Anda di halaman 1dari 54

USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG FUNGSI


PENGAWASAN KEPALA RUANGAN DENGAN PELAKSANAAN
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TIMBANG TERIMA PASIEN DI
RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH MANADO

Oleh :
AYU ASHARI NGANDRO
1601082

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MANADO
2020

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
USULAN PENELITIAN
HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG FUNGSI
PENGAWASAN KEPALA RUANGAN DENGAN PELAKSANAAN
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TIMBANG TERIMA PASIEN DI
RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH MANADO

Diajukan Oleh:
AYU ASHARI NGANDRO
1601082

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing I
SR
Ns.Hj.Silvia Dewi Mayasari Riu,S.Kep.,M.kes
NIDN:0905098601

Pembimbing II
SRW
Ns.Sarwan,S.Kep.,M.Kep

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
BAB I PENDAHALUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
D. Manfaat Penelitian........................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................7
A. Konsep Persepsi Perawat tentang Fungsi Pengawasan Kepala Ruangan...7
B. Konsep Dasar Pelaksanaan Timbang Terima Pasien..................................11
C. Keterkaitan Persepsi Perawat Pelaksana tentang Fungsi Pengawasan
Kepala Ruangan dengan Timbang Terima Pasien.............................................18
D. Peneliti Terkait............................................................................................19
BAB III KERANGKA KONSEP..........................................................................22
A. Kerangka Konsep........................................................................................22
B. Hipotesis Penelitian.....................................................................................22
C. Variabel Penelitian......................................................................................23
D. Definisi Operasioanal..................................................................................24
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................26
A. Desain Penelitian.........................................................................................26
B. Populasi dan Teknik Sampel.......................................................................26
C. Waktu dan Tempat Penelitian.....................................................................28
D. Instrumen Penelitian...................................................................................28
E. Prosedur Pengumpulan Data.......................................................................30
F. Pengelolaan Data.........................................................................................32
G. Teknik Analisa Data................................................................................33
H. Etika Penelitian........................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan persepsi perawat pelaksanan tentang


fungsi pengawasan kepala ruangan dengan pelaksanaan timbang
terima pasien

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1:Definisi operasional hubungan persepsi perawat tentang fungsi


pengawasan ke pala ruangan dengan pelaksanaan standar prosedur
operasional timbang terima di rumah sakit pancaran kasih manado

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed consent


Lampiran 2 Pernyataan kesediaan menjadi responden
Lampiran 3 Instrumen Penelitian

vi
BAB I

PENDAHALUAN

A. Latar Belakang

Untuk upaya menjaga mutu pelayanan keperawatan di sarana

kesehatan yang berhubungan tentang keselamatan pasien,ada banyak

faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan suatu

pelaksanaan tindakan, termasuk pelaksanaan perawat dan keselamatan

pasien dalam berkomunikasi efektif salah satunya pada saat perawat

melakukan pelaksanaan timbang terima (Farida, 2016).

Timbang terima atau biasa sering di sebut dengan istilah Handover

merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menyampaikan dan

menerima laporan yang sehubungan dengan keadaan pasien yang

dilakukan antar perawat dengan perawat maupun antara perawat dengan

pasien secara akurat serta lebih nyata,pelaksanaan timbang terima

dilakukan harus bersifat jelas, singkat dan lengkap (Nursalam, 2015).

Timbang Terima juga dilakukan mulai dari persiapan, pelaksanaan di

nurse station dan dilanjutkan di samping tempat tidur pasien atau bedside

handover, serta post timbang terima (Putra, 2016).

Maka dari itu jika komunikasi dalam handover tidak efektif dapat

menyebabkan kesalahan dalam kesinambungan pelayanan dan pengobatan

yang tidak tepat serta mengakibatkan potensi kerugian bagi pasien, hal ini

diperkuat oleh laporan dari Institute Of Medicine (IOM) melaporkan

bahwa kegagalan awal dalam keselamatan pasien sering terjadi akibat

timbang terima pasien yang tidak memadai (Nursalam,2015).

1
Kesalahan yang terjadi pada saat timbang terima pasien sering di

kabarkan karena komunikasi yang tidak lengkap atau tidak efektif

sehingga dapat menyebabkan gangguan dalam kontinuitas keperawatan

yang berpotensi membahayan pasien (Ovari,2015).

Word Health Organization (WHO) tahun 2016 di ketahui insiden

keselamatan pasien di dunia umumnya di sebabkan karena permasalahan

komunikasi, sebesar 67% dari 2.900 sentinel events di Amerika serikat

pada tahun 2014-2017 (Karen,2018).Dari 2010 hinga 2016 25-41% di

Australia kejadian sentinel di sebabkan kegagalan komunikasi

(Kusumapradja,2017).Dari Publikasi Komite Kesalamatan Pasien Rumah

Sakit ( KKP-RS) di ketahui bahwa angka kejadian yang tidak di harapkan

(KTD) di Indonesia yang sangat bervariasi yaitu 8.0% - 98.2% untuk

diagnostic error dan 4.1% - 91.6% untuk Communication error

(Utari,2017).

Di Indonesia juga di temukan angka kecelakaan kerja pada tenaga

kesehatan terutama pada perawat,disoroti akibat kegagalan komunikasi

saat melakukan pelaksanaan timbang terima pasien sebanyak 54% terjadi

kesalahan pemberian asuhan keperawatan,di antaranya salah informasi

tentang pemberian obat mengakibatkan alergi,studi lain mengatakan

adanya KNC yang melibatkan perawat pemula dan di indikasi akibat

pelaksanaan timbang terima pasien yang kurang optimal (Friesen,2016).

Adapun laporan KKP-RS (2017) mencatat kasus dalam rentang

waktu 2013-2018 bahwa terjadi 877 kasus insiden kesalamtan pasien di

1
Jawa Barat menempati urutan tertinggi yaitu 33.33% di antara provinsi

lainya,Banten sebanyak 20.0%,Bali 6.67 % dan Jawa Timur 3.33%,DKI

Jakarta 16,67(Kemenkes RI,2017).

Pelaksanaan timbang terima seringkali juga menjadi permasalahan

di beberapa Rumah Sakit.Timbang terima penting untuk menjaga

kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam. Diantara rumah sakit

salah satunya di RS Panti Waluyo Surakarta didapatkan beberapa temuan

angka insiden keselamatan pasien dalam bulan Juli sampai dengan

Desember 2015,yang disebabkan karena proses timbang terima pasien

yang tidak sesuai dengan prosedur, diantaranya jadwal operasi yang

mundur, kejadian pemberian obat yang tidak sesuai intruksi dokter,

pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi yang tertunda


(Farida, 2016).

Kenyataan timbang terima yang terjadi di lapangan,masih banyak

perawat yang melakukan timbang terima dengan tidak memperhatikan

prosedur yang telah ada.sebagian besar perawat melakukan timbang terima

hanya berpusat pada ruangan perawat tanpa melihat langsung kondisi klien

saat dilakukannya proses timbang terima (Winani,2016).

Kegagalan dalam melakukan komunikasi pada saat pelaksanaan

timbang terima dapat menimbulkan dampak yang serius yaitu kesalahan

yang berkesinambungan dalam pelayanan keperawatan, pengobatan yang

tidak tepat, kehilangan informasi, kesalahan tentang rencana keperawatan,

kesalahan pada test penunjang, dan potensi kerugian bagi pasien, serta

adanya ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan (Nursalam,


2015)

2
Pelaksanaan timbang terima pasien sebagian besar tergantung dari

kemampuan berkomunikasi antar perawat tingkat pengetahuan dan

pengalaman yang di miliki,secara konseptual,pelaksanaan timbang terima

pasien harus memberikan informasi penting tentang pasien,mencakup

metode komunikasi antara pengirim dan penerima pesan berkaitan dengan

tanggung jawab yang harus di lakukan berkaitan dengan keslaamatan

pasien,kegagalan komunikasi dalam pelaksanaan timbang terima pasien

merupakan foktor penyebab terjadinya kecelakaan/cidera.

