PENDAHULUAN
dari transformasi sel induk hematopoietik, dicirikan dengan sel yang belum
berdiferensiasi atau belum matang, biasanya sebuah sel blast, dan permulaan
serangan penyakit ini umumnya tiba-tiba dan cepat dengan waktu hidup yang
singkat. Leukemia akut dibagi menjadi leukemia mieloid akut (AML) dan
leukemia limfoid akut (ALL). Leukemia akut terlihat pada kedua jenis kelamin
dan di segala usia, dengan insiden meningkat dramatis pada individu berusia lebih
dari 50 tahun. Leukemia kronis dibagi menjadi leukemia mieloid kronis (CML)
dan leukemia limfoid kronis (CLL). Etiologi leukemia masih belum diketahui
secara pasti, namun ada beberapa faktor resiko seperti faktor genetik, riwayat
Gunz adalah Leukemia akut (AML dan ALL) 60%, CLL 25%, CML 15%, di
Kenya, Tiongkok, dan India, CML mengenai penderita berumur 20-40 tahun.
Pada orang Asia Timur dan India Timur jarang ditemui CLL, di Indonesia ,
frekuensi CLL sangat rendah. CML merupakan leukemia kronis yang paling
sering di jumpai. Leukemia merupakan 2,8% dari seluruh kasus kanker, belum
1
ada angka pasti mengenai insiden leukemia di indonesia, namun menurut Sistem
10,4% .1-4,13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dimulai di yolk sac dari embrio, kemudian di hati, limpa, timus, dan kelenjar getah
2
bening pada fetus. Sumsum tulang merah menjadi tempat utama hemopoiesis
dalam 3 bulan terakhir sebelum lahir, dan berlanjut setelah lahir hingga seumur
hidup. Sumsum tulang merah adalah jaringan ikat yang sanagat tervaskularisasi
yang terletak dianara trabekula tulang spongiosa, antara lain di tulang aksial, iga,
tulang belikat, pelvis, dan bagian proksimal epifisis tulang humerus dan femur.
Sekitar 0.05-0.1% sel sumsum tulang berasal dari mesenkim dan disebut
sel induk pluripoten atau hemositoblas. Sel-sel ini meiliki kemampuan untuk
hemositoblas dalam sumsum tulang merah menghasilkan 2 tipe sel induk yang
mampu berkembang menjadi beberapa tipe sel, yaitu sel induk myeloid dan
3
progenitor, yang sudah tidak lagi mampu mereproduksi dirinya sendiri, dan
precursor atau blast, yang kemudian menjadi elemen darah yang nyata. Beberapa
Leukosit, atau disebut juga leukosit, adalah unit mobile dalam sistem
monosit dan sedikit limfosit) dan sebagian di jaringan limfe (limfosit dan sel
dibawa ke area dimana terjadi infeksi atau inflamasi serius, untuk menyediakan
Sebagai tambahan, juga terdapat banyak platelet, yang merupakan fragmen dari
tipe sel lain yang serupa dengan leukosit yang ditemukan di sumsum tulang, yakni
4
Produksi leukosit yang tidak terkontrol dapat disebabkan oleh mutasi
ganas dari sel mielogen dan limfogen. Hal ini mengakibatkan leukemia, yang
biasa ditandai dengan peningkatan jumlah leukosit abnormal dalam jumlah besar
2.2 DEFINISI
genetik pada sel-sel di sumsum tulang. Istilah leukemia pertama kali dijelaksan
oleh Virchow sebagai “darah putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik
Leukemia akut ditandai dengan sel yang belum berdiferensiasi atau belum
matang, biasanya sebuah sel blast, dan permulaan serangan penyakit ini umumnya
tiba-tiba dan cepat dengan waktu hidup yang singkat. Disebut akut berarti bahwa
leukemia apat berkembang pesat dan dapat bersifat fatal bila tidak diterapi.
Leukemia akut dibagi menjadi 2 tipe umum, yaitu leukemia myeloid akut (AML)
beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna
dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel
normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel
abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau
5
2.3. EPIDEMIOLOGI
didiagnosa setiap tahunnya. Pada 2012, sekitar 47.150 kasus leukemia baru
didiagnosa, dan 23.450 kematian dari semua jenis leukemia. Insiden leukemia,
termasuk akut dan kronik, adalah 12,5 per 100.000 penduduk, insiden AML
Kronik (CML) pada semua usia, lebih sering pada orang dewasa, Leukemia
Granulositik Kronik pada semua usia tersering usia 40-60 tahun, Leukemia
Limfositik Kronik (CLL) terbanyak pada orang tua. Leukemia Mieoloblastik Akut
lebih sering ditemukan pada usia dewasa (85%) daripada anak-anak (15%).
Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria terserang sedikit
tidak ada satu penyebab umum yang pasti untuk proliferasi seluler yang abnormal.
Namun, ada beberapa faktor resiko dan penyimpangan genetik yang berhubungan
dengan keganasan ini. Translokasi genetik atau kesalahan mitosis terlihat pada
6
sel-sel leukemia. Ada kecenderungan yang signifikan pada leukemia yang terjadi
infeksi.2,8
maupun setelah lahir (acquired) defek pada kromosom ini diakibatkan oleh mutasi
dan replikasi DNA secara otonom yang potensial menghasilkan sel-sel leukemia
yang berupa sel blast (leukemic blast cell). Faktor predisposisi untuk AML adalah
Pasien dengan down syndrom memiliki resiko 10 hingga 18 kali lebih tinggi
14
untuk menderita leukemia, terutama AML tipe M7.
merupakan zat leukomogenik untuk AML. Selain itu, radiasi ionik juga diketahui
leukemia, termasuk AML, pada orang-orang yang selamat dari serangan bom
7
atom di Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945. Efek leukogenik dari paparan ion
radiasi tersebut mulai tampak sejak 1,5 tahun sesudah pengeboman dan
2.4. PATOFISIOLOGI
manusia dengan infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan
meningkatkan produksi leukosit pada sumsum tulang yang lebih dari normal.
Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti
kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemia juga merusak produksi sel darah
lain pada sumsum tulang termasuk eritrosit dimana sel tersebut berfungsi untuk
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi leukosit
membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai
sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel
darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya,
8
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang
disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu
sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang
sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang
dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan
sel darah normal. Proses patofisiologi leukemia dimulai dari transformasi ganas
sel induk hematologis dan turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini
sehingga terjadi bone marrow hipoaktivasi, infiltrasi sel leukemia ke dalam organ,
2.5. KLASIFIKASI
besar sel-sel abnormal seperti leukosit (matang) atau seperti sel-sel induk (belum
matang). Pada leukemia akut, sel-sel di sumsum tulang tidak dapat matang dengan
benar. Sel yang immatur ini terus bereproduksi. Tanpa pengobatan, kebanyakan
pasien hanya dapat hidup beberapa bulan. Beberapa jenis leukemia akut merepson
baik terhadap pengobatan dan dapat sembuh. Pada leukemia kronik, sel-sel dapat
matang sebagian tetapi tidak sepenuhnya,. Sel-sel ini mungkin terlihat cukup
normal, tetapi umumnya mereka tidak berfungsi sebaik leukosit normal. Mereka
bertahan hidup lebih lama, dan menggeser sel-sel normal. Leukemia kronik
cenderung berkembang dalam periode watu yang lebih lama, dan sebagian besar
9
lebih sulit disembuhkan daripada leukemia akut.5
patologis, dan prognosis. Karena terapi optimal dari setiap klasifikasi berbeda,
pengakuan dari setap klasifikasi bukan hanya penting untuk keperluan ilmiah,
tetapi juga bagi perawatan optimal bagi pasien. Leukemia dengan banyak cara,
antara lain:12
5. Berdasarkan matur dari stem sel atau sel progenitor dimana mutasi
(WHO).8
10
Gambar 2. Klasifikasi FAB. AML dan ALL
sebagaimana sel-sel pada sumsum tulang digantikan oleh sel ganas. Efek-efek
tersebut seperti pucat, lemas, tidak memiliki tenaga, cepat lelah, mudah memar,
Seperti semua sel darah lainnya, sel leukemia beredar di seluruh tubuh.
Gejala leukemia bergantung pada jumlah sel leukemia dan dimana sel leukemia
tersebut terkumpul dalam tubuh. Orang dengan leukemia kronik dapat tidak
pemeriksaan darah rutin secara tidak sengaja. Seseorang dengan leukemia akut
biasanya pergi ke dokter saat mereka merasa sakit. Jika otak telah terkena, mereka
mungkin mengalami sakit kepala, muntah, kehilangan kontrol otot, atau kejang.
