Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada zaman penjajahan Belanda (1921-1942), penyuluhan diselenggarakan

tanpa ada paksaan. Para penyuluh dapat berhubungan langsung dengan para

petani. Sistem penyuluhan pertanian merupakan bagian dari sistem pembangunan

pertanian yang mempunyai kedudukan sangat strategis dan efektif dalam

pembangunan nasional. Implementasi pelaksanaannya harus dengan perspektif

kebutuhan sasaran, kesesuaian sumberdaya lahan, dengan memperhatikan

perubahan-perubahan sosial masyarakat, dan menekankan pada peningkatan nilai

ekonomis dan kesejahteraan masyarakat khususnya pelaku utama dan pelaku

usaha di bidang pertanian. Melalui perspektif demikian, terobosan dalam

penyuluhan adalah dengan penerapan sistem penyuluhan multi channel.

Pengertian multi channel dimaksudkan bahwa penyuluhan dilaksanakan dengan

mengkombinasi seluruh metode dan menerapkan teknologi informatika.

Penyuluhan pertanian di Indonesia telah mempunyai sejarah yang cukup panjang,

yang dimulai sejak awal abad 20. Penyuluhan pertanian bermula dari adanya

kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian, baik untuk kepentingan penjajah

maupun untuk memenuhi kebutuhan pribumi. Kebutuhan peningkatan produksi

pertanian diperhitung-kan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi-teknologi

maju yang ditemukan para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai

produsen primer. Dengan hasil yang cukup menggembirakan, usaha-usaha ini

terus dikembangkan dan kemudian dibentuk suatu sistem penyuluhan pertanian


2

yang melembaga di Indonesia dengan dibentuknya Dinas Penyuluhan (Landbouw

Voorlichting Dients atau LVD) pada tahun 1908 di bawah Departemen Pertanian

(BPLPP, 1978).

Dilihat dari perjalanan panjang penyuluhan menunjukkan, bahwa perlu

adanya perubahan actual dari penyuluhan sesuai sesuai denga kondisi Negara saat

ini. Perubahan penyuluh ke depan, antara lain : pertama, untuk agribisnis hulu,

ialah bagaimana memasyarakatkan produk sebagai input pertanian primer. Kedua,

untuk agribisnis usahatani, maka peranan penyuluhan menyangkut proses

produksi dengan variasi pengetahuan baru, seperti produksi hasil pertanian yang

siap di olah menjadi barang olahan/setengah jadi dan barang jadi/akhir.

Sedamgkan ketiga, peranan penyuluhan pada agribisnis hilir adalah menyangkut

bagaimana, agar produk hasil olahan itu dapat dipasarkan dan mendapatkan

keuntungan yang layak (BPLPP, 1978).

Kegiatan penyuluhan pertanian dalam pembangunan pertanian berperan

sebagai jembatan yang menghubungkan antara praktik yang dijalankan oleh petani

dengan pengetahuan dan teknologi petani yang selalu berkembang menjadi

kebutuhan para petani tersebut (Kartasapoetra, 1994). Untuk menjalankan sebuah

program pertanian maka diperlukan seseorang penyuluh untuk

mengkomunikasikan program dalam bentuk pesan tertentu dan perkembangan

teknologi dibidang pertanian kepada masyarakat tani. Komunikasi merupakan

proses pengiriman pesan baik oleh komunikator atau penyuluh kepada komunikan

atau petani tetapi dalam proses pengiriman tersebut dibutuhkan suatu


3

keterampilan dalam memakai pesan baik oleh komunikator ataupun komunikan

sehingga dapat membuat sukses pertukaran informasi (Rasyid, 2012).

Penyuluh mempunyai peran penting dalam pembangunan pertanian karena

keberhasilan pembangunan pertanian tidak lepas dari peran penyuluh dalam

melaksanakan tugasnya. Untuk dapat melakukan tugas pokok dan fungsinya

dengan baik, penyuluh perlu memiliki kompetensi tertentu , baik dalam aspek

pengetahuan , sikap mental maupun keterampilannya. Pengembangan kompetensi

tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi dan tantangan penyuluh saat ini.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta adanya arus

globalisasi. Terlebih lagi, dengan adanya Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006

tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan,

yang dihrapkan bisa memberikan arti yang strategis sebagai payung hokum terkait

dengan peningkatan kompetensi penyuluh (Huda, 2011).