Dalam melakukan timbang terima pasien sangat berkaitan dengan

salah satu fungsi manajemen keperawatan yang harus di laksanakan yaitu

fungsi pengawasan.Fungsi pengawasan adalah suatu proses untuk

mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan sesuai

rencana,pedoman,ketentuan,kebijakan,tujuan dan sasaran yang sudah di

tentukan sebelumnya. Di dalam suatu pengawasan terdapat suatu usaha

menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,memang

system informasi umpan balik,membandingkan kegiatan nyata dengan

standar yang telah di tetapkan sebelumnya,menetukan dan mengukur

penyimpangan-penyimpangan,serta mengambil tindakan koreksi yang di

perlukan untuk menjamin bahwa semua sumbetr daya di pergunakan

dengan cara paling efektif dan efesien dalam pencapaian tujuan (Suarli &
Bahtiar 2017).

Persepsi perawat pelaksana terhadap fungsi pengawasan kepala

ruangan sangat dipengaruhi oleh nilai yang terdapat pada diri seorang

perawat pelaksana dimana peran seorang kepala ruangan dalam

menjalankan fungsi pengawasan dapat dinilai dari kemampuan dalam

3
memotivasi dan meningkatkan kepuasan staf (Nursalam, 2010 dalam Winani,
2014).

Pelaksanaan timbang terima dapat berjalan dengan baik apabila

pengawasan dari pimpinan atau kepala ruangan di laksanakan secara baik

dan berdasarkan SPO yang telah di sepakati yang merupakan pedoman

dalam melaksanakan suatu pekerjaan (Suarli & Bahtiar,2017).

Pengawasan yang di lakukan oleh kepala ruang adalah mengawasi dan

berkomunikasi langsung dengan ketua tim dan perawat pelaksana

mengenai asuhan keperawatan oleh karena itu di butuhkan fungsi

pengawasan dari kepala ruangan untuk menghasilkan proses timbang

terima yang berkualitas,sehingga tidak terjadi masalah dalam pelayanan

keperawatan (Yulia & Susanti,2016).

Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam

komunikasi timbang terima pasien adalah dengan menggunakan metode S-

BAR. Metode S-BAR merupakan salah satu metode komunikasi yang di

gunakan dalam pelaksanaan timbang terima..S-BAR membuat komunikasi

menjadi lebih terstruktur sehingga dapat meningkatkan kredibilitas

timbang terima keperawatan sesuai prioritas pasien,meningkatkan

manajemen waktu dan pengambilan keputusan menjadi lebih efektif


(Christie,P,Robinson,2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah”Apakah ada hubungan persepsi perawat pelaksana

tentang fungsi pengawasan kepala ruangan dengan pelaksanaan standar

4
prosedur operasional timbang terima di Rumah Sakit GMIM Pancaran

Kasih Manado” ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui ” hubungan persepsi perawat pelaksana tentang

fungsi pengawasan kepala ruangan dengan pelaksanaan standar

prosedur operasional timbang terima di Rumah Sakit GMIM Pancaran

Kasih Manado?

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Persepsi perawat pelaksana tentang fungsi

pengawasan kepala ruangan di Rumah Sakit GMIM Pancaran

Kasih Manado

b. Mengidentifikasi Pelaksanaan Standar Prosedur Operasioanl

Timbang Terima Pasien Rumah Sakit GMIM Pancaran Kasih

Manado

c. Menganalisis hubungan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi

pengawasan kepala ruangan dengan pelaksanaan standar prosedur

operasional timbang terima di RS GMIM Pancaran Kasih Manado

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Peneliti ini di harapkan dapat menjadi pertimbangan bagi proses

keperawatan untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

dalam pemberian pelayanan kesehatan

2. Praktis

5
a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian di harapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

dan evidence based research keperawatan khusunya di bidang

keperawatan dan dapat menambah informasi untuk memperkaya

bahan pustaka tentang persepsi perawat dalam pelaksanaan standar

prosedur operasional timbang terima

b. Bagi Rumah sakit

Data dan hasil yang di peroleh dapat dijadikan sebagai referensi

dan masukan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan promosi

kesehatan agar masyarakat dapat mencegah kejadian yang tidak di

inginkan

c. Responden

Hasil penelitian ini dapat memberi informasi yang bermanfaat bagi

responden dan menambah ilmu pengetahuan tentang standar

prosedur operasional timbang terima

d. Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat dijadikan acuan dasar bagi peneliti selanjutnya

untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan

standar prosedur operasional timbang terima

6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Persepsi Perawat Pelaksana tentang Fungsi Pengawasan

Kepala Ruangan

1. Pengertian

Persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap

individu dalam memahami suatu informasi tentang lingkungannya,

melalui indera dan tiap-tiap individu dapat memberi arti yang berbeda.

Persepsi juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan

pendidikan seseorang,faktor pada pemersepsi atau pihak pelaku

persepsi,faktor obyek atau target yang dipersepsikan, dan faktor situasi

dimana Dari pihak pelaku persepsi dipengaruhi oleh karakteristik

pribadi seperti sikap, motivasi, kepentingan atau dan output menurut


(Bennet,2014)

Perawat adalah seseorang yang memiliki kemampuan serta

kewenangan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya

yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU Kesehatan no.23 th


1992, dikutip oleh La Ode Jumadi Gaffar, 2016).

Perawat pelaksana pada dasarnya adalah manusia sebagai

system terbuka yang selalu berinteraksi dengan sekitarnya dan

berkembang secara dinamis (Nursalam,2015).Manusia mempunyai

7
karakteristik yang sangat komplek dari segi pendidikan,umur jenis

kelamin dan lama seseorang bekerja.

2. Fungsi Pengawasan Kepala Ruangan

Pengawasan yang di lakukan oleh kepala ruang adalah

mengawasi dan berkomunikasi langsung pada ketua tim dan perawat

pelaksana mengenai asuhan keperawatan (Suarli & Bahtiar,2017).Terdapat

dua macam pengawasan yaitu Pengawasan secara langsung yaitu di

mana di lakukan oleh kepala ruang dengan cara mengamati sendiri

atau melalui laporan langsung dari perawat pelaksana. Sedangkan pada

pengawasan tidak langsung,kepala ruang dapat melihat dari hasil

dokumentasi asuhan keperawatan yang telah ada.

Fungsi pengawasan sebagaimana di ungkapkan oleh Handoko

(2017) adalah usaha sistemik untuk menetapkan standar pelaksanaan

dengan tujuan perencanaan,merancang system informasi umpan

balik,membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah

ditetapkan,menetukan dan mengukur penyimpangan-

penyimpangan,serta mengambil tindakan koreksi yang di perlukan

untuk menjamin tujuan.fungsi pengawasan di sebut juga fungsi

pengendalian/controlling yang merupakan suatu proses untuk

menjamin bahwa tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan

perencanaan (Handoko 2014).

a. Tipe Pengawasan

Tipe pengawasan menurut (Handoko,2017) yaitu :

1) Pengawasan pendahuluan

8
Pengawasan pendahuluan di lakukan untuk mengantisipasi

beberapa masalah atau penyimpangan dari standar yang telah di

tentukan dan memungkinkan koreksi di buat sebelum kegiatan

di selesaikan

2) Pengawasan Pelaksanaan

Pengawasan tipe ini di lakukan bersamaan dengan pelaksanaan

kegiatan dimana prosedurnya harus di setujui terlebih dahulu

sebelum kegiatan di laksanakan. Aplikasi yang di lakukan pada

pelaksanaan tim bang terima pasien dengan tipe ini,rumah

sakit harus mempunyai prosedur tentang pelaksanaan timbang

terima yang telah di sepakati,fungsi kepala ruang pada

pengawasan ini adalah mengawasi pelaksanaan timbang terima

pasien membandingkan dengan prosedur pelaksanaan timbang

terima.

