Anda di halaman 1dari 37

1

PENAMBAHAN HIDROGEN PEROKSIDA DI SEDIMEN


DASAR TAMBAK TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN
UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

SKRIPSI

SATRIO YUDHA WISESA


A.1711210

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
BOGOR
2019
2

PENAMBAHAN HIDROGEN PEROKSIDA DI SEDIMEN


DASAR TAMBAK TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN
UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

SATRIO YUDHA WISESA


A.1711210

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Akuakultur

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
BOGOR
2019
3

ABSTRAK

SATRIO YUDHA WISESA. A.1711210. Penambahan Hidrogen Peroksida di


Sedimen Dasar Tambak Terhadap Kinerja Pertumbuhan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) di bawah bimbingan Muarif dan Wiyoto.

Kualitas lingkungan budidaya salah satunya dipengaruhi oleh kondisi sedimen


dasar. Bahan organik dari hasil budidaya akan terakumulasi di dasar perairan yang
menyebabkan turunya kualitas tanah. Penurunan kualitas tanah dapat
mempengaruhui lingkungan yang berdampak pada pertumbuhan dan tingkat
kelangsungan hidup.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian hidrogen peroksida di sedimen dasar tambak terhadap kinerja
pertumbuhan dalam pemeliharaan udang vaname. Rancangan penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah pencampuran
tanah tambak dengan hidrogen peroksida dosis 0.25, 0.5, 1 dan 2 mL/350 g.
Udang dipelihara selama 16 hari dengan pemberian pakan 3 kali sehari. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa penambahan hidrogen peroksida dengan dosis
berbeda pada perlakuan D4 dimana pertumbuhan dan juga Efisiensi pakan terbaik
namun sintasan terendah. Pada perlakuan D2 dan D3 didapat nilai sintasan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainya

Kata Kunci: hidrogen peroksida,kinerja produksi, udang vaname.


4

RINGKASAN

SATRIO YUDHA WISESA. A.1711210. Penambahan Hidrogen Peroksida


di Sedimen Dasar Tambak Terhadap Kinerja Pertumbuhan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) di bawah bimbingan Muarif dan Wiyoto

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan jenis udang yang


banyak dikembangkan di negara-negara yang memiliki wilayah pesisir laut yang
luas serta beriklim tropis,termasuk Indonesia.Tambak tanah atau semi tanah
merupakan jenis wadah yang paling banyak digunkan pada kegiatan pembesaran
udang vaname.Pada tambak dengan dasar berupa tanah,bahan organik yang tinggi
akan mempengaruhi kualitas air dan juga tanah. Tanah yang mengandung bahan
organik tinggi akan bersifat reduktif dan akan lebih banyak menyerap oksigen.
Kondisi ini dapat menyebabkan munculnya peyakit yang dapat mempengaruhi
hasil produksi udang vaname.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
hidrogen peroksida di dasar tambak terhadap kinerja pertumbuhan dalam
pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei).
Penilitian ini dilakukan pada tanggal 24 oktober 2018 sampai dengan
tanggal 5 November 2019, percobaan penelitian berlokasi di Laboratorium
perikanan Sekolah Vokasi IPB. Biota uji yang digunakan adalah udang vaname.
Parameter pengamatan pada kegiatan penelitian meliputi Sintasan, laju
pertumbuhan spesifik (LPS), laju pertumbuhan panjang spesifik (LPPS), dan
efisiensi pakan (EP). Paramter pengamatan tingkat kelangsungan hidup (TKH),
Laju pertumbuhan spesifik (LPS), Laju pertumbuhan panjang spesifik (LPPS) dan
Efisiensi pakan (EP) di analisa menggunakan ANOVA dan untuk uji lanjut
Duncan. Pengukuran kualitas air yang dilakukan meliputi pengukuran DO, pH
dan suhu yang dilakukan setiap hari selama kegiatan pemeliharaan berlangsung
dan dianalisis secara deskriptif.
Hasil Penelitian memperlihatkan penambahan hidrogen peroksida pada
sedimen dasar tambak berbeda nyata pada perlakuanD4 dimana pertumbuhan dan
juga efisiensi pakan terbaik namun sintasan terendah. Pada perlakuan D2 didapat
nilai sintasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Nilai
kualitas air selama penelitian pada kisaran yang normal untuk udang. Paramter ini
meliputi pH 7-8, DO 4-5 mg/L dan suhu 24-25,5 oC
5
6

Judul Penelitian : Penambahan Hidrogen Peroksida di Sedimen Dasar


Tambak Terhadap Kinerja Pertumbuhan Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei)
Nama Mahasiswa : Satrio Yudha Wisesa

NIM : A. 1711210

Program Studi : Akuakultur

Fakultas : Pertanian

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr Ir Muarif, M.Si Dr Wiyoto, S.Pi M.Sc

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Deden Sudrajat, M.Si


NIP. 19650904 1993021002

Tanggal Lulus :
7

PERNYATAAN

Saya dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Penambahan


Hidrogen Peroksida di Sedimen Dasar Tambak Terhadap Kinerja Pertumbuhan
Udang Vaname (Litopenaeus vanname)” benar-benar merupakan hasil karya
sendiri dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum pernah diajukan sebagai
karya ilmiah pada perguruan ataupun lembaga manapun. Sumber referensi dari
hasil kutipan karya penulis lain disebutkan dengan benar dalam teks dan daftar
pustaka.

Bogor, November 2019

Satrio Yudha Wisesa


8

PRAKATA

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul Penambahan Hidrogen Peroksida di Sedimen Dasar Tambak Terhadap
Kinerja Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei).

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada :


1. BapakDr Ir Muarif, M.Siselaku dosen Pembimbing 1 yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, nasehat, dan kritik baik secara teknis
maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Dr Wiyoto, S.Pi M.Scselaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasehat, dan kritik baik
secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga
dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang
membutuhkan.

Bogor, November 2019

Satrio Yudha Wisesa


9

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang
berjudul Penambahan Hidrogen Peroksida di Sedimen Dasar Tambak Terhadap
Kinerja Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei).
Dalam penyelesaian Skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang
membantu baik moril dan materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
berterimakasih kepada :
1. Rektor dan para Wakil Rektor Universitas Djuanda Bogor.
2. Dekan dan para Wakil Dekan Fakultas Pertanian.
3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Akuakultur.
4. Staf dosen Program Studi Akuakultur.
5. Kepala dan staf Tata Usaha Fakultas Pertanian.
6. Kedua orang tua dan keluarga atas motivasi dan dukungan moril maupun
materil serta do’a yang selalu menyertai penulis.
7. Semua teman-temanUniversitas Djuanda Bogor angkatan2017, dan 2018
atas motivasi dan dukungan moril serta do’a yang selalu menyertai penulis.
Akhirnya penulis mengucapkan semoga kita semua selalu berada dalam
lindungan Allah SWT. Amin.