Progran Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang

dicanangkan oleh Presiden pada bulan Juli 2005, yang kemudian diikuti oleh

Program Revitalisasi Penyuluhan Pertanian (RPP) pada Desember 2005 oleh

Menteri Pertanian Revublik Indonesia dan menjadi momentum awal untuk

memperbaiki dan meningkatkan peran sector pertanian sebagai sektor terkemuka

(leading sector) pembangunan nasional. Salah satu tonggak penting dalam

melahirkan pelaksanaan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK)

dan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian (RPP) ini adalah dengan dikeluarkannya

Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UU RI)

No. 16 Tahun 2006. UU ini merupakan petunjuk masukan dalam pemberdayaan


4

petani melalui peningkatan sumberdaya manusia dan kelembagaan penyuluh

pertanian (Huda, 2011).

Revitalisasi Penyuluh Pertanian (RPP) pada hakekatnya adalah upaya

mendudukkan kembali peran dan fungsi penyuluh pertanian agar terwujud

kesatuan visi dan tujuan dalam mencapai sasaran pembangunan pertanian baik

secara janhka pendek maupun jangka panjang. Stabilitas ketahanan pangan

menjadi sangat begitu istimewa dalam sasaran keberhasilan pembangunan

pertanian nasional. Karena aspek ketahanan pangan memiliki dampak yang cukup

besar terhadap posisi kemandirian bangsa kedepan. Sehingga pemerintah secara

serius telah memprogramkan untuk meningkatkan produksi pertanian dengan

berorientasi swasembada pangan. Oleh karena itu fokus perhatian menjadi

semakin penting untuk memprioritaskan peningkatan produksi dan produktivitas

pertanian, khususnya tanaman pangan secara berkelanjutan (Ilham, 2016).

Amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), Pasal 8 ayat (2) huruf d

dan Pasal 15, memberi makna bahwa Balai Penyuluhan di Tingkat Kecamatan

atau Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BPPPK) memiliki

peran strategis dalam menentukan keberhasilan pembangunan pertanian dalam arti

luas. Balai penyuluhan sebagai tempat satuan administrasi pangkal bagi penyuluh

pertanian , perikanan dan kehutanan ini berperan mengkoordinasikan,

mensinergikan dan menyelaraskan kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian,

perikanan dan kehutanan diwilayah kerja balai (Ilham, 2016).


5

Pemerintah Indonesia sudah sejak lama berusaha meningkatkan taraf

hidup masyarakat petani yang merupakan porsi terbesar dari struktur masyarakat

Indonesia. Berbagai bentuk program telah diterapkan untuk membantu petani agar

mampu memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dalam perekonomian di Indonesia.

Berbagai bantuan juga telah dilaksanakan mulai dari subsidi sarana produksi,

bantuan modal langsung, kredit usahatani, dan lain sebagainya yang jumlahnya

sangat beragam. Namun hasilnya petani Indonesia massih berpendapatan rendah,

masih tergantung terhadap berbagai bantuan, dan masih berfikir belum mampu

bergerak sendiri dalam melaksanakan usahataninya. Begitu pula dengan program-

program penyuluhan pertanian yang selama ini sudah berjalan, belum mampu

secara optimal membantu prtani dalam meningkatkan taraf hidupnya, serta belum

mampu mendorong petani untuk menemukan pemecahan masalahnya sendiri

dalam melaksanakan usahataninya (Ilham, 2016).

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Mengetahui metode penyuluh pertanian.

2. Mengetahui indikator penilaian kinerja penyuluh pertanian.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini, yaitu:

1. Kalangan akademis, sebagai bahan dan informaasi untuk melakukan

penelitian selanjutnya mengenai hal-hal maupun masalah terkait.