3) Pengawasan Umpan Balik

Pengawasan tipe ini mengatur hasil dari suati kegiatan yang

telah di laksanakan dan di sebut juga pengawasan

historis.ketiga tipe pengawasan tersebut sangat berguna dalam

manajemen,tetapi harus juga di pertimbangkan apabila

pengawasan di lakukan secara berlebihan akan menjadikan

produktivitas berkurang.pada proses pengawasan terhadap

pelaksanaan timbang terima pasien,system pengawasannya

harus di sesuaikan dengan situasi ruangan masing-masing.

b. Pentingnya Pengawasan

9
Beberapa faktor pentingnya pengawasan menurut (Handoko,2017)

1) Perubahan Lingkungan Informasi

Perubahan lingkungan organisasi dapat terjadi terus menerus

seiring adanya berbagai inovasi produk dan pesaing,adanya

peraturan pemerintah yang baru dan lain sebagainya.Melalui

fungsi pengawasan ini,peran kepala ruangan harus dapat

mendeteksi perubahan yang dapat berpengaruh pada asuhan

keperawatan,sehingga mampu menghadapi tantangan atau

memanfaatkan kesempatan

2) Peningkatan Kompleksitas Organisasi

Semakin besar organisasi maka semakin memerlukan

pengawasan yang lebih formal dan hati-hati.

3) Kesalahan-Kesalahan

Kesalahan yang di lakukan oleh pelaksanaan sering kali di

buat,apabila pelaksana tidak pernah membuat kesalahan

c. Metode Pengawasan

Metode Pengawasan yang di lakukan oleh seorang manajer dalam

hal ini adalah kepala ruang dapat di lakukan dengan berbagai cara

(Hasibuan 2015) yaitu:

1) Pengawasan Langsung

Pada pengawasan langsung,pengawasan ini di lakukan sendiri

secara langsung oleh manajer.kepala ruang yang merupakan

manager ini memeriksa pekerjaan yang sedang di lakukan

10
untuk mengetahui apakah di kerjakan dengan benar dan

hasilnya sesuai dengan yang di kehendaki.

2) Pengawasan Tidak Langsung

Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang dilakukan

pada jarak jauh melalui laporan yang di berikan oleh bawahan

secara lisan dan tulisan tentang hasil pelaksanaan pekerjaan

3) Pengawasan Berdasarkan Kekecualian

Pengawasan berdasarkan kekecualian adalah pengawasan yang

di khususkan untuk kesalahan yang luar biasa dari standar di

harapkan,sehingga pengawasannyadi lakukan secara kombinasi

antara pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung.

d. Karakteristik Pengawasan

Kriteria Pengawasan yang efektif menurut (Nursalam 2016)

adalah:

1) Akurat

Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat,apabila

tidak akurat maka akan terjadi tindakan koreksi yang salah

sehingga dapat menciptakan masalah baruyang seharusnya

tidak ada

2) Tepat waktu

Informasi harus di kumpulkan,di sampaikan dan di evaluasi

secepatnya.

3) Objektif dan Menyeluruh

11
Dimana Informasi harus mudah di pahami dan bersifat objektif

serta lengkap.

B. Konsep Dasar Pelaksanaan Timbang Terima Pasien

1. Pengertian Timbang Terima Pasien

Timbang terima dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah

handover,dalam istilah lain di sebut operan/timbang terima memiliki

beberapa istilah yaitu handover, handoff, shift report,

signout,signover,crosscoverage,overhand, report nursing,(Nursalam,


2015; Putra, 2016).

Timbang terima pasien merupakan teknik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima suatu (laporan) yang berkaitan dengan

keadaan pasien. Pada saat operan atau timbang terima antar perawat,

diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang kebutuhan pasien,

intervensi yang sudah dan yang belum dilaksanakan, serta respons

yang terjadi pada pasien. Perawat melakukan operan atau timbang

Terima bersama dengan perawat lainnya dengan cara berkeliling ke

setiap pasien dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat di dekat

pasien. Cara ini akan lebih efektif daripada harus nmengahabiskan

waktu orang lain sekedar untuk membaca dokumentasi yang telah kita

buat, selain itu juga akan membantu perawat dalam menerima operan

atau timbnag terima secara nyata (Nursalam2015).

2. Fungsi Timbang Terima Pasien

Timbang terima memiliki 2 fungsi utama yaitu:

a) Sebagai forum untuk bertukar pendapat dan mengekspersikan

perasaan perawat.

12
b) Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam

penetapan keputusan dan tindakan keperawatan (Putra,2016).

3. Alur Timbang Terima Pasien

Menurut (Nursalam 2015) alur timbang terima meliputi:

S : Situantion yaitu Kondisi terkini yang terjadi pada pasien), sebutkan

nama pasien, umur, tanggal masuk dan hari perawatan, serta

dokter yang merawat dan sebutkan diagnosis medis dan masalah

keperawatan yang belum atau sudah teratasi/keluhan.

B: Background (penting yang berhubungan dengan kondisi pasien

terkini) dengan menjelaskan intervensi yang telah dilakukan dan

respons pasien dari setiap diagnosis keperawatan dan

menyebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan

alat invasif dan obat-obatan termasuk cairan infus yang

digunakan. Serta mejelaskan tentang penyakit yang diderita

kepadapasien dan keluarga terhadap diagnosis medis.

A :Assesment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat

ini)menjelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini

seperti tanda vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden, restrain,

risiko jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan eliminasi dan

lain-lain serta menjelaskan informasi klinik lain yang mendukung.

R: Recommendation yaitu merekomendasikan intervensi keperawatan

yang telah dan perlu dilanjutkan (refer to nursing care plan)

termasuk discharge planningdan edukasi pasien dan keluarga.

4. Format Timbang Terima dengan Menggunakan Metode SBAR

13
Handover memiliki beberapa panduan dalam hal penyampaian

pelaporan pada saat pergantian shift, salah satu yang dijabarkan disini

adalah yang sudah direkomendasikan WHO. (Nursalam,2015)

S :Situantion (Kondisi terkini yang terjadi pada pasien)

meliputi:Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk dan hari

perawatan, serta dokter yang merawat.Sebutkan diagnosis medis

dan masalah keperawatan yang belum atau sudah teratasi/keluhan

B: Background (Info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien

terkini) meliputi:Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan

respons pasien dari setiap diagnosis keperawatan.Sebutkan riwayat

alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif dan obat-

obatan termasuk cairan infus yang digunakan.Jelaskan

pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis.

A :Assesment (hasil pengkajian dari kondisipasien saat ini)

meliputi:Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini

seperti tanda vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden, restrain,

risiko jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan eliminasi dan

lain-lain.Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung

R : Recommendation meliputi : Rekomendasikan intervensi

keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan (refer to nursing

care plan) termasuk discharge planningdan edukasi pasien dan

keluarga

5. Hambatan Timbang Terima

14
Timbang terima pasien yang baik tidak akang terjadi secara

kebetulan,tetapi memerlukan suatu aturan yang lebih di setujui oleh

pihak rumah sakit,menurut (Turner 2017) ada beberapa hambatan

dalam pelaksanaan timbang terima pasien yaitu kurangnya pemahaman

tentang timbang terima pasien dan tidak adanya SOP (Standar

Operating Prosedur) yang telah di setujui rumah sakit.

