Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MANAJEMEN KLIEN TENGGELAM


DI KOLAM RENANG

Di SUSUN OLEH :

KELOMPOK IV
Akbar Kadullah 1701008
Kimberly dalope 1701010
Parhan Cawangi 1701077
Wisnawaty mootinelo 1701004
Dwy Ningtyas Hanggi 1701076
Claudia Inggrid B Poda 1701075
Nurhayati selfia mokoginta 1701001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MANADO
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Manado, 30 Mei 2021

Peyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
A. Latar Belakang............................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................
C. Tujuan.........................................................................................
D. Manfaat.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................
A. Manajemen Klien Tenggelam....................................................
B. Pertolongan Klien Sadar.............................................................
C. Pertolongan Klien Tidak Sadar..................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................
B. Saran..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecelakaan di kolam renang dapat terjadi pada semua orang, baik
yang sudah bisa berenang apalagi yang belum bisa berenang. Salah satu
jenis kecelakaan yang sering terjadi di kolam renang adalah tenggelam dan
merupakan salah satu risiko terbesar dalam aktivitas renang. Berawal dari
kegiatan berenang ini terjadi kemungkinan cedera, kram, tenggelam
hingga sampai pada kematian. Namun demikian membekali diri dengan
kemampuan pengetahuan keamanan dan penyelamatan merupakan sebuah
tindakan bijaksana. Mengapa demikian, karena kecelakaan air seperti
tenggelam dapat diatasi dengan standart minimal penyelamatan yang
dimiliki oleh masing-masing individu.
Beberapa kasus menggambarkan kejadian tenggelam akibat
pengawasan yang lemah, fasilitas yang kurang memadai, dan yang paling
penting karena kegagalan dalam penanganan kasus darurat dalam
kecelakaan di dalam air.
Ada banyak hal yang perlu dihindari ketika sedang berada di kolam
renang antara lain :
a. Bersenda gurau saat berenang,
b. Berenang di tempat yang dalam padahal keterampilan berenangnya
rendah, berenang di kolam dalam tanpa pengawasan dari
pendamping.
Beberapa contoh lain tenggelam namun masih tertolong umumnya
disebabkan waktu tenggelam yang tidak terlalu lama dan waktu
pertolongan pertama yang sangat cepat dan tepat. Bagaimanapun
tenggelam dalam waktu lebih dari 5 menit memiliki tingkat risiko
kematian yang tinggi. Demikian pula dengan waktu pertolongan pertama
yang cepat, akan sangat membantu proses pengeluaranair di dalam paru-
paru dan dengan tepat diberi tindakan untuk merangsang kesadaran.
Misalnya dengan memiringkan tubuh korban dan menepuk bagian
punggung. Berdasarkan analisis situasi di atas dapat disimpulkan bahwa
hampir setiap hari jumlah pengunjung selalu banyak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab seseorang dapat tenggelam di kolam ?
2. Kapan dan mengapa seseorang dapat mengalami tenggelam ?
3. Siapa saja yang dapat melakukan pertolongan untuk korban tenggelam
di kolam renang ?
4. Dimana seseorang dapat tenggelam ?
5. Apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan klien tenggelam ?
C. Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gawat darurat
2. Agar tahu apa penyebab dan bagaimana menyelamatkan klien
tenggelam.
D. Manfaat
Menambah pengetahuan dasar pertolongan pertama pada klien
tenggelam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Klien Tenggelam


