NIM : 60500118055
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : HAJRAH H. A
JURUSAN KIMIA
A. Latar Belakang
bentuk ekstrak atau sediaan kering, yang berasal dari bagian tertentu atau keseluruhan
tubuh suatu agen hayati (tumbuhan, mikroorganisme, ataupun hewan) senyawa bahan
saponin, kaumarin, tanin, flavonoid, triterponoid, steroid, dan glikosid yang berfungsi
Fusarium spp, Aspergillus spp, Rhizopus spp dan Penicillium spp. Kandungan
terbesar dari ekstrak daun mangga adalah mangiferin. Pada daun mangga dapat
(padat, cair, terlarut, suspensi, atau esotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil
didasarkan pada boot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar
sedang fraksi yang lebih ringan akan berada diatas fraksinasi bertingkat biasanya
atau campuran pelarut tersebut. Asam lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat warna
adalah bahan yang penting dan dapat diektraksi dengna pelarut organik. Salah satu
metode fraksinasi yang memisahkan ekstrak menjadi fraksi yaitu kromatografi cair
ekstrak menjadi fraksi-fraksi yang lebih sederhana. Dimana pada pemisahan tersebut
menggunakan kolom yang berisi fase diam dan untuk mengalirkan fase geraknya
gel sebagai absorben dan menggunakan eluen n-heksan:etil asetat dan menggunakan
pompa vakum untuk memudahkan dalam penarikan eluen (Harborne, 1987: 93).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Percobaan
Tanaman mangga (Mangifera indica L.) adalah tanaman yang sudah sangat
populer di dunia, berasal dari Asia Tenggara, dan merupakan salah satu tanaman buah
yang tertua yang telah dibudidayakan di daerah tropis. Selain mengandung nilai
nutrisi yang tinggi, ekstrak buah mangga menunjukkan adanya sifat fungsionalnya
manusia. Segala yang ada di muka bumi ini termasuk milyaran jenis tumbuhan
diciptakan oleh Allah untuk memberikan manfaat bagi manusia. Hal ini dijelaskan
Terjemahnya :
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?”.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu di bumi
ini memiliki banyak manfaat dalam ayat tersebut Allah memperingatkan akan
keagungan dan kekuasaan-Nya, bahwa jika mereka melihat dengan hati dan mata
niscaya mereka mengetahui bahwa Allah adalah yang berhak disembah, karena maha
dikonsumsi dalam bentuk segar maupun berbagai produk olahannya. Tetapi selain
buah, komponen lainnya yang juga berperan penting adalah daun mangga yang dapat
triterponoid, steroid, dan glikosid yang berfungsi sebagai senyawa antimikrobia yang
Aspergillus spp, Rhizopus spp dan Penicillium spp. Kandungan terbesar dari ekstrak
daun mangga adalah mangiferin yang telah diteliti oleh beberapa peneliti yang
memiliki fungsi antara lain yaitu sebagai antioksidan, analgesik, antidiabetes, anti
inflammatory, antitumor, antimikrobia, dan peningkat stamina atau daya tahan tubuh
senyawa fenol, saponin, kaumarin, tanin, flavonoid, triterponoid, steroid, dan glikosid
diteliti oleh beberapa peneliti memiliki fungsi antara lain sebagai antioksidan,
stamina atau daya tahan tubuh. Berikut ini kandungan dari daun mangga, yaitu :
1. Fenol (C₆H₅OH)
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang
2. Flavonoid
antioksidan, yang memiliki beragam manfaat untuk tubuh Anda, seperti dapat
3. Saponin
Saponin adalah jenis senyawa kimia yang berlimpah dalam berbagai spesies
4. Mangiferin
5. Alkaloid
Senyawa ini dapat memiliki efek fisiologis yang beragam pada manusia.
Beberapa jenis alkaloid yang populer adalah morfin, strychnine, quinine,
C. Fraksinasi
Menurut Adijuwana dan Nur, (1989: 57) proses fraksinasi terbagi atas 4 yaitu:
proses fraksinasi yang didasarkan pada berat molekul dan komposisi dari
suatu material. Proses ini lebih murah dibandingkan dengan proses yang lain,
disebut juga proses Hydrophilization atau detergent proses. Hasil fraksi dari
Dimana pelarut yang digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih
bahan pelarut.
fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada titik
didih dari suatu zat/ bahan sehingga dihasilkan suatu produk dengan
cukup tinggi namun proses produksi lebih cepat dan kemurniannya lebih
tinggi.