6. Jenis-Jenis Timbang Terima

Menurut (Hidayaturahman,2016) jenis-jenis timbang terima di antaranya:

a. On call responsibility yang merupakan timbang terima dalam

bentuk pertanggung jawaban atas informasi melalui telepon atau

informasi lisan.

b. Critical report yaitu bentuk percacatan atas informasi hasil

pemeriksaan penunjang,seperti catatan laboratorium

c. Hospital to community handover yaitu bentuk timbang terima dari

fasilitas pelayanan rumah sakit ke fasilitas pelayanan kesehatan di

masyarakat. Perpindahan pasien pada tingakt perawatan,merupakan

suatu bentuk timbang terima yang di tujukan pada perpindahan

pasien dari perawatan kritikal ke perawatan medikal

d. Nursing shift merupakan bentuk timbang terima yang berhubungan

dengan pergantian shift dalam pelayanan keperawatan seperti

pergantian dari dinas pagi ke dinas sore

e. Other Transition in care yang merupakan perpindahan dalam

kegiatan pelayanan yang bersifat sementara seperti ke pemeriksan

radiologi,fisioterapy atau ruang operasi.

15
7. Pelaksanaan Timbang Terima Pasien

Pelaksanaan timbang terima pasien melalui beberapa tahapan


(Nursalam,2015)

a. Tahapan Persiapan

Kegiatan yang di lakukan pada tahap persiapan ini di mulai dengan

alokasi pasien dengan menggunakan metode tim yang terdiri dari

minimal 2-3 tim perawatan dalam satu ruangan,dimana m etode

tim perawatan ini menyediakan perawatan terhadap kelompok

pasien tertentu yang telah di tentukan oleh kepala

ruangan.selanjutnya mempersiapkan lembar timbang terima pasien

yang akurat berisi tentang identitas pasien,catatan perkembangan

cairan,penilaian resiko jatuh atau ulkus,hasil penunjang

medis,perencanaan keuangan,tindakan keperawatan yang sudah

dan belum di laksanakan,

b. Tahapan Pelaksanaan

Kepala ruangan mendatangi pasien bersama ketua tim dan anggota

tim selanjutnya dengan menggunakan lembar timbang terima

sebagai panduan,maka proses timbang terima pasien dapat

dimulai.perawat yang akan menyerahkan harus memberikan

informasi tentang pasien secara akurat,singkat dan professional

menyangkut rencana asuhan keperawatan,respon pasien,serta

rekomendasi perawatan selanjutnya.keterlibatan pasien dalam

proses timbang terima pasien sangat di harapkan,pasien di beri

kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau mengkonfirmasi

informasi yang berkaitan dengan perawatan.

16
c. Pelaksanaan setelah pelaksanaan timbang terima

Menjelang berakhirnya timbang terima pasien,kepala ruang

memeriksa grafik,mengidentifikasi masalah baru,dan melakukan

diskusi,pelaopran untuk timbang terima pasien ditulis pada format

khusus untuk timbang terima pasien kemudia di tandatangani oleh

ketua tim yang jaga saat itu dan ketua tim yang jaga berikutnya di

ketahui oleh kepala ruangan.

8. Pedoman Timbang Terima Pasien

Pedoman timbang terima pasien menurut (Iedema & Merrick 2013)

a. Komunikasi dalam timbang terima pasien harus jelas,singkat dan

akurat

b. Verifikasi hasil timbang terima pasien yang telah di

dokumentasikan sesegera mungkin

c. Timbang terima pasien menggunakan bahasa yang dapat di

mengerti oleh kedua belah pihak

d. Kesempatan untuk saling Tanya jawab berkaitan dengan

perkembangan pasien

e. Menyediakan waktu yang cukup untuk timbang terima pasien dan

di lakukan dalam ruangan yang memadai

f. Pada saat pelaksanan timbang terima pasien,di harapkan tidak ada

pihak lain yang menganggu

9. Hal-Hal yang harus di Perhatikan Saat Timbang Terima

a. Dilaksanakan tepat waktu pergantian shift

b. Dipimpin oleh kepala ruangan atau pergantian jawab pasien

17
c. Di ikuti oleh smua perawat yang telah dan yang akan dinas

d. Informasi yang di sampaikan harus akurat,singkat,sistematis,dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan

pasien.

e. Operan (Handover) harus berorientasi pada permasalahan pasien

f. Pada saat operan di kamar pasien,menggunakan volume suara yang

cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang

rahasia bagi pasien.

g. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan syok

sebaiknya di bicarakan di nurse station

C. Keterkaitan Persepsi Perawat Pelaksana tentang Fungsi Pengawasan

Kepala Ruangan dengan Timbang Terima Pasien

Timbang terima merupakan cara mentransfer perawatan dan

tanggung jawab dari suatu perawat ke perawat lainnya agar dapat

memberikan keperawatan yang aman dan berkualitas (Suffolk Mental

Health Partnership NHS trust,2016).Timbang terima harus dilakukan

seefektif mungkin yaitu harus dengan menjelaskan secara singkat, jelas

dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,tindakan kolaboratif yang

sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu.

Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan dalam

melakukan timbang terima dan dapat berjalan dengan sempurna.Dalam

18
melaksanakan timbang terima, dilakukan oleh perawat primer keperawatan

kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam

secara tertulis dan lisan (Nursalam , 2015).

Keberhasilan pelaksanaan timbang terima pasien sangat berkaitan

dengan salah satu fungsi manajemen keperawatan yang harus di

laksanakan yaitu fungsi pengawasan,pelaksanaan timbang terima dapat

berjalan dengan baik apabila pengawasan dari pimpinan atau kepala

ruangan di laksanakan secara baik dan berdasarkan SPO yang telah di

sepakati yang merupakan pedoman dalam melaksanakan suatu pekerjaan


(Suarli & Bahtiar,2017).

Pengawasan yang di lakukan oleh kepala ruang adalah mengawasi

dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim dan perawat pelaksana

mengenai asuhan keperawatan Oleh karena itu di butuhkan fungsi

pengawasan dari kepala ruangan untuk menghasilkan proses timbang

terima yang berkualitas,sehingga tidak terjadi masalah dalam pelayanan

keperawatan (Yulia & Susanti,2016).

D. Peneliti Terkait

1. Penelitian ini di lakukan oleh Ifa Roifah pada tahun 2014 dengan judul

“Analisis Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Fungsi

Pengawasan Kepala Ruangan Dengan Pelaksanaan Standar Prosedur

Operasional Timbang Terima”dengan menggunakan Desain penelitian

korelasional analitik dengan pendekatan cross sectional.Populasi

adalah semua perawat yang bekerja diruang perawatan pasien Rumah

Sakit Reksa Waluya yang berjumlah 41 orang dengan teknik total

sampling untuk memperoleh sampel yang hampir sama dengan jumlah

19
populasi yang berjumlah 41 orang. Pengambilan data menggunakan

kuesioner dan observasi lembar dan analisis dengan persentil dan

tabulasi silang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 23 (56,1%)

responden yang memiliki persepsi baik sekitar 10 (43,5%) responden

berperilaku baik, 3 (13,0%) responden berperilaku tidak baik saat

melakukan handover, dan 10 (43,5%).responden tidak berperilaku

baik.Kesimpulannya tidak ada hubungan persepsi kepala perawat

ruang kontrol dengan penyerahan prosedur operasi standar eksekusi

Serah terima bisa bekerja dengan baik jika pengawasan kepala ruangan

diadakan secara berkelanjutan, dan berdasarkan pada prosedur operasi

standar yang telah disepakati sebagai pedoman dalam melakukan

pekerjaan.Kepala ruangan diharapkan untuk lebih ditingkatkan

pengawasan sesuai dengan prosedur standar untuk meningkatkan

perilaku perawat dalam pelaksanaan penyerahan prosedur standar.