Bogor, November 2019

Satrio Yudha Wisesa


10

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................. 2
1.3 Hipotesis .......................................................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Udang vaname ..................................... 3
2.1 Tanah Tambak ................................................................................. 5
2.2 Hidrogen Peroksida ......................................................................... 6
2.3 Pertumbuhan Udang ........................................................................ 6
2.4 Efisiensi Pakan ................................................................................ 7
2.5 Sintasan............................................................................................ 7
2.6 Redok Potensial Sedimen ................................................................ 7
2.7 Kualitas Air ..................................................................................... 7
III METODE 8
3.1 Waktu dan Tempat .......................................................................... 8
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 8
3.3 Rancangan Percobaan ...................................................................... 8
3.4 Metode Penelitian ............................................................................ 8
3.4.1 Persiapan Wadah ................................................................. 8
3.4.3 Penebaran Udang Vaname ................................................... 9
3.4.4 Pemberian Pakan ................................................................. 9
3.4.5 Sampling Udang .................................................................. 9
3.5 Parameter Uji ................................................................................... 9
3.5.1 Laju Pertumbuhan Spesifik ................................................. 9
3.1.1 Laju Pertumbuhan Panjang Spesifik (LPPS) ..................... 10
3.1.2 Sintasan .............................................................................. 10
3.1.3 Efisiensi Pakan................................................................... 10
3.6 Parameter Penunjang ..................................................................... 11
3.6.1 Parameter Kualitas Air ...................................................... 11
3.6.2 Analisis Data ...................................................................... 11
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 12
4.1 Hasil ............................................................................................... 12
4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik............................................... 12
4.1.2 Laju Pertumbuhan Panjang Spesifik.................................. 12
11

4.1.3 Sintasan .............................................................................. 13


4.1.3 Efisiensi Pakan................................................................... 14
4.1.4 Kualitas Air ........................................................................ 14
4.2 Pembahasan ................................................................................... 15
V KESIMPULAN DAN SARAN 18
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 18
5.2 Saran .............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA 19

DAFTAR GAMBAR

1 Udang vaname, ................................................................................................ 3


2 Nilai laju pertumbuhan udang spesifik pemeliharaan udang
vaname perlakuan hidrogen peroksida pada sedimen dengan
dosis tertentu. ................................................................................................. 12
3 Nilai laju pertumbuhan panjang spesifik udang vaname perlakuan
hidrogen peroksida pada sedimen dengan dosis tertentu. .............................. 13
4 Sintasan udang vaname (Litopenaes vannamei) pada penambahan
hidrogen peroksida di sedimen dosis berbeda................................................ 13
5 Nilai efisiensi pakan pada pemeliharaan udang vaname perlakuan
hidrogen peroksida pada sedimen dengan dosis tertentu. .............................. 14

DAFTAR TABEL

1 Data kualitas air Pemeliharaan .................................................................................. 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data tabel pengukuran bobot udang .......................................................................... 23


2 Data pengukuran Panjang tubuh udang vaname ....................................................... 24
3 Data Sintasan udang vaname..................................................................................... 25
4 Hasil Ujin Anova....................................................................................................... 25
5 Uji Lanjut Duncan Laju Pertumbuhan Spesifik ........................................................ 26
6 Uji lanjut Duncan Tingkat Kelangsungan hidup ....................................................... 26
7 Uji lanjut Duncan Efisiensi pakan. ............................................................................ 26
8 Pengukuran redoks tanah pada masing masing perlakuan ........................................ 27
1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan jenis udang yang
banyak dikembangkan di negara-negara yang memiliki wilayah pesisir laut yang
luas serta beriklim tropis termasuk Indonesia. Udang vaname merupakan udang
introduksi yang berasal dari kawasan Pasifik Barat hingga perairan Meksiko, Peru
Utara. Udang vaname mulai dikembangkan setelah isu penyakit menyerang udang
windu (Penaeus monodon) pada era 90-an. Perkembangan budidaya udang
vaname di Indonesia telah berkembang selama lebih kurang 18 tahun sejak
pertama kali ditetapkan masuk secara resmi dan menjadi komoditas unggulan
tahun 2001 (Poernomo 2010). Potensi udang vaname sangat besar untuk
dibudidayakan baik secara intensif, semi intensif bahkan dalam skala yang lebih
besar supra intensif (Haliman dan Adijaya 2008) .
Kolam tanah atau semi tanah merupakan jenis wadah yang paling banyak
digunakan pada kegiatan pemeliharan udang vaname. Pada kolam-kolam dengan
dasar berupa tanah, tanah menjadi aspek penting yang harusdisiapkan sebelum
memulai kegiatan budidaya.Tanah tambak yang baik tidak hanya dinilai dari daya
tahan tanah mampu menahan air, ditinjau juga dari kandungan mineral dan unsur
hara yang terkandung. Setelah kegiatan budiaya berahkir umumnya tanah akan
mengandung bahan organik yang tinggi.
Bahan organik di tambak berasal dari pakan yang larut ataupun tidak
termakan, feses dan juga berasal dari organisme yang mati (plankton, bakteri,
dan udang). Bahan organik yang tinggi akan mempengaruhi kualitas air dan juga
tanah. Bahan organik tinggiakan menyebabkan tanah bersifat reduktif dan akan
lebih banyak menyerap oksigen. Bahan oraganik yang tinggi akan memicu
pertumbuhan bakteri, H2S, CO2, dan CH4 yang berbahaya bagi kehidupan dan
pertumbuhan udang serta dapat menyebabkan munculnya penyakit yang dapat
mempengaruhi hasil budidaya (Mustafa at al.2008, Wiyotoet al. 2016). Dalam
proses oksidasi tanah reduktif, dibutuhkan oksigen agar dapat mengoksidasi
tanah. Sifat bahan kimia hidrogen peroksida adalah oksidator kuat. Kondisi ini
2

memungkinkan terjadinya oksidasi pada tanah reduktif apabila diberikan hidrogen


peroksida.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
hidrogen peroksida di sedimen dasar tambak terhadap kinerja pertumbuhan dalam
pemeliharaan udang vaname.
1.3 Hipotesis
Pemberian hidrogen peroksida di tanah tambak dengan dosis meningkat
(0.25, 0.5, 1 dan 2 mL/350 g) tanah akan meningkatkan kinerja pertumbuhan pada
pemeliharaan udang vaname.
.
3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Udang vaname


Udang vaname termasuk kedalam salah satu komoditas unggulan budidaya
di Indonesia. Kelebihan udang vaname jika dibandingkan dengan jenis lainya
adalah pertumbuhan yang lebih cepat, pada tebar yang tinggi serta lebih tahan
terhadap penyakit.Klasifikasi udang vaname menurut Dugassa dan Gaeton (2018)
adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub-filum : Crustacea
Class : Malacostrata
Sub-klas : Eumalacostrata
Super-ordo : Dendrobranchiata
Ordo : Decapoda
Famili : Penaedai
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei.

