Anda di halaman 1dari 6

JURNAL MEDIKA MALAHAYATI

Vol 3, No 1, Januari 2016 : 38 – 43

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA


PASIEN DIABETES MELITUS TIPE-2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KELURAHAN GEDONG AIR BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016
Ika Artini1

ABSTRAK

Latar Belakang : Diabetes mellitus (DM) saat ini menjadi salah satu kematian yang utama di dunia. Penderita DM
yang memiliki gangguan psikologis terutama kecemasan akan semakin memperburuk kadar glukosa darah pasien.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kadar glukosa darah pada pasien DM
tipe-2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Gedong Air Bandar Lampung Tahun 2016.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.sampel
berjumlah 34 responden menggunakan total sampling. Analisa data menggunakan Uji Spearman’s.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan korelasi spearman antara tingkat Kecemasan (HARS) dan
Kadar glukosa darah adalah 0,426, yang berarti bahwa kekuatan korelasi antara kedua variabel tersebut sedang. Nilai
p<0,05 (0,012), yang artinya terdapat korelasi yang bermakna antara Tingkat kecemasan dan Kadar glukosa darah
.Kesimpulan : Terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan kadar glukosa darah pada pasien DM di
Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Gedong Air Bandar Lampug tahun 2016.

Kata Kunci : Tingkat kecemasan, Kadar glukosa darah, Diabetes Melitus.

PENDAHULUAN Diabetes Melitus (DM) yang mengalami kecemasan akibat


penyakitnya, dan WHO mencatat bahwa pasien Diabetes
Kecemasan merupakam sekelompok gangguan Melitus juga sangat rentan mengalami gangguan
psikiatri yang paling sering ditemukan, kecemasan sendiri kecemasan itu sendiri, sekitar 27% dari pasien Diabetes
adalah suatu signal yang menyadarkan atau Melitus yang mengalami gangguan Kecemasan, dan
memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan kecemasan itu sendiri dapat memperburuk keadaan
memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk Diabetes Melitus karena pada seseorang yang mengalami
mengatasi ancaman. Pada tingkat yang lebih rendah kecemasan akan meningkatkan hormon
kecemasan memperingatkan ancaman cedera pada tubuh, glukokortikosteroid yang menyebabkan peningkatan kadar
rasa takut, keputusasaan, kemungkinan hukuman, atau gula dalam darah.4
frustasi dari kebutuhan sosial atau tubuh, perpisahan Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok
dengan orang yang dicintai, gangguan pada keberhasilan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
atau status seseorang.1 terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
Ganguan kecemasan juga merupakan gangguan kedua-duanya. hiperglikemia kronik pada Diabetes Melitus
yang sering dijumpai pada klinik psikiatri. Kondisi ini terjadi berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi
sebagai akibat interaksi faktor-faktor biopsikososial, atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata,
termasuk kerentanan genetik yang berinteraksi dengan ginjal, jantung, saraf, dan pembuluh darah.5
kondisi tertentu, stress atau trauma yang menimbulkan WHO sebelumnya telah merumuskan bahwa
sindroma klinis yang bermakna.2 Diabetes Melitus merupakan gangguan metabolisme
Hasil survei Persatuan Dokter Spesialis kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
Kedokteran Jiwa (PDSKJ) menunjukan hampir seluruh tingginya kadar gula darah disertai dengan tingginya
orang indonesia mengalami kecemasan, dan survei gangguan karbohidrat, infusiensi fungsi insulin dapat
mengatakan 94% masarakat indonesia mengidap disebabkan oleh ganguan produksi insulin oleh sel-sel beta
kecemasan dari tingkat ringan sampai berat. World Health langerhans kelenjar pankreas, atau kurang responsifnya
Organization (WHO) telah memprediksi bahwa penyebab sel-sel tubuh terhadap insulin.6
masalah utama pada tahun 2020 dan sebagai penyakit Penyakit Diabetes Melitus sendiri di Indonesia
kedua didunia setelah jantung iskemik.3 sangat tinggi, merupakan salah satu diantara penyakit
Hasil penelitian David terdapat 48% penderita tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa

1) Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung


Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 39
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Gedong Air Bandar Lampung Tahun 2016

akan datang. Diabetes Melitus sudah merupakan salah Tabel 2.


satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada Prevalensi Jenis Kelamin Pada Responden Penelitian di
abad 21.5 Menurut WHO Indonesia akan menempati Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Gedong Air Bandar
peringkat no 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes Lampung Mei Tahun 2016
sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025, naik 2 tingkat
dibanding tahun 1995. Terlebih pada pasien DM tipe-2 Karakteristik Jumlah Presentase (%)
yang terus melonjak, dan di Indonesia DM tipe-2 Jenis Kelamin
merupakan terbanyak ditemukan yaitu sekitar 95% dari - Laki-Laki 9 26,5
keseluruhan kasus diabetes.5,7 - Perempuan 25 73.5
Maka dengan demikian, melihat tingginya angka
Total 34 100
kejadian DM dan angka kejadian penderita DM dengan
gangguan kecemasan, maka peneliti ingin meneliti
Hasil penelitian responden yang menderita
Hubungan tingkat kecemasan dengan kadar glukosa
Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan
darah.
Gedong Air Bandar Lampung, terlihat pada tabel 4.2
didapatkan yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak
yaitu 73,5% (25 responden) dan yang berjenis kelamin
METODE PENELITIAN
laki-laki yaitu 26,5% (9 responden).
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
Tabel 3.
analitik dengan pendekatan cross sectional.sampel
Prevalensi Kadar Gula Darah Puasa Pada Responden
berjumlah 34 responden menggunakan total sampling.
Penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Gedong
Analisa data menggunakan Uji Spearman’s.
Air Bandar Lampung Mei Tahun 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Jumlah Presentase (%)
Hasil Penelitian Glukosa Darah Puasa
Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia, Jenis - < Normal 0 00.0
Kelamin, Kadar Gula Darah Puasa dan Tingkat - Normal 17 50.0
Kecemasan. - > Normal 17 50.0
Total 34 100
Tabel 1.
Prevalensi Usia Pada Responden Penelitian di Wilayah Hasil penelitian responden yang menderita
Kerja Puskesmas Kelurahan Gedong Air Bandar Lampung Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan
Mei Tahun 2016 Gedong Air Bandar Lampung terlihat pada tabel 4.3
didapatkan responden terbanyak dengan kategori kadar
Karakteristik Jumlah Presentase (%) glukosa darah normal sebanyak (17 responden), dengan
Usia kategori glukosa darah puasa lebih dari normal yaitu (17
- 30-39 8 23,5 responden), dan tidak ada responden dengan kadar
- 40-49 11 32,5 glukosa darah kurang dari normal.
- 50-59 9 26,5
Tabel 4.
- > 60 6 17,6 Prevalensi Tingkat Kecemasan Pada Responden
Total 34 100 Penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Gedong
Air Bandar Lampung Mei Tahun 2016
Hasil penelitian responden yang menderita
Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Presentase
Gedong Air Bandar Lampung terlihat pada tabel 4.1 Karakteristik Jumlah
(%)
didapatkan usia terbanyak responden yang menderita Tingkat Kecemasan
Diabetes Mellitus adalah Usia 40-49 tahun yaitu 32,5 % - Tidak ada kecemasan 8 23,5
(11 responden), diikuti usia lebih dari 50-59 tahun yaitu
- Kecemasan ringan 2 5,9
26,5% (9 responden), usia 30-39 tahun yaitu 23,5% (8
responden), dan usia > 60 tahun yaitu 17,6 % (6 - Kecemasan sedang 2 5.9
responden). Tabel diatas menunjukkan terdapat variasi - Kecemasan berat 18 52,9
usia responden yang menderita Diabetes Mellitus berkisar - Kecemasan sangat berat 4 11,8
umur 32 tahun sampai 66 tahun. Total 34 100