Leukemia juga dapat mempengaruhi bagian tubuh seperti saluran cerna, ginjal,
11
1. Anemia.
2. Perdarahan.
3. Infeksi.
5. Nyeri Perut.
12
dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu
nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita
leukemia.
kelenjar limfe, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya.
nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan
pertolongan medis.
menyebar pada kulit yang nantinya menyebabkan pembengkakan atau titik yang
pembengkakan, nyeri dan pendarahan. Pada otak maupun spinal cord dapat
2.7. DIAGNOSIS
13
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sehingga dapat
dilakukan dan pasien dapat melaporkan riwayat leukemia atau gejala dan faktor
resiko yang ada. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan gumpalan, atau
abnormalitas lain dan gejala dari leukemia. Pada pemeriksaan fisik biasanya akan
diperiksa ada tidaknya pembengkakan pada kelenjar getah bening, limfe, dan
hepar.
jumlah sel-sel darah putih meningkat sangat tinggi, dan jumlah trombosit dan
akan meneliti darah untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda kelainan pada hati
dan/atau ginjal.
atau tulang besar lainnya. Ahli patologi kemudian akan memeriksa sampel di
bawah mikroskop, untuk mencari sel-sel kanker. Cara ini disebut biopsi, yang
merupakan cara terbaik untuk mengetahui apakah ada sel-sel leukemia di dalam
sumsum tulang.
14
3. Sitogenetik: laboratorium akan memeriksa kromosom sel dari sampel
darah tepi, sumsum tulang (bone marrow sample), atau kelenjar getah bening.
berlangsung sekitar 30 menit dan dilakukan dengan anestesi lokal. Pasien harus
berbaring selama beberapa jam setelahnya, agar tidak pusing. Laboratorium akan
memeriksa cairan apakah ada sel-sel leukemia atau tanda-tanda penyakit lainnya.
di thorax.
Leukemia sering sulit didiagnosa karena mirip dengan kondisi lain. Perlu
investigasi medis yang intensif bila didapatkan tanda dan gejala yang menetap.
Diagnosis diperkuat secara patologis dengan pemeriksaan sel darah dan sumsum
tulang. Hapusan darah tepi akan menunjukkan jumlah eritrosit dan platelet yang
menunjukkan hiperseluler dengan 60-100% sel blast, sesekali mieloid normal, dan
leukemia tertentu, dan analisis sitogenik sel blast sumsum atau darah perifer saat
diagnosis. Sampel sumsum juga harus dikumpulkan dan disimpan untuk analisis
selanjutnya untuk mutasi molekular. Sampel yang didapat harus cukup untuk
15
pemeriksaan mikroskopis, imunofenotipe, dan analisa genetik sito dan molekular.
beberapa tes, jika mengandung cukup sel-sel leukemia, tapi beberapa hasil
mungkin berbeda dalam darah dengan sumsum, dan pengambilan sampel sumsum
dianjurkan kecuali bila terhalang oleh kondisi medis pasien. Tes-tes lain yang
hati) dan koagulopati juga diperlukan saat diagnosis. Pungsi lumbal seharusnya
dilakukan saat diagnosis pasien ALL anak dan semua pasien ALL dengan gejala
neurologis.1,8
hanya 70-80% benar dalam membedakan ALL dan AML. Beberapa fitur yang
mieloid dan limfoid, tetapi sekarang sebagian besar dibatasi penggunaannya untuk
16
acetate atau butyrate esterase). Periodic acid-Schiff (PAS) dan esterase spesifik
(SE) kurang berguna, dan beberapa pewarnaan enzim lain kurang berguna untuk
darah. Pada sumsum tulang di diperlukan sel blast >20% untuk ditegakkan
17
Di bawah ini adalah apusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa
dengan perbesaran 1000x.11
2.8. TATALAKSANA
18
1. Kemoterapi
Tergantung pada jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau
kombinasi dari dua obat atau lebih. Kemoterapi merupakan terapi pilihan untuk
leukemia. Sampel pemeriksaan sel darah atau sumsum tulang harus didapatkan
2. Terapi Biologi
untuk meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan
melalui injeksi di dalam vena. Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis,
jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan
kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.
Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan
leukemia.
3. Terapi Radiasi
berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien,
sebuah mesin yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian
lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien
19
4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang
tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel
leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien
akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung fleksibel
yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel
darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini.