2. Penelitian ini di lakukan oleh Komelia Riskah pada tahun 2017 dengan

judul “Hubungan Motivasi Kerja Perawat terhadap Pelaksanaan

Timbang Terima Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Pendidikan Universitas Tanjungpura” dengan menggunakan desain

penelitian cross sectional dimana pengambilan data dilakukan dalam

satu waktu yang sama.Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 36

responden dengan menggunakan teknik probability sampling dengan

metode pengambilan sampel stratified random sampling. Analisa data

menggunakan uji Kolmogor ov Smirnov. Sebagian besar responden

adalah perempuan dengan presentase 77,8%. Jumlah keseluruhan

20
responden yang berusia 26-32 tahun 55,5%, sebanyak 36,1%

responden adalah PNS dan jumlah responden yang masa kerja 1-5

tahun sebesar 88,9%. Berdasarkan hasil analisis bivariate antara

Motivasi Kerja Perawat dan Pelaksanaan Timbang Terima

Keperawatan diperoleh hasil p=0,634 (>0,05).Dengan Kesimpulan

Tidak terdapat hubungan antara motivasi kerja perawat terhadap

pelaksanaan timbang terima keperawatan di ruang rawat inap Penyakit

Dalam dan Anak, Nifas, Bedah dan ICU di RSP Universitas

Tanjungpura.

3. Penelitian ini di lakukan oleh Suryawan pada tahun 2015, dengan judul

penelitian “Identifikasi Tingkat Stres Kerja Perawat dan pelaksanaan

Timbang Terima Di Ruang Rawat Inap rumah Sakit Umum Daerah

(Rsud) Ngudi Waluyo Wlingi-Blitar”Desain dalam penelitian ini

adalah bersifat deskriptif dimana untuk mengetahui gambaran objek

yang diteliti Subyek penelitian ini berjumlah 30 orang. Diambil dengan

metode total sampling. Analisis data menggunakan analisa Univariat.

Hasil Penelitian: Hasil analisis didapatkan gambaran tingkat stress

kerja perawat didapatkan perawat dengan tingkat stress kerjaringan

sebanyak 4 responden (13,3%), perawat dengan tingkat stress kerja

sedang sebanyak 20 responden (66,7%) dan perawat dengan stress

kerja berat sebanyak 6 responden (20,0%). Sedangkan didapatkan

gambaran pelaksanaan timbang terima dengan kategori sedang sebesar

26 responden (86,6%), sebanyak 2 responden (6,7%) dengan katagor

iburuk sedangkan pelaksanaan timbang terima dengan kategori baik

21
sebanyak 2 responden (6,7%).Dengan Kesimpulan Gambaran stress

kerja perawat didominasi oleh stress kerja sedang dan gambaran

pelaksanaan timbang terima pada perawat di dominasi oleh

pelaksanaan yang sedang.

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungsn antara konsep satu

dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti. (Setiadi, 2016).

Berdasarkan landasan teori, maka kerangka pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Persepsi Perawat
tentang fungsi Pelaksanaan standar
pengawasan kepala prosedur timbang
ruangan terima pasien

Ket : = Variabel yang di teliti

= Hubungan

Gambar 3.1 Kerangka konsep


B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara atau kesimpulan

sementara dari apa yang menjadi permasalahan. Hipotesis adalah

22
pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian,

yang harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi hipotesis tidak dinilai

benar atau salah. Melainkan diuji apakah sahih (valid) atau tidak

[ CITATION Suy18 \l 1033 ].

Hipotesis pada penelitian adalah:

Ha :Ada hubungan Persepsi Perawat Tentang Fungsi Pengawasan

Kepala Ruangan dengan Pelaksanaan Standar Prosedur

Operasional Timbang Terima Dirumah Sakit Pancaran Kasih

Manado

H0 :Tidak ada hubungan Persepsi Perawat Tentang Fungsi

Pengawasan Kepala Ruangan dengan Pelaksanaan Standar

Prosedur Operasional Timbang Terima Dirumah Sakit Pancaran

Kasih Manado

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen sering di sebut sebagai variabel

stimulus,predictor,antecendent. Dalam bahasa Indonesia sering di

sebut sebagai variabel bebas.variabel bebas merupakan variabel

yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel dependen (terikat) (sugiyono,2016).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah persepsi perawat

tentang fungsi pengawasan kepala ruangan

2. Variabel dependen

23
Variabel dependen sering di sebut sebagai variabel

output,kriteria,konsekuen.Dalam bahasa Indonesia sering di sebut

sebagai variabel terikat.variabel terikat merupakan variabel

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (sugiyono,2016).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pelaksanaan standar

prosedur operasional timbang terima pasien

D. Definisi Operasioanal

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan

istilah yang di gunakan dalam penelitian secara operasional sehingga

akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna

penelitian (setiadi,2015)

Tabel 3.1:definisi operasional hubungan persepsi perawat tentang


fungsi pengawasan ke pala ruangan dengan pelaksanaan standar
prosedur operasional timbang terima di rumah sakit pancaran kasih
manado
Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor
Independen Sebuah pandangan 1. Karakteristik Kuesione Ordinal
Persepsi dalam mengenali dan 2. Pengetahuan 1. Baik:≥ 45
perawat menafsirkan 3. Pengawasan r 2. Kurang baik
: ≤ 45
tentang fungsi informasi oleh Langsung
pengawasan sekelompok perawat 4. Pengawasan
kepala pelaksana dalam Tidak
ruangan menyikapi fungsi Langsung
serta tugas dan
tanggung jawab
seorang kepala
ruangan dalam
melakukan sebuah
perencanaan,mengar
ahkan
mendorong,memotiv
asi serta evaluasi

24
hingga tercapai apa
yang menjadi tujuan
bersama
Dependen Timbang terima 1. Di laksanakan Kuesione Ordinal 1. Baik:
Pelaksanaan adalah suatu cara 2. Tidak di ≥ 60
timbang atau tindakan untuk laksanakan r 2. Kurang
terima pasien menyampaikan serta Baik
menerima sesuatu :≤ 60
informasi atau
laporan yang
berkaitan dengan
kondisi pasien.

25
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat

memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro & Ismael,


2016).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik

dengan rancangan cross sectional (potong lintang),dimana data yang

menyangkut variabel bebas dan terikat akan di kumpulkan dalam waktu

yang bersamaan (Setiadi,2015).

B. Populasi dan Teknik Sampel

1. Populasi

Populasi dapat di artikan sebagai sekelompok orang atau penduduk

yang menepati suatu wilayah tertentu (Suyanto & Siswanto,2018).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang ada di

Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pancaran Kasih Manado yang

berjumlah 200 Perawat (Rumah sakit GMIM pancaran kasih manado,2020).

2. Sampel dan Teknik Sampel

26
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara

tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Suyanto &

Siswanto,2018).

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk

menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian

(sugiyono,2016).Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan

adalah random sampling,yakni teknik pengambilan sampel dimana di

lakukan secara acak. Pengambil sampel yang akan di lakukan oleh

peneliti menggunakan rumus arikunto 10% dari jumlah populasi yang

ada.Di karenakan penelitian ini di lakukan dalam situasi pandemic

covid-19 yang memungkinkan seluruh aktivitas mahasiswa masih di

lakukan dari jarak jauh termasuk penelitian ini dengan menggunakan

bantuan dari tenaga medis yang ada di ruangan tersebut.Sampel di

ambil dari populasi dengan rumus Arikunto dengan 10% dari total

keseluruhan.Mengacu pada penjelasan (Arikunto,2013).Jika sampel

populasinya kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya di ambil

keseluruhan,selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dari

100,dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Rumus

Arikunto sebagai berikut :

10 x jumlah Populasi
100

10 x 200
100

2000
=20 Orang
100

27
Jadi sampel yang dapat di gunakan dalam penelitian ini ada sebanyak

20 perawat.

3. Kriteria Sampel

Sampel yang akan disertakan dalam penelitian ini adalah yang

memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,


2015).