Jurnal Medika Malahayati Volume 3, Nomor 1, Januari 2016


40 Ika Artini

Hasil penelitian responden yang menderita Analisa ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan ketepatan hubungan variabel independent dengan variabel
Gedong Air Bandar Lampung terlihat pada tabel 4.4 dependent, yang diteliti yaitu hubungan tingkat kecemasan
responden dengan nilai kecemasannya yaitu dengan dengan kadar glukosa darah pada pasien Diabetes
katagori tidak ada kecemasan sebanyak 23,5% (8 Melitus, sehingga diketahui kemaknaannya dengan
responden), katagori kecemasan ringan sebanyak 5,9% (2 menggunakan Uji Spearman’s, dalam penelitian ini
responden), katagori kecemasan sedang sebanyak 5,9% menggunakan Uji Spearman’s dikarenakan data distribusi
(2 responden), katagori kecemasan berat sebanyak 52,9% yang tidak normal pada hasil uji normalitas.
(18 responden), katagori kecemasan sangat berat Dari hasil Uji kolerasi Spearman’sRank antara
sebanyak 11,8% (4 responden). Hubungan kadar glukosa darah dengan tingkat kecemasan
dilihat pada tabel diatas dapat diperoleh nilai sig (2-tailed)
Analisis Univariat dengan hasil 0,012, P value < 0,05 jadi 0,012< 0,05
Analisa dilakukan untuk mengetahui tingkat menujukkan adanya hubungan antara kecemasan dengan
kecemasan dan kadar glukosa darah pada pasien kadar gula darah.
Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan
Gedong Air Bandar Lampung Mei Tahun 2016
PEMBAHASAN
Frekuensi Kadar Glukosa Darah Pada Penelitian
Dari table 3 dilihat dari gambaran kadar glukosa Tingkat Kecemasan
darah puasa dan dari hasil penelitian dengan jumlah Sesuai dengan tujuan penelitian dan hipotesa
subjek 34 responden yaitu memiliki kategori kadar glukosa yang diajukan dalam penelitian ini. Maka pembahasan
darah normal 17 responden, dengan kategori lebih dari hasil penelitian diarahkan pada hubungan antara variabel
normal 17 responden, dan tidak ada responden dengan independen (tingkat kecemasan) dengan variabel
kadar glukosa darah di bawah normal dependen (glukosa darah).
Berdasarkan hasil analisis diatas terdapat 57
Frekuensi Tingkat Kecemasan pada penelitian responden Diabetes Melitus yang berada di Wilayah Kerja
Dari tabel 4 dapat dilihat gambaran tingkat Puskesmas Kelurahan Gedong Air Bandar Lampung dan
kecemasan dari hasil penelitian dengan jumlah subjek 34 yang masuk dalam kriteria inklusi sebanyak 34 responden
responden yaitu yang memiliki katagori tidak ada yang diantaranya terdapat 9 responden (26.5%) berjenis
kecemasan sebanyak 23,5% (8 responden), katagori kelamin laki-laki, dan 25 responden (73.5%) berjenis
kecemasan ringan sebanyak 5,9% (2 responden), katagori kelamin perempuan. Dari usia terdapat 8 responden
kecemasan sedang sebanyak 5,9% (2 responden), (23.5%) dengan usia (30-39) tahun, 11 responden (32.5%)
katagori kecemasan berat sebanyak 52,9% (18 dengan usia (40-49) tahun, 9 responden (26.5%) dengan
responden), dan katagori kecemasan sangat berat usia (60-69) tahun, dan 6 responden (17.6%) usia (>60)
sebanyak 11,8% (4 responden). tahun. Responden dalam penelitian ini dilakukan pada
pasien Diabetes Melitus sesuai dengan judul penelitian
Analisis Bivariat untuk melihat hubungan kadar glukosa darah dengan
Tabel 5. tingkat kecemasan pada penderita Diabetes Melitus.
Analisa Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kadar Distribusi frekuensi kadar glukosa darah puasa
Glukosa Darah Pada Responden Penelitian di Wilayah pada pasien Diabetes Melitus pada penelitian ini sebanyak
Kerja Puskesmas Kelurahan Gedong Air Bandar Lampung 34 responden yaitu 17 responden (50.0%) masuk kedalam
Mei Tahun 2016 kategori normal, 17 responden (50.0%) masuk dalam
kategori lebih dari normal, dan tidak ada responden
Hars Gdp dengan Kadar glukosa darah puasa kurang dari normal.
Hars 1.000 .426 Kadar glukosa darah adalah jumlah atau
Correlation konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah,
Coefficient . .012 pengaturan glukosa darah diatur oleh keseimbangan
Sig. (2-tailed) hormon yang menaikan kadar glukosa darah oleh hormon
N 34 34 glukagon, hormon epinefrin, hormon glukokortikoid, dan
Spearman’s rho hormon pertumbuhan. Peningkatan konsentrasi kadar
Gdp .426 1000
Correlation glukosa darah dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan
Coefficient .012 . sekresi insulin.20
Sig. (2-tailed) Menurut ilmu kedokteran bahwa penderita
Diabetes Melitus tidak akan pernah sembuh dari
N 34 34
penyakitnya, dan penyakit Diabetes Melitus merupakan