Kasus korban tenggelam di kolam sering terjadi dengan korban
yang mungkin hanya satu orang sampai lebih. Sebelum memberikan
pertolongan pertama terhadap korban tenggelam ada beberapa hal yang
harus selalu diingat, diketahui dan dilaksanakan oleh seorang penolong,
yaitu:
1. Penolong harus terlebih dahulu mengamankan diri sendiri sebelum
memberikan pertolongan kepada korban. Mengapa hal itu harus
dilakukan? Karena biasanya korban tenggelam akan mengalami
kepanikan dan cenderung akan menggapai, memegang atau merangkul
benda-benda di sekitarnya serta meronta-ronta guna menyelamatkan
dirinya. Hal ini sangat berbahaya jika si penolong tidak siap dengan
kondisi tesebut.
2. Penolong ketika menjumpai korban tenggelam sebaiknya segera
mencari bantuan terdekat, sambil terus berusaha untuk mengamati
kondisi korban.
3. Penolong tidak berusaha untuk memberikan pertolongan pertama di
air, karena itu sangat berbahaya tapi memberikannya setelah sampai di
tempat yang aman.
Nah ketika hal di atas telah menjadi panduan bagi penolong, maka
penolong dapat melakukan tindakan untuk melakukan pertolongan. Dalam
sejarah perkembangan olahraga renang, terdapat kemajuan pengetahuan
tentang pertolongan pertama pada kecelakaan. Pada waktu dulu, banyak
masyarakat yang sama sekali tidak tahu apa yang sebaiknya diperbuat
terhadap seseorang yang mengalami musibah di kolam renang. Karena itu
segeralah bertindak cepat dan tepat dalam memberikan pertolongan
pertama pada kecelakaan di kolam renang.
Pertolongan tersebut diberikan pada korban yang mengalami hal-hal
sebagai berikut:
a. Kram
Kram sering dialami oleh siswa yang sedang belajar renang, terjadi
akibat gerak renang yang melelahkan otot. Kram juga dapat terjadi
akibat suhu dingin dan kekurangan cairan garam di dalam tubuh. Yang
paling parah bila terjadi kram perut, apabila terjadi kram perut pada
siswa saat belajar renang tidak ada alternatif lain segera dibawa ke
dokter.
b. Pingsan dan kematian
Pingsan dapat terjadi karena kelelahan saat berenang atau karena
mengidap penyakit lain seperti typhus atau penyakit ayan.
c. Tidak dapat berenang
Pertolongan pertama dapat dilakukan oleh :
1. Pengawas kolam renang baik kolam renang umum, hotel, tempat
rekreasi, maupun kolam renang pribadi
2. Anggota PMI atau PMR yang kebetulan ada di lokasi
3. Instruktur/pelatih perkumpulan/klub renang,
4. Mahasiswa yang pernah mendapat pelatihan pertolongan pertama
5. Satpam penjaga kolam renang
6. Serta masyarakat sekitar yang mengetahui cara-cara pertolongan
pertama pada korban tenggelam
Jangan sekali-kali memberikan pertolongan pada klien tanpa
memiliki pelatihan khusus dan ketrampilan khusus atau setidaknya pernah
mendapatkan pengajaran, karena bukanya membantu menyelamatkan,
melainkan bisa sebaliknya.
Cara Menolong yang Efisien dan Efektif Alat bantu yang
dipergunakan ada 4 macam, yaitu:
1. Tongkat
Alat bantu yang pertama yang harus selalu ada di samping anda
saat mengajar renang adalah sebuah tongkat yang panjangnya 1 meter
dan garis tengahnya 2 cm. Cara penggunannya apabila ada peristiwa
mendadak dan siswa membutuhkan pertolongan, dimana posisinya
dekat. Maka Anda tinggal menyodorkan tongkat tersebut supaya
dipegang, Anda tidak usah cape-cape terjun dan membawa korban di
dalam kolam.
2. Tambang Plastik
Alat bantu yang kedua adalah tambang plastik, yang panjangnya 5
meter dan besarnya sedang, digulung dan diikat dengan karet gelang,
dikaitkan pada celana renang.
Cara penggunaannya apabila saat mengajar ada siswa yang
membutuhkan pertolongan, segera tambang tersebut dibuka dan
dilemparkan kepada korban, ujung tambang dipegang oleh Anda,
apabila korban sudah memegangnya, tarik ke tepi kolam. Alat bantu
tambang dipergunakan apabila jarak dengan korban sekitar 3-4 meter.
Cara ini juga sangat efisien dan efektif.
3. Ban
Alat bantu yang ketiga adalah ban yang diikatkan pada tambang
yang panjangnya 15 meter. Pada waktu melaksanakan pembelajaran
renang, alat ini selalu berada di samping Anda.
Cara penggunaannya apabila ada siswa yang membutuhkan
pertolongan segera Anda melemparkan ban tersebut ke arah korban,
beri petunjuk supaya masuk ke dalam ban, kemudian tarik ke tepi
kolam.
Alat bantuini sangat efektif karena dapat sekaligus menolong siswa
2-3 orang ditempat dalam,apabila lemparan Anda kurang tepat Anda
harus segera terjun kedekat korban.
4. Pelampung
Alat bantu yang keempat ini berupa pelampung yang tipis atau
yang bulat, diikat dengan tambang plastik yang kecil. Kemudian
diikatkan pada celana renang bila akan dibawa untuk menolong korban.
