Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM SPPK

HYDRANT SYSTEM

KELOMPOK :1
NAMA : Dardiri Jaya Saputra
NRP : 0519140103

KELAS : D4 – K3 RPL 7

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebakaran adalah terjadinya api yang tidak dikehendaki. Bagi tenaga
kerja, kebakaran perusahaan dapat merupakan penderitaan dan malapetaka
khususnya terhadap mereka yang tertimpa kecelakaan dan dapat berakibat
cacat fisik, trauma, bahkan kehilangan pekerjaan. Sedangkan bagi
perusahaan sendiri akan dapat menimbulkan banyak kerugian, seperti
rusaknya dokumen, musnahnya properti serta terhentinya proses produksi.
Kebakaran merupakan salah satu kecelakaan yang paling sering terjadi.
Selain menimbulkan korban jiwa dan kerugian material, kebakaran juga
dapat merusak lingkungan serta gangguan kesehatan yang diakibatkan dari
asap kebakaran tersebut (Suma’mur, 1989).
Upaya pemadaman kebakaran dapat dilakukan dengan menggunakan
APAR pada api mula atau nyala api kecil. Sedangkan pada kebakaran besar,
pemadaman dapat dilakukan dengan menggunakan sistem hydrant. Sistem
hydrant adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadaman air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan
selang kebakaran. Sistem ini terdiri dari tempat persediaan air, pompa,
perpipaan coupling outlet dan inlet, serta selang atau nozzle.
Pemadaman menggunakan sistem hydrant ini diperlukan lebih dari
satu orang atau beregu karena air yang mengalir mempunyai kecepatan dan
tekanan yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan selang tidak terkendali.
Setiap orang dalam regu tersebut memiliki tugas masing-masing untuk
menunjang kelancaran dalam pemadaman ini. Oleh karena itu, pada
praktikum kali ini para praktikan akan belajar cara memadamkan api dengan
menggunakan sistem hydrant secara benar.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa diharapkan mampu memadamkan api dengan sistem
hydrant sesuai dengan prosedur yang benar.
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui faktor yang mempengaruhi
tingkat keberhasilan pemadaman kebakaran dengan sistem hydrant.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara memadamkan api dengan sistem hydrant sesuai dengan
prosedur yang benar?
2. Sebutkan faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pemadaman
kebakaran dengan sistem hydrant!
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Sistem Hydrant (Hydrant System)


Sistem hydrant adalah sebuah alat yang memiliki saluran air
bertekanan, terdiri dari reservoir, pompa, saluran distribusi, dan perangkat
output-nya untuk memadamkan api. Biasanya alat ini dipasang di bangunan-
bangunan yang banyak digunakan orang atau fasilitas umum, seperti
perkantoran, mall, gedung sekolah, dan bangunan fasilitas umum lainnya.
Menurut National Fire Protection Association (NFPA) sebaiknya
hydrant ini dibuat dengan warna yang mencolok. Ini bertujuan agar ketika
terjadi kebakaran maka orang akan bisa dengan mudah untuk
menemukannya. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah warna yang
dimiliki oleh setiap hydrant ini sama.
Selain dengan warna yang mencolok, sebaiknya sistem hydrant juga
dibuat dengan saluran air lebih dari satu, atau sistem looping (melingkar).
Ini untuk mencegah adanya kerusakan atau masalah pada aliran air. Perlu
diketahui bahwa setiap saluran air yang ada dalam sistem hydrant langsung
terhubung dengan tangki penampungan atau sumur.