2.9. PENCEGAHAN
secara pasti, dan beberapa faktor resiko tidak dapat diubah, maka tidak ada cara
pencegahan yang spesifik untuk leukemia akut. Kebanyakan kasus ALL memiliki
faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan. Mungkin mengontrol beberapa faktor
resiko yang dapat dikendalikan serta dengan deteksi dini penyakit adalah cara
primer meliputi kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau
gangguan sebelum hal itu terjadi. Merokok adalah faktor resiko paling signifikan
yang dapat dikontrol pada AML, dan berhenti merokok akan menurunkan resiko
untuk petugas radiologi dan pasien, merupakan salah satu cara untuk menurunkan
resiko terkena leukemia akut. Menghindari paparan bahan kimia yang diketahui
20
sebagai penyebab kanker, seperti benzene, dapat menurunkan resiko terkena
AML. Bila terdapat beberapa jenis kanker yang harus diobati dengan kemoterapi
maka sangat sulit untuk mengobati kanker terseut tanpa meningkatkan resiko
mengancam jiwa.4,5,11
secara dini dan memberkan tatalaksana yang cepat dan tepat. Diagnosis dini
dimulai dari mencari tanda dan gejala klinis, dengan anamnesis dan pemeriksaan
nyeri tekan costae, ekimosis, dan perdarahan retina. Pada AML mungkin
ditemukan hipertrofi gusi yang mudah berdarah, dan terkadang ada gangguan
pengelihatan yang disebabkan perdarahan fundus okuli. Bila didapatkan anemia &
darah tepi pada ALL umumnya ditemukan leukositosis (60%) dan terkadang
dimana hampir semua sel sumsum tulang diganti sel blast, terdapat perubahan
tiba-tiba dari sel blast ke sel matang tanpa leukemic gap. Setelah itu diagnoss
ditetapkan, penting untuk segera memberikan tatalaksana yang cepat dan tepat.
21
Tatalaksana yang paling direkomendasikan adalah kemoterapi.8,11
penderita leukemia dilakukan perawatan atau penanganan oleh tenaga medis ahli
di rumah sakit. Salah satu perawatan yang diberikan adalah perawatan paliatif,
yaitu meringaknan gejala yang diderita pasien. Bila ada rasa sakit maka dapat
transfusi darah untuk memperbaiki jumlah sel darah yang rendah dan mengobati
kelelahan. Mual dan penurunan nafsu makan dapat dibantu dengan obat dan
infeksi. Perbaikan gaya hidup sehat juga dianjurkan untuk memperbaiki kualitas
hidup penderita. Selain itu dukungan moral dari orang-orang terdekat, perbaikan
2.10. PROGNOSIS
tatalaksana adalah dengan penilaian resiko dan faktor prognostik untuk durasi
untuk menentukan pemberian terapi standar atau lebih intensif. Faktor prognostik
DAFTAR PUSTAKA
22
1. Greer JP, Foerster J, Rodgers GM, Paraskevas F, Glader B, Arber DA, Means
Jr RT. Wintrobe’s Clinical Hematology, 12th ed. Philadephia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2008. p. 1791-1955.
2. McCance, Kathryn L, Huether, SE. Pathophysiology: The Basic for Disease in
Adults and Children, 6th ed. United States of America: Elsevier Mosby; 2010.
p. 1019-29.
3. Fauci AS, Eugene B, Dennis LK, Stephen LH, Dan LL, James LJ, Joseph L.
Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th Edition. United States:
McGraw-Hill Professional; 2008. p. 677-700.
4. American Cancer Society. Leukemia: Acute Lymphocytic Overview. 2013.
Available at: http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003054-
pdf.pdf. Accesed Agust 07, 2019.
5. American Cancer Society. Leukemia: Acute Myeloid (Myelogenous). 2013.
Available at: http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003110-
pdf.pdf. Accesed Agust 07, 2019.
6. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology, 12th ed.
United States of America: John Wiley & Sons, Inc.; 2009. p. 689-716
7. Guyton, Arthur C, Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology,
12th ed. United States: Saunders; 2010. p. 429-38.
8. O’Donnell, MR. Acute Leukemias. 2013. Available at:
http://www.cancernetwork.com/articles/acute-leukemias. Accesed August 9, 2014.
9. Estey E.H. Acute Myeloid Leukemia: 2012 update and diagnosis, risk
stratification, and and management. Am J Hematol. 2012; 87: 89-99.
10. Pui CH, Relling MV, Pharm D, Downing JR. Mechanism of Disease: Acute
Lymphoblastic Leukemia. N Engl J Med. 2004; 350: 1535-48.
11. Asra D. Tinjauan Pustaka Leukemia. 2010. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20969/4/Chapter%20II.pdf . Accesed
may 05, 2019.
12. Robinson SK, Broadfield L. Guidelines for the Management of Acute
Myelogenous Leukemia. Hematology Cancer Site Team, Cancer Care Nova
Scotia; 2005.
13. Kurnianda J, Fadjari H, Rotty, L, Fianza, P. Leukemia . Dalam Buku Ajar
23
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2.Edisi 4.FKUI: Jakarta 2007.Hlm:706-728.
14. ncbi
24