Jurnal Medika Malahayati Volume 3, Nomor 1, Januari 2016


Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 41
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Gedong Air Bandar Lampung Tahun 2016

penyakit yang akan dibawa seumur hidup oleh karenanya kognitif. Kecemasan yang berlebihan dan menganggap
salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pasien Diabetes aspek kehidupan lain. Ketegangan motorik paling sering
Melitus adalah dengan mengontrol kadar glukosa darah tampak sebagai gemetar gelisah, dan sakit kepala.
tetap normal agar tidak berlanjut ke komplikasi dan Hiperktivitas otonom sering bermanifestasi sebagai nafas
kematian.21 pendek, keringat berlebihan, palpitasi, dan sebagai gejala
Distribusi frekunsi tingkat kecemasan pada gastrointestinal. Kesiagaan kognitif terlihat dengan adanya
pasien Diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas iritabilitas dan mudahnya pasien merasa terkejut.1
Gedong Air Bandar Lampung pada penelitian ini dapat Diagnosis Kecemasan dihubungkan tiga (atau
dilihat bahwa dengan katagori tidak ada kecemasan lebih) dari enam gejala berikut (dengan paling kurang
sebanyak 23,5% (8 responden), katagori kecemasan beberapa gejala tadi terjadi lebih banyak dibandingkan
ringan sebanyak 5,9% (2 responden), katagori kecemasan tidak selama 6 bulan terakhir).13
sedang sebanyak 5,9% (2 responden), katagori a. Gelisah atau perasaan tegang atau cemas
kecemasan berat sebanyak 52,9% (18 responden) dan b. Merasa mudah lelah
katagori kecemasan sangat berat sebanyak 11,8% (4 c. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
responden). d. Iritabilitasa
Penelitian ini sejalan dengan teori bahwa e. Ketegangan otot
Kecemasan memperingatkan ancaman cedera pada f. Gangguan tidur (kesulitan untuk memulai atau tetap
tubuh, rasa takut, keputusasaan, kemungkinan hukuman, tidu, atau tidur yang gelisah atau tidak memuaskan.
atau frustasi dari kebutuhan sosial atau tubuh, perpisahan
dengan orang yang dicintai, gangguan pada keberhasilan Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kadar Glikosa
atau status seseorang yang mana pada pasien Diabetes Darah Pada Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Melitus ini mengalami perubahan dalam hidup karena Puskesmas Kelurahan Gedong Air Bandar Lampung
penyakit yang dideritanya.15 Mei Tahun 2016
Gangguan cemas juga merupakan kondisi Hasil analisis dari hubungan antara kadar glukosa
gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan darah dengan tingkat kecemasan di Wilayah Kerja
kekhawatiranyang berlebihan atau tidak rasional bahkan Puskesmas Kelurahan Gedong Air Bandar Lampung
terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa dilakukan dengan menggunakan Uji kolerasi Spearman’s
kehidupan sehari-hari. Kecemasan yang dirasakan sulit Rank antara kadar glukosa darah dengan tingkat
untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala kecemasan dapat dilihat pada tabel 4.5 diatas dapat
somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, diperoleh nilai sig (2-tailed) dengan hasil 0,012 maka lebih
dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang kecil dari kemaknaan P value < 0,05 (0,012<0,05) dengan
jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
dan pekerjaan.2 antara tingkat kecemasan dengan kadar glukosa darah
Faktor biologik yang berperan pada gangguan ini pada pasien diabetes mellitus, dan di dapatkan nilai
adalah “neurotransmitter”. Ada tiga jenis neurotransmitter kolerasi (0,426), dengan demikian dapat disimpulkan
yang berperan pada gangguan ini yaitu, norepinefrin, bahwa kekuatan kolerasi pada penelitian ini adalah
serotonin, dan gamma amino butiric acid atau GABA. sedang.
Namun neurotransmitter yang memegang peranan utama Penelitian ini sejalan dengan teori bahwa Konflik
pada gangguan cemas menyeluruh adalah serotonin. psikologis seperti kecemasan dapat meyebabkan semakin
Sedangkan norepinefrin terutama berperan pada memburuknya kondisi kesehatan pada seseorang
gangguan panik.17 tersebut, dan pada pasien DM yang mengalami
Faktor psikososial juga berperan pada gangguan kecemasan memiliki kontrol gula darah yang buruk.
kecemasan, seperti lingkungan sangat penting terhadap Kecemasan dapat menyebabkan glikosuria, dan
terjadinya kecemasan, Kaitan dengan pengalaman gangguan metabolisme karbohidrat. Pada penderita DM
perpisahan pada masa kanak-kanak dini juga dapat sistem saraf pusat dan pengeluaran epinefrin dapat
menyebabkan kecemasan, terutama perpisahan dengan meningkatkan pemecahan glikogen oleh hepar, hal ini
kedua orang tua. Teori kasih sayang Bowlby menunjukkan membuktikan bahwa kecemasan dapat menimbulkan
bahwa perpisahan seperti ini menyebabkan perasaan tidak terjadinya hiperglikemi. Kecemasan meningkatkan hormon
aman, yang diaktifkan kembali di masa selanjutnya. Teori ACTH yang akan mengaktifkan korteks adrenal untuk
psikoanalitik dari Freud menunjukkan bahwa kecemasan mesekresi hormon glukokortikosteroid yang akan
intrapsikis yang disebabkan oleh konflik emosional dapat meningkatkan glukogenesis sehingga kadar glukosa darah
diekspresikan secara langsung sebagai gangguan akan meningkat.1,4
kecemasan.8 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
Gejala utama gangguan kecemasan adalah dilakukan oleh Dewi Suciati yang berjudul “Hubungan
ketegangan motorik, hiperaktivitas otonom, dan kesiagaan antara kecemasan dengan kadar gula darah pada diabetes