Gambar 1 Udang vaname,


Sumber : Dokumentasi pribadi di PT CPB
Jenis udang dari keluarga penaedai memiliki bentuk tubuh yang hampir
sama dengan kebanyakan kelas malacostrata. Bentuk tubuh pipih memanjang
dengan bagian perut yang sedikit mengembang sebagai adaptasi untuk bergerak
dan berenang (Dall et al. 1990). Tubuh udang panaeid terbagi menjadi 19 segmen
4

tubuh. Lima segmen terdapat pada bagian kepala, delapan segmen terdapat pada
bagian dada dan enam pasang segmen terdapat pada bagian perut (Dugassa dan
Gaeton 2018).
Bagian kepala dan dada (thorax) menyatu, disebut juga dengan
cephalothorax yang dibungkus dengan karapas. Pada chepalothorax tersusun dari
lima segmen dan pada setiap segmennya terdapat sepasang appendegas. Jumlah
dari appendegas adalah lima buah yakni sepasang antena satu, sepasang antena
dua, sepasang mandibula, sepasang maxilla satu dan sepasang maxila dua.
Terdapat Rostrum, tonjolan tanjam bergerigi yang terdapat pada bagian atas
cephalothorax. Sepasang mata majemuk terletak dibagian depan mandibula dan
dapat digerakan secara literal.
Pada bagian perut udang panaeid terdapat enam segmen, dimana pada
segmen pertama sampai ke lima terdapat kaki renang (pleopoda) yang berjumlah
sepuluh pasang. Pada bagian segmen terahkir terdapat sepasang kipas (uropod)
dan telson. Fungsi dari uropod dan telson adalah untuk membentu udang
melontarkan tubuhnya dengan cepat ketika dalam kondisi terdesak atau bahaya
(Dugassa dan Gaeton 2018).
Habitat hidup udang vaname adalah wilayah pesisir laut beriklim tropis
tersebar mulai dari pantai Pasifik Timur hingga ke wilayah Meksiko dan Peru
Utara. Udang vaname menyukai kondisi lingkungan perairan yang hangat sekitar
250C. Pertumbuhan udang betina lebih cepat jika dibandingkan dengan udang
jantan. Udang vaname berkembang biak dengan cara bertelur. Larva udang
vaname hidup dan berkembang di daerah estuari seperti teluk, wilayah pantai dan
laguna. Bobot betina dewasa udang vaname yang siap untuk memijah berukuran
30-45 g dan dapat menghasilkan telur mencapai 100.000-250.000 butir telur
(Dugassa dan Gaeton 2018).
Siklus hidup udang vaname terbagi menjadi beberapa Stadia yakni naupli,
zoaea, mysis dan post larva. Fase awal dimulai dengan telur, setelah telur menetas
larva udang berubah menjadi naupli. Stadia naupli bekembang hingga enam fase.
Pada fase ke enam naupli berkembang menjadi zoaea hingga tiga fase. Zoaea
berkembang lagi hingga berbentuk larva udang sempurna disebut juga dengan
5

stadia mysis. Stadia terakhir pertumbuhan larva udang adalah post larva, dimana
fase ini terjadi setelah stadia mysis-3 (Suyanto 2004).
2.1 Tanah Tambak
Awal mula kegiatan budidaya udang banyak menggunakan kolam tanah,
sistem ini dikenal dengan istilah budidaya udang secara tradisional. Kolam tanah
terkenal dengan produktivitasnya yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari sistem
budidaya tradisional yang sangat tergantung pada ketersedian pakan alami.
Dalam pemilihan lokasi untuk kegatan budidaya, penting untuk mengetahui
janis dan karakteristik tanah yang akan digunakan. Tanah yang baik tidak hanya
memiliki porositas yang kecil melainkan juga dapat menyediakan dan kaya akan
unsur hara. Tanah akan mengalami penurunan kualitas seiring dengan semakin
banyak digunakan dalam kegiatan budidaya.
Pada sedimen tambak, proses penguraian bahan organik terjadi lebih lambat
jika dibandingkan dengan penguraian di badan air. Hal ini terjadi akibat lebih
kompleksnya penguruaian bahan organik karena melibatkan tidak hanya bakteri
aerob, anaerob melainkan juga proses fermentasi (Gunarto 2006). Akumulasi
bahan organik yang terlalu tinggi baik di tanah maupun badan air dapat memicu
munculnya penyakit dan berahkir pada kegagalan panen.
Kandungan bahan organik pada sedimen tambak menurut Nelson dan
Sommers 1982 sebesar 48-58% karbon dengan konsentrasi nilai karbon
organiknya mencapai 1,9 kali dari bahan oraganik yang yang berada di atas
permukaan tanah. Pada tanah yang tidak jenuh dalam waktu yang lama akan
mengandung karbon organik hingga mecapai 20% dari berat kering sampel tanah
(Soil Survey Staff, 1990).
Oksidasi bahan organik pada dasar tambak dilakukan untuk mengembalikan
kondisi dasar tambak menjadi lebih baik. Akumukasi bahan organik dari sisa
kegiatan budidaya sebelumnya dapat menyebabkan tanah menjadi reduktif. Tanah
yang rerduktif dapat diketahui dengan melihat nilai potensial redok. Salah satu
parameter penting untuk melihat kaulitas sedimen tambak adalah dengan
mengukur besaran nilai redok pada sedimen tambak (Wiyoto et al 2016).
6

2.2 Hidrogen Peroksida


Hidrogen peroksida atau dikenal dengan rumus kimia H2O2 merupakan
bahan oksidator kuat dengan bentuk fisik berupa cairan tidak berbau dan
berwarna. Pemanfaatan hidrogen peroksida banyak digunakan sebagai bahan
disinfektan, pemutih dan oskidator. Pada kegiatan budidaya udang, hidrogen
peroksida banyak digunakan sebagai bahan disinfektan air, melisis jumlah bakteri
dan plankton dan juga dapat meningkatkan kandugan oksigen. Kelebihan
penggunaan hidrogen peroksida adalah ketika digunakan tidak meninggalkan
residu tehadap lingkungan (Didik et al. 2013).
Penggunaan hidrogen peroksida langsung kedalam air akan terurai menjadi
oksigen dan air sehingga tidak meninggalkan residu. Penggunaan hidrogen
peroksida yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya keracunan pada ikan.
Penggunaan hidrogen peroksida untuk tujuan pengobatan jika diberikan tidak
tepat dosis atau berlebih menyebabkan ketidak efektifan dalam penanganan
penaykit bahkan dapat menimbulkan resistensi yang berdampak buruk terhadap
suatu penyakit (Brooks, 1998).
2.3 Pertumbuhan Udang
Pertumbuhan pada suatu organisme adalah terjadinya pertambahan antara
bobot dan panjang tubuh. Pertumbuhan dihasilkan dari proses penyerapan nutrisi
dari makanan, selain makanan faktor lain yang mempengaruhi terjadinya
pertumbuhan adalah lingkungan yang baik untuk tumbuh. Pada kondisi
lingkungan yang baik udang cenderung tidak stress dan mampu hidup dan tumbuh
secara optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi baik atau buruknya suatu
lingkungan perairan dilihat melalui nilai pengukuran pada paramter kualitas air.
Pertumbuhan udang dapat dilihat melalui laju pertumbuhan spesifik (LPS)
dan laju pertumbuhan panjang spesifik (LPPS). Menurut Edward et al (2015)
faktor yang menyebabkan baiknya laju pertumbuhan udang adalah baik tidaknya
penanganan dan efektivitas waktu kegiatan pemeliharaan, pakan dan kontrol
lingkungan.
7