6

2. Sebagai proses belajar bagi peneliti sehingga dapat menambah wawasan

serta sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir pada jenjang

Strata 1 (S1) Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Palangkaraya.


7

BAB II

GAMBARAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN DI INDONESIA

2.1. Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk

orang dewasa. Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan

komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya

memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar, selanjutnya

dalam draf Revitalisasi Penyuluhan disebutkan bahwa penyuluhan pertanian

adalah kegiatan non formal bagi petani dan keluarganya sebagai wujud jaminan

pemerintah atas hak petani untuk mendapatkan pendidikan (Indraningsih, 2010).

Untuk menjalankan sebuah program pertanian maka diperlukan

seseorang penyuluh untuk mengkomunikasikan program dalam bentuk pesan

tertentu dan perkembangan teknologi di bidang pertanian kepada masyarakat tani.

Komunikasi merupakan proses pengiriman pesan atau informasi oleh komunikator

atau penyuluh kepada komunikan atau petani tetapi dalam proses pengiriman

tersebut dibutuhkan suatu keterampilan dalam memaknai pesan baik oleh

komunikator ataupun komunikan sehingga dapat membuat sukses pertukaran

informasi (Indraningsih, 2010).

Menurut Suhardiyono (1992), penyuluh merupakan pendidikan non

formal bagi petani beserta keluarganya dimana kegiatan dalam ahli pengetahuan

dan keterampilan melalui proses belajar mengajar. Beberapa ahli penyuluhan

menyatakan bahwa sasaran penyuluhan yang utama adalah penyebaran informasi

yang bermanfaat dan praktis bagi masyarakat petani di pedesaan dan kehidupan
8

pertaniannya. Melalui pelaksanaan penelitian ilmiah dan percobaan dilapangan

yang diperlukan untuk menyempurnakan pelaksanaan suatu jenis kegiatan serta

pertukaran informasi dan pengalaman diantara petani untuk meningkatkan

kesejahteraan mereka (Revikasari, 2010).

Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (SP3K), bahwa pengertian penyuluhan

adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan

mampu menolong dan mengorganisasikan dalam mengakses informasi-informasi

pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk

meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,

serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Semua faktor yang menyebabkan terjadinya atau berlangsungnya

kegiatan penyuluhan pertanian terdiri dari sumber penyuluh (who), sasaran

penyuluhan (to whom), metode penyuluhan (channel), materi penyuluhan (what)

dan tujuan penyuluhan (effect) (Revikasari, 2010).

2.1.1. Program Penyuluhan

Program penyuluhan adalah rencana tertulis tentang kegiatan penyuluhan

yang menggambarkan keadaan sekarang, tujuan yang ingin dicapai, masalah-

masalah dalam mencapai tujuan dan alternatif terbaik untuk memecahkan masalah

diwilayah masing-masing penyuluh pertanian (Balai Informasi Pertanian NTB,

1987). Penyelenggaraan penyuluhan pertanian di Wilayah Kerja Penyuluhan

Pertanian (WKPP) oleh PPL dapat berjalan dengan baik, bila pelaksanaannya
9

berpedoman pada programa penyuluhan pertanian. Program penyuluhan pertanian

dibuat setelah penyuluh mengetahui gambaran umum tentang kondisi dan situasi

usahatani yang tengah dilakukan di pedesaan terutama mengenai masalah-masalah

yang dihadapi oleh para petani, sehingga dapat diprioritaskan kegiatan penyuluh

tersebut (Sari, 2013).

Jadwal kegiatan yang disusun oleh penyuluh dalam bentuk Rencana

Kerja Tahunan (RKT) dibuat berdasarkan programa penyuluhan setempat yang di

lengkapi dengan hal-hal yang dianggap perlu untuk berintegrasi dengan pelaku

utama dan pelaku usaha. Program penyuluhan yang baik adalah program yang

dibuat dengan memperhitungkan serta mempertimbangkan gambaran-gambaran

yang tersusun dalam monografi wilayah, terutama situasi dan kondisi serta

masalah-masalah yang ada atau tengah dihadapi oleh para petani, peranan dan

kemampuan penyuluh, alat-alat pembantu penyuluh serta hambatan-hambatan

yang mungkin timbul selama pelaksanaannya (Sari, 2013).