Jurnal Medika Malahayati Volume 3, Nomor 1, Januari 2016


42 Ika Artini

mellitus di rumah sakit DKT Yogjakarta”. Hasil analisis responden dengan kategori kadar glukosa darah
didapatkan nilai P= 0,008 (<0,05) dari 51 responden yang normal yaitu 50.0% (17 responden), dengan kategori
diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang mempunyai glukosa darah lebih dari normal yaitu 50.0% (17
tingkat kecemasan meningkat akan berpengaruh terhadap responden), dan tidak terdapat responden dengan
nilai kadar gula darah pada Diabetes Mellitus tipe 2 kadar glukosa darah kurang dari normal.
dibandingkan dengan yang normal dan secara statistik 2. Sebagian besar responden dengan nilai
bermakna ( Analisis Chi-square). kecemasannya yaitu dengan katagori tidak ada
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian kecemasan sebanyak 23,5% (8 responden), katagori
yang dilakukan oleh Atika Widya Syari’ati yang berjudul kecemasan ringan sebanyak 5,9% (2 responden),
“Hubungan Kecemasan dengan Kadar Gula Darah katagori kecemasan sedang sebanyak 5,9% (2
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Salatiga”. responden), katagori kecemasan berat sebanyak
Hasil analisis didapatkan nilai P= 0,077 (<0,05) dari 40 52,9% (18 responden) dan katagori kecemasan
responden yang diteliti. Hal ini tidak menunjukkan hal sangat berat sebanyak 11,8% (4 responden).
positif terhadap orang yang mempunyai tingkat kecemasan 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar
meningkat akan berpengaruh terhadap nilai kadar gula glukosa darah dengan tingkat kecemasan pada
darah pada Diabetes Mellitus tipe 2. Tidak sejalan dengan pasien Diabtes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas
teori Semakin tinggi kecemasan maka semakin tinggi nilai Kelurahan Gedong Air Bandar Lampung yang terletak
kadar gula darah analisis menggunakan Uji Spearmant’s. di Jln. Sisingamangaraja no.13 Kecamatan Tanjung
Hasil penelitian ini yaitu terdapat adanya Karang Barat, diperoleh hasil perhitungan bahwa p-
hubungan kecemasan dengan kadar gula darah terhadap value sebesar (0,012>0,05), dan didapatkan nilai
pasien Diabetes Mellitus berpengaruh positif terhadap nilai korelasi (0.426) dan dengan demikian dapat
normal kadar gula darah. Dan dari hasil penelitian 34 disimpulkan bahwa kekuatan korelasi pada penelitian
responden di teliti dengan kriteria ekslusi dan inklusi ini adalah sedang.
didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna
antara tingkat kecemasan dengan kadar glukosa darah
pasien diabetes mellitus dengan p=value 0,012> 0,05. SARAN