2.4 Efisiensi Pakan


Dalam kegiatan budidaya manajemen pemberian pakan merupakan hal
penting yang harus diperhatikan. Frekuensi pemberian, kualitas dan metode
pemberian pakan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan udang. Manajemen
pemberian pakan yang baik dapat dilihat dari nilai efisiensi pakan.Efisensi pakan
digunankan untuk melihat berapa banyak pakan yang diberikan efektif terhadap
pertumbuhan udang yang dipelihara. Kualitas dari pakan yang diberikan juga
berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan. Nilai efisiensi pakan yang semakin
tinggi menunjukan pakan yang diberikan baik dan optimal.
2.5 Sintasan
Sintasan menunjukan jumlah individu yang hidup selama kegiatan
pemeliharaan. Faktor-faktor penentun nilai sintasan pada kegiatan pemeliharaan
udang berasal dari faktor internal dan eksternal.Faktor internal yang di maksud
adalah imunitas, keturunan dan adaptasi tubuh, sementara faktor eksternal akan
berkaitan dengan kondisi lingkungan. Sifat-sifat fisika, kimia dan biologi air
menjadi hal penting untuk melihat kondisi perairan. Perairan dengan kondisi
lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan munculnya penyakit yang
berdampak pada kematian.
2.6 Redok Potensial Sedimen

2.7 Kualitas Air


Kualitas air merupakan aspek terpenting pada kegiatan pemeliharaan udang
vaname. Pertumbuhan dan nilai SR yang baik dipengaruhi langsung oleh kualitas
air. Pada budidaya udang vaname, kualitas air berperan sebagai parameter
pendukung utama untuk mengetahui kondisi lingkungan. Pengukuran nilai
kualitas air yaitu mengukur pH, DO, suhu.Menurut Boyd (2015) baik ikan
maupun udang dapat hidup dan tumbuh pada kisaran nila oksigen terlarut>5
mg/L. Sementara pH optimal pemeliharaan udang 7-8, untuk suhu berkisar
15-30 0C ( Boyd 2015).
8

III METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2018 – 31 Oktober 2019
Percobaan penelitian di Laboratorium Perikanan Sekolah Vokasi, Institut
Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan


Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian adalah wadah
pemeliharaan berupa toples kaca sebanyak 15 buah dengan ukuran tinggi 24 cm
dan diameter bawah 15 cm, bak fiber ukuran 1.5 m x 4 m, heatter, blower, selang
aerasi, batu aerasi, timbangan digital, pH meter, termometer , DO meter,
refraktometer dan seser. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah udang
vaname panjang 3 ± 1 cm dan bobot 0,27 ± 0,1 g
3.3 Rancangan Percobaan
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang
diberikan adalah pencampuran tanah tambak dengan hidrogen peroksida dosis
0.25, 0.5, 1 dan 2 mL, perlakuan yang diberikan sebagai berikut.
K : Tanpa perlakuan.
D1 : Tanah tambak 350g, dosis hidrogen peroksida 0,25 mL
D2 : Tanah tambak 350g, dosis hidrogen peroksida 0,5 mL
D3 : Tanah tambak 350g, dosis hidrogen peroksida 1 mL
D4 : Tanah tambak 350g, dosis hidrogen peroksida 2 mL

3.4 Metode Penelitian

3.4.1 Persiapan Wadah


Pemeliharaan udang vaname pada penelitian menggunakan toples
kacaberukuran tinggi 24 cm dan diameter bawah 15 cm. Toples yang akan
digunakan terlebih dahulu dibersihkan menggunakan air dan di keringkan
sebelum digunakan. Setelah kering toples diletakan kedalam wadah fiber
berukuran 1.5 m x 4 m. Toples yang telah tersusun rapi diletakan kedalam wadah
9

fiber kemudian diisi dengan tanah tambak sebanyak 350 g/toples yang telah di
beri perlakuan H2O2. Setelah tanah tambak dimasukan kedalam toples,
selanjutnya toples diisi menggunakan air laut dengan salinitas 25 g/L.
3.4.3 Penebaran Udang Vaname
Wadah toples yang telah siap diisi dengan tanah dan air laut, selanjutnya
dilakukan penebaran udang vaname sebanyak 10 ekor. Udang yang dimasukan
kedalam toples terlebih dahulu di sampling panjang dan bobot sebagai data awal
pemeliharaan.
3.4.4 Pemberian Pakan
Selama periode pemeliharaan, udang vaname diberikan pakan sebanyak 3
kali dalam sehari. Metode pemberian pakan yang digunakan dibatasi mengacu
pada pemberian pakan blind feeding. Pakan yang diberikan menggunakan pakan
udang komersil berbentuk tepung pelet dan crumble. Pemberian pakan dilakukan
pada pukul 08:00, 12:00 dan 16:00 WIB.
3.4.5 Sampling Udang
Kegiatan pengukuran bobot dan panjang dilakukan pada awal dan akhir
pemeliharaan. Sampling dilakukan dengan menimbang dan mengukur panjang
keseluruhan udang yang dipelihara pada masing-masing toples. Kegiatan lainya
yang dilakukan pada saat sampling adalah menghitung sintasan udang yang
dilakukan pada ahkir masa pemeliharaan.

3.5 Parameter Uji

3.5.1 Laju Pertumbuhan Spesifik


Laju pertumbuhan spesifik diketahui dengan menimbang bobot udang saat
awal dan akhir perlakuan kemudian dihitung bobot rataannya. Laju pertumbuhan
spesifik (LPS) dapat dihitung menggunakan rumus (Huisman 1987):

𝒕 𝐖𝐭
𝑳𝑷𝑺 = [√ − 𝟏] × 𝟏𝟎𝟎%
𝐖𝐨

Keterangan:
LPS : laju pertumbuhan spesifik (%);
Wt : bobot rata-rata udang ke-t (g);
10

Wo : bobot rata-rata udang ke-0 (g);


t : lama pemeliharaan (hari)
3.1.1 Laju Pertumbuhan Panjang Spesifik (LPPS)
Laju pertumbuhan panjang spesifik dihitung dengan menggunakan
Begenal (1978)
𝑰𝒏𝑳𝒕−𝑰𝒏𝑳𝒐
LPPS= 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝒕

Keterangan:
LPPS : Laju pertumbuhan panjang spesifik (%)
Lt : Panjang rata-rata udang pada akhir perlakuan (cm)
Lo : Panjang rata-rata udang pada awal perlakuan (cm)
T : Periode pemeliharaan (hari)
3.1.2 Sintasan
Sintasan merupakan persentase udang yang hidup dari total udang yang
dipelihara hingga akhir pemeliharaan. Perhitungan sintasan menggunakan rumus
sebagai berikut (Goddard 1996):
𝑵𝒕
Sintasan=( ) 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝑵𝟎
Keterangan :
Sintasan : tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt : jumlah udang pada akhir perlakuan (ekor)
No : jumlah udang pada awal perlakuan (ekor)
3.1.3 Efisiensi Pakan
Rumus yang digunakan untuk menghitung efisiensi pakan menurut
Takeuchi (1988).

𝑾𝒕−𝑾𝟎
EP= 𝒙𝟏𝟎𝟎
𝑭
Keterangan :
EP : Efisiensi Pakan (%)
Wt : Jumlah bobot udang pada akhir pemeliharaan (g)
W0 : Jumlah bobot udang pada awal pemeliharaan (g)
F : Jumlah pakan yang dikonsumsi (g)
11

3.6 Parameter Penunjang

3.6.1 Parameter Kualitas Air


Data pengukuran kualitas air yang di ukur meliputi Salinitas, pH, DO dan
suhu. Pengukuran Salinitas dilakukan dengan menggunakan alat refraktometer
Pada pengukuran nilai pH menggunakan alat pH meter, Dissolved oksigen (DO)
diukur menggunakan alat DO meter, dan pengukuran suhu menggunakan alat
termometer.
3.6.2 Analisis Data
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan ANOVA
(Analisis Ragam) pada program SPSS 20. Jika ada perbedaan yang nyata antara
perlakuan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan metode Duncan.
12

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik


Nilai tertinggi dari pengukuran LPS pada dosis 2 mL/350 g sebesar
12,58%. Pada perlakuan dosis 0,25 mL/350 g capaian nilai sebesar 8,66%, nilai
tersebut tidak berbeda secara signifikan terhadap perlakuan dosis0,5 mL/350 g
8,71%. Pada perlakuan kontrol dan dosis 1 mL/350 g capaian nilai didapat sebesar
9,34% dan 9,35% (Gambar 2). Hasil uji Anova nilai LPS menunjukan berbeda
nyata (P<0,05) (lampiran 4). Uji lanjut duncan pada hasil Anova LPS perlakuan
D4 berbeda nyata terhadap semua perlakuan (Lampiran 5).

16.00
14.00 12.58
12.00
10.00 9.34 9.31
8.66 8.67
LPS (%)

8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
K D1 0,25 D2 0,5 D3 1 D4 2
Perlakuan

Gambar 2 Nilai laju pertumbuhan udang spesifik pemeliharaan udang vaname


perlakuan hidrogen peroksida pada sedimen dengan dosis tertentu.

4.1.2 Laju Pertumbuhan Panjang Spesifik


Nilai dari laju pertumbuhan panjang spesifik (LPPS) didapatkan
pertumbuhan panjang tertinggi pada perlakuan dosis 2 mL/350 g sebesar 1,51%.
Pada perlakuan kontrol, 0,25, dan 0,5 mL/350 g didapat nilai sebesar 1,39, 1,38
dan 1,36 %. Nilai terkecil pada perlakuan dengan dosis 0,25 mL/350 g dengan
nilai sebesar 1,34% (Gambar 3). Anilsa data menggunakan uji Anova menunjukan
nilai LPPS tidak berbedanyata terhadap perlakuan (P>0,05).
13

1.60

1.55
1.51
1.50
LPPS (%) 1.45
1.39
1.40 1.38 1.36
1.35
1.34

1.30

1.25

1.20
K D1 0,25 D2 0,5 D3 1 D4 2
Perlakuan

Gambar 3 Nilai laju pertumbuhan panjang spesifik udang vaname perlakuan


hidrogen peroksida pada sedimen dengan dosis tertentu.

4.1.3 Sintasan
Nilai sintasan udang vaname pada pemeliharaan perlakuan kontrol
0,25 dan 1 mL/350 g didapat nilai rata-rata sebesar 70% dan 80%. Pada perlakuan
dosis 0,5 mL/350 g nilai sintasan hidup tertinggi 83%, sementara nilai terendah
terdapat pada dosis 2 mL/350 g dengan nilai 47% (Gambar 4). Hasil uji Anova
menunjukan nilai sintasan berbeda nyata (P<0,05) (Lampiran 4), maka dilanjutkan
dengan uji Duncan. Hasil uji lanjut Duncan menunjukan perlakuan D4 tidak
berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dan D1 sementara berbeda nyata pada
perlakuan D2 dan D3 (Lampiran 6).

120
100
83 80
Sintasan (%)

80 70 70
60 47
40
20
0
K D1 0,25 D2 0,5 D3 1 D4 2
Perlakuan

Gambar 4 Sintasan udang vaname (Litopenaes vannamei) pada penambahan


hidrogen peroksida di sedimen dosis berbeda.
14

4.1.3 Efisiensi Pakan


` Perhitungan nilai terbesar efisiensi pakan di dapat pada dosis 2 mL/350 g
18,42%. Pada perlakuan dosis 1 mL/350 g nilai efisiensi pakan sebesar 10,15
Sementara nilai pada perlakuan 0,25 dan 0,5 mL/350 g sebesar 8,79% dan 8,90%.
Nilai efisensi pakan pada perlakuan kontrol sebsar 9,98%. Analisa data
menggunakan Anova menunjukan nilai EP berbedanyata terhadap perlakuan
(lampiran 4), uji lanjut dilakukan menggunakan uji lanjut Duncan, hasil uji lanjut
didapatkan perlakuan D4 berbeda nyata terhadap semua dosis perlakuan
(Lampiran 7)
20.00 18.42
18.00
16.00
Efisiensi pakan (%)

14.00
12.00 9.98 10.15
10.00 8.79 8.90
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
K D1 0,25 D2 0,5 D3 1 D4 2
Perlakuan

Gambar 5 Nilai efisiensi pakan pada pemeliharaan udang vaname perlakuan


hidrogen peroksida pada sedimen dengan dosis tertentu.
4.1.4 Kualitas Air
Data pengukuran kualitas air selama kegiatan pemeliharaan dilakukan
meliputi nilai pH, DO, suhu, dan salinitas. Pengukuran kualitas air dilakukan
setiap hari selama 16 hari masa pemeliharaan udang vaname. Pada data kualitas
air (Tabel 1) terlihat nilai dari masing-masing parameter pengukuran kualitas air
masih dalam nilai normal.
Tabel 1 Data kualitas air Pemeliharaan

Perlakuan Kisaran
Parameter Optimal
K D1 D2 D3 D4 (Boyd 2015)
Suhu (oC) 24-25 24-25 24-25 24-25 24-25 25-30
pH 7,6-8,2 7,6-8,2 7,6-8,2 7,6-8,2 7,6-8,2 7-8
DO (mg/L) 4,5-5,7 4,7-5,8 4,8-6 5-6 4.3-6.0 >5
15

4.2 Pembahasan
Tanah yang digunakan adalah tanah tambak yang digunakan dalam kegiatan
budidaya udang vaname. Pada pengukuran awal potensial redoks didapat nilai
redoks tanah sebesar -32 mV (Lampiran 8), kondisi ini menjukan tanah yang
reduktif. Menurut Gunarso (2006) bahwa nilai redoks negatif pada pengukuran
ditanah menandakan bahwa terjadi kondisi kekurangan oksigen pada tanah
(anaerob). Nilai potensial redoks tanah dijadikan sebagai indikasi bahwa tanah
tersebut pada keadaan baik atau subur. Kondisi tanah yang reduktif pada kegiatan
budidaya akan berdampak pada lingkungan dan kondisi udang (Wiyoto et al
2016).
Laju pertumbuhan spesifik (LPS) adalah persentase gambaran nilai
pertumbuhan organisme salama kegiatan pemeliharaan. Persentase LPS tertinggi
terdapat pada pelakuan D4. Pada perlakuan D1 dan D2 nilai pertumbuhan tidak
berbeda jauh namun lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan K dan D3.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan biota budidaya diantarnya adalah ruang
gerak, padat tebar dan umur pemeliharaan, selain itukualitas air juga berpengaruh
pada optimalnya pertumbuhan udang. Menurut Lemonnier dan Brizard (2001)
kandungan bahan organik, nitrogen dan juga fosfor yang tinggi pada suatau
perairan akan mempengaruhi tingkat stres pada udang, pertumbuhan lambat dan
rendahnya sintasan udang. Meagung (2000) mengatakan bahan oraganik dalam
jumlah tinggi dapat menurunkan nilai potensial redoks ketingkat yang reduktif.
Redoks potensial tanah yang di ukur menunjukan bahwa pada perlakuan D4
memiliki nilai sebesar (+125 mV) (Lampiran 8). Kondisi ini menandakan bahwa
kandungan bahan organik pada tanah relatif lebih kecil dan tanah yang lebih
terkosidasi sehingga mampu memberi dukungan yang lebih terbaik pada laju
pertumbuhan spesifik
Pada pertumbuhan panjang spesifik udang selama pemeliharaan didapatkan
nilai pada perlakuan kontrol D1, D2 dan D3 tidak berbeda secara signifikan,
sementara Pada perlakuan D4 nilai LPPS memiliki nilai terbesar di antara semua
perlakuan. Hal ini sejalan dengan nilai LPS pada perlakuan D4 yang juga
memiliki nilai terbaik. Lingkungan yang baik akan berkorelasi posotif terhadap
pertumbuhan panjang dan juga bobot tubuh. Semakin baik persiapan lahan akan
16

meningkatkan kaulitas lingkungan budidaya. Tanah berepran penting terhadap


kondisi awal budidaya. Tingginya bahan organik sebelum dimulainya kegiatan
budidaya, akan berpengaruh terhadap kualitas air. kondisi ini jelas akan
mempengaruhi kinerja pertumbuhan udang pada awal pemeliharaan. Faktor lain
yang mempengaruhi pertumbuhan adalah persaingan pakan dan juga ruang gerak,
kualitas benih dan kualitas lingkungan.
Sintasan adalah persentase jumlah populasi yang hidup selama masa
pemeliharaan. Sintasan selama pemeliharaan menujukan nilai tidak berbeda nyata
antara kontrol D1, D2 dan D3. Nilai sintasan rata-rata pada masing masing
perlakuan adalah70%, 70%, 80% dan 83%, pada perlakuan D3 di dapat nilai
sintasan terbaik. Perlakuan D4 memiliki nilai terendah untuk sintasan dengan
rataan nilai sebesar 47%. Rendahnya nilai sintasan pada perlakuan D4 diduga
telah terjadi kematian disebabkan terjadi kanibalisme dan efek dari dosis
pemberian hidrogen peroksida terhadap sedimen. Kondisi ini diperkuat karena
tidak ditemukan bangaki atau jasad udang yang mati selama masa pemeliharaan.
Kanibalisme pada udang terjadi akibat dua kondisi,kondisi pertama adalah
kurangnya pakan yang diberikan dan kondisi kedua adalah perbedaan bobot udang
yang terlalu jauh sehingga pada saat moulting udang yang relatif lebih besar
ukuran tubuhnya akan memangsa udang yang kebih kecil.
Efisensi pakan adalah perbandingan antara pertambahan berat tubuh yang di
hasilkan dalam waktu tertentu dengan jumlah pakan yang dikonsumsi. Efisiensi
pakan terhadap kinerja pertumbuhan bobot dan panjang, pada perlakuan D4
mencapai nilai tertinggi antar perlakuan lain. Pada perlakuan D3 nilai efisensi
pakan tidak berbeda secara signifikan dengan perlakuan kontrol, pada perlakuan
D1 dan D2 nilai Efisensi pakan juga tidak berbeda secara signifikan. Faktor
tingginya efisiensi pakan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan yang baik,
kualitas pakan dan juga optimalisasi dalam pemberian pakan. Keadaan lingkungan
budidaya yang baik dapat dilihat dari parameter kualitas air baik secara biologi,
fisika dan kimia. Salah satu paramter penentu kualitas air dalam budidaya udang
yang menjadi indikator baik tidaknya lingkungan dilihat dari nila potensial redoks
tanahnya. Pada penelitian ini didapat pada perlakuan kontrol nilai potensial redok
sebesar -32 mV, sementara pada perlakuan yang telah diberi hidrogen peroksida
17

