Praktek keperawatan
1.1 Definisi
Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia, praktik keperawatan adalah tindakan
pemberian asuhan perawat profesional baik secara mandiri maupun kolaborasi, yang
disesuaikan dengan lingkup wewenangdan tanggung jawabnya berdasarkan ilmu
keperawatan. Standar praktek keperawatan adalah batas ukuran baku minimal yang harus
dilakukan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktek
keperawatan ini digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada pasien sebagai fokus utamanya.
· Pemberian pembelaan
1.2 Klasifikasi
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standart praktek
keperwatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standart pendidikan
Keperawatan. Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap
sesuai dengan standart profesi keperawatan.
Adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi pada ruang lingkup praktek keperawatan
dan bidang teknologi medis akan mengakibatkan terjadinya peningkatan konflik antara nilai-
nilai pribadi yang memiliki perawat dengan pelakasana praktek yang dilakukan sehari-
hariselain itu pihak atasan membutuhkan bantuan dari perawat untuk melaksanakan tugas
pelayanan keperawatan tertentu , dilain pihak perawat mempunyai hak untuk menerima atau
menolak tugas tersebut sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka.
1· Praktik keperawatan memerlukan model konsep keperawatan yang menjadi dasar praktek
2· Ptraktek keperawatan memerlukan hubungan yang saling membantu untuk menjadi dasar
interaksi antara klien-perawat
Standar Perawatan
Menguraikan tingkat asuhan keperawatan yang kompeten seperti yang diperlihatkan oleh
proses keperawatan yang mencakup semua tindakan penting yang dilakukan oleh perawat
dalam memberikan perawatan dan membentuk dasar pengambilan keputusan klinik:
3) Identifikasi hasil: Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual pada
pasien
5) Etik: Keputusan dan tindakan perawat atas nama pasien ditentukan dengan cara etis
6) Kolaborasi: Perawat melakukan kolaborasi dengan pasien, kerabat lain, dan pemberi
perawatan kesehatan dalam memberikan perawatan pada pasien
a) Praktek Klinis
Memberikan serangkaian kondisi untuk mengevaluasi kualitas askep dan merupakan alat
mengukur mutu penampilan kerja perawat guna memberikan feeedbeck untuk perbaikan.
Memberikan informasi kepada administrator yang sangat penting dalam perencanaan pola
staf, program pengembangan staf dan mengidentifikasi isi dari program orientasi.
c) Pendidikan Keperawatan
d) Riset Keperawatan
Hasil proses evaluasi merupakan penilitian yang pertemuannya dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas askep.
Implementasi standar dapat meningkatkan fungsi kerja tim kesehatan dalam mengembangkan
mutu askep dan peran perawat dalam tim kesehatan sehingga terbina hubungan kerja yang
baik dan memberikan kepuasan bagi anggota tim kesehatan.
e. Proses keperawatan
1. Struktur
a. Falsafah, tujuan
3. Hasil
a. Status kesehatan
b. Kegiatan
c. Tingkat pengetahuan
– Kepuasan klien
– Kepuasan perawat
1) Proses Normatif: Standar dirumuskan berdasarkan pendapat ahli profesional dan pola
praktek klinis perawat di dalam suatu badan/institusi tertentu.
Badan yang berwenang memberikan lisensi berhak dan bertanggung jawab terhadap
pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh praktisi yang melakukan pelanggaran etis. Hukum
atau undang-undang tidak mengidentifikasi mutu kinerja, akan tetapi akan menjamin
keselamatan pelaksanaan standar praktik keperawatan secara minimal.
Undang-Undang kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V Pasal 32 ayat 2 dan 3 menyebutkan:
Ayat 2:
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan atau
perawatan.
Ayat 3:
Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan.
Isi undang-undang tersebut, dapat diartikan bahwa lisensi sangat diperlukan oleh perawat
profesional dalam melakukan kegiatan praktik secara brtanggung jawab. Pengertian lisensi
adalah kegiatan administrasi yang dilakukan oleh profesi atau departemen kesehatan berupa
penerbitan surat ijin praktek bagi perawat profesional diberbagai tatanan layanan kesehatan.
Lisensi diberikan bagi perawat sesuai keputusan menteri kesehatan RI
No.647/Menkes/SK/IV/2000 tentang registrsi dan praktik perawat.
