Anda di halaman 1dari 12

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI CORONA (COVID-19)

Dosen Pengampu:

FIRSAN NOVA

Oleh:
Rania Tasya Tazkiya Syarif
(0802517139)

Disusun Untuk Melengkapi UTS


Mata Kuliah PR Management Crisis

PEMINATAN PUBLIC RELATIONS


PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AL-AZHAR INDONESIA
JAKARTA
2020
FAKTOR PENYEBAB & KRONOLOGI KRISIS

WHO (World Health Organization) telah mengingatkan Indonesia mengenai corona


virus ini, yang menyatakan bahwa wabah virus ini sudah menjadi pandemic global ialah
epidemi yang terjadi pada skala yang melintas batas Internasional, serta mempengaruhi
sejumlah besar orang dengan suatu penyakit atau kondisi bukanlah pandemi hanya karena
tersebar luas atau membunuh banyak orang penyakit atau kondisi tersebut juga menular.
Dengan status pandemic tersebut wabah ini sangat menjadi perhatian banyak negara, namun
hal ini kurang menjadi perhatian bagi pemerintah Indonesia tentu menjadi faktor utama virus
ini masuk ke Indonesia. Nampak nya pemerintah salah langkah dalam menghadapi pandemic
global tersebut.

Beberapa faktor utama nya adalah dengan tidak menutup aktivitas trasnportasi dari
luar negeri dengan menyatakan bahwa Indonesia dengan ini menjadi negara bebas virus
covid-19 tersebut. Ketidakmampuan maupun peralatan medis dalam mendeteksi virus yang
memang betul-betul tidak memadai alat untuk mendeteksi virus tersebut lah yang menjadi
faktor utama virus pandemic tersebut bisa masuk ke Indonesia. Namun bukan berarti
pemerintah tidak berupaya mengatasi wabah tersebut memang secara kesiapan Indonesia bisa
di bilang belum memiliki kesiapan dalam menghadapi pandemic atau virus covid-19 tersebut.

Jika dari awal pemerintah sadar akan bahaya wabah tersebut dengan menutup
pergerakan manusia dari luar negeri ke Indonesia tentu skala dan eskalasi nya tidak akan
meledak seperti ini atau bahkan Indonesia akan aman dari covid 19, karena banyak kasus
yang di sebabkan terjadi karena imported case atau dalam bahasan umum tertular dari orang
yang melakukan perjalanan dari luar negeri maupun dari negara yang sudah jelas terpapar
virus covid-19.

Jauh hari sebelum pengumuman Bapak Presiden Joko Widodo,tentang dua pasien
positif covid-19, sebenarnya telah ada 15 WNI yang mayoritas pekerja migran Indonesia
(PMI) terpapar virus itu di beberapa negara. Awal Februari lalu, seorang PMI di Singapura
dinyatakan terinfeksi korona karena tertular majikannya. Saat ini PMI tersebut telah
dinyatakan negatif setelah dirawat secara intensif di Singapura. Kementerian Kesehatan dan
Kesejahteraan Taiwan juga merilis seorang PMI yang divonis positif covid-19 pada 16
Februari lalu. Sementara itu, sembilan WNI lainnya juga dinyatakan positif, yang merupakan
pekerja migran kru kapal pesiar Diamond Princess di Jepang.
Kenyataan awal merebaknya isu korona, muncul pandangan negatif bahwa PMI
sebagai pembawa virusnya. Hingga di beberapa negara tujuan, seperti Hong Kong dan
Taiwan, sempat mencuat isu larangan PMI untuk keluar rumah. Anehnya, larangan itu tidak
berlaku bagi majikannya. Aturan tersebut sangat diskriminatif sehingga protes pun banyak
disampaikan. Padahal, kasus di Singapura jelas menunjukkan PMI tertular majikannya.
Ancaman bahaya korona menambah deretan panjang kerentanan PMI saat ini. Menurut
WHO, sebaran virus covid-19 sudah menjadi darurat kesehatan global. Maka itu, sudah
sepatutnya semua negara menyiapkan langkah-langkah mitigasi yang efektif, tak kecuali
Indonesia.