2.2. Metode Penyuluhan Pertanian

Metode penyuluhan adalah “cara penyampaian materi penyuluhan

pertanian, perikanan dan kehutanan melalui media penyuluhan.“ Tujuan

penggunaan media penyuluhan adalah untuk memperjelas informasi yang

disampaikan dan mampu memotivasi dan memusatkan perhatian sasaran

penyuluhan. Pada umumnya metode penyuluhan pertanian, perikanan dan

kehutanan bersifat massal, kelompok, dan  individu:  


10

1. Bersifat massal. Metoda yang bersifat massal adalah metode penyuluhan

yang sasarannya berupa komunitas masyarakat luas. Media yang dapat

dipergunakan dalam metode ini yaitu: media elektronik seperti internet,

televisi, radio, film, video; media cetak seperti koran, majalah, brosur,

poster, banner, leaflet, folder, flip chart, stiker, dan media lainnya seperti

penyelenggaraan pameran. 

2. Bersifat kelompok. Metoda yang bersifat kelompok adalah metoda

penyuluhan yang sasarannya berupa kelompok masyarakat tertentu dan

telah terorganisir baik formal maupun informal. media yang dapat

dipergunakan dalam metoda ini yaitu media khusus seperti sekolah lapang,

studi banding, demonstrasi teknis, demonstrasi plot, demonstrasi area,

visitor plot, kolam percontohan, seminar, lokakarya, sarasehan, temu

karya, temu usaha, temu wicara, dan temu lapang. 

3. Bersifat individual. Metoda yang bersifat individual adalah metoda

penyuluhan yang sasarannya perorangan atau individu . Media yang dapat

dipergunakan dalam metoda ini yaitu melalui kontak individual yakni

berupa kunjungan, magang, pemberian penghargaan atau hadiah, atau

pemberian motivasi lainnya ataupun dapat menggunakan media cetak

seperti brosur, leaflet, folder, dan lain-lain.

Penerapan metode ini disesuaikan dengan sumberdaya alam yang akan

dikembangkan, sasaran yang akan disuluh, kemampuan penyuluh, peluang dan

permasalahan, dan lain-lain.


11

2.3. Perhitungan Kinerja Penyuluh Pertanian

Penyuluh adalah salah satu unsur penting yang diakui perannya dalam

memajukan pertanian di Indonesia. Penyuluh yang siap dan memiliki kemampuan

dengan sendirinya berpengaruh pada kinerjanya. Wibowo (2013) menyatakan

bahwa kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan

pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun sebenarnya

kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi

bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang

mempunyai hubunngan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan

konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian kinerja

adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan

tersebut.

Menurut Haryadi (2001), kinerja penyuluh pertanian merupakan

eksistensi penyuluh dalam memahami keterkaitan tugas dan kebutuhan dasar

program penyuluhan pertanian yang ditunjang oleh motivasi kerja untuk mencapai

tujuan lembaga penyuluhan. Bryan dan Glenn (2004) menyatakan bahwa,

penyuluh dalam memenuhi misinya sebagai agen perubahan perlu memperluas

dan mengembangkan program penyuluhan yang relevan dan berkualitas sebagai

upaya memenuhi kepuasaan petani dalam meningkatkan taraf hidupnya.

North Carolina Cooperative Extension (2006) menyatakan bahwa,

kinerja penyuluh dapat dilihat dari kemampuannya mendesain program

penyuluhan yang meliputi:


12

(a) Memahami komponen-komponen dasar program pendidikan non

formal dan mengembangkan program secara partisipatif berdasarkan

kebutuhan masyarakat, agroekosistem dan potensi sumberdaya lokal;

(b) Mampu mempublikasikan teknologi terapan dan mengkomunikasikan

informasi terbaru melaui penyusunan materi penyuluhan yang

spesifik lokasi; dan

(c) Mampu menjalin hubungan kerjasama dengan masyarakat dalam

membangun jaringan usaha yang dinamis dan berkelanjutan.