meningkat dengan capain mencapai +125 mV pada dosis tertinggi. Bersumber


dari BBPBAP Jepara(2010) nilai pengukuran redoks tanah yang baik adalah >(-50
mV). Kondisi ini menunjukan bahwa semakin tinggi nilai redoks potensial dapat
meningkatkan efisiesnsi pakan dalam pemeliharaan udang vaname.
Parameter pendukung kualitas air selama pemeliharaan udang vaname
perlakuan penambahan hidrogen peroksida dosisi berbeda seperti DO, pH dan
suhu menunjukan nilai yang normal. Suhu selama pemeliharaan pada kisaran nilai
24-25 0C, menurut Boyd (1998) suhu optimal pemeliharaan berkisar 24-29 0C.
Perubahan nilai suhu perairan penting untuk diketahui, kondisi perubahan suhu
akan mempengaruhi proses kimia dan juga biologi yang akan berpengaruh
terhadap sintasan dan pertumbuhan (Muarif 2016). Menurut Tahe dan Suwoyo
(2011) suhu air mempunyai peranan penting untuk mengatur aktivitas udang
seperti pada kebanyakan hewan air lainya. Udang vaname memiliki toleransi yang
tinggi terhadap nila suhu pada lingkungan hidupnya. Udang akan semakin baik
tumbuh dan hidupnya pada kondisi perairan yang lebih hangat (Wayban and
Sweeney 1991).
Nilai pH selama kegiatan pemeliharaan berkisar pada nilia 7-8. Kondisi ini
optimal dalam kegiatan pemeliharaan udang vaname. Nilai pH yang baik akan
mendukung pertumbuhan udang secara optimal. Standar baku mutu nilai pH
dalam kegiatan budidaya udang vaname 7,5-8,5 dalam semua skala budidaya
sementara nilai oksigen terlarut didalam air pada kegiatan budidaya udang
vaname berkisar>5 (Boyd 1990). Pengukuran nilai oksigen terlarut selama
kegiatan pemeliharaan di dapatkan pada masing masing perlakuan terdapat
perbedaan nilai. Pada perlakuan kontrol nila oksigen terlarut pada kisaran 4,5-5,7
mg/L. Pada perlakuan D1, D2 dan D3 nilai oksigen terlarut berkisar 4,7- 6 mg/L
dan pada perlakuan D4 sebesar 4,3-6 mg/L. Nilai pengkuran oksigen terlarut pada
masing-masing perlakuan menunjukan nilai optimal. Rata-rata spesies laut akan
mati dalam beberapa jam pada saat kondisi oksigen terlarut <1,25 mg/L (Budiardi
et al 2005).
18

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penambahan hidrogen peroksida dengan dosis berbeda pada sedimen dasar
tambak terhadap kinerja pertumbuhan udang vaname berbeda nyata pada
perlakuan D4 dimana pertumbuhan dan juga Efisiensi pakan terbaik namun
sintasan terendah. Pada perlakuan D2 dan D3 didapat nilai sintasan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainya.

5.2 Saran
Pemberian hidrogen peroksida dengan dosis 2 mL/350 g pada sedimen dasar
tambak dapat meningkatkan kinerja produksi udang vaname.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Boyd CE. 2015. Water Quality. Switzerland: Springer.


Bagenal, T., 1978. Methods for the Assessment of Fish Production in Fresh
Waters. 3rd Edn., Blackwell Scientific Publications, Oxford, London.
Brooks, GF., Butel., JS, dan Morse., SA. 1998. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s
Medical Microbiology, 21st ed, Prentice Hall International Inc
Budiardi, T., Batara, T., Wahjunigrum, D. 2005. Tingkat konsumsi oksigen udang
vaname (Litopenaeus vannamei) dan model pengeloaan oksigen tambak
intensif. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 89–96. 2005
Dall, W.,Hill, B.J., Rothlsbergh, P.C., Staples, D.D. 1990. The bilogy of the
Penaeidae, p. 1-489 in: Blaxter J.H.S., Southward A.J. (Eds). Advences in
Marine Biology 27. London , Academic Press
Dugassa, H., Gaeton, D.G. 2018. Biology of white shrimp, Penaeus vannamei:
Review. World Journal Fish and Marine Sciences.
Didik, S., James S., Iryanti E.S. Perbandingan efektifitas disinfektan kaporit,
hidrogen peroksida, dan pereaksi fenton(H202/Fe2+). Cakra kimia. Vol 1 NO
2. 2013.
Effendie. M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama: Yogyakarta.
163 hal.
Goddard, S. 1996. Feed management in intensive aquaculture. New York.
Chapman and Hall.
Gunarto. 2006. Apakah nilai reduksi dan oksidasi potensial sedimen tambak
berpengaruh terhadap produksi udang windu. Media Akuakultur. V1 2006.
Haliman, R.W., Aijaya, D.2008. Pembudidayaan dan prospek pasar udang putih
yang tahan penyakit. Jakarta ID: Penebar swadaya.
Huisman, E.A. 1987. Principles of fish production. Department of Fish Culture
and Fisheries, Wageningen Agriculture University. Wageningen.
Netherland. 170p
Lemonnier H, Brizard R. 2001. Number of shrimp crops and shrimp density
effects on sediment accumulation on earthen pond bottoms. World
20

Aquaculture Society meeting, January 21–25, 2001, Disney’s Coronado


Springs Resort Lake Buena Vista, Florida. Book of Abstracts, p. 365.
Meagaung, W.D.M. 2000. Karakterisasi dan pengelolaan residu bahan organik
pada dasar tambak udang intensif [Disertasi]. Makassar. Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin. 128hlm.
Muarif. 2016. Karakteristik Suhu Perairan di Kolam Budidaya Perikanan. Jurnal
Mina Sains ISSN: 2407-9030. Volume 2 Nomor 2 2016.
Nelson, D.W., Sommer, L.E. 1982. Total carbon, organic carbon and organic
matter. Methods of Soil Analysis, Part 2. Chemical and Microbiological
Properties, 2nd Edition. ASA-SSSA, Madison, 595-57
Poernomo S. 2010. Target produksi udang vaname(Litopenaeus vannamei)
Jakarta: KKP.
Soil Survey Staff. 1990. Keys to soil taxonomy. Fourth Edition. SMSS Technical
Monograph No. 19. Blacksburg, Virginia. 423p.
Suyanto, S, Rachmatun,. dan Mujiman, A. 2004. Budidaya udang windu.
Jakarta.Penebar Swadaya.
Takeuchi, T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrient. in
Watanabe T, editor. Fish Nutrition and Marinculture. Tokyo. JICA
Kanagawa International Fisheries Training Centre. 179-225 p
Wyban, J.A., J.N. Sweeney. 1991. Intensive Shrimp Production Technology. The
Oceanic Institute. Hawai, USA.
Wayban, J.A., Swenny, J.N. 1995. Intensif shrimp production technology. The
Oceanic Instittute Honolulu. Hawai, USA.
Wiyoto, W., Sukenda, S., Haris, E., Nirmala, K., Djokosetiayanto, D., Ekasari , J.
2016. The effect of sediment redox potential and stocking density on pacific
white shrimp Litopenaeus vannamei production performance and white spot
syndrome virus resistance. Aquaculuture research, 1-11.
Wiyoto, W., Sukenda, S., Harris, E., Nirmala, K., Djokostiyanto, D. 2016. Water
quality and sediment profile in shrimp culture with diffrent sedimen redox
potenial and stocking densities under laboratory condition. Ilmu kelautan.
Vol 21 No2: 65-76.
21