Namun, bukan fokus pada penanganan pasien, panggung media nasional justru
disesaki dengan pernyataan pejabat publik yang kurang memiliki empati. Pejabat tampak
dengan mudahnya membeber identitas pasien, tanpa mempertimbangkan wilayah privasinya.
Padahal, yang dibutuhkan adalah pernyataan yang menenangkan dan edukatif. Dalam waktu
yang bersamaan, media berlomba-lomba memberitakan identitas pasien dan mengabaikan
hak-hak pasien yang mesti tetap dilindungi dan dijaga martabatnya. Rumah dan profesi
mereka yang tak terkait dengan virus itu pun sengaja dikait-kaitkan. Hal-hal seperti ini
mestinya dapat diantisipasi oleh pemerintah. Hingga kini, tercatat ada 4241 pasien di
Indonesia yang terkena virus covid-19 ini, dari jumlah tersebut sebanyak 359 sembuh dan
373 meninggal dan mungkin banyak juga yang belum terdeteksi dari hitungan tersebut.

WHO mencatat covid-19 sudah melanda lebih dari 100 negara dengan 101.197 orang
terinfeksi, yang mana 80.813 orang di Tiongkok, Korea Selatan 6.767 orang, Italia 4.636
orang, Iran 4.747 orang, dan 147 orang di Singapura. Dari jumlah tersebut, 57.000 pasien
telah dinyatakan sembuh. Terus bertambahnya jumlah pasien yang terinfeksi menuntut
pemerintah Indonesia untuk membangun jalan keluar yang melindungi pasien. Bukan
sebaliknya, menambah beban psikologi mereka yang harus berjuang melawan virus di
tubuhnya.

Pertama, Presiden pada saat mengumumkan pasien positif tidak sekaligus


mengumumkan larangan bagi masyarakat untuk menyebarkan data pribadi pasien sebagai
langkah antisipatif bocornya data pribadi pasien yang berujung pada stigma dan
penghakiman. Kedua, protokol informasi antara pemerintah pusat dan daerah tidak
terkoordinasi dan tidak sinergis. Tak jarang, pernyataan mereka bahkan bertentangan dan
menimbulkan keresahan di masyarakat. Pengumuman tentang pasien baru, baik yang suspect
maupun yang positif, sering kali mengindahkan perasaan pasien, keluarganya, dan
lingkungan tempat tinggalnya. Ketiga, membanjirnya hoaks tentang covid-19 tidak diimbangi
dengan distribusi informasi yang akurat yang mengedukasi masyarakat. Masyarakat Anti
Fitnah Indonesia (Mafindo) mencatat setidaknya ada 30% berita hoaks yang beredar dalam
dua bulan terakhir terkait isu covid-19. Keempat, tidak ada mitigasi kerugian yang dialami
warga dan lingkungan tempat tinggal pasien, seperti yang terjadi di perumahan tempat tinggal
pasien.

Pasca pengumuman, semua warga perumahan tempat tinggal pasien seolah dianggap
positif korona. Informasi yang yang liar tentang seluruh warga perumahan akan diisolasi dan
dievakuasi merebak kencang. Hal tersebut berdampak secara sosial dan ekonomi bagi warga.
Penolakan jasa transportasi daring dari dan menuju perumahan dialami banyak warga. Tidak
sedikit warga yang dirumahkan kantornya karena ketakutan yang berlebihan, termasuk di
perusahaan-perusahaan BUMN. Karena itu, keberhasilan Kementerian Luar Negeri dalam
melakukan mitigasi warga negara Indonesia dan pekerja migran Indonesia perlu diapresiasi.
Evakuasi jilid I terhadap 237 WNI dari Wuhan. Evakuasi jilid II terhadap 188 warga negara
Indonesia kru kapal pesiar World Dream pada 26 Februari 2020. Juga, evakuasi jilid III kapal
Diamond Princess sebanyak 69 orang yang penuh tantangan, tapi dapat dilakukan dengan
baik. Sementara itu, terhadap 12 pasien warga negara Indonesia dan pekerja migran Indonesia
yang positif, 9 WNI di Jepang, 2 WNI di Singapura, dan 1 WNI di Taiwan dilakukan kerja
sama dengan pemerintah setempat. Enam orang di antara mereka sudah dinyatakan negatif.