D. Kromatografi Kolom Cair Vakum (KKCV)
seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani (chromato
distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam
(stationary) dan fasa bergerak (mobile). Fasa diam dapat berupa zat padat atau zat
cair, sedangkan fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas (Yazid, 2005: 112).
atau kromatografi cair vakum (KCV) adalah bentuk kromatografi kolom khususnya
berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. Kondisi vakum
adalah alternatif untuk mempercepat aliran fase gerak dari atas ke bawah. Metode ini
sering digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak non polar atau ekstrak
Kromatografi kolom cair dapat dilakukan pada tekanan atmosfer atau pada
tekanan lebih besar dari atmosfer dengan menggunakan bantuan tekanan luar
menggunakan kromatografi kolom vakum cair, oleh karena itu syarat utama adalah
metabolit sekunder secara kasar dengan menggunakan silika gel sebagai absorben dan
berbagai perbandingan pelarut n-heksana : etil asetat : metanol (elusi gradien) dan
menggunakan pompa vakum untuk dapat memudahkan terjadinya penarikan eluen
senyawa-senyawa lebih cepat. Agar efisiensi pemisahan lebih baik kolom tipe ini
sambung dengan pipa yang menghubungkan pre kolom tipe yang berisi serbuk
ekstrak. Sistem ini juga kadang disebut VLC (vacuum liquid chromatography)
E. Pelarut Organik
C₆H₁₄. Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada
heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan
ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan
tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc,
3. Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus,
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10 Mei 2021 pada
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aseton (C 3H6O) ekstrak
daun mangga (Mangifra indica L.), etil asetat (C4H8O2), kertas saring, n-heksana
(C6H14), plat KLT, silika gel no.katalog 7730, silika gel no.katalog 7733, dan tissue.
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
Prosedur kerja uji KLT adalah disiapkan semua alat dan bahan yang akan
digunakan pada percobaan. Langkah awal yang dilakukan yaitu dipotong plat KLT
dengan ukuran 7x1 cm, kemudian plat diaktivasi dalam oven selama 10 menit. Di sisi
lain ekstrak kental sampel diencerkan dengan menggunakan pelarut dalam botol vial.
Selanjutnya ekstrak sampel ditotol diatas plat KLT dengan pipa kapiler. Plat yang
telah ditotolkan sampel dimasukkan dalam sebuah chamber. Setelah dielusi plat KLT
dikeringkan dan dilihat noda yang terbentuk dari proses elusi dengan menggunakan
sinar UV.
2. Pembuatan Eluen
melakukan penimbangan silika gel no. katalog 7733 pada neraca analitik.
dilarutkan terlebih dahulu dengan aseton kemudian diimpregnasi dengan silika gel no.
katalog 7733. Di sisi lain silika gel no. katalog 7730 dipacking dalam kolom KKCV
lalu ekstrak yang telah diimpregnasi, dimasukkan dalam kolom KKCV kemudian
ditutup dengan kertas saring sesuai ukuran kolom KKCV. Selajutnya kolom dialiri
dengan eluen yang ditingkatkan kepolarannya. Dibiarkan hingga proses fraksi selesai.
Adapun hasil fraksi ditampung dalam wadah yang sesuai dengan perbandingannya.
Prosedur kerja uji KLT hasil fraksi adalah ditotolkan setiap fraksi pada plat
menggunakan pipa kapiler. Selanjutnya, fraksi yang telah ditotolkan pada plat
dimasukkan dalam chamber. Setelah itu fraksi diamati dengan menggunakan sinar
UV. Disisi lain dicampur fraksi yang memiliki penampakan spot yang sama
kemudian digabung. Masing-masing fraksi gabungan diberi kode A,B,C, dan D pada
KLT. Kemudian dimasukkan kembali kedalam chamber, lalu hasil spot diberi sinar
A. Hasil Pengamatan
kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. dengan menggunakan silika gel sebagai
adsorben dan berbagai perbandingan pelarut n-heksana : etil asetat (elusi gradien) dan
Prinsip dari kromatografi kolom cair vakum yaitu sama dengan prinsip
kromatografi lain pada umumnya sama dengan prinsip kromatografi lainnya yaitu
absorbsi dan partisi, hanya saja pada kromatografi cair vakun ini menggunakan
Keuntungan dari kromatografi kolom cair vakum adalah karena pada metode
kromatografi cair vakum itu metodenya murah, aliran fase gerak cepat, dimana hasil
isolasi banyak dan pada proses lebih cepat dibandingkan dengan kromatografi kolom
konvensional karena ada vakum. Dan kerugian dari metode kromatografi kolom cair
vakum adalah sampel yang digunakan banyak dibanding KLT serta proses pemisahan
metabolit sekunder dalam ekstrak serta unutuk mengetahui pula pelarut yang sesuai
untuk fraksinasi awal. Plat KLT denga ukuran 7x1 cm yang terlebih dahulu diaktivasi
dengan menggunakan oven untuk mengaktifkan plat yang akan digunakan. Ekstrak
penotolan pada plat KLT. Penotolan menggunakan pipa kapiler karena ukuran pipa
kapiler yang kecil sehingga tidak terjadi perembesan pada plat dikarenakan
volumenya kecil dan juga memiliki permukaan yang tipis dan pas pada plat KLT.