Cara penggunaannya sangat populer dalam film bay watch oleh
para life guard untuk menolong para pengunjung pantai yang
mengalami musibah akan tenggelam saat berenang. Apabila pada waktu
mengajar renang, tiba-tiba ada siswa yang perlu ditolong, segera
megaitkan tali pelampung ke belakang celana renang, kemudian segera
melompat ke arah korban. Pelampung diberikan supaya
dipegang/dipeluk. Apabila korban sudah pingsan makapelampung
disimpan di bawah leher korban
Cara Memegang dan Membawa Korban
Setidaknya ada tindakan preventif apabila terjadi kecelakan di air
seperti tenggelam misalnya. Menurut Subagyo (2007: 52) terdapat
beberapa sikap renang dari penolong yang selalu disesuaikan dengan
cara memegang korban. Cara memegang korban pada saat menolong
ada 4 macam antara lain:
1. Pegangan pada rambut
Pegangan pada rambut, dilakukan dengan satu tangan,
apabila pegangan dilakukan dengan tangan kiri, maka si penolong
berada di sebelah kiri korban. Dan membawanya ke tepi kolam
dengan menggunakan gaya dada atau gaya bebas menyamping.
Usahakan posisi korban tubuhnya terlentang, sehingga mulut dan
hidungnya tetap berada di atas permukaan air, pegangan pada
rambut sangat sulit dilakukan kecuali keadaan korban pingsan.
Alat keadaan korban sangat sulit untuk dibawa ke pinggir.
2. Pegangan pada pelipis
Pegangan pada pelipis, dilakukan dengan pegangan dua
tangan, apabila sudah berada di belakang korban, segera pegang
pelipisnya dengan dua tangan, kemudian membawanya ke tepi
kolam dengan menggunakan gaya dada dalam posisi terlentang.
Usahakan mulut dan hidung korban selalu berada di atas
permukaan air. Cara menolong dengan pegangan pada pelipis
korban lebih efisien dan efektif dari pada pegangan pada rambut.
3. Pegangan pada dagu
Pegangan pada dagu, dilakukan dengan dua tangan apabila
posisi badan sudah berada di belakang korban, maka usahakan
tubunya menjadi terlentang, kemudian tangan memegang dagu
korban dan segera dibawa ke tepi kolam dengan gerakan gaya dada
terlentang. Cara menolong korban dengan pegangan pada dagu
keuntungannya sama dengan seperti pada pegangan pelipis.
4. Pegangan pada dada
Pegangan pada dada, dilakukan dengan cara merangkul
dada korban dengan satu tangan. Apabila merangkul tangan kiri
maka posisi tubuh Anda berada di sebelah kiri korban, kemudian
bergerak mebawa korban ke tepi kolam dengan gerakan gaya dada
menyamping, cara menolong ini kurang efisien karena banyak
menghabiskan tenaga dan sangat sulit jika korbannya tidak tenang.
B. Pertolongan Korban Sadar
1. Penolong tidak boleh langsung terjun ke air untuk melakukan
pertolongan. Ingat bahwa korban dalam keadaan panik dan sangat
berbahaya bagi penolong. Sedapat mungkin, penolong untuk selalu
memberikan respon suara kepada korban dan sambil mencari kayu
atau tali atau mungkin juga pelampung dan benda lain yang bisa
mengapung di sekitar lokasi kejadian yang bisa digunakan untuk
menarik korban ke tepian atau setidaknya membuat korban bisa
bertahan di atas permukaanair.
2. Aktifkan sistem penanganan gawat darurat terpadu (SPGDT).
Bersamaan dengan tindakan pertama di atas, penolong harus segera
mengaktifkan SPGDT, untuk memperoleh bantuan atau bisa juga
dengan mengajak orang-orang yang ada di sekitar tempat kejadian
untuk memberikan pertolongan.
3. Jika memang di tempat kejadian ada peralatan atau sesuatu yang
bisa menarik korban ke tepian dengan korban yang dalam keadaan
sadar, maka segera berikan kepada korban, seperti kayu atau tali,
dan usahakan menarik korban secepat mungkin sebelum terjadi hal
yang lebih tidak diinginkan.
Setelah korban sampai di tepian segeralah lakukan pemeriksaan
fisik dengan terus memperhatikan ABC untuk memeriksa apakah
ada cedera atau hal lain yang dapat mengancam keselamatan jiwa
korban dan segera lakukan pertolongan pertama kemudian kirim ke
pusat kesehatan guna mendapat pertolongan lebih lanjut.
4. Jika tidak ada peralatan atau sesuatu yang bisa menarik korban,
maka penolong bisa segera terjun ke air untuk menghampiri
korban. Tapi harus diingat, penolong memiliki kemampuan
berenang yang baik dan menghampiri korban dari posisi belakang
5. Jika korban masih dalam keadaan sadar dan bisa ditenangkan,
maka segera tarik (evakuasi) korban dengan cara melingkarkan
salah satu tangan penolong pada tubuh korban melewati kedua
ketiak korban atau bisa juga dengan menarik kerah baju korban
(tapi ingat, hal ini harus dilakukan hati-hati karena bisa membuat
korban tercekik atau mengalami gangguan pernafasan) dan segera
berenang mencapai tepian.
6. Jika Korban dalam keadaan tidak tenang dan terus berusaha
menggapai atau memegang penolong, maka segera lumpuhkan
korban. Hal ini dilakukan untuk mempermudah evakuasi,
kemudian lakukan tindakan seperti no 5 dan kemudian no. 3 di
atas.
C. Pertolongan Korban Tidak Sadar
Seperti halnya dalam memberikan pertolongan pertama untuk
korban tenggelam dalam keadaan sadar, maka untuk korban tidak
sadar si penolong juga harus memiliki kemampuan dan keahlian untuk
melakukan evakuasi korban dari dalam air agar baik penolong
maupun korban dapat selamat.
Adapun tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Segera hampiri korban, namun tetap perhatikan keadaan sekitar
untuk menghindari hal yang tidak diingin terhadap diri penolong.
Lakukan evakuasi dengan melingkarkan tangan penolong di tubuh
korban seperti yang dilakukan pada no. 3 untuk korban sadar.
2. Untuk korban yang dijumpai dengan kondisi wajah berada di
bawah permukaan air (tertelungkup), maka segera balikkan badan
korban dan tahan tubuh korban dengan salah satu tangan penolong.
Jika penolong telah terlatih dan bisa melakukan pemeriksaan nadi
dan nafas saat menemukan korban, maka segera periksa nafas dan
nadi korban. Kalau nafas tidak ada maka segera buka jalan nafas
dengan cara menggerakkan rahang korban dengan tetap menopang
tubuh korban dan berikan nafas buatan dengan cara ini. Dan jika
sudah ada nafas maka segera evakuasi korban ke darat dengan tetap
memperhatikan nafas korban.
3. Ketika penolong dan korban telah sampai di tempat yang aman (di
darat), maka segera lakukan penilaian dan pemeriksaan fisik yang
selalu berpedoman pada ABC. Berikan respon kepada korban
untuk menyadarkannya.
4. Ketika respon ada dan korban mulai sadar, maka segera lakukan
pemeriksaan fisik lainnya untuk mengetahui apakah ada cedera lain
yang dapat membahayakan nyawa korban. Jika tidak ada cedera
dan korban kemudian sadar, berikan pertolongan sesuai dengan
yang diperlukan korban, atau bisa juga dengan mengevakuasi
korban ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan secara
medis.
5. Jika tidak ada respon dan tidak ada nafas, segera buka jalan nafas
dengan cara ini atau ini, periksa jalan nafas dengan cara Lihat,
Dengar dan Rasakan (LDR) selama 3-5 detik. Jika tidak ada nafas
maka segera berikan bantuan pernafasan (bantuan hidup dasar)
dengan cara ini lalu periksa nadi karotis. Apabila nadi ada, maka
berikan bantuan nafas buatan sesuai dengan kelompok umur korban
hingga adanya nafas spontan dari korban (biasanya nafas spontan
ini disertai dengan keluarnya air yang mungkin menyumbat saluran
pernafasan korban ketika tenggelam), lalu posisikan korban dengan
posisi pemulihan. Terus awasi jalan nafas korban sambil penolong
berupaya untuk menyadarkan seperti tindakan no. 4 di atas atau
mencari bantuan lain untuk segera mengevakuasi korban.
6. Ketika tindakan no.5 tidak berhasil (tidak ada respon, tidak nafas
dan tidak ada nadi), maka segera lakukan Resusitasi Jantung Paru.
Tindakan seperti di atas benar-benar akan berhasil dan terlaksana
dengan baik, ketika penolong mempunyai keahlian untuk melakukan
pertolongan pertama. Jika penolong tidak memiliki kemampuan dan
keahlian tersebut sebaiknya segera menghubungi pihak berwenang seperti
pelaku pertolongan pertama, paramedik atau tim penyelamat dan
mentransportasikan korban (evakuasi) ke fasilitas kesehatan terdekat. Dan
yang harus diingat, ketika proses evakuasi, jalan nafas korban harus selalu
terbuka.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tengelam merupakan hal yang sering terjadi pada kehidupan di
masyarakat, baik di laut, di kolam, ataupun di sumur. Diharapkan dengan
adanya pembelajaran tentang pertolongan pertama pada tenggelam,
mampu mengakomodir dan mengatasi berbagai permasalahan dan
fenomena tenggelam yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya memberikan
pembekalan kepada pengawas kolam renang ataupun masyarakat awam
yang menyukai olahraga berenang, baik di kolam renang umum, kolam
renang di tempat rekreasi, dan kolam renang di hotel-hotel agar
menguasai teknik-teknik penyelamatan di kolam renang, sehingga tidak
ada nyawa yang hilang sia-sia hanya karena tenggelam.
B. Saran
Perlunya kegiatan pelatihan sejenis yang rutin dilakukan secara
berkala dengan sasaran pengawas kolam renang, pelatih klub renang, guru
pendidikan jasmani, dan mahasiswa secara umum yang memiliki
ketertarikan dengan tindakan pertolongan pertama pada klien tenggelam.
DAFTAR PUSTAKA