Belajar dari kegagapan ini, penting kiranya upaya perbaikan penanganan covid-19
yang lebih mengedepankan aspek kemanusiaan daripada protokol-protokol normatif yang
tidak menjawab masalah. Pemerintah mesti fokus pada penanganan dan pemulihan pasien,
termasuk psikologi pasien, keluarga, dan tempat tinggalnya. Manajemen informasi mesti
dikelola satu pintu dan sesering mungkin menyebarkan informasi tentang fakta-fakta korona
yang sesungguhnya guna mengedukasi publik secara reguler. Intensitas penyebaran informasi
ini sekaligus sebagai kunci penangkal hoaks yang lajunya kencang di masyarakat. Untuk
menekan kepanikan publik, pejabat perlu membuat penyataan-pernyataan yang menunjukkan
empati pada korban, edukatif, dan tidak menghakimi. Kesadaran bersama penting dibangun,
saling asih, asah, dan asuh untuk menghadapi korona menjadi relevan untuk jadi pegangan
bersama. Karena itu, kondisi saling dukung dapat tercipta.
Yang tak kalah pentingnya ialah kesiagaan rumah sakit yang dipersiapkan pemerintah
untuk penanganan korona, baik di pusat maupun daerah, harus dipastikan. Kembali pada data
WHO yang menyatakan bahwa 50% lebih pasien di seluruh dunia dapat disembuhkan
menunjukkan bahwa kesungguhan penanganan pasien menjadi faktor terpenting. Call center
rumah sakit juga harus dipastikan dapat dihubungi masyarakat. Juga, tentu saja data tentang
rumah sakit mana saja yang menjadi rujukan untuk penanganan pasien mesti menjadi
pengetahuan publik. Untuk perlindungan PMI dari bahaya korona, penting kiranya edukasi
tentang virus ini disampaikan bagi mereka yang akan berangkat sebagai langkah protektif dan
antisipatif.

KRONOLOGI DENGAN CRISIS LIFE CYCLE

1. Tahap Pre-crisis (Sebelum krisis)

Krisis munculnya virus corona atau covid-19 ini pertama kali berasal dari Wuhan,
Cina. Virus ini menyebar begitu cepat dan banyak membunuh korban karena terjangkit atau
tertular virus ini melalui manusia. Sebelum menyebar ke luar Cina, Indonesia Harusnya
melakukan pencegahan dan persiapan dengan ketat agar virus atau krisis ini tidak masuk ke
Indonesia. Karena salah melangkah untuk tidak menutup aktivitas trasnportasi dari luar
negeri serta ketidakmampuan peralatan medis dalam mendeteksi virus yang memang betul-
betul tidak memadai lah yang menjadi faktor utama virus pandemic tersebut bisa masuk ke
Indonesia. Jika dari awal pemerintah sudah mengantisipasi krisis tersebut mungkin virus ini
tidak akan datang ke Indonesia. Dari situlah munculnya penularan virus corona atau covid-19
di Indonesia yang angkanya terus meninggi samapi sekarang.

2. Tahap Warning (Peringatan)

Pada tahap ini pemerintah memberikan informasi kepada masyarakat bahwa


Indonesia sudah terjangkit virus corona,dan mulai memberikan informasi mengenai gejala-
gejala orang yang terjangkit virus corona serta cara mengantisipasi penyebaran virus ini
dengan cepat yaitu dengan selalu menjaga kebersihan dengan mencuci tangan menggunakan
sabun serta menjaga jarak atau social distancing dengan siapapun, menghindari kerumunan
serta mwngkonsumsi vitamin untuk kebugaran tubuh agar tidak tertular virus corona ini. Dan
jika sedang sakit sebaiknya menggunakan masker wajah.
3. Tahap Acute Crisis(Akut)

Sampai saat ini masyarakat Indonesia yang terjangkit virus corona mencapai 4000
lebih dan mungkin akan terus meninggi. Dari krisis ini membuat sebagian pekerjaan atau
perusahaan melakukan pekerjaan dari rumah (work from home) serta pemerintah meliburkan
sekolah dan perkuliahan melakukan pembelajaran dari rumah untuk menghindari penularan
yang lebih banyak lagi. Beberapa daerah juga melakukan lockdown. Pemerintah juga
menghimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas diluar rumah jika tidak penting dan
menjaga jarak dimananpun berada dan menghimbau masyarakat untuk selalu menjaga
kebersihan badan dan lingkungan, seperti mencuci tangan, berjemur diatas jam 10 pagi,
melakukan penyemprotan disinfektan, dll. Pada tahap ini juga, pemerintah dan masyarakat
mengalami kerugian secara finansial maupun non finansial akibat adanya virus ini. Banyak
juga masyarakat yang pro dan kontra terhadap kebijakan pemerintah untuk mengatasi virus
pandemi ini.

4. Tahap Clean-up (Pembersihan)

Di tahap ini proses penyembuhan tergantung tindakan tegas yang diambil pemerintah
dalam menghadapi virus corona ini. Pemerintah harus mulai berbenah untuk menghadapi
krisis ini. Tetapi pemerintah dan masyarakat juga mulai beradaptasi dengan kondisi semua
apabila Indonesia mengalami krisis yang cukup panjang.

5. Tahap Post-crisis (Sesudah krisis)

Pada tahap ini krisis virus covid-19 ini sudah berakhir di Indonesia. Pemerintah harus
berkomitmen terhadap proses penanggulangan krisis yang terjadi. Pemerintah juga harus
mengevaluasi apakah cara kerja yang digunakan selama krisis efektif atau tidak sehingga
jika terjadi krisis lagi perusahaan dapat lebih mempersiapkan diri menjadi lebih baik.