Muhammad Bansir (2008) berdasarkan penelitiannya menjelaskan

bahwa, kinerja penyuluh merupakan hasil kerja yang dicapai penyuluh pertanian

berdasarkan status kerja, kondisi kerja yang menyenangkan dan kebijakan

organisasi penyuluhan.

Lippitt (1958) dan Chamala dan Shingi (1997) memahami bahwa, kinerja

penyuluh pertanian merupakan peran penyuluh dalam melakukan perubahan

berencana dan memberdayakan masyarakat melalui pengorganisasian masyarakat,

pengembangan sumberdaya manusia dan memecahkan masalahnya. Hal ini

dicapai dengan mengembangkan kerjasama dengan tokoh masyarakat dan

meningkatkan hubungan sosial antar masyarakat. Lippitt (1958) lebih

menekankan pada pengembangan kebutuhan untuk perubahan berencana dan

menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan melalui tindakan yang

nyata dalam kehidupannya. Chamala dan Shingi (1997) lebih mengarah pada

pemberdayaan masyarakat pedesaan dengan mengorganisasikan, mengembangkan

sumberdaya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.


13

Seperti yang telah dijelaskan diatas, maka kinerja penyuluh pertanian

dapat didefinisikan sebagai hasil kerja penyuluh berdasarkan status kerja, kondisi

kerja, kebijakan organisasi dan motivasi penyuluh dalam mengimplementasikan

program penyuluhan yang dilaksanakan melalui kerjasama antara petani dan

penyuluh sesuai dengan keinginan petani, kemampuan agroekositem dan potensi

sumberdaya lokal.

Kinerja penyuluh pertanian dapat diukur berdasarkan indikator-indikator

keberhasilan, yaitu: tersusunya data peta wilayah, tersusunnya programa penyuluh

pertanian, tersusunnya rencana kerja tahunan, terdesiminasinya informasi

teknologi pertanian kepada pelaku utama, tumbuh-kembangnya kelembagaan

petani, meningkatnya kapasitas pelaku utama, meningkatnya akses pelaku utama

terhadap informasi pasar dan teknologi, sarana-prasarana dan pembiayaan,

meningkatnya produktivitas dan skala usaha pelaku utama dan meningkatnya

pendapatan pelaku utama (Permentan, 2013).

Kinerja penyuluh pertanian ditentukan pada pencapaian tujuan yang

ditetapkan oleh organisasi penyuluh pertanian dengan batasan waktu yang telah

ditentukan. Kinerja penyuluh pertanian didasarkan pada tugas pokok dan

fungsinya yang diuraikan secara komprehensif pada uraian macam-macam tugas

kinerja penyuluh pertanian dilihat pada aspek persiapan, pelaksanaan, evaluasi

dan pelaporan (UU No.16 Tahun 2006) tentang tuposi penyuluh (Nurmala, 2014).

2.3.1. Tugas Pokok Penyuluh Pertanian


14

Sistem kerja penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugas-tugas

pokoknya sebagai penyuluh pertanian baik berhadapan langsung dengan khalayak

sasaran (petani) maupun unsur-unsur pendukung lainnya seperti aspirasi petani

dan keluarganya, kebijaksanaan pembangunan pertanian, program penyuluhan

pertanian, sumber informasi teknologi, inovasi sosial ekonomi serta pendekatan,

metode, teknik penyuluhan pertanian harus mampu menampilkan kelangsungan

proses belajar-mengajar, yang dilandasi dengan interaksi, komunikasi dan

penampilan berbagai aspirasi dalam kegiatan usahatani (Adjid, 1994). Untuk itu

diperlukan sistem penyuluhan yang partisipatif, dengan komitmen bekerja

berdasarkan kebutuhan petani dalam rangka meningkatkan kualitas hidup

masyarakat.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang

Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara

No.9/KEP/MK.Waspan/5/1999, tugas pokok penyuluh pertanian adalah:

(a) Menyiapkan penyuluhan yang meliputi identifikasi potensi wilayah

agroekosistem, penyusunan programa penyuluhan pertanian dan

penyusunan rencana kerja penyuluhan pertanian;