American Academic of Pediatric Commite on Injury and Poison Prevention


Drowning. (1993). Infant, Children, and Adolescents. Pediatrics. Hal 292-
294.

American Red Cross. (1992). Water Safety Instructor’s Manual, Infant Preschool
aquatic Program. St Louis, MO:CV Mosby; 51-80

Clement A. (1997). Legal Responsibility in Aquatics. Aurora, OH: Sport and Law.
Ditjen Dikti. (2006). Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat oleh Perguruan Tinggi. Program Penerapan IPTEKS dan
Vucer. Edisi VII. Jakarta: Departemen Pendidikan Tinggi Direktorat
Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Hicks-Hughes D, Langendorfer S.(1986). Aquatics for the Young Child: a survey


of Selected Program. Natl Aquatics J, 12-17

Hutchison JS. Near drowning. Dalam: Singh NC, Ed. Manual of Pediatric
Critical Care. Philadelphia: WB Saunders Company, 1997: 232-9.

Palmer, Lynn. (2005). Safe Swimming. Parks & Recreation; Feb 2005; 40, 2;
ProQuest Education Journals page. 64

Spengler, J.O. (2001). Planning for Emergencies in Aquatics. Journal of Physical


Education, Recreation & Dance; Mar 2001; 72, 3; ProQuest Education
Journals pg. 12.

Anda mungkin juga menyukai