Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan
substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain
yang mempengaruhi daya larut substansi (Nurlina, 2016).

Batu Saluran Kemih adalah penyakit dimana didapatkan material keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan
saluran kemih bawah yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih
dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal). Batu ini terbentuk dari
pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat dan sistein (Chang, 2015 dalam Wardani,
2016).

Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem
kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal
kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih
bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat
atau batu uretra yang terbentuk di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang
terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan
bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling
sering terjadi (Brunner dan Suddarth, 2015).

B. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem perkemihan adalah suatu sistem yang didalamnya terjadi penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat yang tidak digunakan oleh tubuh. Zat ini akan larut dalam air
dan akan dikeluarkan berupa urine. Zat yang dibutuhkan tubuh akan beredar kembali dalam
tubuh melalui pembuluh darah kapiler ginjal, masuk ke dalam pembuluh darah dan beredar
keseluruh tubuh. Sistem perkemihan merupakan sistem rangkaian organ yang terdiri atas
ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra (Syaifuddin, 2016) Ginjal, ureter, kadung kemih dan
uretra membentuk sistem urinarius. Fungsi utama ginjal adalah mengatur keseimbangan
cairan serta elektrolit dan komposisi asam basa cairan tubuh, mengeluarkan produk aktif
metabolik dari dalam darah dan mengatur tekanan darah. Urin yang terbentuk sebagai hasil
dari proses ini diangkut dari ginjal melalui ureter kedalam kandung kemih tempat urin
tersebut disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinasi, kandung kemih berkontraksi dan
urin akan diekskresikan dari tubuh lewat uretra (Brunner & Suddarth, 2015).

Meskipun cairan serta elektrolit dapat hilang melalui jalur lain dan ada organ lain yang
turut serta dalam mengatur keseimbangan asam basa, namun organ yang mengatur kimia
internal tubuh secara akurat adalah ginjal. Fungsi ekskresi ginjal diperlukan untuk
mempertahankan kehidupan. Namun demikian, berbeda dengan sistem kardiovaskuler dan
respiratorius, gangguan total fungsi ginjal tidak menimbulkan kematian dalam waktu yang
singkat. Ginjal harus mampu untuk mengekskresikan berbagai produk limbah makanan dan
metabolisme dalam jumlah yang dapat diterima serta tidak dieliminasi oleh organ lain. Jika
diukur tiap hari, jumlah produk tersebut biasanya berkisar dari 1 hingga 2 liter air, 6 hingga 8
gram garam (natrium klorida), 6 hingga 8 gram kalium klorida dan 70 mg ekuivalen asam
perhari. Di samping itu, ureum yang merupakan produk akhir metabolisme protein dan
berbagai produk limbah lainnya diekskresikan dalam urin (Brunner & Suddarth, 2015).

1. Ginjal

Menurut Saputra (2014) ginjal merupakan suatu organ bervaskuler banyak yang
berbentuk seperti kacang. Ginjal terdiri dari tiga bagian

a. Korteks renalis (bagian luar): mengandung mekanisme penyaringan darah dan dilindungi
oleh kapsul berfibrosa dan lapisan lemak
b. Medula renalis (bagian tengah): mengandung 8 sampai 12 piramida ginjal (biji berlurik
yang sebagian besar tersusun dari struktur tubular)
c. Pelvis renalis ( bagian dalam): menerima urine melalui kalises Mayor

Pada potongan sagital ginjal terdapat 2 bagian yaitu bagian tepi luar ginjal yang
disebut korteks dan bagian dalam ginjal yang berbentuk segitiga disebut pyramid ginjal atau
bagian medulla ginjal. Didalam ginjal terdapat satuan fungsional ginjal yang paling kecil,
yaitu nefron. Tiap ginjal terdiri dari sekitar 1,2 juta nefron. Setiap nefron terdiri dari
komponen vaskuler yaitu glomerulus dan komponen tubulus, keduannya secara struktural
dan fungsional bekaitan erat (Sloane, 2015).

Gambar 2.1 Anatomi ginjal

Setiap nefron merupakan saluran yang tipis (dengan diameter 20-50 µ) dan memiliki
bentuk yang memanjang/elongasi (dengan panjang 50 mm). Nefron terdiri dari saluran
berujung buntu (blind end) yang melebar. Kapsul bowman yang diikuti oleh tubulus
kontotus proksimal, ansa Henle serta tubulus kontortus distal (Marya, 2015)

Nefron terdiri dari beberapa bagian antara lain sebagai berikut:

1) Glomerulus

Glomerulus adalah masa kapiler yang berbentuk bola yang terdapat sepanjang
arteriol, fungsinya untuk filtrasi air dan zat terlarut dalam darah. Glomerulus juga
merupakan gulungan gulungan kapiler yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda
disebut kapsul bowman (Sloane, 2014)
2) Kapsul bowman

Kapsul bowman merupakan suatu pelebaran nefron yang dibatasi oleh epitel yang
menyelubungi glomeulus untuk mengumpulkan zat terlarut yang difiltrasi oleh glomerulus
(Sloane, 2015).

3) Tubulus kontroktul proksimal

Tubulus kontroktul proksimal merupakan bagian utama nefron. Tubulus ini dilapisi
oleh lapisan tunggal sel epitel yang memperlihatkan suatu brush border yang menonjol
pada permukaan lumen dan sejumlah besar mitokondria dan sitoplasma. Karasteristik
histologik epitel tubulus kontroktus proksimal ini mungkin berkolerasi dengan aktivitas
reabsorpsinya yang luas. Cairan yang difiltrasi akan mengalir ketubulus kontrotus
proksimal. Letak tubulus ini didalam korteks ginjal, sepanjang 15 mm dengan diameter 50-
60 mm. Bentuknya berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran yang lurus yang berjalan
kearah medulla, yaitu ansa henle (Marya, 2015).

4) Ansa henle

Ansa henle terdiri dari segmen desenden yang tebal yang struktur serta fungsinya
serupa dengan tubulus kontroktus proksimal, lalu segmen tipis yang berjalan turun
kedalam medulla hingga kedalaman yang beragam untuk membentuk sebuah ansa
(gulungan/loop), dan segmen asenden yang tebal yang struktur serta fungsinnya serupa
dengan tubulus kontortus distal. Dengan menimbulkan hiperosmolalitas pada interstisium
medularis, ansa henle memainkan peranan yang penting dalam mekanisme pemekatan urin
pada ginjal (Marya, 2013).

5) Tubulus kontortus distal

Tubulus kontortus distal merupakan segmen nefron diantara macula densa dan
duktus koligentes. Sel-sel ditandai dengan tidak adanya brush border dan memiliki banyak
mitokondria pada tepi basalis yang menunjukkan peranan sekresi pada sel-sel tersebut
(Marya, 2013).

6) Duktus koligentes atau duktus pengumpul


Duktus koligentes merupakan saluran pengumpul yang akan menerima cairan dan zat
terlarut dari tubulus distal. Duktus koligers berjalan dari dalam berkas medulla menuju ke
medulla. Setiap duktus pengumpul yang berjalan kearah medulla akan mengosongkan urin
yang telah terbentuk kedalam pelvis ginjal (Sloane, 2015).

a. Pembuluh darah ginjal

Setiap arteri renalis berasal langsung dari aorta. Arteri ini memasuki ginjal dan
bercabang secara progresif menjadi pembuluh arteri yang lebih kecil yaitu arteri
interlobaris, arteri arkuata dan arteri interlobularis. Setiap arteri interlobularis
mempercabangkan suatu seri arteriola aferen. Arteriola aferen terpecah menjadi 4-6
gelungan kapiler (glomerulus) yang kemudian menyatu kembali menjadi arteriola eferen.
Arteriola eferen bercabang-cabang menjadi suatu jaringan kapiler, yaitukapiler
peritubularis untuk mengelilingi bagian nefron yang berada dalam korteks renal (Marya,
2013). Arteriola eferen glomerulus jukstamedularis membentuk suatu tipe kapiler
peritubularis yang spesial dan dinamakan vasa rekta. Vasa rekta relatif lurus dan
merupakan gelungan kapiler panjang yang berjalan turun kedalam medulla renal serta
membentuk gelungan seperti penjepit rambut disepanjang sisi ansa henle. Vasa rekta
memiliki peranan yang penting dalam memelihara hiperosmolalitas interstisium medularis
(Marya, 2013).

b. Pembentukan urin

Menurut Saputra (2014) urine dihasilkan dari tiga proses yang terjadi di nefron:
filtrasi oleh glomerulus, reabsorsi oleh tubulus dan sekresi oleh tubulus.

1) Pada filtrasi oleh glomerulus: Transpor aktif dari tubulus kontortus proksimal
menyebabkan reabsorsi Na+ dan glukosa ke sirkulasi terdekat. Osmosis kemudian
menyebabkan reabsorsi H2O
2) Pada reabsorsi tubulus: Suatu zat bergerak dari filtrat kembali dari tubulus kontortus
distal ke kapiler peritubuler. Transfor aktif menyebabkan reabsorsi Na+. Adanya ADH
menyebabkan reabsorsi H2O.
3) Pada sekresi oleh tubulus: suatu zat berpindah dari kapiler peritubuler ke dalam filtrat
tubulus. Kapiler peritubuler kemudian mensekresikan NH3 dan H+.
2. Ureter

Ureter merupakan tabung fibromuskular yang menghubungkan setiap ginjal dengan


kandung kemih (ureter kiri sedikit lebih panjang dari ureter kanan), dikelilingi oleh tiga lapis
dinding. Berperan sebagai saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung kemih.
Mempunya gelombang peristaltik satu sampai lima kali setiap menit untuk mengalirkan
urine ke kandung kemih. Ureter dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Pelvis renalis: pelvis renalis adalah bagian atas yang mengembang. Struktur ini bermula
sebagai alat berbentuk mangkuk yang dikenal sebagai kaliks.
b. Ureter: ureter memiliki panjang sekitar 25,4 cm. Bagian atas terletak di depan otot
belakang abdomen; bagian bawah masuk ke dalam rongga pelvis sejati dan berakhir di
permukaan belakang kandung kemih di mana ureter menembus dinding kandung kemih
tersebut. Setiap ureter tersusun atas:
1) Jaringan fibrosa: lapisan paling luar
2) Jaringan otot bebas: lapisan tengah; urine mengalir dari ginjal ke dalam kandung kemih
melalui gerak peristaltic
3) Jaringan epitel transisional: menyusun lapisan dalam ureter dan menjaganya dari
keasaman urine.
3. Vesika Urinarius (Kandung Kemih)

Menurut Syaifuddin (2016), vesika urinaria (kandung kemih) : terletak tepat


dibelakang os pubis, merupakan tempat penyimpanan urin yang berdinding otot yang kuat,
bentuknya bervariasi sesuai dengan jumlah urin yang di kandung. Kandung kemih pada
waktu kosong terletak dalam rongga pelvis, sedangkan dalam keadaan penuh dinding atas
terangkat masuk kedalam region hipogastrika. Apeks kandung kemih terletak di belakang
pinggir atas simpisis pubis dan permukaan posteriornya berbentuk segi tiga. Bagian sudut
superolateral merupakan muara ureter dan sudut interior membentuk uretra.

Bagian atas kandung kemih di tutupi oleh peritoneum yang membentuk eksafasio
retrovesikalis, sedangkan bagian bawah permukaan posterior dipisahkan oleh rectum oleh
duktus deferens, vesika seminalis, dan vesiko retro vesikalis. Permukaan posterior
seluruhnya di tutupi oleh peritoneum dan berbatasan dengan gulungan ileum dan kolon
sugmoid. Sepanjang lateral permukaan peritoneum melipat ke dinding lateral pelvis.
a. Pengisian kandung kemih

Dinding ureter mengandung otot polos yang tersusun dalam berkas spiral
longitudinal dan sekitar lapisan otot yang tidak terlihat. Kontraksi peristaltic ureter 1-5 kali
per menit. Akan menggerakkan urin pada pelvis renalis kedalam andung kemih dan
disemprotkan setiap gelombang peristaltic. Ureter yang berjalan miring melalui dinding
kandung kemih untuk menjaga ureter tertutup kecuali selama gelombang peristaltic untuk
mencegah urin tidak kembai di uretra.

Apabila kandung kemih terisi penuh permukaan superior membesar, menonjol ke


atas masuk ke dalam rongga abdomen. Peritenium akan menutupi bagian bawah dinding
anterior kolum kandung kemih yang terletak dibawah kandung kemih dan permuaan atas
prostat. Serabut otot polos dilanjutkan sebagai serabut otot polos prostat kolum kandung
kemih yang dipertahankan. Pada tempatnya oleh liga mentum puborostatika pada pria oleh
ligamentum pubovesikalis. Pada wanita yang merupaan penebalan fasia pubis.

Membran mukosa kandung kemih dalam keadaan kosong akan berlipat-lipat. Ipatan
ini akan hilang apabila kandung kemih berisi penuh. Daerah membrane mukosa meliputi
permukaan dalam basis kandung kemih yang dinamakan trigonum. Vesika ureter
menembus dinding kandung kemih secara miring membuat seperti katup yang mencegah
aliran balik urin ke ginjal pada waktu kandung kemih terisi.

b. Pengosongan kandung kemihna

Kontraksi otot muskulus detrusor bertanggung jawab pada pengosongan kandung


kemih selama berkemih (miksturasi) berkas otot tersebut berjalan pada sisi uretra, serabut
ini dinamakan sfingter uretra interna. Sepanjang uretra terdpat sfingter otot rangka yaitu
sfingter uretra membrannosa (sfingter uretra eksterna). Epitel kemih dibentuk dari lapisan
superfisialis sel kuboid.

4. Uretra

Menurut Saputra dan Dwisang Evi (2014) uretra adalah suatu saluran sambungan yang
membawa urine dari kandung kemih ke arah luar. Uretra pada perempuan berukuran pendek
dengan panjang 3,8 cm. Lubang keluarnya membuka di antara bibir vagina, di atas lubang
vagina. Otot sfringter uretra perempuan terdapat di permulaan saluran tersebut. Pada laki-
laki uretra memiliki panjang 15 hingga 20 cm dari kandung kemih ke lubang keluarnya di
ujung penis. Uretra laki-laki menjalankan dua tugas: tugas pertama adalah menyalurkan
urine dan yang kedua adalah menyalurkan mani. Uretra laki-laki dibagi menjadi beberapa
bagian:

a. Bagian prostat: kelenjar prostat mengelilingi uretra di bagian ini; otot sfringter uretra
terdapat di bagian bawah
b. Bagian membran: bagian uretra yang berlanjut dari bagian prostat
c. Bagian penis: bagian yang terdapat di dalam penis.

C. ETIOLOGI

Menurut Wijayaningsih (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi batu saluran kemih


diantaranya sebagai berikut :

1. Faktor intrinsik

Herediter (keturunan), umur 30-50 tahun, jenis kelamin lai-laki lebih besar dari pada
perempuan.

2. Faktor ekstrinsik

Geografis, iklim dan temperature, asupan air, diet (banyak purin, oksalat dan kalsium
mempermudah terjadinya batu).

Menurut Purnomo (2014) dalam Wardani (2015), Terbentuknya batu saluran kemih
diduga ada hubungannya gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi dan keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).

D. PATOFISIOLOGI

Berdasaran tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi. 3 faktor yang
mendukung proses ini yaitu saturasi urin, difisiensi inhibitor dan produksi matriks protein.
Pada umumnya Kristal tumbuh melalui adanya supersaturasi urin. Proses pembentukan dari
agregasi menjadi partikel yang lebih besar, di antaranya partikel ini ada yang bergerak
kebawah melalui saluran kencing hingga pada lumen yang sempit dan berkembang
membentuk batu. Renal kalkuli merupakan tipe Kristal dan dapat merupakan gabungan dari
beberapa tipe. Sekitar 80% batu salurn kemih mengandung kalsium fosfat dan kalsium oksalat
(Suharyanto dan Madjid, 2016).

Menurut Raharjo dan Tessy dalam Suharyanto dan Madjid, 2015 menyatakan bahwa
sebagian batu saluran kemih adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik ataupun
asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain :

1. Teori Inti matriks

Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan substansi organic sebagai inti.


Substansi organik ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan
mempermudah kristalisasi dan agresi substansi pembentuk batu.

2. Teori supersaturasi

Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam
urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

3. Teori presipitasi-kristalisasi

Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin
yang bersifat asam akan mengendap sistin,, santin, asam dan garam urat. Sedangkan pada
urin yang bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.

4. Teori kurangnya faktor penghambat.

Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat,


magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.
E. PATHWAY

Faktor Intrinsik : Faktor Idiopatik : Faktor Ekstrinsik :


- Herediter - Gangguan metabolik - Geografis
- Umur - Infeksi saluran kemih - Iklim dan temperatur
- Jenis Kelamin - Dehidrasi - Asupan air
- Obstruksi dan ….. - Diet
- Pekerjaan

Defisiensi kadar magnesium, sitrat


prifosfor, mukoprotein dan peptide

Resiko kristalisasi mineral

Peningkatan konsistensi larutan urine

Penumpukan kristal

Pengendapan

Batu saluran kemih

Sumbatan saluran kemih Farmakologi

Ketidakpatuhan
Spasme batu saat Batu merusak Kencing tidak regimen terapeutik
turun dari ureter tuntas
dinding setempat
Kurang
Perubahan pola
pengetahuan
Nyeri Hematuria eliminasi urin

Hb turun

Anemia

Insufisiensi O2
(Wardani, 2016)
Intoleransi aktivitas
F. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Putri dan Wijaya (2015), tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih sangat
ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini
mempunyai tanda dan gejala umum yaitu hematuria, dan bila disertai infeksi saluran kemih
dapat juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik
lainnya. Batu pada pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat,
umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi.
Tanda dan gejala yang ditemui antara lain :

1. Nyeri di daerah pinggang (sisi atau sudut kostevertebral), dapat dalam bentuk pegal hingga
kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya pionefrosis.
2. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin terabanya
ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.
3. Nyeri dapat berubah nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada sisi ginjal yang
terkena.
4. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
5. Gangguan fungsi ginjal
6. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing.

G. KOMPLIKASI
Menurut Putri & Wijaya (2015), komplikasi untuk penyakit batu saluran kemih adalah :
1. Obstruksi ; menyebabkan hidronefrosis
2. Infeksi
3. Gangguan fungsi ginjal.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Wijayaningsih (2015), pemeriksaan diagnostik untuk batu saluran kemih
diantaranya sebagai berikut :
1. Urinalisa
Warna mungkin kuning, cokelat gelap, berdarah, secara umum menunjukkan Kristal
(sistin, asam urat, kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat),
alkali (meningkatkan magnesium, fosfat ammonium, atau batu kalsium fosfat), urin 24 jam :
(kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urin
menunjukan Infeksi saluran kemih (ISK), Blood ureum nitrogen (BUN /kreatinin serum dan
urin) ; abnormal (tinggi pada serum atau rendah pada urin).
2. Darah lengkap
Hemoglobin, hematokrit ; abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
3. Hormon paratiroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal
4. Foto rontgen menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomi pada area ginjal dan
sepanjang ureter.
5. Ultrasonografi ginjal untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

I. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
a. Perhatikan Asupan Cairan
Konsumsi cukup air adalah cara terbaik untuk mencegah batu ginjal. Jika kamu
kurang minum, keluarnya urine lebih sedikit. Artinya, urine kamu lebih pekat dan
kecil kemungkinannya untuk melarutkan garam urine yang bisa menyebabkan
munculnya batu ginjal. Konsumsi limun dan jus jeruk menjadi pilihan yang baik.
Keduanya kaya kandungan sitrat yang mencegah pembentukan batu ginjal. Jangan
lupa untuk minum setidaknya 8 gelas setiap hari, atau jumlah yang cukup untuk
melewatkan dua liter urine. Jika kamu banyak berolahraga atau berkeringat atau
memiliki riwayat batu sistin, maka kamu memerlukan cairan tambahan.
b. Konsumsi Makanan Kaya Kalsium
Jenis batu ginjal yang paling umum adalah batu kalsium oksalat, membuat banyak
orang percaya makanan dengan kandungan kalsium harus dibatasi. Faktanya, diet
rendah kalsium meningkatkan risiko batu ginjal dan osteoporosis. Meski begitu,
hindari konsumsi suplemen kalsium karena ini memicu terjadinya batu ginjal.
Makanan seperti susu rendah lemak, keju rendah lemak, dan yogurt rendah lemak
adalah pilihan yang tepat.
c. Kurangi Konsumsi Garam
Mencegah batu ginjal bisa kamu lakukan dengan konsumsi lebih sedikit garam.
Pasalnya, terlalu banyak garam dalam urine mencegah kalsium diserap kembali dari
urine ke darah. Hal ini menyebabkan kalsium dalam urine meningkat, yang
berdampak pada batu ginjal. Konsumsi lebih sedikit garam membantu menjaga kadar
kalsium urine lebih rendah. Semakin rendah kalsium dalam urine, semakin rendah
risiko terserang batu ginjal. Ada pun makanan yang mengandung banyak garam
adalah makanan olahan, sup kaleng, daging bumbu, dan makanan yang mengandung
bahan pengawet.
d. Batasi Asupan Protein Hewani
Konsumsi terlalu banyak protein hewani, seperti daging merah, unggas, telur, dan
makanan laut meningkatkan kadar asam urat dan menyebabkan batu ginjal. Diet
tinggi protein mengurangi kadar sitrat, bahan kimia dalam urine yang membantu
mencegah pembentukan batu. Jika kamu rentan terserang batu ginjal, batasi asupan
daging harian untuk membantu pencegahannya. Tidak hanya itu, membatasi
konsumsi protein hewani juga bermanfaat untuk jantung.
e. Hindari Makanan Pemicu Batu Ginjal
Bit, cokelat, bayam, teh, dan sebagian besar kacang kaya kandungan oksalat.
Sementara itu, cola mengandung fosfat dalam jumlah besar, dan kedua kandungan
tersebut berkontribusi besar dalam pembentukan batu ginjal. Bagi beberapa orang,
makanan dan minuman tertentu tidak memicu terjadinya batu ginjal kecuali
dikonsumsi dalam jumlah yang tinggi.
2. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan secara umum pada obstruksi saluran kemih bagian bawah diantaranya
sebagai berikut :
a. Cystotomi ; salah satu usaha untuk drainase dengan menggunakan pipa sistostomy
yang ditempatkan langsung didalam kandung kemih melalui insisi supra pubis.
b. Uretrolitotomy ; tindakan pembedahan untuk mengangkat batu yang berada di uretra.
Menurut Purnomo dalam Wardani (2016) pemeriksaan penunjang yang dapat dilaukan
yaitu Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL) merupakan tindakan non-invasif dan
tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan
melalui tubuh untuk memecah batu dan Tindakan endourologi merupakan tindakan invasif
minimal untuk mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam
saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit.
3. Rehabilitatif

Menurut Putri & Wijaya (2016), tujuan penatalaksanaan batu saluran kemih adalah
menghilangkan obstruksi, mengobati infeksi, menghilangkan rasa nyeri, serta mencegah
terjadinya gagal ginjal dan mmengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi. Adapun
mencapai tujuan tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya, dan besarnya batu
b. Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kemih seperti : rasa nyeri, obstruksi
disertai perubahan-perubahan pada ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal.
c. Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri.
d. Mencari latar belakang terjadinya batu.
e. Mengusahakan penceghan terjadinya rekurensi

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian yang diambil menurut Ardiansyah dalam Rais (2015) diantarannya sebagai
berikut:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik,
pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

2. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang, urine lebih
sedikit, hematuria, pernah mengeluarkan batu saat berkemih, urine berwarana kuning
keruh, sulit untuk berkemih, dan nyeri saat berkemih.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan haluaran urin atau BAK sedikit, kandung kemih penuh dan rasa terbakar,
dorongan berkemih, mual/muntah, nyeri abdomen, nyeri panggul, kolik ginjal, kolik uretra,
nyeri waktu kencing dan demam.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, riwayat kolik renal atau bladder
tanpa batu yang keluar, riwayat trauma saluran kemih.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya ISK kronik, dan penyakit atau kelainan ginjal lainnya.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat tinggal yang asupan airnya banyak mengandung kapur, perlu
dikaji juga daerah tempat tinggal dekat dengan sumber polusi atau tidak.
g. Pengkajian Kebutuhan Dasar
1) Kebutuhan Oksigenasi
Perkembangan dada dan frekuensi pernapasan pasien teratur saat inspirasi dan
ekspirasi dan tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
2) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat
atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak cukup minum, terjadi distensi
abdomen, penurunan bising usus.
3) Kebutuhan Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan
haluaran urin, kandung kemih penuh, rasa terbakar saat buang air kecil. Keinginan
dorongan ingin berkemih terus, oliguria, hematuria, piuri atau perubahan pola berkemih.

4) Kebutuhan Aktivitas dan Latihan


Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan apakah pasien terpapar
suhu tinggi, keterbatasan aktivitas misalnya karena penyakit yang kronis atau adanya
cedera pada medulla spinalis.
5) Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan hospitalisasi.
6) Kebutuhan Persepsi dan Sensori
Perkembangan kognitif klien dengan kejadian di luar penampilan luar mereka.
7) Kebutuhan Kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu
misalnya pada panggul di regio sudut costovertebral dapat menyebar ke punggung,
abdomen dan turun ke lipat paha genetalia, nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus
ada di pelvis atau kalkulus ginjal, nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan
posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.
8) Kebutuhan Personal Hygiene
Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.
9) Kebutuhan Informasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet pada vesikolitiasis serta proses
penyakit dan penatalakasanaan.
10) Kebutuhan Konsep Diri
Konsep diri pasien mengenai kondisinnya
h. Pengkajian Fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda-tanda vital.
2) Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal.
3) Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva apakah anemis.
4) Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
5) Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
6) Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir
biasanya kering, pucat.
7) Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann kerja
jantung.
8) Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.
9) Pemeriksaan Paru
pengembangan ekspansi paru sama atau tidak. Suara napas abnormal
10) Pemeriksaan Abdomen
Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah. Palpasi ginjal
dilakukan untuk mengidentifikasi massa, pada beberapa kasus dapat teraba ginjal pada
sisi sakit akibat hidronefrosis.
11) Pemeriksaan Genitalia
Pada pola eliminasiurine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi urine,
dan sering miksi .
12) Pemeriksaan Ekstremitas
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit dari posisi
du.duk, tidak ada deformitas dan fraktur.
B. Diagnosa
1. Gangguan eliminasi urin b.d penurunan kapasitas kandung kemih d.d distensi kandung
kemih
2. Retensi urin b.d peningkatan tekanan uretra d.d dribbling
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi d.d mengeluh nyeri
4. Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mengabsorbsi nutrisi d.d nafsu makan menurun
C. Intervensi keperawatan
1. Gangguan eliminasi urin
a. Dukungan perawatnan diri : BAB/BAK
b. Manajemen eliminasi urin
c. Iritasi kandung kemih
2. Retensi urin
a. Perawatan perineum
b. Perawatan retensi urine
3. Nyeri akut
a. Manajemen nyeri
b. Pemberian analgesik
c. Pemberian obat intravena
4. Defisit nutrisi
a. Manajemen nutrisi
b. Promosi berat badan
c. Edukasi diet
d. Konseling nutrisi
e. Pemantauan nutrisi
f. Manajemen gangguan makan
g. Terapi menelan
DAFTAR PUSTAKA

BLUD RSU Bahteramas. 2015. Profil BLUD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2013-2015. Kendari .

Buntaram dkk, 2014. Hubungan Angka Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Pasien Rawat
Jalan Rumah Sakit Al-Islam Tahun 2014. Universitas Islam Bandung ( Tidak di
publikasikan)

Putri & Wijaya. S.A. 2014. KMB I Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan dewasa).
Yogyakarta : Nuha Medika

Rais. 2015. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “Vesikolitiasis” Pada Tn. A di Ruang

Asoka BLUD RSU Bahteramas Provinsi sulawesi Tenggara 2015. Kendari. Avicenna
Saputra dan Dwisang Evi. 2015. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat dan Paramedis.
Tangerang selatan : Binarupa Aksara Publisher

STIK Avicenna. 2016. Buku Panduan Seminar Keperawatan Program Studi Ners.
Kendari : SULTRA

Wardani F.A.M, 2016. Hubungan Batu Saluran Kemih dengan Penyakit Ginjal Kronik Di
Rumah Sakit An-Nur Yogyakarta Periode Tahun 2015. Yogyakarta (Tidak Di
Publikasikan).

Anda mungkin juga menyukai