LAMPIRAN
23

Lampiran 1 Data tabel pengukuran bobot udang

Rataan
Δ SGR
Perlakuan B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 Bobot GR EP
biomasa (%/hari)
(g)
K-1 0,919 0,707 1,563 1,394 1,224 1,16 0,89 0,056 9,55 10,37
K-2 0,863 0,836 0,871 0,797 1,086 1,185 1,340 1,335 1,04 0,77 0,048 8,79 8,94
K-3 0,574 0,583 0,866 1,040 1,373 1,433 1,674 1,933 1,18 0,91 0,057 9,68 10,63
D1-1 0,676 0,768 0,974 0,834 1,181 1,124 0,93 0,66 0,041 8,01 7,63
D1-2 0,369 0,577 0,641 0,903 1,132 1,405 1,658 0,96 0,69 0,043 8,22 7,97
D1-3 0,555 0,647 0,941 0,994 1,635 1,261 1,973 1,561 1,20 0,93 0,058 9,75 10,77
D2-1 0,460 0,553 0,889 0,905 1,379 1,320 1,722 2,041 2,094 1,26 0,99 0,06 10,12 11,54
D2-2 0,528 0,301 0,860 0,566 1,394 0,846 1,006 1,194 0,84 0,57 0,035 7,33 6,59
D2-3 0,833 0,858 0,815 0,850 1,164 1,129 1,212 1,193 1,01 0,74 0,046 8,57 8,57
D3-1 0,646 0,531 1,098 0,986 1,421 1,212 1,627 1,07 0,80 0,050 9,02 9,35
D3-2 1,213 1,572 1,786 0,935 1,109 1,386 1,570 1,780 1,950 1,260 1,46 1,19 0,074 11,11 13,79
D3-3 0,794 0,615 0,561 0,919 0,977 1,173 1,254 0,90 0,63 0,039 7,81 7,31
D4-1 0,978 1,512 1,119 1,204 1,360 1,23 0,96 0,060 9,97 11,22
D4-2 1,076 2,463 2,043 2,479 2,496 2,11 1,84 0,115 13,72 21,41
D4-3 1,652 2,508 2,196 2,513 2,22 1,95 0,122 14,07 22,64

23
24

Lampiran 2 Data pengukuran Panjang tubuh udang vaname


Rataan
Pertumbuhan
Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Panjang LPPS
Panjang (cm)
(cm)
K-1 4,68 4,71 4,84 5,17 4,87 4,85 1,41 1,502
K-2 3,94 3,91 4,17 3,89 3,79 3,88 4,56 3,48 3,95 0,51 1,297
K-3 4,59 4,66 3,91 4,58 4,53 4,01 3,63 4,44 4,29 0,85 1,380
D1-1 4,61 4,34 4,12 3,96 3,28 3,72 4,00 0,56 1,310
D1-2 3,87 4,58 3,77 3,76 4,57 4,13 4,54 4,17 0,73 1,351
D1-3 4,52 4,72 3,97 3,79 4,87 3,54 4,29 3,76 4,18 0,74 1,353
D2-1 4,22 4,54 4,09 4,06 4,18 3,82 3,95 5,10 4,70 4,30 0,86 1,380
D2-2 4,40 4,10 3,90 3,60 4,70 3,80 4,60 4,95 4,26 0,82 1,371
D2-3 4,10 4,15 4,25 4,75 4,00 3,85 4,75 4,35 4,28 0,84 1,376
D3-1 4,80 4,40 4,50 4,20 3,90 3,50 4,50 4,26 0,82 1,371
D3-2 6,05 4,75 4,55 3,85 4,10 4,20 4,85 4,10 4,10 4,30 4,49 1,05 1,423
D3-3 3,30 4,65 3,80 3,85 4,25 3,95 3,60 3,91 0,47 1,287
D4-1 4,90 3,95 4,60 4,85 4,20 4,50 1,06 1,427
D4-2 5,90 6,10 4,70 4,25 4,25 5,04 1,60 1,540
D4-3 6,65 5,50 4,70 3,90 5,19 1,75 1,569

24
25

Lampiran 3 Data Sintasan udang vaname


Jumlah udang awal Jumlah udang akhir
Perlakuan Sintasan (%)
(ekor) (ekor)
K-1 10 5 50
K-2 10 8 80
K-3 10 8 80
D1-1 10 6 60
D1-2 10 7 70
D1-3 10 8 80
D2-1 10 9 90
D2-2 10 8 80
D2-3 10 8 80
D3-1 10 7 70
D3-2 10 10 100
D3-3 10 7 70
D4-1 10 5 50
D4-2 10 5 50
D4-3 10 4 40

Lampiran 4 Hasil Ujin Anova


ANOVA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
EP Between ,041 4 ,010 3,738 ,041
Groups
Within ,027 10 ,003
Groups
Total ,069 14
TKH Between 2466,667 4 616,667 4,022 ,034
Groups
Within 1533,333 10 153,333
Groups
Total 4000,000 14
LPS Between 30,187 4 7,547 3,734 ,041
Groups
Within 20,210 10 2,021
Groups
Total 50,397 14
LPPS Between ,056 4 ,014 3,217 ,061
Groups
Within ,043 10 ,004
Groups
Total ,099 14

25
26

Lampiran 5 Uji Lanjut Duncan Laju Pertumbuhan Spesifik


LPS
Duncan

Subset for alpha = 0.05


Perlakuan N 1 2
D1 3 8,79000
D2 3 9,25000
Kontrol 3 9,27000
D3 3 9,48667
D4 3 12,70000
Sig. ,587 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Lampiran 6 Uji lanjut Duncan Tingkat Kelangsungan hidup


SINTASAN
Duncan

Subset for alpha = 0.05


Perlakuan N 1 2
D4 3 47
Kontrol 3 70 70
D1 3 70 70
D3 3 80
D2 3 83
Sig. ,052 ,247
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 7 Uji lanjut Duncan Efisiensi pakan.
EP
Duncan

Subset for alpha = 0.05


Perlakuan N 1 2
D1 3 ,30000
D2 3 ,30333
Kontrol 3 ,32000
D3 3 ,32000
D4 3 ,44000
Sig. ,672 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
27

Lampiran 8 Pengukuran redoks tanah pada masing masing perlakuan

Perlakuan Sampel tanah 1 Sampel tanah 2 Sampel tanah 3


U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
K -36 -24 -21 -5 -32 -28 -25 -32 -37
D1 90 87 92 95 85 88 78 85 88
D2 102 98 95 98 105 110 105 109 108
D3 113 118 122 110 118 121 109 115 120
D4 125 122 `120 120 123 118 125 128 122

27

Anda mungkin juga menyukai