Keterbatasan Penelitian 1. Bagi Instituti Pendidikan


Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan
sedikitnya jumlah responden yang melakukan diet, rajin daftar kepustakaan bagi mahasiswa khususnya
olah raga, dan mengkonsumsi obat anti diabetik. Dan mahasiswa kedokteran Universitas Malahayati Bandar
kekurangan pada penelitian dengan tidak dilakukannya Lampung.
pemeriksaan food recalls yang dikarenakan oleh 2. Bagi Institusi Kesehatan (Puskesmas Kelurahan
keterbatasan ilmu peneliti. Gedong Air Bandar Lampung)
Perlunya peningkatan usaha untuk melakukan edukasi
Melaporkan Hasil uji kolerasi spearman’s yang secara cermat dan lebih teliti kepada penderita
Tabel menyajikan hasil analisis korelasi Diabetes Mellitus agar dapat terus menjaga dan
spearman. Tabel terdiri atas koefisien kolerasi (r), nilai p, mengkontrol kadar glukosa darah, dan diperlukannya
dan jumlah subjek. tenaga konselor di puskesmas untuk melayani pasien
Tabel 6. Diabetes Melitus sehingga pasien dapat
Hasil Analisis Korelasi Spearman mengkonsultasikan kondisinya.
3. Bagi responden
Sosial Problem Bagi penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 untuk dapat
Somatic R 0,426 mengikuti berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
complaint P 0,012 Diabetes, guna memperluas pengetahuan dengan
N 34 demikian pasien dapat mengontrol kadar glukosa
darah serta mengetahui faktor apa saja yang dapat
KESIMPULAN mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah.
Apabila kadar glukosa terus meningkat akan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian memperburuk keadaan penderita dan dapat
mengenai Hubungan tingkat kecemasan dengan kadar menyebabkan komplikasi dalam Diabetes Melitus
glukosa darah pada pasien Diabetes Melitus di Wilayah seperti ketoasidosis, koma non ketotik, mikroangiopati,
Kerja Kelurahan Gedong Air Lampung tahun 2016 makroangiopati, retinopati (kebutaan) dan sampai
kesimpulan sebagai berikut : kematian. Selain faktor eksternal ternyata faktor
1. Sebagian besar hasil penelitian didapatkan internal seperti keadaan psikologis juga dapat

Jurnal Medika Malahayati Volume 3, Nomor 1, Januari 2016


Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 43
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Gedong Air Bandar Lampung Tahun 2016