DAMPAK KRISIS SECARA FINANSIAL-NON FINANSIAL

Banyak sekali yang di timbulkan akibat epidemic tersebut, kerugian secara finansial
maupun non finansial kian nyata di hadapi pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Dapat
di klasifikasi dari berbagai bidang yang paling mendasar yang akan terjadi dan terdampak
dari krisis epidemic tersebut:
 Pertama adalah ekonomi, tentu yang paling nyata dari dampak krisis covid-19 ini
adalah negara akan mengalami perlambatan ekonomi. Transmisi dampak covid-19
terhadap perekonomian Indonesia mempengaruhi sisi produksi dan sisi pengeluaran
perekenomian Banyak coorporation yang akan mengalami collabs atau kebangkrutan
akibat krisis covid-19. Akibatnya, konsumsi hingga daya beli masyarakat bakal ikut
terimbas bila tidak segera diantisipasi secara baik oleh pemerintah. Penurunan tingkat
konsumsi dan daya beli masyarakat diyakini paling dalam terjadi di daerah-daerah
yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai pendapatan utamanya. Penurunan sisi
produksi ternyata juga berpengaruh terhadap pasar keuangan Indonesia mulai dari
arus kas dan kinerja keuangan perusahaan hingga kredit perbankan. Tentu pemerintah
harus menyiapkan stimulus ekonomi untuk membangkitkan kembali pertumbuhan
ekonomi akibat krisis, nampak nya langkah-langkah itu sudah di ambil oleh
pemerintah dengan melakukan relaksasi pada bank-bank yang ada di Indonesia dan
terhadap para pengusaha di Indonesia, menyiapkan beberapa stimulus dana pinjaman
terhadap UMKM yang dimana selama krisis mengalami kerugian. Indonesia akan
mangalami ancaman economic security dengan menurunya pasar saham, investasi
yang akan masuk ke pasar Indonesia dan yang paling nyata akan terjadi adalah
pelemahan nilai kurs rupiah terhadap dollar jika pemerintah tidak dengan memikirkan
langkah-langlah dengan baik tentu Indonesia akan mengalami perlambatan
pertumbuhan ekonomi yang akan semakin nyata.
 Kedua adalah sektor keamanan, jika mitigasi yang di lakukan efektif dan eskalasi
penambahan kasus positif terus meningkat hal ini akan mengakibatkan pada situasi
yang pelik dan chaos tentu pemerintah harus menentukan langkah besar untuk upaya
lockdown ataupun extreame social distancing hal ini akan menimbulkan situasi
mencekam yang akan berujung pada penjarahan, criminal case,karena tentu
masyarakat membutuhkan pasokan logistik. Tentu sangat mungkin bisa terjadi jika
pemerintah tidak mampu memenuhi semua kebutuhan mendasar masyarakat
seperti(health security,economic security,human security,ketahanan pangan).
 Ketiga tentu adalah di bidang sosial dan pendidikan jika situasi ini akan berujung
pada situasi yang kompleks hal ini akan menimbulkan terhentinya aktivitas
pendidikan seperti tertundanya ujian nasional, kegiatan civitas academica. Akan
terhentinya aktivitas sosial yang sudah menjadi kearifan lokal masyarakat Indonesia,
terlebih aktivias keagamaan,perayaan hari raya yang akan menimbulkan hal-hal yang
semakin complicated.

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMERINTAH, STATEMENT OLEH MENTERI


KESEHATAN & JUBIR PENANGANAN COVID

Tidak adi jika hanya menilai kinerja pemerintah Indonesia dalam menangani
epidemic tersebut tentu tidak adil jika hanya menilai efektivitas nya saja, namun sangat perlu
untuk terus menganalisa serta mengingatkan hal ini,kritikan yang membangun serta sikap
proaktif sebagai masyarakat dalam membantu upaya efektivitas strategi pemerintah, karena
sangat di sadari secara struktural memang Indonesia belum memiliki kesiapan secara mutlak
dalam menghadapi wabah tersebut. Namun memang sangat di sayangkan banyaknya
speechact atau pernyataan-pernyataan kemenkes maupun jubir pemerintah soal isu terkait
yang memicu reaksi yang kontradiktif dan pernyataan yang tidak bersifat edukatif lalu
menimbulkan kekesalan terhadap masyarakat, pejabatat setingkat menteri tidak mampu
menjelaskan secara gamblang apa yang akan dan harus di lakukan terlihat sekali kegagapan
pemerintah dalam menangani epidemic global tersebut, “Pertama. Simpang siurnya
berita/informasi. Sebagai contoh adalah simpang siurnya informasi - entah darimana
sumbernya. Tapi Detik memuat berita ini, Kronologi WN Jepang Positif Corona, Sudah Sakit
Sebelum ke Indonesia Padahal dalam berita ini Pria Jepang Positif Virus Corona Setelah dari
Indonesia, Kemenkes: Itu Bukan Covid-19 Bapak Menteri Kesehatan kita tidak menyanggah
bahwa pria Jepang tsb memang terinfeksi di Bali. berpegang pada informasi pak Menkes
karena beliau telah konfirmasi ke Jepang dan dapat dipastikan bahwa pria tsb memang
terinfeksi di Bali. Kedua. Dalam berita ini juga, Pria Jepang Positif Virus Corona Setelah dari
Indonesia, Kemenkes: Itu Bukan Covid-19. Bapak Menkes tegas menyatakan bahwa pria
Jepang tsb di Bali terinfeksi virus SARS-Cov-2 jadi bukan Covid-19 demikian ditegaskan
oleh beliau. Saya sangat berharap bahwa beliau hanya sekedar slip of the tongue saja. Banyak
sekali pernyataan-pernyataan yang keliru dari pejabat setingkat menteri. Namun kesalahan 1
orang bukan berarti kesalahan murni dari pemerintah pasti tentu pemerintah sudah melakukan
upaya-upaya yang sangat responsive, namun memang saja banyak terjadi nya kegagapan dari
pemerintah pada awal masuknya wabah tersebut, ketidakselarasan antara pemerintah pusat
dan daerah dalam keseragaman SOP dalam penanganan pasien kasus covid-19.
Ketidakselarasaanya pernyataan-pernyataan pejabat publik yang mengisi ruang-ruang
publik serta menimbulkan reaksi kebingungan di masyarakat. Sampai saat ini Indonesia
belum berlakukan kebijakan lockdown. Mengenai strategi maupun langkah kebijakan
menurut uu kesehatan RI memang Indonesia tidak mengenal istilah lockdown namun
memberlakukan social distancing dan model mitigasi yang hampir sama di berlakukan di
korea selatan dan seperti yang di terapkan di korea selatan. Model matematika mitigasi yang
di lakukan pemerintah Indonesia,ada satu model matematika yang memiliki hasil cukup baik
untuk menentukan awal, puncak dan akhir penyakit SARS di Hongkong pada tahun 2003
lalu. Nama model tersebut adalah Kurva Richard. Begini bentuk persamaan diferensialnya:

dydt=rαy(1−(yK)α)dydt=rαy(1−(yK)α) dengan

rr: laju awal pertumbuhan (orang/hari)

K𝐾: asumsi batas atas penderita atau dikenal sebagai carrying capacity

αα: efek asimtotik yang memiliki solusi

y(t)=K(1+αexp(−r(t−tm)))1αy(t)=K(1+αexp(−r(t−tm)))1α

Kita dapat memperkirakan puncak dan akhir dari pandemi COVID-19 di Indonesia
dengan menggunakan model tersebut. Ada empat parameter yang digunakan di sana, yaitu
α,r,Kα,r,K dan tmtm. Namun kita tidak dapat menentukan nilai pasti dari keempat parameter
tersebut, maka dari itu, mereka dapat diestimasi (diperkirakan) nilainya dengan menggunakan
Metode Kuadrat Terkecil.

Banyaknya penderita COVID-19 di Indonesia hingga tanggal 14 Maret kemarin. Kita lihat
nilai estimasi banyaknya penderita dengan menggunakan model COVID-19 di Korea Selatan
di Korea Selatan untuk memproyeksikan jumlah kasus COVID-19 di Indonesia. Dengan
menggunakan model tersebut, kita dapat memperkirakan banyaknya kasus tiap harinya di
Indonesia hingga bulan berapapun. Namun kita dapat lihat bahwa pada 16 April 2020, tidak
akan ada lagi kasus baru COVID-19 di Indonesia.

Kita perlu garis bawahi bahwa hal ini akan terjadi jika menggunakan parameter model
hasil estimasi di Korea Selatan. Negara ini akan dipandang telah cukup berhasil menjalankan
SOP serta menekan angka penyebaran dan pencegahan pandemi penyebaran COVID-19.
Langkah ini akan efektif jika pemerintah serius dalam melakukan mitigasi serta masyarakat
proaktif dalam melakukan upaya penceghan epidemic tersebut, Terlebih masyarakat di sana
sangat berpartisipasi dalam upaya pencegahan virus ini, seperti melakukan social distancing,
tidak keluar rumah jika memang tidak ada kebutuhan mendesak. Lalu menjaga kebersihan
dan menggunakan masker (khususnya bagi yang sedang sakit). Bahkan bangunan-bangunan
di sana bertuliskan "Tanpa Masker Dilarang Masuk". Pemerintahnya pun proaktif dan
transparan dalam memberikan informasi, juga mengeluarkan kebijakan seperti melakukan tes
COVID-19 secara drive-thru. Yang paling utama adalah transparansi dari pemerintah serta
keseragaman SOP secara struktural dari tingkat pusat,daerah, kelurahan,kecamatan,RT dan
RW.
REAKSI PASAR/INVESTOR/IHSG/KURS RUPIAH TERHADAP DAMPAK DARI
VIRUS COVID-19