1) Perawat yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit

Pancaran Kasih Manado

2) Perawat yang bersedia menjadi responden dengan

menandatangai surat persetujuan (Informed consent)

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai

sebab (Nursalam, 2015)

1) Perawat yang sedang dalam masa cuti

2) Perawat yang menolak menjadi responden

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2020

2. Tempat

28
Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit GMIM Pancaran

Kasih Manado

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang

digunakan untuk fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,


2016).

Dalam penelitian ini proses pengambilan dan pengumpulan data

diperoleh dengan menggunakan lembar kuesioner untuk mengetahui

tentang data demografi, fungsi pengawasan kepala ruangan dan timbang

terima pasien. Instrument ini terdiri atas data demografi berupa (nama,

umur, jenis kelamin, pendidikan,pekerjaan,dan masa kerja). 15 pernyataan

fungsi pengawasan kepala ruangan dan 20 pernyataan timbang terima

pasien. Kemudian di ukur dengan menggunakan skala likert dengan

pilihan jawaban STS (sangat tidak setuju),TS (tidak setuju),KS(kurang

setuju),S (setuju) SS (sangat setuju).

E. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2013).

1. Prosedur Administratif

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti melakukan

survey ke rumah sakit dengan :

a. Meminta surat izin survey awal penelitian di bagian akademik

STIKES Muhammadiyah Manado.

29
b. Menyerahkan surat izin survei penelitian kepada pihak Rumah

Sakit Pancaran Kasih Manado Peneliti melakukan pendekatan

pada responden dengan menjelaskan maksud dan tujuan.

c. Meminta data survey pada pihak Rumah Sakit Rumah Sakit

GMIM Pancaran Kasih Manado Penelitian dilakukan setelah

mendapatkan surat ijin penelitian dari Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Manado yang ditunjukan

kepada pihak Rumah Sakit GMIM Pancaran Kasih Manado

2. Prosedur Teknis

a. Peneliti meminta ijin kepada pihak Rumah Sakit GMIM Pancaran

Kasih Manado kemudian menyampaikan maksud dan tujuan

peneliti.

b. Penelitian mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria

kemudian peneliti memperkenalkan diri pada responden dan

menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat,

prosedur penelitian, hak untuk menolak dan jaminan kerahasiaan

sebagai responden.

c. Jika responden menyetujui dan ikut berpartisipasi dalam

penelitian, peneliti meminta membaca dan menandatangani

lembar persetujuan. Kemudian peneliti membagikan kuesioner

dan memberikan kesempatan kepada responden untuk mengisi

kuesioner. Peneliti berada didekat responden sehingga responden

mempunyai kesempatan untuk bertanya jika ada hal yang tidak

dimengerti. Setelah selesai, peneliti mengumpulkan kembali dan

30
memeriksa serta memastikan bahwa semua pertanyaan telah

dijawab oleh responden.

F. Pengelolaan Data

Menurut Notoatmodjo (2016), Pengolahan data dilakukan

dengan menggunakan komputer dengan program sistem pengolahan

data komputer. Adapun langkah-langkah pengolahan data dilakukan

sebagai berikut :

1. Editing (Pengecekan Data) yaitu memeriksa daftar pertanyaan

yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Pemeriksaan

daftar pertanyaan yang telah selesai ini dilakukan terhadap :

a. Kelengkapan jawaban

b. Keterbacaan tulisan

c. Relefansi jawaban

2. Coding (Pemberian Kode) yaitu mengklasifikasikan jawaban-

jawaban dari para responden dalam kategori. Biasanya klasifikasi

dilakukan dengan cara memberi tanda atau code berbentuk angka

pada masing-masing jawaban

3. Tabulating Data (Pengelompokan Data) yaitu data yang diubah

menjadi kode kemudian disusun dan dikelompokkan ke dalam

tabel-tabel oleh peneliti. Proses tabulasi dilakukan dengan cara

memasukkan data ke dalam tabel distribusi frekuensi.

Pengelompokan data dalam bentuk tabel sesuai kriteria dan skor

yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner

31
4. Entri (Memasukan Data) yaitu jawaban-jawaban yang sudah

diberi kode kategori kemudian dimasukan dalam tabel dengan

cara manual dan melalui pengguna computer

5. Cleaning (Pengecekan Kembali) yaitu pembersihan data, apakah

data sudah benar atau belum

6. Penyajian data disesuaikan dalam bentuk mudah dibaca dan

dimengerti serta memberikan informasi dan memudahkan

interpretasi an alisis.

G. Teknik Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis data adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden

atau data lain terkumpul (Sugiyono 2016).

Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil

pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah

menjadi informasi yang berguna dan pengolahan datanya hanya satu

variabel saja,sehingga di namakan univariat.Tabel distribusi frekuensi

di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

f
p= x 100
n

K eterangan :

P = Presentasi

F = Frekuensi

N = Jumlah Sampel

2. Analisa Bivariat

32
Analisa bivariate merupakan sebuah analisa yang di lakukan lebih

dari dua variabel.Analisa data di tujukan untuk menjawab tujuan

penelitian dan menguji hipotesis penelitian.untuk maksud tersebut,uji

statistic yang di gunakan adalah uji Spearman rank dengan

menggunakan program SPSS 16,0.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memperhatikan masalah

etika penelitian. Etika penelitia nn meliputi (Alimul, 2017).

1. Informed concent (informasi untuk responden)

Sebelum melakukan tindakan penelitian menjelaskan maksud dan

tujuan riset yang akan dilakukan. Jika responden bersedia untuk diteliti

maka responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut

dan tidak memaksa.

2. Anonymity (tanpa nama) untuk menjaga kerahasiaan responden dalam

penelitian, maka peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar

kuisioner dan lembar observasi cukup dengan memberi nomor kode

pada masing-masing lembar yang hanya diketahui oleh peneliti

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti hanya kelompok data dan

tentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil ris

DAFTAR PUSTAKA

Ayuni, D. Q., Almahdy, & Afriyanti, E. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Pelaksanaan Timbang Terima Pasien di ruang rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman. Ilmu Keperawatan dan

33
Kebidanan,Vol 10, 163-172. Retrieved from
https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id.di akses Tanggal 28 Oktober 2018
Astuti, N., Ilmi, B., & Wati, R. (2019). Penerapan Komunikasi
Situation,Background,Assesment,Recomendation (SBAR) pada Perawat
melakasanakan Handover. Indonesian Journal of Nursing Practices, Vol 3,
42-51. doi:10.18196/ijnp.3192
Dewi, K., & Monica, R. (2019). Hubungan komunikasi SBAR dengan pelaksanaan
timbang terima perawat di ruang rawat inap RSUD Dr.A dadi Tjokrodipo bandar
Lampung. Indonesian Jurnal of Health Developmen, 1, 25-35. Retrieved from
https://ijhd.upnvj.ac.id

Hardini, S., Harmawati, & Wahyuni, F. S. (2017). Pelaksanaan Komunikasi


SBAR pada saat Timbang Terima di Bangsal dan Interna RSUP Dr.M
Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, Vol 10, 53-63.
Retrieved from https://jurnal.syedzasaintika.ac.id.di akses Tanggal 10
April 2019
Kundre, R., & Hamel, R. (2018). Hubungan Timbang Terima (Operan Shift)
dengan Kinerja Perawat Pelaksana di ruang Rawat Inap Bangsal RSU
GMIM Pancaran Kasih Manado. e-Journal Keperawatan, Vol 6, 1-7.
Retrieved from https://ejournal.unsrat.ac.id di akses tanggal 02 februari
2020
KP-RS RSUP Sanglah Denpasar. (2017). Buku Saku Pedoman Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (Patient Safety). Denpasar: RSUP Sanglah.
Mappanganro, A., & Ekariani, V. (2019). Hubungan Peran Perawat dalam
Timbang Terima dengan Upaya Mengoptimalkan Keselamatan Pasien.
Jurnal Kesehatan,Vol 1, 31-39. Retrieved from https://ejurnal.biges.ac.id
Nopriyanto, D., & Hariyati, T. S. (2017, Januari). Otimalisasi Pelaksanaan
Timbang Terima Dalam Metode Asuhan Keperawatan Dengan Model Tim
Pilot Study. Jurnal Kesehatan Holistik, Vol 11, 14-22. Retrieved from
http://www.ejurnalmalahayati.ac.id.di akses tanggal 06 Juni 2019
Notoatmodjo, S. (2016). Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2015). Metodologi ilmu keperawatan, edisi 4,Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam. (2016).Metodologi penelitian ilmu keperawatan.Jakarta: Salemba
Medika .
Rachmah. (2018). Optimalisasi Keselamatan Pasien Melalui Keselamatan Pasien
melalui Komunikasi SBAR dalam Handover. idea nursing journal, Vol IX,
34-41. Retrieved from http://www.jurnal.unsyiah.ac.id
Rahayu, S. Y., Hafsa, & Purba, C. I. (2016). Gambaran Penerapan Handover
Antar Shift oleh Perawat dengan Menggunakan Metoda SBAR di Gedung

