SKRIPSI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Program Studi Akuakultur
ABSTRAK
RINGKASAN
NIM : A. 1711210
Fakultas : Pertanian
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal Lulus :
7
PERNYATAAN
PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul Penambahan Hidrogen Peroksida di Sedimen Dasar Tambak Terhadap
Kinerja Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei).
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang
berjudul Penambahan Hidrogen Peroksida di Sedimen Dasar Tambak Terhadap
Kinerja Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei).
Dalam penyelesaian Skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang
membantu baik moril dan materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
berterimakasih kepada :
1. Rektor dan para Wakil Rektor Universitas Djuanda Bogor.
2. Dekan dan para Wakil Dekan Fakultas Pertanian.
3. Ketua dan Sekretaris Program Studi Akuakultur.
4. Staf dosen Program Studi Akuakultur.
5. Kepala dan staf Tata Usaha Fakultas Pertanian.
6. Kedua orang tua dan keluarga atas motivasi dan dukungan moril maupun
materil serta do’a yang selalu menyertai penulis.
7. Semua teman-temanUniversitas Djuanda Bogor angkatan2017, dan 2018
atas motivasi dan dukungan moril serta do’a yang selalu menyertai penulis.
Akhirnya penulis mengucapkan semoga kita semua selalu berada dalam
lindungan Allah SWT. Amin.
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................. 2
1.3 Hipotesis .......................................................................................... 2
II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Udang vaname ..................................... 3
2.1 Tanah Tambak ................................................................................. 5
2.2 Hidrogen Peroksida ......................................................................... 6
2.3 Pertumbuhan Udang ........................................................................ 6
2.4 Efisiensi Pakan ................................................................................ 7
2.5 Sintasan............................................................................................ 7
2.6 Redok Potensial Sedimen ................................................................ 7
2.7 Kualitas Air ..................................................................................... 7
III METODE 8
3.1 Waktu dan Tempat .......................................................................... 8
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 8
3.3 Rancangan Percobaan ...................................................................... 8
3.4 Metode Penelitian ............................................................................ 8
3.4.1 Persiapan Wadah ................................................................. 8
3.4.3 Penebaran Udang Vaname ................................................... 9
3.4.4 Pemberian Pakan ................................................................. 9
3.4.5 Sampling Udang .................................................................. 9
3.5 Parameter Uji ................................................................................... 9
3.5.1 Laju Pertumbuhan Spesifik ................................................. 9
3.1.1 Laju Pertumbuhan Panjang Spesifik (LPPS) ..................... 10
3.1.2 Sintasan .............................................................................. 10
3.1.3 Efisiensi Pakan................................................................... 10
3.6 Parameter Penunjang ..................................................................... 11
3.6.1 Parameter Kualitas Air ...................................................... 11
3.6.2 Analisis Data ...................................................................... 11
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 12
4.1 Hasil ............................................................................................... 12
4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik............................................... 12
4.1.2 Laju Pertumbuhan Panjang Spesifik.................................. 12
11
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
hidrogen peroksida di sedimen dasar tambak terhadap kinerja pertumbuhan dalam
pemeliharaan udang vaname.
1.3 Hipotesis
Pemberian hidrogen peroksida di tanah tambak dengan dosis meningkat
(0.25, 0.5, 1 dan 2 mL/350 g) tanah akan meningkatkan kinerja pertumbuhan pada
pemeliharaan udang vaname.
.
3
II TINJAUAN PUSTAKA
tubuh. Lima segmen terdapat pada bagian kepala, delapan segmen terdapat pada
bagian dada dan enam pasang segmen terdapat pada bagian perut (Dugassa dan
Gaeton 2018).
Bagian kepala dan dada (thorax) menyatu, disebut juga dengan
cephalothorax yang dibungkus dengan karapas. Pada chepalothorax tersusun dari
lima segmen dan pada setiap segmennya terdapat sepasang appendegas. Jumlah
dari appendegas adalah lima buah yakni sepasang antena satu, sepasang antena
dua, sepasang mandibula, sepasang maxilla satu dan sepasang maxila dua.
Terdapat Rostrum, tonjolan tanjam bergerigi yang terdapat pada bagian atas
cephalothorax. Sepasang mata majemuk terletak dibagian depan mandibula dan
dapat digerakan secara literal.
Pada bagian perut udang panaeid terdapat enam segmen, dimana pada
segmen pertama sampai ke lima terdapat kaki renang (pleopoda) yang berjumlah
sepuluh pasang. Pada bagian segmen terahkir terdapat sepasang kipas (uropod)
dan telson. Fungsi dari uropod dan telson adalah untuk membentu udang
melontarkan tubuhnya dengan cepat ketika dalam kondisi terdesak atau bahaya
(Dugassa dan Gaeton 2018).