Whasington State Nursing Practice Act(The State Nurses Association) menyatakan bahwa
orang yang terdaftar secara langsung bertanggung gugat dan bertanggung jawab terhadap
individu untuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. American nurse
Association(ANA) membuat pernyataan yang sama dalam undang-undang lisensi
institusional menjadi lisensi individual, keperawatan secara konsisten dapat
mempertahankan:
1) Asuhan keperawatan yang berkualitas, baik sesuai tanggung jawab maupun tanggung
gugat perawat yang merupakan bagian dari lisensi profesi.
2) Bila perawat meyakini bahwa profesi serta kontribusinya terhadap asuhan kesehatan
adalah penting, maka mereka akan tampil dengan percaya diri dan penuh tanggung
jawab.
UU Praktek Keperawatan
Setiap negara bagian dan provinsi mendefinisikan sendiri cakupan praktek keperawatan,
tetapi sebagian besar memiliki aturan yang serupa. Definsi tentang praktek keperawatan
dipublikasikan oleh ANA pada tahun 1955 mencakup beberapa definisi yang mewakili
cakupan praktek keperawatan sebagaimana didefinisikan dalam sebagian besar negara bagian
dan provinsi. Namun demikian pada dekade terakhir beberapa negara bagian merevisi UU
praktek keperawatan mereka untuk menggambarkan pertumbuhan otonomi dan meluasnya
peran keperawatan dalam praktek keperawatan.
MATERI MALPRAKTEK
1. Pengertian malpraktek.
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi
yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan “praktek” mempunyai arti
“pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malpraktek berarti “pelaksanaan atau tindakan yang
salah”.
Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk
menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.
Sedangkan difinisi malpraktek profesi kesehatan adalah “kelalaian dari seseorang dokter atau
perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati
dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka
menurut ukuran dilingkungan yang sama” (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle
de Los Angelos, California, 1956).
Di dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga perawatan berlaku norma etika dan norma
hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnyalah
diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari sudut pandang
etika disebut ethical malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice.
Hal ini perlu difahami mengingat dalam profesi
tenaga perawatan berlaku norma etika dan norma hukum, sehingga apabila ada kesalahan
praktek perlu dilihat domain apa yang dilanggar.
Karena antara etika dan hukum ada perbedaan-perbedaan yang mendasar menyangkut
substansi, otoritas, tujuan dan sangsi, maka ukuran normatif yang dipakai untuk menentukan
adanya ethical malpractice atau yuridical malpractice dengan sendirinya juga berbeda. Yang
jelas tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical malpractice akan tetapi semua
bentuk yuridical malpractice pasti merupakan ethical malpractice (Lord Chief Justice, 1893).
A. TUJUAN
Setelah selesai sesi ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan jenis-jenis malpraktek
hukum dibidang pelayanan kesehatan.
B. MATERI POKOK
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut di atas, melalui kegiatan belajar yang akan dibahas
dalam modul ini adalah jenis-jenis malpraktek hukum dibidang pelayanan kesehatan.
C. URAIAN MATERI
Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang
hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan Administrative
malpractice.
1. Criminal malpractice
a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan tercela.
b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan
(intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan (negligence).
2. Civil malpractice
Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak
melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah
disepakati (ingkar janji).
Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula
dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka
rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan
karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka
melaksanakan tugas kewajibannya.
3. Administrative malpractice
A. TUJUAN
Setelah selesai sesi ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang cara-cara
pembuktian dalam gugatan/tuntutan hukum dalam malpraktek pelayanan kesehatan.
B. MATERI POKOK
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, melalui kegiatan belajar yang akan dibahas dalam
modul ini adalah sebagai berikut:
C. URAIAN MATERI
Dari definisi malpraktek “adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat
pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama”. (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos,
California, 1956).
Dari definisi tersebut malpraktek harus dibuktikan bahwa apakah benar telah terjadi kelalaian
tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang ukurannya
adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut.
Andaikata akibat yang tidak diinginkan tersebut terjadi apakah bukan merupakan resiko yang
melekat terhadap suatu tindakan medis tersebut (risk of treatment) karena perikatan dalam
transaksi teraputik antara tenaga kesehatan dengan pasien adalah perikatan/perjanjian jenis
daya upaya (inspaning verbintenis) dan bukan perjanjian/perjanjian akan hasil (resultaat
verbintenis).