34
Kemun ing RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Ilmu Kesehatan,
613-620.
Roifah, I., & Anggraini, S. D. (2015). Analisis Hubungan Persepsi Perawat
tentang Fungsi Pengawasan Kepala Ruangan dengan Pelaksanaan Standar
Prosedur Operasional Timbang Terima Pasien. Jurnal Keperawatan, Vol
2, 43-59. Retrieved from repository.stikes-ppni.ac.id
Suardana, I. K., Rasdini, I. A.,& Hartati, N. N. (2018). Pengaruh Metode
Komunikasi Efektif SBAR Terhadap Efektifitas Pelaksanaan Timbang
Terima Pasien di Ruang Griyatama RSUD Tabanan. Jurnal Skala Husada,
43-58.Retrieved from http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet.
Suarli, & Bahtiar. (2017).Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan
Praktis.Jakarta: Erlangga.
Setiadi.(2015).Konsep & penulisan dokumentasi asuhan
keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suyanto,Siswanto.(2018).Metodologi Penelitian Kesehatan dan
Kedokteran.Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Suyanto, Siswanto (2018). Metodologi Penelitian: Kuantitatif Korelasional.
Klaten: Boss Script.
Winani. (2015, Juli). Hubungan Persepsi Perawat tentang Fungsi Pengawasan
Kepala Ruangan terhadap Pelaksanaan Serah Timbang Terima di RSUD
Gunung Jati Cirebon. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan. Retrieved from
http://eprints.umm.ac.id
Windyastuti, Hayuna, G. D., & Winarti, R. (2018). Hubungan Pelaksanaan
Timbang Terima Pasien Dengan Keselamatan Pasien di ruang rawat inap
Kelas III RSI Gunung Sultan Semarang. Jurnal Keperawatan, Vol 5, 20-
29. Retrieved from http://www.stikesyahoedsmg.ac.id
World Health Organization & Joint Commision International / WHO & JCI
(2016). Communication during patient handovers.
http://www.who.int/patientsafety/solutions/patientsafety/ps-solution3.pdf.
Diakses tanggal 27 Juli 2018.

35
Lampiran 1
INFORMED CONSENT
(Penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian)

Kepada Yth
Bapak / Ibu ……………….
Di –
Tempat

Bapak / Ibu yang saya hormati


Saya mahasiswa Sekolah Tinggi Kesehatan Muhammadiyah Manado yang
sementara ini dalam proses penyelesaian tugas akhir dan akan melakukan
penelitian. Olehnya, mohon kiranya kesediaan bapak/ibu agar bisa menjadi subjek
dalam penelitian yang akan saya lakukan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi perawat


pelaksana tentang fungsi pengawasan kepala ruangan dengan pelaksanaan standar
prosedur operasional timbang terima pasien di ruang rawat inap rumah sakit
Pancaran Kasih Manado

Partisipasi dalam penelitian ini dan atau informasi yang didapat tidak akan
digunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan bapak/ibu. Keseharian identitas
bapak/ibu akan dijamin, dalam laporan hanya akan ditulis kode nomor saja.

Saya sangat menghargai kesediaan ibu untuk meluangkan waktu membaca


dan memahami maksud dan tujuan penelitian ini dengan harapan ibu bersedia
menjadi responden. Terima kasih.

Manado,Agustus 2020

Ayu Ashari Ngandro


Nirm: 1601082
Lampiran 2

36
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Penelitian yang berjudul :


HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT TENTANG FUNGSI PENGAWASAN
KEPALA RUANGAN DENGAN PELAKSANAAN STANDAR OPERASIOANL
PROSEDUR TIMBANG TERIMADI RUANGAN RAWAT INAP RSU GMIM
PANCARAN KASIH MANADO
Oleh :
AYU ASHARI NGANDRO
Nirm : 1601082

Setelah mendapat penjelasan maksud dan tujuan dari penelitian adalah


untuk pengembangan ilmu pengetahuan, maka:

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, atas nama sendiri menyatakan
setuju dan bersedia ikut berpartisipasi sebagai responden penelitian.

Tanda tangan di bawah ini menunjukan bahwa saya telah diberi penjelasan
dan menyatakan setuju dan bersedia menjadi responden.

Manado, Agustus 2020

Responden

Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER

37
HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT TENTANG FUNGSI PENGAWASAN
KEPALA RUANGAN DENGAN PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL TIMBANG TERIMA PASIEN DIRUMAH SAKIT GMIM
PANCARAN KASIH MANADO
Hari/Tanggal pengisian :

No. Responden :

A. LEMBAR KUESIONER

1. Nama (Inisial) :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan :

5. Masa Kerja :

B. KUESIONER TIMBANG TERIMA PASIEN

Petunjuk Pengisisan:

Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai kondisi

Bapak/Ibu/Saudara/i

STS : Apabila pernyataan tersebut SANGAT TIDAK SETUJU dilakukan

TS : Apabila pernyataan tersebut TIDAK SETUJU dilakukan

KS : Apabila pernyataan tersebut KURANG SETUJU dilakukan

S : Apabila pernyataan tersebut SETUJU dilakukan

SS : Apabila pertanyaan tersebut SANGAT SETUJU di lakukan

NO PERNYATAAN PILIHAN
ST TS KS S SS

38
S 2 3 4 5
1
1 Pelaksanaan timbang terima pasien di ruangan banyak
menyita waktu
2 Pelaksanaan timbang terima pasien harus berdasarkan SOP
(Standar Operating Procedure)
3 SOP (Standar Operating Procedure) tentang timbang terima
pasien harus di laksanakan oleh seluruh perawat
4 Pelaksanaan timbang terima pasien dapat mempermudah
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
5 Timbang terima pasien di lakukan di nurse station saja
6 Pelaksanaan timbang terima pasien di laksanakan setiap
pergantian shift
7 Timbang terima pasien di lakukan pada pasien yang gawat saja
8 Pelaksanaan timbang terima pasien tidak perlu di adakan di
samping tempat tidur pasien
9 Timbang terima pasien dapat mengurangi terjadinya
kesalahapahaman dalam pemberian perawatan
10 Pendokumentasian hasil timbang terima pasien menambah
beban perawat
11 Pelaksanaan timbang terima pasien dapat melibatkan pasien
dalam pasien dalam pengambilan keputusan klinis yang
berkaitan dengan perawatan
12 Komunikasi dalam timbang terima pasien tidak banyak
membantu dalam pemberian asuhan keperawatan
13 Pelaksanaan timbang terima pasien merupakan kegiatan turun
temurun
14 Timbang terima pasien di lakukan 15 menit lebih awal dari
jam dinas yang sudah di tentukan
15 Timbang terima pasien melibatkan seluruh perawat yang
bertugas pada saat itu
16 Pelaksanaan timbang terima pasien dapat memperjelas
informasi tentang perkembangan perawatan pasien
17 Pelaksanaan timbang terima pasien tidak menjamin terjadinya
keperawatan berkesinambungan
18 Pelaksanaan timbang terima pasien akan lebih baik bila dengan
melakukan kunjungan langsung ke pasien
19 Pelaksanaan timbang terima pasien dapat meminimalkan
kejadian yang tidak di harapkan
20 Data yang lengkap tentang kondisi pasien hanya di dapat dari
melakukantimbang terima pasien