Habitat hidup udang vaname adalah wilayah pesisir laut beriklim tropis
tersebar mulai dari pantai Pasifik Timur hingga ke wilayah Meksiko dan Peru
Utara. Udang vaname menyukai kondisi lingkungan perairan yang hangat sekitar
250C. Pertumbuhan udang betina lebih cepat jika dibandingkan dengan udang
jantan. Udang vaname berkembang biak dengan cara bertelur. Larva udang
vaname hidup dan berkembang di daerah estuari seperti teluk, wilayah pantai dan
laguna. Bobot betina dewasa udang vaname yang siap untuk memijah berukuran
30-45 g dan dapat menghasilkan telur mencapai 100.000-250.000 butir telur
(Dugassa dan Gaeton 2018).
Siklus hidup udang vaname terbagi menjadi beberapa Stadia yakni naupli,
zoaea, mysis dan post larva. Fase awal dimulai dengan telur, setelah telur menetas
larva udang berubah menjadi naupli. Stadia naupli bekembang hingga enam fase.
Pada fase ke enam naupli berkembang menjadi zoaea hingga tiga fase. Zoaea
berkembang lagi hingga berbentuk larva udang sempurna disebut juga dengan
5
stadia mysis. Stadia terakhir pertumbuhan larva udang adalah post larva, dimana
fase ini terjadi setelah stadia mysis-3 (Suyanto 2004).
2.1 Tanah Tambak
Awal mula kegiatan budidaya udang banyak menggunakan kolam tanah,
sistem ini dikenal dengan istilah budidaya udang secara tradisional. Kolam tanah
terkenal dengan produktivitasnya yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari sistem
budidaya tradisional yang sangat tergantung pada ketersedian pakan alami.
Dalam pemilihan lokasi untuk kegatan budidaya, penting untuk mengetahui
janis dan karakteristik tanah yang akan digunakan. Tanah yang baik tidak hanya
memiliki porositas yang kecil melainkan juga dapat menyediakan dan kaya akan
unsur hara. Tanah akan mengalami penurunan kualitas seiring dengan semakin
banyak digunakan dalam kegiatan budidaya.
Pada sedimen tambak, proses penguraian bahan organik terjadi lebih lambat
jika dibandingkan dengan penguraian di badan air. Hal ini terjadi akibat lebih
kompleksnya penguruaian bahan organik karena melibatkan tidak hanya bakteri
aerob, anaerob melainkan juga proses fermentasi (Gunarto 2006). Akumulasi
bahan organik yang terlalu tinggi baik di tanah maupun badan air dapat memicu
munculnya penyakit dan berahkir pada kegagalan panen.
Kandungan bahan organik pada sedimen tambak menurut Nelson dan
Sommers 1982 sebesar 48-58% karbon dengan konsentrasi nilai karbon
organiknya mencapai 1,9 kali dari bahan oraganik yang yang berada di atas
permukaan tanah. Pada tanah yang tidak jenuh dalam waktu yang lama akan
mengandung karbon organik hingga mecapai 20% dari berat kering sampel tanah
(Soil Survey Staff, 1990).
Oksidasi bahan organik pada dasar tambak dilakukan untuk mengembalikan
kondisi dasar tambak menjadi lebih baik. Akumukasi bahan organik dari sisa
kegiatan budidaya sebelumnya dapat menyebabkan tanah menjadi reduktif. Tanah
yang rerduktif dapat diketahui dengan melihat nilai potensial redok. Salah satu
parameter penting untuk melihat kaulitas sedimen tambak adalah dengan
mengukur besaran nilai redok pada sedimen tambak (Wiyoto et al 2016).
6
III METODE
fiber kemudian diisi dengan tanah tambak sebanyak 350 g/toples yang telah di
beri perlakuan H2O2. Setelah tanah tambak dimasukan kedalam toples,
selanjutnya toples diisi menggunakan air laut dengan salinitas 25 g/L.
3.4.3 Penebaran Udang Vaname
Wadah toples yang telah siap diisi dengan tanah dan air laut, selanjutnya
dilakukan penebaran udang vaname sebanyak 10 ekor. Udang yang dimasukan
kedalam toples terlebih dahulu di sampling panjang dan bobot sebagai data awal
pemeliharaan.
3.4.4 Pemberian Pakan
Selama periode pemeliharaan, udang vaname diberikan pakan sebanyak 3
kali dalam sehari. Metode pemberian pakan yang digunakan dibatasi mengacu
pada pemberian pakan blind feeding. Pakan yang diberikan menggunakan pakan
udang komersil berbentuk tepung pelet dan crumble. Pemberian pakan dilakukan
pada pukul 08:00, 12:00 dan 16:00 WIB.
3.4.5 Sampling Udang
Kegiatan pengukuran bobot dan panjang dilakukan pada awal dan akhir
pemeliharaan. Sampling dilakukan dengan menimbang dan mengukur panjang
keseluruhan udang yang dipelihara pada masing-masing toples. Kegiatan lainya
yang dilakukan pada saat sampling adalah menghitung sintasan udang yang
dilakukan pada ahkir masa pemeliharaan.
𝒕 𝐖𝐭
𝑳𝑷𝑺 = [√ − 𝟏] × 𝟏𝟎𝟎%
𝐖𝐨
Keterangan:
LPS : laju pertumbuhan spesifik (%);
Wt : bobot rata-rata udang ke-t (g);
10
Keterangan:
LPPS : Laju pertumbuhan panjang spesifik (%)
Lt : Panjang rata-rata udang pada akhir perlakuan (cm)
Lo : Panjang rata-rata udang pada awal perlakuan (cm)
T : Periode pemeliharaan (hari)
3.1.2 Sintasan
Sintasan merupakan persentase udang yang hidup dari total udang yang
dipelihara hingga akhir pemeliharaan. Perhitungan sintasan menggunakan rumus
sebagai berikut (Goddard 1996):
𝑵𝒕
Sintasan=( ) 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝑵𝟎
Keterangan :
Sintasan : tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt : jumlah udang pada akhir perlakuan (ekor)
No : jumlah udang pada awal perlakuan (ekor)
3.1.3 Efisiensi Pakan
Rumus yang digunakan untuk menghitung efisiensi pakan menurut
Takeuchi (1988).
𝑾𝒕−𝑾𝟎
EP= 𝒙𝟏𝟎𝟎
𝑭
Keterangan :
EP : Efisiensi Pakan (%)
Wt : Jumlah bobot udang pada akhir pemeliharaan (g)
W0 : Jumlah bobot udang pada awal pemeliharaan (g)
F : Jumlah pakan yang dikonsumsi (g)
11
4.1 Hasil
16.00
14.00 12.58
12.00
10.00 9.34 9.31
8.66 8.67
LPS (%)
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
K D1 0,25 D2 0,5 D3 1 D4 2
Perlakuan
1.60
1.55
1.51
1.50
LPPS (%) 1.45
1.39
1.40 1.38 1.36
1.35
1.34
1.30
1.25
1.20
K D1 0,25 D2 0,5 D3 1 D4 2
Perlakuan
4.1.3 Sintasan
Nilai sintasan udang vaname pada pemeliharaan perlakuan kontrol
0,25 dan 1 mL/350 g didapat nilai rata-rata sebesar 70% dan 80%. Pada perlakuan
dosis 0,5 mL/350 g nilai sintasan hidup tertinggi 83%, sementara nilai terendah
terdapat pada dosis 2 mL/350 g dengan nilai 47% (Gambar 4). Hasil uji Anova
menunjukan nilai sintasan berbeda nyata (P<0,05) (Lampiran 4), maka dilanjutkan
dengan uji Duncan. Hasil uji lanjut Duncan menunjukan perlakuan D4 tidak
berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dan D1 sementara berbeda nyata pada
perlakuan D2 dan D3 (Lampiran 6).
120
100
83 80
Sintasan (%)
80 70 70
60 47
40
20
0
K D1 0,25 D2 0,5 D3 1 D4 2
Perlakuan
14.00
12.00 9.98 10.15
10.00 8.79 8.90
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
K D1 0,25 D2 0,5 D3 1 D4 2
Perlakuan
Perlakuan Kisaran
Parameter Optimal
K D1 D2 D3 D4 (Boyd 2015)
Suhu (oC) 24-25 24-25 24-25 24-25 24-25 25-30
pH 7,6-8,2 7,6-8,2 7,6-8,2 7,6-8,2 7,6-8,2 7-8
DO (mg/L) 4,5-5,7 4,7-5,8 4,8-6 5-6 4.3-6.0 >5
15
4.2 Pembahasan
Tanah yang digunakan adalah tanah tambak yang digunakan dalam kegiatan
budidaya udang vaname. Pada pengukuran awal potensial redoks didapat nilai
redoks tanah sebesar -32 mV (Lampiran 8), kondisi ini menjukan tanah yang
reduktif. Menurut Gunarso (2006) bahwa nilai redoks negatif pada pengukuran
ditanah menandakan bahwa terjadi kondisi kekurangan oksigen pada tanah
(anaerob). Nilai potensial redoks tanah dijadikan sebagai indikasi bahwa tanah
tersebut pada keadaan baik atau subur. Kondisi tanah yang reduktif pada kegiatan
budidaya akan berdampak pada lingkungan dan kondisi udang (Wiyoto et al
2016).
Laju pertumbuhan spesifik (LPS) adalah persentase gambaran nilai
pertumbuhan organisme salama kegiatan pemeliharaan. Persentase LPS tertinggi
terdapat pada pelakuan D4. Pada perlakuan D1 dan D2 nilai pertumbuhan tidak
berbeda jauh namun lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan K dan D3.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan biota budidaya diantarnya adalah ruang
gerak, padat tebar dan umur pemeliharaan, selain itukualitas air juga berpengaruh
pada optimalnya pertumbuhan udang. Menurut Lemonnier dan Brizard (2001)
kandungan bahan organik, nitrogen dan juga fosfor yang tinggi pada suatau
perairan akan mempengaruhi tingkat stres pada udang, pertumbuhan lambat dan
rendahnya sintasan udang. Meagung (2000) mengatakan bahan oraganik dalam
jumlah tinggi dapat menurunkan nilai potensial redoks ketingkat yang reduktif.
Redoks potensial tanah yang di ukur menunjukan bahwa pada perlakuan D4
memiliki nilai sebesar (+125 mV) (Lampiran 8). Kondisi ini menandakan bahwa
kandungan bahan organik pada tanah relatif lebih kecil dan tanah yang lebih
terkosidasi sehingga mampu memberi dukungan yang lebih terbaik pada laju
pertumbuhan spesifik
Pada pertumbuhan panjang spesifik udang selama pemeliharaan didapatkan
nilai pada perlakuan kontrol D1, D2 dan D3 tidak berbeda secara signifikan,
sementara Pada perlakuan D4 nilai LPPS memiliki nilai terbesar di antara semua
perlakuan. Hal ini sejalan dengan nilai LPS pada perlakuan D4 yang juga
memiliki nilai terbaik. Lingkungan yang baik akan berkorelasi posotif terhadap
pertumbuhan panjang dan juga bobot tubuh. Semakin baik persiapan lahan akan
16
5.1 Kesimpulan
Penambahan hidrogen peroksida dengan dosis berbeda pada sedimen dasar
tambak terhadap kinerja pertumbuhan udang vaname berbeda nyata pada
perlakuan D4 dimana pertumbuhan dan juga Efisiensi pakan terbaik namun
sintasan terendah. Pada perlakuan D2 dan D3 didapat nilai sintasan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainya.
5.2 Saran
Pemberian hidrogen peroksida dengan dosis 2 mL/350 g pada sedimen dasar
tambak dapat meningkatkan kinerja produksi udang vaname.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
23
Rataan
Δ SGR
Perlakuan B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 Bobot GR EP
biomasa (%/hari)
(g)
K-1 0,919 0,707 1,563 1,394 1,224 1,16 0,89 0,056 9,55 10,37
K-2 0,863 0,836 0,871 0,797 1,086 1,185 1,340 1,335 1,04 0,77 0,048 8,79 8,94
K-3 0,574 0,583 0,866 1,040 1,373 1,433 1,674 1,933 1,18 0,91 0,057 9,68 10,63
D1-1 0,676 0,768 0,974 0,834 1,181 1,124 0,93 0,66 0,041 8,01 7,63
D1-2 0,369 0,577 0,641 0,903 1,132 1,405 1,658 0,96 0,69 0,043 8,22 7,97
D1-3 0,555 0,647 0,941 0,994 1,635 1,261 1,973 1,561 1,20 0,93 0,058 9,75 10,77
D2-1 0,460 0,553 0,889 0,905 1,379 1,320 1,722 2,041 2,094 1,26 0,99 0,06 10,12 11,54
D2-2 0,528 0,301 0,860 0,566 1,394 0,846 1,006 1,194 0,84 0,57 0,035 7,33 6,59
D2-3 0,833 0,858 0,815 0,850 1,164 1,129 1,212 1,193 1,01 0,74 0,046 8,57 8,57
D3-1 0,646 0,531 1,098 0,986 1,421 1,212 1,627 1,07 0,80 0,050 9,02 9,35
D3-2 1,213 1,572 1,786 0,935 1,109 1,386 1,570 1,780 1,950 1,260 1,46 1,19 0,074 11,11 13,79
D3-3 0,794 0,615 0,561 0,919 0,977 1,173 1,254 0,90 0,63 0,039 7,81 7,31
D4-1 0,978 1,512 1,119 1,204 1,360 1,23 0,96 0,060 9,97 11,22
D4-2 1,076 2,463 2,043 2,479 2,496 2,11 1,84 0,115 13,72 21,41
D4-3 1,652 2,508 2,196 2,513 2,22 1,95 0,122 14,07 22,64
23
24
24
25
25
26
27