pangsa pasar dan tidak ada produsen baru yang dapat memasuki pasar,
dengan demikian perusahaan ini memiliki kekuatan monopoli. Kompetisi dan jumlah
perusahaan adalah besar pada perfect competition dan sedikit pada monopoli.
Angka CR4 yang tinggi akan menunjukkan bahwa pasar didominasi oleh sejumlah kecil
perusahaan, yang berarti bentuk struktur oligopoly. Pada struktur oligopoly, produsen besar
dapat mempengaruhi harga dengan cara mengendalikan output produksi. Terdapat tingkatan
oligopoly, mulai dari moderately concentrated oligopolistic markets hingga highly
concentrated oligopolies, yang mengindikasikan tingkat rendah hingga tinggi dari pengaruh
pasar.
Semakin rendah CR4, semakin dekat pasar pada kondisi perfectly competitive.
Herfindahl-Hirschman Index atau disebut Indeks Herfindhal adalah jenis ukuran konsentrasi
lain yang cukup penting. Indeks Herfindhal didefinisikan sebagai jumlah pangkat dua pangsa
pasar dari seluruh perusahaan yang ada dalam industri, dan diformulasikan:
Dimana,
wi = Si/ST ;
Si = Jumlah penjualan pada perusahaan ke i dan
ST = Total penjualan pada seluruh perusahaan
Nilai HHI akan berkisar dari nol hingga satu. Nilai HHI akan sama dengan 1/n jika terdapat n
perusahaan yang mempunyai ukuran yang sama. Jika HHI mendekati nol, maka akan berarti
terdapat sejumlah besar perusahaan dengan ukuran usaha yang hampir sama dalam industri,
Koefisien Gini adalah ukuran statistik yang diperoleh dari Kurva Lorenz, yang terkait
dengan pangsa kumulatif dari total nilai suatu variabel (output, revenue, jumlah pekerja, dsb.)
terhadap angka atau persentase dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam suatu industri
yang diurutkan meningkat sesuai ukurannya. Jika kurva berbentuk lurus, seluruh perusahaan
memiliki ukuran yang sama, dan industri dapat dipandang sebagai completely
unconcentrated, mengindikasikan tingkat kompetisi yang tinggi di pasar. Secara umum,
perusahaan-perusahaan tidak mempunyai ukuran yang sama dalam suatu industri, dan
semakin besar deviasi dari garis diagonal terhadap Kurva Lorenz, semakin besar inequality
dari ukuran perusahaan dan semakin besar konsentrasi pasar. Sebaliknya, semakin dekat
kepada garis diagonal, semakin terdistribusi dan perusahaan-perusahaan semakin tidak
terkonsentrasi.
Sumber: Wikipedia
Gambar 2. Kurva Lorenz
The Rothschild Index atau indeks Rothschild memberikan ukuran kepekaan terhadap harga
permintaan untuk kelompok produk secara keseluruhan relatif terhadap sensitivitas kuantitas
yang diminta dari satu perusahaan ke perubahan harga. Rumus Indeks Rothschild adalah :
R = ET / EF
Dimana ET adalah elastisitas permintaan pasar total dan EF adalah elastisitas permintaan
untuk produk sebuah perusahaan individu.
Nilai Indeks Rothschild antara 0 dan 1. Ketika indeks tersebut adalah 1, perusahaan
individu menghadapi kurva permintaan yang memiliki sensitivitas yang sama untuk harga
sebagai kurva permintaan pasar. Sebaliknya, ketika elastisitas permintaan untuk produk
sebuah perusahaan individu jauh lebih besar, maka Indeks Rothschild mendekati 0.
Ukuran lain yang digunakan untuk mengetahui dinamika struktur pasar yaitu ada atau
tidaknya hambatan masuk ke pasar (barriers to entry). Hambatan masuk (barrier to entry)
Terdapat tiga jenis hambatan masuk, yaitu: skala ekonomi (economies of scale),
diferensiasi produk (product differentiation), dan keunggulan biaya absolut (absolute cost
advantage).
Pada mulanya pendatang baru mendapatkan pangsa pasar yang relative kecil dan
memiliki biaya produksi per unit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemain lama. Skala
ekonomi membatasi jumlah kegiatan yang dapat dilakukan dengan biaya minimum dalam
pasar yang telah diketahui ukurannya. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui besar
hambatan masuk adalah Minimum Efficiency Scale (MES) (Martin, 1988).
Menurut Ferguson dan Ferguson (1994), istilah conduct mengacu pada perilaku
perusahaan terhadap pasar dalam menentukan harga (baik harga yang ditentukan secara
independen ataupun berdasarkan kesepakatan), strategi produk dan iklan, serta riset dan
inovasi (Wirth dan Bloch, 1995). Scherer dan Ross (1990: 4) mengidentifikasi dua variabel
lain dalam conduct: investasi dalam fasilitas produksi (misalnya, bagaimana perusahaan
menyusun anggaran) dan sesuai dengan aturan hukum (yaitu penggunaan sistem hukum
untuk menentukan posisi perusahaan dalam pasar) (Wirth dan Bloch, 1995).
Perilaku industri diartikan bagaimana cara yang dilakukan oleh sebuah perusahaan agar
mendapatkan sebuah pasar. Dengan kata lain perilaku merupakan pola tanggapan dan
penyesuaian sebagai perusahaan yang terdapat dalam suatu industri untuk mencapai
tujuannya dan menghadapi persaingan. Perilaku dapat dilihat dalam bagaimana perusahaan
Harga pasar tidak ditentukan oleh keputusan sebuah atau sekelompok penjual atau
pembeli, melainkan terbentuk dari keseimbangan seluruh supply dan demand. Penjual akan
menjual outputnya dengan harga yang sama dengan biaya marjinalnya, sedangkan pembeli
akan membeli barang dengan harga yang sama dengan benefit marjinalnya. Dengan
demikian umumnya pasar persaingan mempunyai harga efisien, tidak seperti pasar oligopoli,
oligopsoni, monopoli atau monopsoni yang sering mengalami masalah distorsi harga karena
perusahaan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga dan mempraktekkan market
power. Pengertian market power ini kemudian diformulasi oleh Lerner (1934) dengan sebuah
indeks yang dikenal sebagai Lerner index.
P − MC
L=
P
Dimana,
P = Harga
MC = Biaya marginal
Ed = elastisitas permintaan
L = Indeks Lerner
Pada saat sebuah perusahaan menetapkan harga yang sama dengan biaya marjinal, maka
indeks Lerner bernilai nol. Hal ini berarti harga yang dibayarkan oleh konsumen untuk
membeli suatu produk persis sama dengan biaya tambahan perusahaan untuk memproduksi
satu produk kembali. Sebaliknya, jika perusahaan menetapkan harga di atas biaya
marjinalnya, maka indeks Lerner akan lebih besar dari nol.
Indeks Lerner berhubungan dengan biaya mark-up yang dikenakan oleh perusahaan. Oleh
karena itu, kita dapat memodifikasi persamaan indeks Lerner menjadi :
1
P= MC
1− L
Dimana:
1
disebut mark-up factor, yaitu faktor pengali dari biaya marjinal untuk mendapatkan
1− L
harga suatu produk. Jika indeks Lerner bernilai nol, maka faktor mark-up akan bernilai 1.
Artinya, harga produk tepat sama dengan biaya marjinal. Kemudian jika indeks Lerner
bernilai 1/2, maka factor mark-up bernilai 2. Artinya, harga produk 2 kali dari biaya
marjinalnya.
a. Integrasi vertikal
Strategi integrasi vertikal adalah usaha perusahaan untuk memperoleh kendali
terhadap inputnya, outputnya, atau keduanya. Strategi integrasi vertikal dianggap
sebagai strategi pertumbuhan karena memperluas oprasi perusahaan.
Tabel 1. Kelebihan dan kekurangan utama strategi vertikal
Kelebihan Kekuranan
b. Integrasi horisontal
Integrasi vertikal melibatkan satu perusahaan yang bergerak dalam industri yang
sama, tetapi memasok input atau mendistribusikan output sendiri. Sebaliknya
integrasi horisontal memperluas oprasi perusahaan dengan mengkombinasikan
perusahaannya dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan melakukan hal
yang sama denganya. Artinya adalah bagaimana mengkombinasikan operasionalnya
dengan pesaingnya.
c. Marger konglomerat
Merger konglomerat adalah usaha diversiasi operasional perusahaan yang tengah
dilakukan ke dalam industri yang sama sekali berbeda.
Kinerja merupakan hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri
dimana hasil biasa diidentikan dengan besarnya penguasaan pasar atau besarnya keuntungan
suatu perusahaan di dalam suatu industri. Pada prakteknya, ukuran kinerja dapat bermacam-
macam. Pertama, ukuran kinerja berdasarkan sudut pandang menejemen, pemilik, atau
pemberi pinjaman. Kedua, kinerja dalam suatu industri dapat diamati melalui nilai tambah,
produktivitas, dan efisiensi. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai input dengan output.
Nilai input terdiri atas bahan baku, biaya bahan bakar, jasa industri, biaya sewa gedung,
mesin dan alat-alat, serta jasa industri. Sementara itu nilai output merupakan nilai barang
yang dihasilkan.
Produktifitas merupakan hasil yang dicapai per tenaga kerja atau unit faktor produksi
dalam jangka waktu tertentu. Pada umumnya, tingkat produktivitas dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi, alat produksi dan keahlian (skill) yang dimiliki oleh tenaga kerja.
Produktifitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara nilai output dangan tenaga kerja.
Efisiensi adalah perbandingan seberapa besar kita dapat mengambil manfaat dari suatu
variabel untuk mendapatkan output sebanyak-banyaknya. Untuk mengukur suatu efisiensi,
kita dapat menggunakan perbandingan nilai tambah dan nilai input.
Lebih jauh dijelaskan oleh Baye bahwa kinerja dapat dilihat dari tingkat keuntungan
dan juga kesejahteraan sosial yang diciptakan oleh industri tersebut. Keuntungan dapat dilihat
melalui keuntungan yang di dapat oleh masing-masing peusahaan yang ada di dalam industry
tersebut. Indikator kinerja lain yaitu kesejahteraan sosial merupakan indikator yang cukup
sulit untuk diketahui. Baye menjelaskan bahwa kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai
jumlah surplus yang diterima baik oleh konsumen maupun produsen dalam kegiatan pasar
industry tersebut (Baye, 2013).
Salah satu kritik yang disampaikan terhadap paradigm S-C-P adalah kedekatan
hubungannya dengan Five Forces Framework yang disampikan oleh Michael Porter. Dalam
Five forces Framework dijelaskan bahwa kelima faktor Five Forces yang terdiri dari 1) Entry,
2) Power of Input Suppliers, 3) Power of Buyer, 4) Industry Rivalry dan 5) Substitutes and
Complement saling terkait mempengaruhi tingkat profit, pertumbuhan profit dan
kesinambungan keuntungan suatu industri. Kelima kekuatan merupakan elemen dari perilaku
(conduct) dan struktur pasar (Structure) sementara tingkat, pertumbuhan dan kesinambungan
profit mewakili kinerja (performance) (Baye, 2013).
Studi dengan menggunakan model SCP dilakukan melalui dua tahapan utama.
Pertama, pengukuran kinerja - melalui pengukuran langsung daripada melalui estimasi - dan
beberapa ukuran struktur industri bagi banyak industri. Kedua, melakukan regresi terhadap
pengukuran kinerja pada berbagai tindakan struktur untuk menjelaskan perbedaan kinerja
dalam industri. (Perloff et. al, 2007).