Sebagai contoh adanya komplain terhadap tenaga perawatan dari pasien yang menderita
radang uretra setelah pemasangan kateter. Apakah hal ini dapat dimintakan tanggung jawab
hukum kepada tenaga perawatan? Yang perlu dipahami semua pihak adalah apakah ureteritis
bukan merupakan
resiko yang melekat terhadap pemasangan kateter? Apakah tenaga perawatan dalam
memasang kateter telah sesuai dengan prosedur profesional ?.
Hal-hal inilah yang menjadi pegangan untuk menentukan ada dan tidaknya malpraktek.
Apabila tenaga perawatan didakwa telah melakukan kesalahan profesi, hal ini bukanlah
merupakan hal yang mudah bagi siapa saja yang tidak memahami profesi kesehatan dalam
membuktikan ada dan tidaknya kesalahan.
Dalam hal tenaga perawatan didakwa telah melakukan ciminal malpractice, harus dibuktikan
apakah perbuatan tenaga perawatan tersebut telah memenuhi unsur tidak pidanya yakni :
a. Apakah perbuatan (positif act atau negatif act) merupakan perbuatan yang tercela
b. Apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan sikap batin (mens rea) yang salah (sengaja,
ceroboh atau adanya kealpaan).
Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan dengan
dua cara yakni :
1. Cara langsung
Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :
a. Duty (kewajiban)
Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien, tenaga perawatan haruslah
bertindak berdasarkan
Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan menyimpang dari apa yang
seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard
profesinya, maka tenaga perawatan tersebut dapat dipersalahkan.
d. Damage (kerugian)
Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung) antara
penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada
peristiwa atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil
(outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan tenaga perawatan.
Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka pembuktiannya adanya kesalahan
dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien).
Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni dengan
mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res
ipsa loquitur).
Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:
b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan
c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada
contributory negligence.
Misalnya ada kasus saat tenaga perawatan akan mengganti/memperbaiki kedudukan jarum
infus pasien bayi, saat menggunting perban ikut terpotong jari pasien tersebut .
Dalam hal ini jari yang putus dapat dijadikan fakta yang secara tidak langsung dapat
membuktikan kesalahan tenaga perawatan, karena:
a. Jari bayi tidak akan terpotong apabila tidak ada kelalaian tenaga perawatan.
A. TUJUAN
Setelah selesai sesi ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang pertanggung
jawaban dalam hukum dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan.
B. MATERI POKOK
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, melalui kegiatan belajar akan dibahas dalam modul
ini adalah sebagai berikut:
1. Contractual liability
2. Vicarius liability
3. Liability in tort
C. URAIAN MATERI
Seperti dikemukakan di depan bahwa tidak setiap upaya kesehatan selalu dapat memberikan
kepuasan kepada pasien baik berupa kecacatan atau bahkan kematian. Malapetaka seperti ini
tidak mungkin dapat dihindari sama sekali. Yang perlu dikaji apakah malapetaka tersebut
merupakan
antara lain:
1. Contractual liability
2. Vicarius liability
timbul atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam
tanggung jawabnya (sub ordinate), misalnya rumah sakit akan
3. Liability in tort
sendiri maupun terhadap orang lain, akan tetapi termasuk juga yang
patut dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda
Ilustrasi kasus
permanen.
telah memerintahkan untuk diberikan guttae pro auribus acid carbol atau
glyserine dan acid carbol drops. Si murid perawat yang baru
pasien).
TUNTUTAN MALPRAKTEK
A. TUJUAN
malpraktek.
B. MATERI POKOK
C. URAIAN MATERI
consent.
dokter.
segala kebutuhannya.
masyarakat sekitarnya.
kepadanya.
perawatan
Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini
menunjukkan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati – hati, teliti dan
kegiatan perawat dilaporkan secara jujur.(Koziers 1983:25)
Kepercayaan akan tumbuh, apabila perawat memiliki kemampuan, terampil, dan keahlian
yang relevan dengan disiplin ilmunya. Kecemasan klien akan timbul apabila klien merasa
bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, tidak memiliki keahlian, dan pendidikan
tidak memadai. Berikut beberapa cara perawat mengkomunikasikan rasa tanggung
jawabnya :
1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien.Contoh: “Mohon maaf bu demi
kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan mengganti balutan atau mengganti spreinya”.
4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan bukan pada kepentingan atau
keinginan perawat misalnya “Coba ibu jelaskan bagaimana perasaan ibu saat ini”. Sedangkan
apabila perawat berorientasi pada kepentingan perawat: “Apakah bapak tidak paham bahwa
pekerjaan saya itu banyak, dari pagi sampai siang, mohon pengertiannya pak, jangan mau
dilayani terus”
5. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina misalnya
“pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil dibanding pasien yang tadi”
6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang
klien. Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat klien menyatakan bahwa obatnya tidak
cocok atau diagnosanya mungkin salah.
1. Tanggung jawab utama terhadap tuhannya. Dalam sudut pandang etika Normatif,
tanggung jawab perawat yang paling utama adalah tanggung jawab di hadapan Tuhannya.
Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan hati akan dimintai pertanggung jawabannya di
hadapan Tuhan. Dalam sudut pandang Etik pertanggung jawaban perawat terhadap Tuhannya
terutama yang menyangkut hal-hal berikut ini :
a. Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas karena Tuhan ?
b. Apakah perawat mendo’akan klien selama dirawat dan memohon kepada Tuhan untuk
kesembuhannya ?
3. Tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan. Ada beberapa hal yang berkaitan
dengan tanggu ng jawab perawat terhadap rekan sejawat atau atasan. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
b. keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa yang melakukan.
Misalnya perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan kanan vena brchialis , dan
pemberian cairan RL sebanyak 5 kolf, infus dicabut malam senin tanggal 30 juni 2007 jam
21.00. Kemudian dibubuhi tanda tangan dan nama jelas perawat.
c. Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu atau
belum mahir melakukannya. Misalnya perawat belum mahir memasang EKG diajar oleh
perawat yang sudah mahir. Untuk melindungi masyarakat dari kesalahan, perawat baru
dilatih oleh perawat senior yang sudah mahir, meskipun secara akademik sudah dinyatakan
kompeten tetapi kondisi lingkungan dan lapangan seringkali menuntut adaptasi khusus.
d. Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau menyalahi standar.
e. Perawat bertanggung jawab bila perawat lain merokok di ruangan, memalsukan obat,
mengambil barang klien yang bukan haknya, memalsukan tanda tangan, memungut uang di
luar prosedur resmi, melakukan tindakan keperawatan di luar standar, misalnya memasang
NGT tanpa menjaga sterilitas.
f. Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami klien. Bila
terjadi gugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi, infeski nosokomial, kesalahan
diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh, overhidrasi, keracunan obat, over dosis
dsb. Perawat berkewajiban untuk menjadi saksi dengan menyertakan bukti-bukti yang
memadai.
4. Tanggung jawab terhadap profesi. Berikut tanggung jawab perawat terhadap profesi
adalah :
b. Perawat bertanggung jawab dalam menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan menunjukkan sikap dan pribadi yang terpuji.
5. Tanggung jawab terhadap negara. Berikut tanggung jawab perawat terhadap negara
adalah :
a. Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan ketentuan yang telah digarikan oleh
pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
b. Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan peran aktif menyumbangkan pikiran
kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepara
masyarakat.
1. Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan ? Sebagai tenaga perawat kesehatan
prawat memiliki tanggung gugat terhadap klien, sedangkan sebagai pekerja atau karyawan
perawat memilki tanggung gugat terhadap direktur, sebagai profesional perawat memilki
tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan sebagai anggota team kesehatan perawat
memiliki tanggung gu gat terhadap ketua tim biasanya dokter sebagai contoh perawat
memberikan injeksi terhadap klien. Injeksi ditentukan berdasarkan petunjuk dan kolaborasi
dengan dokter, perawat membuat daftar biaya dari tindakan dan pengobatan yang diberikan
yang harus dibayarkan ke pihak rumah sakit. Dalam contoh tersebut perawat memiliki
tanggung gugat terhadap klien, dokter, RS dan profesinya.
2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat? Perawat memilki tanggung
gugat dari seluruh kegitan professional yang dilakukannya mulai dari mengganti laken,
pemberian obat sampai persiapan pulang. Hal ini bisa diobservasi atau diukur kinerjanya.
3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya? Ikatan
perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah menyusun standar yang
memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara membandingkan apa-apa yang dikerjakan
perawat dengan standar yang tercantum.baik itu dalam input, proses atau outputnya. Misalnya
apakah perawat mencuci tangan sesuai standar melalui 5 tahap yaitu. Mencuci kuku, telapak
tangan, punggung tangan, pakai sabun di air mengalir selama 3 kali dsb.
Daftar pustaka :
Yosep Iyus.(2009).Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat dalam Sudut Pandang Etik.
http://budi399.wordpress.com/
http://retnasiska.wordpress.com/2012/12/10/standart-praktek-keperawatan/