mengetahui kecenderungan komponen dalam sampel. Plat KLT yang telah dielusi
panjang gelombang 254 nm maka warna noda dapat terlihat dengan baik. Sinar UV
berfungsi sebagai sinar yang akan menentukan ada atau tidaknya noda yang terbentuk
setelah elusi.
Tahap kedua pembuatan eluen dari tingkat kepolaran terendah hingga yang
paling tinggi tingkat kepolarannya yaitu 100% n-heksana, n-heksan: etil asetat dengan
perbandingan 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9 dan 100% etil asetat serta 100%
metanol. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui pada tingkat kepolaran berapa
senyawa atau komponen kimia sampel dapatmembentuk fraksi yang baik atau terelusi
silika gel no.katalog 7733. penggunaan silika ini dikarenakan silika ini memiliki luas
permukaan yang lebih besar sehingga baik dalam penyerapan (adsorben). Silika
berfungsi sebagai fase diam yang bersifat polar yang berfungsi mengadsorpsi dan
memisahkan komponen suatu senyawa dalam ekstrak. Senyawa yang bersifat polar
akan tertahan lebih lama dalam kolom sehingga proses pemisahannya akan lama
dibandingkan dengan senyawa yang bersifat nonpolar yang akan lebih mudah
terpisah. Ekstrak yang telah diimpregnasi diratakan di atas fasa diam atau adsorben
dalam kolom KKCV. Lalu Permukaan ekstrak ditutup dengan kertas saring yang
telah disesuaikan dengan diameter kolom KKCV. Silika kemudian dialiri juga dengan
n-heksana yang berfungsi untuk memadatkan silika sehingga tidak ada gelembung
udara dalam kolom grafitasi dan proses pemisahan akan berjalan lancar Terakhir
Jumlah fraksi yang dihasilkan dari hasil pemisahan kromatografi kolom cair
vakum (KKCV) ada 12 fraksi dengan warna berturut-turut yaitu tidak berwarna,
kuning muda, hijau muda dan tidak berwarna. Hasil dari fraksinasi, diperoleh 5 fraksi
A. Kesimpulan
dengan teknik kromatografi kolom cair vakum untuk memurnikan suatu fraksi yang
dihasilkan dan selanjutnya dilakukan teknik kromatografi lapis tipis (KLT) lagi untuk
menentukan fraksi yang mengandung senyawa murni. Hasil yang didapatkan dari
metode KLT yaitu plat yang berwarna hijau tua yang menandakan kandungan
B. Saran
misalnya pelarut alkohol dan keton, agar dapat dibandingkan dengan penggunaan
Adijuwana, Nur, M.A., 1989. Teknik Spetroskopi dalam Analisi Biologi. Bogor.
Pusat Antar Universitas IPB.
Al-Qur’an Al Karim. Kementrian Agama Al-Qur’an Hafalan Mudah Al-Hufaz.
Bandung: Cordoba, 2020.
Harris.1982.“An Introduction to Chemical Analysis” Savders College Publishing
Philadelpia, Holt-Savders ; Japan.
Heftmann, E. 1983.“Steroids dalam Kromatograf” Fundamentals and Aplication;
Amsterdam.
Harborne, J.B, 1987. “Metode Fitokimia” ITB ; Bandung.
Kementrian Agama. Al-Qur’an Hafalan Al Hufaz. Bandung: Cordoba, 2020.
Mone, Angelina Thiodora. “Aktivitas Anti Mikroba Dun Mangga (Mangifera indica
L.) Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.”. skripsi. Surabaya:
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, 2013.
Raymond G. Reid and Satyajit D. Sarker. 2006. “Isolation of Natural Products by
Low-Pressure Column Chromatography” Humana Press Inc. Totowa ;New
Jersey.s.
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta : Kanisius.
Saifudin, Aziz. 2014. “Senyawa Alam Metabolit Sekunder” Deepublish; Jakarta.
Yazid, Estien. 2005.“Kimia Fisika untuk Paramedis” And; Yogyakarta