mempengaruhi kadar glukosa darah, oleh karena itu Surabaya : Airlangga University Press. 2002
diharapkan pada pasien Diabetes untuk dapat menjaga 13. Syamsulhadi. Kuliah DSM IV-TR. Surakarta : UNS
kesehatan psikologis terutama menghindari perasaan Press. 2007
cemas karena dapat memperburuk kadar glukosa 14. Hastuti, Rini Tri. Faktor-faktor Risiko Ulkus Diabetika
darah. Pada Penderita Diebetes Melitus (Studi Kasus di
4. Bagi Peneliti Selanjutnya RSUD Dr.Moewardi Surakarta). Tesis Unoversitas
Diharapkan mampu untuk menjadi dasar, pondasi dan Diponegoro. 2008
bahan rujukan untuk dilakukan penelitian-penelitian 15. Shahab, Alwi. Diagnosis dan Penatalaksanaan
lainnya yang mampu memberikan manfaat bagi Diabetes Melitus. http://dokter-
penderita Diabetes. Dan untuk peneliti selanjutnya agar alwi.com/diabetes.html (21 agustus 2015).
dapat melengkapi kekurangan pada penelitian ini 16. Schteingart DS. Metabolisme Glukosa dan Diabetes
seperti yang belum dilakukannya pemeriksaan food Melitus, Patofisiologi, Konsep Klinis dan Proses
recalls dan pengambilan data dari pemeriksaan HbA1c Penyakit. Ed.S.Jakarta:EGC, 2006
yang akan memperkuat penelitian. 17. Arifin zaena.Analisa Hubungan Kualitas Tidur
Dengan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes
Melitus tipe-2 di RSUD Provinsi Nusatenggara Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Tesis Depok: Universitas Indonesia 2011
1. Sadock, Bejamin James. Sadock, Virginia Alcott. 18. Irawan dedy. Prevalensi dan Faktor Resiko Kejadian
Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. EGC. Jakarta: 2014 Diabetes Melitus tipe-2 di Daerah Urban Indonesia
2. Elvira, D.Sylvia. Hadikusanto, Gitayanti. Buku Ajar (Analisis Data Sekunder Rikesda 2007) Tesis Depok:
Psikiatri. edisi ke 2 . Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2010
Universitas Jakarta: 2013 19. Price A.S, Wilson M.L, Konsep Klinis Proses-proses
3. Lumbantobing, Bencana Peredaran Darah Di Otak, Penyakit. edisi 6. penerbit Buku Kedokteran. Jakarta :
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas 2005
Indonesia, jakarta : 2004 20. Quratuaeni.Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan
4. David G, Risk Factors Diabetic Foot Ulcers and Terkendalinya Kadar Glukosa Darah Pada Pasien
Prevention, Diagnosis, and Classification, University Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat
of Texas Health Science Center at San Antonio and (RSUP) Fatmawati Jakarta. 2009
the Diabetic Foot Research Group, San Antonni, 21. Tandra, H. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui
Texas: 1998 Tentang Diabetes. PT. Gramedia Pustaka Utama.
5. Mudjadid, E. Pemahaman dan Penanganan Jakarta:2007
Psikomatik Gangguan Anxietas dan Depresi di 22. Smeltzer, S.C & Bare, B.G Textbook of Medical
Bidang Ilmu Penyakit Dalam.in:Ilmu Penyakit Dalam. Surgical Nursing. Philadelphia: Lippincott 2008
Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu 23. Yunir, E., & Soebardi,S. Terapi non Farmakologi
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas pada Diabetes Melitus, dalam Sudoyo Buku Ajar Ilmu
Indonesia. 2006 Penyakit Dalam. Departemen Penyakit Dalam FKUI.
6. Departemen Kesehatan. Pharmaceutical Care untuk Jakarta:2006
Penyakit Diabetes Melitus.2005 24. Santoso, M. Senam Diabetes Seri 3. Yayasan
7. Sudoyo W. Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Diabetes Indonesia. Jakarta: 2006
Simadibrata K Marcellus, Setiati Siti. Buku Ajar 25. Soegondo, S. Farmakologi Pada Pengendalian
Penyakit Dalam, jlid II , Edisi VII, jl.Diponegoro 71 Glikemia Diabetes Melitus tipe 2, dalam Sudoyo Buku
Jakarta Pusat : 2014 Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu Penyakit
8. Puri, B.K. Laking, P.J. Treasaden. Buku Ajar Psikiatri. Dalam FKUI. Jakarta:2006
edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: 2013 26. Kirkman, MS., Williams SR., Caffery HH., Marerro
9. Harold, Kaplan. Sadock, J.Bejamin. Ilmu Kedokteran DG., Impact of Program to Improve Adherence to
Jiwa Darurat. Penerbit Widya Medika. Jakarta: 1998 Diabetes Guidelines by Primary Care Physicians.
10. Hawari, D, Manfaat Pemeriksaan MMPI Sebagai Diabetes Care 2002
Penunjang /Pelengkap Diagnosis Klinis ciri/gangguan 27. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Kepribadian (AKSIS 2, PPDGJ-II) Bagian I, dalam Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2002
Majalah Psikiatri, Tahun XXI No.4 Desember 1988 28. Notoatmojo, S. Methodologi Penelitian Kesehatan.
11. Idrus, M Faisal. Anxietas dan Hipertensi. Bagian Rineka Cipta. Jakarta : 2012
Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 29. Gallo.Gerontologi, Jakarta: EGC, 2002
Makasar. 2006 30. Hamilton PM. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas.
12. Maramis, W. F. Catatan Ilmu Kesehatan Jiwa. Edisi 6. Jakarta: EGC. 1995

Jurnal Medika Malahayati Volume 3, Nomor 1, Januari 2016

Anda mungkin juga menyukai