39
C. KUESIONER FUNGSI PENGAWASAN KEPALA RUANGAN

Petunjuk Pengisisan:

Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai kondisi

Bapak/Ibu/Saudara/i

STS : Apabila pernyataan tersebut SANGAT TIDAK SETUJU dilakukan

KS : Apabila pernyataan tersebut KURANG SETUJU dilakukan

S : Apabila pernyataan tersebut SETUJU dilakukan

SS : Apabila pernyataan tersebut SANGAT SETUJU dilakukan

PERNYATAAN PILIHAN

Pelaksanaan timbang terima pasien


apabila pengawasan dari kepala ruangan
dilaksanakan secara terus menerus
Pengawasan kepala ruangan terhadap
pelaksanaan timbang terima pasien di
lakukan secara agresif
Evaluasi hasil pelaksanaan timbang terima
pasien di lakukan di lakukan oleh kepala
ruangan setelah selesai pelaksanaan
timbang terima pasien
Komunikasi efektif di lakukan oleh kepala
ruangan pada saat pelaksanaan timbang
terima pasien kepada anggota tim
perawatan
Pengawasan dari kepala ruangan berkaitan
dengan timbang terima pasien di lakukan
setiap pergantian sift
Pelaksanaan timbang terima pasien pada
pagi hari di pimpin oleh kepala ruangan
Kepala ruangan dalam menjalankan
fungsi pengawasan jangan menjadi
pendengar yang baik
Kepala ruangan memimpin pelaksanaan
timbang terima pasien tepat waktu
Pemeriksaan dokumen timbang terima

40
pasien oleh kepala ruangan di lakukan
setiap minggu
Pengawasan pelaksanaan timbang terima
pasien yang baik di lakukan secara tidak
langsung
Pengawasan pelaksanaan timbang terima
pasien yang baik di lakukan secara
langsung
Sistem pengawasan pelaksanaan timbang
terima pasien di sesuaikan dengan
keinginan kepala ruangan
Sistem pengawasan pada pelaksanaan
timbang terima pasien di lakukan untuk
menghindari terjadinya kesalahan
Kepala ruangan memberika pujian apabila
pelaksanaan timbang terima di lakukan
dengan baik
Pengawasan yang di lakukan oleh kepala
ruangan terhadap pelaksanaan timbang
terima pasien di lakukan secara otoriter

41
LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL

Nama : Ayu Ashari Ngandro

Nirm : 1601082

Judul : Hubungan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi

pengawasan kepala ruangan dengan pelaksanaan standar

prosedur operasioanal timbang terima pasien

Pembimbing I : Ns.Silvia Dewi Mayasari Riu,S.Kep.,M.Kep


No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Saran Perbaikan Paraf
1 3 Konsultasi Judul Mengganti
0 judul baru
A yaitu
p
“Hubungan
ri SR
l persepsi
2 perawat
0 pelaksana
2 tentang fungsi
0 pengawasan
kepala
ruangan
dengan
Pelaksanaan
standar
operasioanl
Prosedur
Timbang
terima pasien

2 6 Mei 2020 Konsu Pada Bab 1 :


ltasi  Tambahkan Data

42
Propos Masalah
al Bab Pada Bab II
1 dan  Mengurangi Teori-
2 SR
Teori yang tidak
berkaitan dengan
variabel independen
dan dependen
3 12 Mei 2020 Konsu  Pebaikan pada Tujuan
tasi Khusus
Bab I  Cari teori-teori tebaru SR
dan II
 Tambahkan
Penjelasan tentang
Keterikaitan hubungan
variabel indepen dan
dependen

4 1 Konsu Pada bab 3 : SR


2 ltasi  Perbaikan Definisi
J Bab 3 Operasional
u dan 4
n
i
2
0
2
0
5 18 Juni 2020 Konsu Pada Bab III :
ltasi  Perbaikian Parameter
Bab 3 Pada Bab IV
dan 4
 Populasi dan sampel
mencari rumus besaran
sampel yang bisa SR
medapat sampel
minimal untuk
penelitian di 1 ruangan
saja

6 2 Konsu  Perbaikan daftar pustak


2 ltasi sesuaikan dengan
j Daftar Panduan dan
u Pustak SR
tambahakan daftar
n a
i pustakanya
2

43
0
2
0

7 03 Juli 2020 Konsu  Bagian teknik analisa


ltasi data uji chi square di
Bab 1- ganti dengan uji
4 spearman rank
 Proposal di ACC SR

Konsu
8 07 Juli 2020 ltasi
Bab 1-
4

Manado 07 Juli 2020

SR

Pembimbing I

LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL

Nama : Ayu Ashari Ngandro

Nirm : 1601082

Judul : Hubungan persepsi perawat pelaksana tentang fungsi

pengawasan kepala ruangan dengan pelaksanaan standar

prosedur operasioanal timbang terima pasien

Pembimbing II : Ns.Sarwan S.Kep., M.Kep

44
H Ma Saran P
a ter Perbaika a
ri i n r
/ Ko a
T ns f
a ult
n asi
g
g
al
1 Ko Judul di
M nsu setujui
ei ltas “Hubung S
2 i R
an
0 Jud W
2 ul persepsi
0 perawat
pelaksana
tentang
fungsi
pengawas
an kepala
ruangan
dengan
Pelaksana
an
standar
operasioa
nl
Prosedur
Timbang
terima
pasien”

1 Ko  Perbaikan Sistematika S
3 nsu Penulisan dari Bab I- R
J ltas IV W
u i
ni Ba
2 b I-
0 IV
2
0

2 20 Pada Bab 1-4


0 Jun  Perhatikan sistematika

45
J i penulisan nya.
u 20 diperiksa dari awal S
ni 20 Bab III bagian kriteria R
2 sampel tambahkan: W
0  denganmenandatangani
2 surat persetujuan
0 (informed consent)
Bab IV bagian instrumen
penelitian tambahkan:
 Kuesioner yang
digunakan
Kuesioner tentang
apa
 Sumbernya dari mana
 Apakah sudah diuji S
validasi kuesioner R
Ko tersebut atau ada W
nsu artikel yang telah
l menggunakan
Ku kuesioner tersebut?
esi  baca lagi materi lain
one dari data analisis
r univariate. Apa saja
yang perlu dianalisis
pada analisis
univariate
Tambahkan
 Formulir
permohonan menjadi
responden
 Lembar persetujuan
menjadi responden

2 Ko Pada Bab IV
6 nsu  Tambahkan teori
J ltas tentang Desain S
u i Penelitian R
ni Ba  Pada sampel W
2 b I- tambahkan rumus
0 IV arikunto beserta
2 keterengannya
0  Dan perbaikan
tatacara penulisan

0 Ko  Perbaikan pada bab 3


1 nsu bagian populasi S
ju ltas tambahkan sumber R

46
li i data darimana di W
2 Ba ambil populasinya
0 b
2 1-4
0

0 Ko  Tambahkan revensi S
5 nsu dan perbaiki sesuai R
J ltas panduan W
ul i
i Da
2 ftar
0 pus
2 tak
0 a

0 Ko Proposal S
7 nsu di ACC R
J ltas W
ul i
i Ba
2 b I-
0 IV
2
0

Manado,07 Juli 2020

SRW

Pembimbing II

47

Anda mungkin juga menyukai