Wabah virus corona atau COVID-19 telah ‘menggoyang’ pasar saham dan pasar
keuangan di dalam negeri. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan kurs Rupiah
tenggelam, sementara harga emas makin berkilau hingga mencetak rekor baru. Indonesia ikut
kena imbasnya. Jika melihat pergerakan IHSG dan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS
(USD) dalam beberapa pekan terakhir bikin ‘sedih.’ IHSG terjun bebas, kurs mata uang
Garuda amblas. Tapi harga emas justru perkasa saat virus corona kian mengganas.

IHSG tersengat virus corona. Dampaknya laju IHSG masih betah berada di zona
merah. Berdasarkan informasi dari Instagram @idx_channel, pada pembukaan perdagangan
saham sesi I (2/3), IHSG merosot 0,7% atau 38,8 poin ke level 5.413,8. IHSG tak mampu
melanjutkan penguatan saat pra perdagangan yang berhasil menapaki zona hijau di level
5.455,04. Tercatat 127 saham merah membara. Investor asing jual saham Rp12,19 miliar di
pasar reguler. Dilihat dari data statistik yang dikutip dari laman resmi Bursa Efek Indonesia
(BEI), IHSG sudah terjun bebas 13,44% sejak 1 Januari-28 Februari 2020 (year to date).
Pelemahan IHSG terjadi akibat penyebaran virus corona yang terjadi di 65 negara di dunia,
termasuk Indonesia.

Selain IHSG, Rupiah ikut ‘terinfeksi’ virus corona. Nilai tukar mata uang Garuda
sudah tembus ke level 14.000 per USD. Data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar
Rate (Jisdor) dari Bank Indonesia (BI) per 2 Maret 2020 menunjukkan, Rupiah terkoreksi ke
angka 14.413 per USD. Sejak 2 Januari 2020 dari level Rp13.895 per USD, kurs rupiah telah
melemah sebesar 3,7%.

Meluasnya penyebaran virus corona memicu kepanikan para pelaku pasar. Investor
berbondong-bondong melepas kepemilikan investasi di berbagai portofolio. Sejak virus
mematikan ini merebak sejak akhir Januari, terjadi aliran dana keluar dari Indonesia.
Totalnya senilai Rp30,8 triliun.

Rinciannya:

 Dana asing kabur senilai Rp26,2 triliun pada Surat Berharga Negara (SBN)
 Di bursa saham mencapai Rp4,1 triliun.
 Sejak awal Januari hingga 27 Februari 2020, aliran dana keluar di SBN Rp11 triliun,
saham Rp1,6 triliun, dan korporasi Rp16 triliun.

MASUKAN UNTUK TIM YANG MENANGANI KRISIS COVID-19

Masukkan saya yaitu pemerintah harus terbuka dan jujur dengan adanya krisis ini,
serta berharap pemerintah lebih tegas lagi untuk menghimbau masyarakat dalam melawan
covid-19 ini dengan cara mengisolasi mandiri dirumah. Diharapkan dengan adanya himbauan
ini angka masyarakat yang terjangkit virus korona ini akan berkurang.

Sumber bacaan atau referensi:

 Quora (biomedis)
 Quora (seputar corona)
 Detikfinance
 Detik.com
 Cermati.com (IHSG dan rupiah terinfeksi virus corona)

Anda mungkin juga menyukai