(b) Melaksanakan penyuluhan meliputi penyusunan materi penyuluhan

pertanian, penerapan metode penyuluhan pertanian dan

pengembangan keswadayaan masyarakat;

(c) Evaluasi dan pelaporan penyuluhan;

(d) Pengembangan penyuluhan meliputi penyusunan petunjuk pelaksanaan

dan petunjuk teknis penyuluhan pertanian, perumusan kajian arah


15

kebijakan pengembangan penyuluhan pertanian dan pengembangan

metode dan sistem kerja penyuluhan pertanian;

(e) Pengembangan profesi penyuluhan meliputi penyusunan karya tulis

ilmiah penyuluhan pertanian, penerjemahan atau penyaduran buku

penyuluhan pertanian dan bimbingan penyuluh pertanian; dan

(f) Penunjang penyuluhan meliputi seminar dan lokakarya penyuluhan

pertanian serta mengajar pada diklat bidang penyuluhan.


16

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Penyuluhan Pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah

perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai

kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau

kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya.

Penyuluhan pertanian adalah suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat di

luar bangku sekolah (non formal) untuk para petani dan keluarganya di pedesaan,

dalam penyuluhan terkandung arti aktivitas pendidikan di luar bangku sekolah

(non formal). Pelaksanaan penyuluhan pertanian lebih ditekankan kepada

membangun kapasitas dan produktifitas masyarakat khususnya pelaku utama dan

pelaku usaha untuk berperan serta memajukan pembangunan pertanian, perikanan

dan kehutanan.

Metode penyuluhan pertanian adalah cara yang digunakan untuk penyuluh

pertanian dalam menyampaikan materi penyuluhan kepada petani. Metode

penyuluhan pertanian di Kalimantan Tengah bersifat massal, kelompok, dan 

individu, dengan berdasarkan teknik komunikasi, berdasarkan jumlah saasaran

yang di capai, berdasarkan indera penerima yang digunakan sasaran, dan macam-

macam metode penyuluhan pertanian lainya.


17

Kinerja penyuluh pertanian dapat diukur berdasarkan indikator-indikator

keberhasilan, yaitu: tersusunya data peta wilayah, tersusunnya programa penyuluh

pertanian, tersusunnya rencana kerja tahunan, terdesiminasinya informasi

teknologi pertanian kepada pelaku utama, tumbuh-kembangnya kelembagaan

petani, meningkatnya kapasitas pelaku utama, meningkatnya akses pelaku utama

terhadap informasi pasar dan teknologi, sarana-prasarana dan pembiayaan,

meningkatnya produktivitas dan skala usaha pelaku utama dan meningkatnya

pendapatan pelaku utama.


18

DAFTAR PUSTAKA

BPLPP. 1978. Tujuh Puluh Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia 1908-1978.


Jakarta: BPLPP Departemen Pertanian.

Huda, Nurul. 2011. Pengembangan Kompetensi Personal Penyuluh pertanian


Dalam Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh (PTTJJ). Universitas
Terbuka.

Ilham. 2016. Kinerja Penyuluh Pertanian Di Kecamatan Dusun Tengah


Kabupaten Barito Timur. Universitas Palangkaraya.

Indraningsih, Kurnia Suci. 2010. Kinerja Penyuluh Dari Perspektif Petani dan
Eksistensi Penyuluh Swadaya Sebagai Pendamping Penyuluh Pertanian.
IPB. Bogor.

Peraturan Menteri Pertanian. 2013. Pedoman Evaluasi Kinerja Penyuluh


Pertanian. Jakarta.

Nurmala. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh di


Kabupaten Bener Meriah. STPP. Medan.

Rasyid, Anuar. 2012. Metode Komunikasi Penyuluhan Pada Petani Sawah.


Universitas Riau. Pekan Baru.

Revikasari, Aginia. 2010. Peranan Penyuluh Pertanian Dalam Pengembangan


Gabungan Kelompok Tani di Desa Tempuran Kecamatan Toroh Kabupaten
Grobogan. Universitas Wahid Hasyim Semarang. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai