Anda di halaman 1dari 24

STANDAR PRAKTEK KEPERAWTAN

Praktek keperawatan

1.1 Definisi
Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia, praktik keperawatan adalah tindakan
pemberian asuhan perawat profesional baik secara mandiri maupun kolaborasi, yang
disesuaikan dengan lingkup wewenangdan tanggung jawabnya berdasarkan ilmu
keperawatan. Standar praktek keperawatan adalah batas ukuran baku minimal yang harus
dilakukan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktek
keperawatan ini digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada pasien sebagai fokus utamanya.

Praktek keperawatan profesional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

· Otonomi dalam pekerjaan

· Bertanggung jawab dan bertanggung gugat

· Pengambikan keputusan yang mandiri

· Kolaborasi dengan disiplin lain

· Pemberian pembelaan

· Memfasilitasi kepentingan pasien

1.2 Klasifikasi

1. Perawat dan Pelaksana Praktek Keperawatan

Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standart praktek
keperwatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standart pendidikan
Keperawatan. Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap
sesuai dengan standart profesi keperawatan.

2. Nilai-nilai Pribadi dan Praktek Profesional

Adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi pada ruang lingkup praktek keperawatan
dan bidang teknologi medis akan mengakibatkan terjadinya peningkatan konflik antara nilai-
nilai pribadi yang memiliki perawat dengan pelakasana praktek yang dilakukan sehari-
hariselain itu pihak atasan membutuhkan bantuan dari perawat untuk melaksanakan tugas
pelayanan keperawatan tertentu , dilain pihak perawat mempunyai hak untuk menerima atau
menolak tugas tersebut sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka.

1.3 Standar Praktek Keperawatan


Karena keperawatan telah meningkat kemandiriannya sebagai suatu profesi, sejumlah
standar praktek keperawatan telah ditetapkan. Standar untuk praktek sangat penting
sebagai petunjuk yang obyektif untuk perawat memberikan perawatandan sebagai kriteria
untuk melakukan evaluasi asuhan ketika standar telah didefinisikan secara jelas, klien
dapat diyakinkan bahwa mereka mendapatkan asuhan keperawatan yang berkualitas
tinggi, perawat mengetahui secara pasti apakah yang penting dalam pemberian askep dan
staf administrasi dapat menentukan apakah asuhan yang diberikan memenuhi standar
yang berlaku.

STANDAR CANADIAN NURSES ASSOCIATION untuk praktek keperawatan:

1· Praktik keperawatan memerlukan model konsep keperawatan yang menjadi dasar praktek

2· Ptraktek keperawatan memerlukan hubungan yang saling membantu untuk menjadi dasar
interaksi antara klien-perawat

3· Praktek keperawatan menuntut perawat untuk memenuhi tanggung jawab profesi

Standar Perawatan

Menguraikan tingkat asuhan keperawatan yang kompeten seperti yang diperlihatkan oleh
proses keperawatan yang mencakup semua tindakan penting yang dilakukan oleh perawat
dalam memberikan perawatan dan membentuk dasar pengambilan keputusan klinik:

1) Pengkajian: Perawat mengumpulkan data kesehatan pasien

2) Diagnosa: Perawat menganalisis data yang diperoleh melalui pengkajian untuk


menentukan diagnosa

3) Identifikasi hasil: Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual pada
pasien

4) Perencanaan: Perawat membuat rencana perawatan yang memuat intervensi-intervensi


untukuntuk mencapai hasil yang diharapkan

5) Implementasi: Perawat mengimplementasikan intervensi-intervensi yang telah


diidentifikasi dalam rencana perawatan
6) Evaluasi: Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil

Standar Kinerja Profesional

1) Kualitas perawatan: perawat secara sistematis mengevaluasi kualitas dan keefektifan


praktik keperawatan

2) Penilaian kinerja: Perawat mengevaluasi praktik keperawatan dirinya sendiri dalam


hubungannya dengan standar-standar praktik profesional dan negan peraturan yang relevan

3) Pendidikan: Perawat mendapatkan dan mempertahnkan pengetahuan sekarang dalam


praktik keperawatan

4) Kesejawatan: Perawat memberikan kontribusi pada perkembangan profesi dari teman


sejawat, kolega dan yang lainnya

5) Etik: Keputusan dan tindakan perawat atas nama pasien ditentukan dengan cara etis

6) Kolaborasi: Perawat melakukan kolaborasi dengan pasien, kerabat lain, dan pemberi
perawatan kesehatan dalam memberikan perawatan pada pasien

7) Riset: Perawat menggunakan temuan riset dalam praktik

8) Penggunaan sumber: Perawat mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan


keamanan.

1.4 Manfaat Standart Praktek Keperawatan

a) Praktek Klinis

Memberikan serangkaian kondisi untuk mengevaluasi kualitas askep dan merupakan alat
mengukur mutu penampilan kerja perawat guna memberikan feeedbeck untuk perbaikan.

b) Administrasi Pelayanan Keperawatan

Memberikan informasi kepada administrator yang sangat penting dalam perencanaan pola
staf, program pengembangan staf dan mengidentifikasi isi dari program orientasi.

c) Pendidikan Keperawatan

Membantu dalan merencanakan isi kurikulum dan mengevaluasi penampilan kerja


mahasiswa.

d) Riset Keperawatan
Hasil proses evaluasi merupakan penilitian yang pertemuannya dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas askep.

e) Sistem Pelayanan Kesehatan

Implementasi standar dapat meningkatkan fungsi kerja tim kesehatan dalam mengembangkan
mutu askep dan peran perawat dalam tim kesehatan sehingga terbina hubungan kerja yang
baik dan memberikan kepuasan bagi anggota tim kesehatan.

1.5 Lingkup Standar Keperawatan

a. Lingkup dari definisi keperawatan

b. Falsafah dan tujuan keperawatan

c. Fungsi pelayanan keperawatan

d. Organisasi pelayanan keperawatan

e. Proses keperawatan

f. Tindakan keperawatan independen

g. Catatan askep, meliputi cara, isi dan format-format yang digunakan

h. Kualifikasi tenaga keperawatan

i. Peran dan fungsi keperawatan

j. Administrasi pelayanan dan keperawatan

1.6 Kerangaka kerja pengembangan standar praktek keperawatan

1. Struktur

a. Falsafah, tujuan

b. Lingkup, konsep keperawatan, peran dan fungsi, kualifikasi

c. Organisasi dan administrasi pelayanan keperawatan

d. Fasilitas fisik dan perlengkapan

e. Insentif profesional dan finansial


2. Proses

Asuhan keperawatan: Pengkajian, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi

3. Hasil

– Pengaruh/efek dan kemajuan askep:

a. Status kesehatan

b. Kegiatan

c. Tingkat pengetahuan

– Kepuasan klien

– Kepuasan perawat

1.7 Metode dan Implementasi Standar Praktek Keperawatan

Metode yang digunakan untuk menyusun standar keperawatan, yaitu:

1) Proses Normatif: Standar dirumuskan berdasarkan pendapat ahli profesional dan pola
praktek klinis perawat di dalam suatu badan/institusi tertentu.

2) Proses Empiris: Standar dirumuskan berdasarkan hasil penilitian dan praktek


keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan.

1.8 Hubungan Standar dan Legislasi

Legislasi diperlukan untuk menopang, melaksanakan, membina dan memberi pemantauan


Standar Praktek Keperawatan untuk melindungi pasien dan perawat.

1.9 Lisensi Praktik

Badan yang berwenang memberikan lisensi berhak dan bertanggung jawab terhadap
pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh praktisi yang melakukan pelanggaran etis. Hukum
atau undang-undang tidak mengidentifikasi mutu kinerja, akan tetapi akan menjamin
keselamatan pelaksanaan standar praktik keperawatan secara minimal.

Undang-Undang kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V Pasal 32 ayat 2 dan 3 menyebutkan:

Ayat 2:
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan atau
perawatan.

Ayat 3:

Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan.

Isi undang-undang tersebut, dapat diartikan bahwa lisensi sangat diperlukan oleh perawat
profesional dalam melakukan kegiatan praktik secara brtanggung jawab. Pengertian lisensi
adalah kegiatan administrasi yang dilakukan oleh profesi atau departemen kesehatan berupa
penerbitan surat ijin praktek bagi perawat profesional diberbagai tatanan layanan kesehatan.
Lisensi diberikan bagi perawat sesuai keputusan menteri kesehatan RI
No.647/Menkes/SK/IV/2000 tentang registrsi dan praktik perawat.

Whasington State Nursing Practice Act(The State Nurses Association) menyatakan bahwa
orang yang terdaftar secara langsung bertanggung gugat dan bertanggung jawab terhadap
individu untuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. American nurse
Association(ANA) membuat pernyataan yang sama dalam undang-undang lisensi
institusional menjadi lisensi individual, keperawatan secara konsisten dapat
mempertahankan:

1) Asuhan keperawatan yang berkualitas, baik sesuai tanggung jawab maupun tanggung
gugat perawat yang merupakan bagian dari lisensi profesi.

2) Bila perawat meyakini bahwa profesi serta kontribusinya terhadap asuhan kesehatan
adalah penting, maka mereka akan tampil dengan percaya diri dan penuh tanggung
jawab.

UU Praktek Keperawatan

Setiap negara bagian dan provinsi mendefinisikan sendiri cakupan praktek keperawatan,
tetapi sebagian besar memiliki aturan yang serupa. Definsi tentang praktek keperawatan
dipublikasikan oleh ANA pada tahun 1955 mencakup beberapa definisi yang mewakili
cakupan praktek keperawatan sebagaimana didefinisikan dalam sebagian besar negara bagian
dan provinsi. Namun demikian pada dekade terakhir beberapa negara bagian merevisi UU
praktek keperawatan mereka untuk menggambarkan pertumbuhan otonomi dan meluasnya
peran keperawatan dalam praktek keperawatan.

MATERI MALPRAKTEK

1. Pengertian malpraktek.
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi
yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan “praktek” mempunyai arti
“pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malpraktek berarti “pelaksanaan atau tindakan yang
salah”.

Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk
menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.

Sedangkan difinisi malpraktek profesi kesehatan adalah “kelalaian dari seseorang dokter atau
perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati
dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka
menurut ukuran dilingkungan yang sama” (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle
de Los Angelos, California, 1956).

2. Berlakunya norma etika dan norma hukum dalam profesi kesehatan.

Di dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga perawatan berlaku norma etika dan norma
hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnyalah
diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari sudut pandang
etika disebut ethical malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice.
Hal ini perlu difahami mengingat dalam profesi

tenaga perawatan berlaku norma etika dan norma hukum, sehingga apabila ada kesalahan
praktek perlu dilihat domain apa yang dilanggar.

Karena antara etika dan hukum ada perbedaan-perbedaan yang mendasar menyangkut
substansi, otoritas, tujuan dan sangsi, maka ukuran normatif yang dipakai untuk menentukan
adanya ethical malpractice atau yuridical malpractice dengan sendirinya juga berbeda. Yang
jelas tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical malpractice akan tetapi semua
bentuk yuridical malpractice pasti merupakan ethical malpractice (Lord Chief Justice, 1893).

MALPRAKTEK DIBIDANG HUKUM

A. TUJUAN

Setelah selesai sesi ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan jenis-jenis malpraktek
hukum dibidang pelayanan kesehatan.

B. MATERI POKOK
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut di atas, melalui kegiatan belajar yang akan dibahas
dalam modul ini adalah jenis-jenis malpraktek hukum dibidang pelayanan kesehatan.

C. URAIAN MATERI

Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang
hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan Administrative
malpractice.

1. Criminal malpractice

Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala


perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni :

a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan tercela.

b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan
(intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan (negligence).

Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional) misalnya melakukan euthanasia


(pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan
palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).

Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya melakukan tindakan


medis tanpa persetujuan pasien informed consent.

Criminal malpractice yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hati-hati


mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien
saat melakukan operasi.

Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat


individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada
rumah sakit/sarana kesehatan.

2. Civil malpractice
Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak
melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah
disepakati (ingkar janji).

Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:

a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.

b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat


melakukannya.

c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.

d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.

Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula
dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka
rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan
karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka
melaksanakan tugas kewajibannya.

3. Administrative malpractice

Tenaga perawatan dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga


perawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam
melakukan police power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai
ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk
menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta
kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang
bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.

PEMBUKTIAN MALPRAKTEK DIBIDANG PELAYANAN KESEHATAN

A. TUJUAN

Setelah selesai sesi ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang cara-cara
pembuktian dalam gugatan/tuntutan hukum dalam malpraktek pelayanan kesehatan.

B. MATERI POKOK
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, melalui kegiatan belajar yang akan dibahas dalam
modul ini adalah sebagai berikut:

1. Pembuktian secara langsung

2. Pembuktian secara tidak langsung

C. URAIAN MATERI

Dari definisi malpraktek “adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat
pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama”. (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos,
California, 1956).

Dari definisi tersebut malpraktek harus dibuktikan bahwa apakah benar telah terjadi kelalaian
tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang ukurannya
adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut.

Andaikata akibat yang tidak diinginkan tersebut terjadi apakah bukan merupakan resiko yang
melekat terhadap suatu tindakan medis tersebut (risk of treatment) karena perikatan dalam
transaksi teraputik antara tenaga kesehatan dengan pasien adalah perikatan/perjanjian jenis
daya upaya (inspaning verbintenis) dan bukan perjanjian/perjanjian akan hasil (resultaat
verbintenis).

Sebagai contoh adanya komplain terhadap tenaga perawatan dari pasien yang menderita
radang uretra setelah pemasangan kateter. Apakah hal ini dapat dimintakan tanggung jawab
hukum kepada tenaga perawatan? Yang perlu dipahami semua pihak adalah apakah ureteritis
bukan merupakan

resiko yang melekat terhadap pemasangan kateter? Apakah tenaga perawatan dalam
memasang kateter telah sesuai dengan prosedur profesional ?.

Hal-hal inilah yang menjadi pegangan untuk menentukan ada dan tidaknya malpraktek.

Apabila tenaga perawatan didakwa telah melakukan kesalahan profesi, hal ini bukanlah
merupakan hal yang mudah bagi siapa saja yang tidak memahami profesi kesehatan dalam
membuktikan ada dan tidaknya kesalahan.
Dalam hal tenaga perawatan didakwa telah melakukan ciminal malpractice, harus dibuktikan
apakah perbuatan tenaga perawatan tersebut telah memenuhi unsur tidak pidanya yakni :

a. Apakah perbuatan (positif act atau negatif act) merupakan perbuatan yang tercela

b. Apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan sikap batin (mens rea) yang salah (sengaja,
ceroboh atau adanya kealpaan).

Selanjutnya apabila tenaga perawatan dituduh telah melakukan kealpaan sehingga


mengakibatkan pasien meninggal dunia, menderita luka, maka yang harus dibuktikan adalah
adanya unsur perbuatan tercela (salah) yang dilakukan dengan sikap batin berupa alpa atau
kurang hati-hati ataupun kurang praduga.

Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan dengan
dua cara yakni :

1. Cara langsung

Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :

a. Duty (kewajiban)

Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien, tenaga perawatan haruslah
bertindak berdasarkan

1) Adanya indikasi medis

2) Bertindak secara hati-hati dan teliti

3) Bekerja sesuai standar profesi

4) Sudah ada informed consent.

b. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)

Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan menyimpang dari apa yang
seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard
profesinya, maka tenaga perawatan tersebut dapat dipersalahkan.

c. Direct Causation (penyebab langsung)

d. Damage (kerugian)
Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung) antara
penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada
peristiwa atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil
(outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan tenaga perawatan.

Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka pembuktiannya adanya kesalahan
dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien).

2. Cara tidak langsung

Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni dengan
mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res
ipsa loquitur).

Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:

a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai

b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan

c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada
contributory negligence.

Misalnya ada kasus saat tenaga perawatan akan mengganti/memperbaiki kedudukan jarum
infus pasien bayi, saat menggunting perban ikut terpotong jari pasien tersebut .

Dalam hal ini jari yang putus dapat dijadikan fakta yang secara tidak langsung dapat
membuktikan kesalahan tenaga perawatan, karena:

a. Jari bayi tidak akan terpotong apabila tidak ada kelalaian tenaga perawatan.

b. Membetulkan jarum infus adalah merupakan/berada pada tanggung jawab perawat.

c. Pasien/bayi tidak mungkin dapat memberi andil akan kejadian tersebut.

TANGGUNG JAWAB HUKUM

A. TUJUAN

Setelah selesai sesi ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang pertanggung
jawaban dalam hukum dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan.

B. MATERI POKOK
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, melalui kegiatan belajar akan dibahas dalam modul
ini adalah sebagai berikut:

1. Contractual liability

2. Vicarius liability

3. Liability in tort

C. URAIAN MATERI

Seperti dikemukakan di depan bahwa tidak setiap upaya kesehatan selalu dapat memberikan
kepuasan kepada pasien baik berupa kecacatan atau bahkan kematian. Malapetaka seperti ini
tidak mungkin dapat dihindari sama sekali. Yang perlu dikaji apakah malapetaka tersebut
merupakan

akibat kesalahan perawat atau merupakan resiko tindakan, untuk selanjutnya

siapa yang harus bertanggung gugat apabila kerugian tersebut merupakan

akibat kelalaian tenaga perawatan.

Di dalam transaksi teraputik ada beberapa macam tanggung gugat,

antara lain:

1. Contractual liability

Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban

dari hubungan kontraktual yang sudah disepakati. Di lapangan

pengobatan, kewajiban yang harus dilaksanakan adalah daya upaya

maksimal, bukan keberhasilan, karena health care provider baik tenaga

kesehatan maupun rumah sakit hanya bertanggung jawab atas pelayanan

kesehatan yang tidak sesuai standar profesi/standar pelayanan.

2. Vicarius liability

Vicarius liability atau respondeat superior ialah tanggung gugat yang

timbul atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam
tanggung jawabnya (sub ordinate), misalnya rumah sakit akan

bertanggung gugat atas kerugian pasien yang diakibatkan kelalaian

perawat sebagai karyawannya.

3. Liability in tort

Liability in tort adalah tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum

(onrechtmatige daad). Perbuatan melawan hukum tidak terbatas haya

perbuatan yang melawan hukum, kewajiban hukum baik terhadap diri

sendiri maupun terhadap orang lain, akan tetapi termasuk juga yang

berlawanan dengan kesusilaan atau berlawanan dengan ketelitian yang

patut dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda

orang lain (Hogeraad 31Januari 1919).

Ilustrasi kasus

Di ruang UGD datang seorang pasien yang habis bermain perahu

selancar dengan keluhan telinganya terdengar bunyi gemuruh. Setelah

diperiksa oleh seorang dokter residen, dokter tersebut memberi instruksi

kepada seorang siswa perawat untuk memberikan tetes telinga kepada

pasien. Dokter bermaksud memberikan obat tetes telinga glycerine dan

acid carbol, tetapi tidak mencatatnya pada kartu pasien.

Pasien komplain karena setelah mendapat obat tetes telinga (yang

meneteskannya teman si pasien) ternyata obat tersebut mengakibatkan

kerusakan sebagian kendang telinga dan pendengarannya rusak secara

permanen.

Pada saat mengajukan bukti-bukti dokter menyatakan bahwa ia

telah memerintahkan untuk diberikan guttae pro auribus acid carbol atau
glyserine dan acid carbol drops. Si murid perawat yang baru

berpengalaman 18 bulan di rumah sakit tersebut mendengarnya dokter

mengatakan memberikan instruksi “acid carbol”.

Hakim perpendapat bahwa dokter telah lalai dalam memberikan

instruksi kepada seorang murid perawat yang tidak kompeten untuk

melakukan serta disalahkan cara instruksinya (tidak di tulis dalam kartu

pasien).

Lebih lanjut Hakim mengatakan bahwa dalam memberikan instruksi

kepada seorang murid perawat, maka dokter harus menjaga agar

instruksinya itu dimengerti sepenuhnya. Dokter itu seharusnya sebelum

memberikan instruksi harus yakin benar dan mengecek kembali bahwa

murid perawat tersebut cukup kompeten untuk melakukannya dan tahu

apa yang dimaksudkan (Hanson v. The Board of Managemen of the

Perth Hospital and Another, 1938).

UPAYA PENCEGAHAN DAN MENGHADAPI

TUNTUTAN MALPRAKTEK

A. TUJUAN

Setelah sesi ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan langkah-

langkan dalam upaya pencegahan dan menghadapi tuntutan/gugatan

malpraktek.

B. MATERI POKOK

Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, melalui kegiatan belajar yang

akan dibahas dalam modul ini adalah sebagai berikut:


1. Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan

2. Upaya menghadapi tuntutan/gugatan pasien .

C. URAIAN MATERI

1. Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan

Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga

perawatan karena adanya mal praktek diharapkan para perawat dalam

menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:

a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upaya-

nya, karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis)

bukan perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis).

b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed

consent.

c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.

d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau

dokter.

e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan

segala kebutuhannya.

f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan

masyarakat sekitarnya.

2. Upaya menghadapi tuntutan hukum

Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak

memuaskan sehingga perawat menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga

perawatan seharusnyalah bersifat pasif dan pasien atau keluarganyalah

yang aktif membuktikan kelalaian perawat.


Apabila tuduhan kepada perawat merupakan criminal malpractice, maka

tenaga perawatan dapat melakukan :

a. Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/

menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak

menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya perawat

mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi

merupakan risiko medik (risk of treatment), atau mengajukan alasan

bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin (men rea) sebagaimana

disyaratkan dalam perumusan delik yang dituduhkan.

b. Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengaju-

kan atau menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan

menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur pertanggung

jawaban atau melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari

pertanggung jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang

dilakukan adalah pengaruh daya paksa.

Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya perawat menggunakan jasa

penasehat hukum, sehingga yang sifatnya teknis pembelaan diserahkan

kepadanya.

Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana

perawat digugat membayar ganti rugi sejumlah uang, yang dilakukan

adalah mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam peradilan

perdata, pihak yang mendalilkan harus membuktikan di pengadilan,

dengan perkataan lain pasien atau pengacaranya harus membuktikan

dalil sebagai dasar gugatan bahwa tergugat (perawat) bertanggung jawab


atas derita (damage) yang dialami penggugat.

Untuk membuktikan adanya civil malpractice tidaklah mudah, utamanya

tidak diketemukannya fakta yang dapat berbicara sendiri (res ipsa

loquitur), apalagi untuk membuktikan adanya tindakan menterlantarkan

kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan langsung antara

menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya kesehatan

(damage), sedangkan yang harus membuktikan adalah orang-orang

awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan tenaga

perawatan

TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT DALAM


KEPERAWATAN

A.Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini
menunjukkan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati – hati, teliti dan
kegiatan perawat dilaporkan secara jujur.(Koziers 1983:25)

Kepercayaan akan tumbuh, apabila perawat memiliki kemampuan, terampil, dan keahlian
yang relevan dengan disiplin ilmunya. Kecemasan klien akan timbul apabila klien merasa
bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, tidak memiliki keahlian, dan pendidikan
tidak memadai. Berikut beberapa cara perawat mengkomunikasikan rasa tanggung
jawabnya :

1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien.Contoh: “Mohon maaf bu demi
kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan mengganti balutan atau mengganti spreinya”.

2. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan


penjelasan dengan ramah kepada kliennya. Misalnya: “Mohon maaf pak saya
memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat sehingga harus meninggalkan bapak
sejenak”.
3. Menunjukan kepada klien sikap menghargai yang ditunjukkan dengan perilaku
perawat. Misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dsb.

4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan bukan pada kepentingan atau
keinginan perawat misalnya “Coba ibu jelaskan bagaimana perasaan ibu saat ini”. Sedangkan
apabila perawat berorientasi pada kepentingan perawat: “Apakah bapak tidak paham bahwa
pekerjaan saya itu banyak, dari pagi sampai siang, mohon pengertiannya pak, jangan mau
dilayani terus”

5. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina misalnya
“pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil dibanding pasien yang tadi”

6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang
klien. Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat klien menyatakan bahwa obatnya tidak
cocok atau diagnosanya mungkin salah.

B. Jenis Tanggung Jawab Perawat

Tanggung jawab perawat dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Tanggung jawab utama terhadap tuhannya. Dalam sudut pandang etika Normatif,
tanggung jawab perawat yang paling utama adalah tanggung jawab di hadapan Tuhannya.
Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan hati akan dimintai pertanggung jawabannya di
hadapan Tuhan. Dalam sudut pandang Etik pertanggung jawaban perawat terhadap Tuhannya
terutama yang menyangkut hal-hal berikut ini :

a. Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas karena Tuhan ?

b. Apakah perawat mendo’akan klien selama dirawat dan memohon kepada Tuhan untuk
kesembuhannya ?

c. Apakah perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit ?

d. Apakah perawat menjelaskan mafaat do’a untuk kesembuhannya ?

e. Apakah perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama di R S ?

f. Apakah perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien?

2. Tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat.


Tanggung jawab merupakan aspek terpenting dalam etika perawat. Tanggung jawab adalah
kesediaan seseorang dalam menghadapi kemungkinan paling buruk sekalipun, memberikan
kompensasi dan informasi terhadap apa yang dilaksanakannya dalam melaksanakan tugas.
Tanggung jawab perawat terhadap klien berfokus terhadap apa yang dilakukannya terhadap
klien. Contoh bentuk tanggung jawab perawat terhadap klien: mengenal kondisi klien,
merawat klien selama jam dinas, tanggung jawab dalam pendokumentasian, menjaga
keselamatan klien, bertanggung jawab bila terjadi penurunan kondisi klien, dan sebagainya.
Tanggung jawab perawat juga erat hubungannya dengan tugas utama perawat yaitu care.
Seperti dalam tugas – tugas yang didelegasikan misalnya dalam pemberian obat. Meskipun
ini adalah tugas yang didelegasikan, perawat harus turut bertanggung jawab meskipung
kesalahan utama terkadang terletak pada atasan yang member delegasi. Etika perawat juga
melandasi perawat untuk memiliki tanggung jawab, terutama memandang manusia sebagai
makhluk yang unik dan utuh. Unik artinya individu bersifat khas dan tidak bisa disamakan
dengan individu lain. Utuh artinya manusia memiliki kebutuhan yang kompleks dan saling
berkaitan. Berbagai tanggung jawab lainnya dari perawat terhadap kliennya seperti
bertanggung jawab dalam memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai budaya
dan agama dari individu selama melaksanakan pengabdian di bidang keperawatan serta
bertanggung jawab dalam menjalin kerja sama dengan individu, keluarga, dan masyarakat
khususnya dalam mengadakan upaya kesehatan dan kesejahteraan.

3. Tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan. Ada beberapa hal yang berkaitan
dengan tanggu ng jawab perawat terhadap rekan sejawat atau atasan. Diantaranya adalah
sebagai berikut:

a. Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan melakukan


tindakan

b. keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa yang melakukan.
Misalnya perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan kanan vena brchialis , dan
pemberian cairan RL sebanyak 5 kolf, infus dicabut malam senin tanggal 30 juni 2007 jam
21.00. Kemudian dibubuhi tanda tangan dan nama jelas perawat.

c. Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu atau
belum mahir melakukannya. Misalnya perawat belum mahir memasang EKG diajar oleh
perawat yang sudah mahir. Untuk melindungi masyarakat dari kesalahan, perawat baru
dilatih oleh perawat senior yang sudah mahir, meskipun secara akademik sudah dinyatakan
kompeten tetapi kondisi lingkungan dan lapangan seringkali menuntut adaptasi khusus.

d. Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau menyalahi standar.

e. Perawat bertanggung jawab bila perawat lain merokok di ruangan, memalsukan obat,
mengambil barang klien yang bukan haknya, memalsukan tanda tangan, memungut uang di
luar prosedur resmi, melakukan tindakan keperawatan di luar standar, misalnya memasang
NGT tanpa menjaga sterilitas.

f. Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami klien. Bila
terjadi gugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi, infeski nosokomial, kesalahan
diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh, overhidrasi, keracunan obat, over dosis
dsb. Perawat berkewajiban untuk menjadi saksi dengan menyertakan bukti-bukti yang
memadai.

4. Tanggung jawab terhadap profesi. Berikut tanggung jawab perawat terhadap profesi
adalah :

a. Perawat bertanggung jawab dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan


profesionalnya secara individu ataupun berkelompok melaui penambahan ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman.

b. Perawat bertanggung jawab dalam menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan menunjukkan sikap dan pribadi yang terpuji.

c. Perawat bertanggung jawab dalam menentukan pelayanan keperawatan yang


professional dan menerapkannya dalam kegiatan pelayanan keperawatan.

d. Perawat bertanggung jawab secara bersama membina dan memelihara mutu


organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdian.

5. Tanggung jawab terhadap negara. Berikut tanggung jawab perawat terhadap negara
adalah :

a. Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan ketentuan yang telah digarikan oleh
pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
b. Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan peran aktif menyumbangkan pikiran
kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepara
masyarakat.

C. Pengertian Tanggung Gugat (Akuntability) Akuntability dapat diartikan sebagai


bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu
konsekuensi – konsekuensinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada
pihak yang menggugat ia mengatakan siap dan berani menghadapinya. Perawat harus mampu
dalam menjelaskan segala tindakannya. Hal ini bisa dijelaskan dengan menjelaskan tiga
pertanyaan berikut:

1. Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan ? Sebagai tenaga perawat kesehatan
prawat memiliki tanggung gugat terhadap klien, sedangkan sebagai pekerja atau karyawan
perawat memilki tanggung gugat terhadap direktur, sebagai profesional perawat memilki
tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan sebagai anggota team kesehatan perawat
memiliki tanggung gu gat terhadap ketua tim biasanya dokter sebagai contoh perawat
memberikan injeksi terhadap klien. Injeksi ditentukan berdasarkan petunjuk dan kolaborasi
dengan dokter, perawat membuat daftar biaya dari tindakan dan pengobatan yang diberikan
yang harus dibayarkan ke pihak rumah sakit. Dalam contoh tersebut perawat memiliki
tanggung gugat terhadap klien, dokter, RS dan profesinya.

2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat? Perawat memilki tanggung
gugat dari seluruh kegitan professional yang dilakukannya mulai dari mengganti laken,
pemberian obat sampai persiapan pulang. Hal ini bisa diobservasi atau diukur kinerjanya.

3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya? Ikatan
perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah menyusun standar yang
memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara membandingkan apa-apa yang dikerjakan
perawat dengan standar yang tercantum.baik itu dalam input, proses atau outputnya. Misalnya
apakah perawat mencuci tangan sesuai standar melalui 5 tahap yaitu. Mencuci kuku, telapak
tangan, punggung tangan, pakai sabun di air mengalir selama 3 kali dsb.
Daftar pustaka :

Ismani Nila.(2000).Etika Keperawatan.Jakarta:Widya Medika

Yosep Iyus.(2009).Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat dalam Sudut Pandang Etik.

http://budi399.wordpress.com/

http://retnasiska.wordpress.com/2012/12/10/standart-praktek-keperawatan/

Anda mungkin juga menyukai