2.2 Jenis Sistem Hydrant


Dalam prakteknya sistem hydrant memiliki jenis-jenis yang berbeda
sesuai dengan fungsi dan penempatannya, menurut National Fire
Protection Association (NFPA) bahwa secara umum ada perbedaan secara
fungsi antara sistem hydrant untuk kebutuhan perkotaan (Municipal System)
dan kebutuhan pribadi (Private System) termasuk di dalamnya untuk pabrik.
Berdasarkan lokasi, sistem hydrant dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
2.2.1 Sistem hydrant gedung
Hydrant gedung ialah hydrant yang terletak atau dipasang di
dalam bangunan dan sistem serta peralatannya disediakan serta
dipasang oleh pihak pengelola bangunan atau gedung tersebut.
Gambar 2.1 Hydrant gedung
(Sumber: www.daiko.co.id)
Berdasarkan penggunaannya hydrant jenis ini diklasifikasikan
ke dalam 3 regu sebagai berikut:
a. Hydrant kelas I
Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter 2,5”
yang penggunaannya diperuntukkan secara khusus bagi petugas
pemadam kebakaran atau orang yang telah terlatih.
b. Hydrant kelas II
Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter 1,5”
yang penggunaannya diperuntukkan bagi penghuni gedung atau
orang-orang yang belum terlatih.
c. Hydrant kelas III
Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter
gabungan antara hydrant kelas I dan hydrant kelas II yang
penggunaannya diperuntukkan untuk semua orang berdasarkan
kesesuaian ketika bencana kebakaran terjadi.
2.2.2 Sistem hydrant halaman
Hydrant halaman atau biasa disebut dengan hydrant pilar,
adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang membutuhkan
pasokan air dan dipasang di luar bangunan. Hydrant ini biasanya
digunakan oleh mobil pemadam kebakaran untuk mengambil air jika
kekurangan dalam tangki mobil. Jadi hydrant pilar ini diletakkan di
sepanjang jalan akses mobil pemadam kebakaran.
Gambar 2.2 Hydrant halaman
(Sumber: www.multiteknikgroup.wordpress.com)
Terdapat 2 jenis hydrant halaman, yaitu:
a. Hydrant barel basah
Dalam desain hydrant bertekanan dengan tipe barel basah,
hydrant dihubungkan langsung ke sumber air bertekanan.
Bagian atas atau barel dari hydrant selalu diisi dengan air, dan
tiap-tiap saluran memiliki katup tersendiri dengan batang yang
menjorok ke sisi.
b. Hydrant barel kering
Dalam desain hydrant bertekanan dengan tipe barel
kering, hydrant dipisahkan dari sumber air bertekanan oleh
katup utama di bagian bawah hydrant di bawah tanah. Bagian
atas tetap kering sampai katup utama dibuka dengan
menggunakan alat tertentu. Tidak terdapat katup di saluran
tempat keluarnya air. Hydrant dengan tipe barel kering biasanya
digunakan pada saat musim dingin dimana suhu bisa turun di
bawah 0oC, hal ini dilakukan untuk mencegah hydrant dari
pembekuan.
Di daerah pedesaan dimana sistem air perkotaan tidak tersedia,
hydrant kering digunakan untuk memasok air untuk keperluan
pemadaman kebakaran. Hydrant kering dapat dianalogikan sebagai
instalasi keran, yang terdiri dari pipa dan keran atau katup yang
dipasang secara permanen dimana salah satu dari ujung pipa tersebut
terletak di bawah permukaan air danau atau kolam.
2.2.3 Sistem hydrant kota
Secara khusus dipasang oleh pemerintah kota dan disuplai dari
PDAM. Sistem hydrant terdiri dari pompa hydrant yang berfungsi
mengalirkan air dari tanki penampungan menuju nozzle. Pompa
hydrant umumnya diletakkan dalam ruangan khusus yang disebutt
dengan rumah pompa. Tangki penampungan pada sistem ini terbagi
menjadi 3 jenis, yaitu: tangki bawah tanah, tangki bertekanan dan
tangki gravitasi yang bekerja berazaskan gaya gravitasi. Tangki
berfungsi sebagai tempat penyimpanan air untuk kemudian disuplai
oleh pompa hydrant dan didistribusikan melalui jaringan pipa
hydrant menuju titik hydrant pilar.

Gambar 2.3 Hydrant kota


(Sumber: www.lombokpost.net)

2.3 Komponen-komponen Hydrant


Terdapat beberapa komponen pada sistem hydrant indoor maupun
outdoor yang dijelaskan sebagai berikut:
2.2.1 Unit tangki penampung atau reservoir
Tangki penampungan ini dalam sebuah gedung yang
bertingkat biasanya diletakkan di basement atau di bawah tanah.
Biasanya posisinya berdampingan dengan alat pompa air. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan pengaliran air dari pompa ke tangki
penampungan sehingga jaraknya dibuat lebih pendek. Sementara
untuk kapasitas penampungan airnya ini tidak sama. Masing-masing
tangki ukurannya berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan dan luas
dari gedung tersebut.
2.2.2 Siamese Connection
Siamese Connection adalah sejenis komponen splitter yang
bentuknya mirip seperti fitting pipa. Komponen fire fighting siamese
connection ini biasa dipasang di atas tanah pada halaman luar.
Biasanya, perangkat siamese akan dipasang di dekat pagar atau
gerbang dan di tempat-tempat outdoor yang mudah dijangkau dan
ditemukan oleh petugas fire brigade.
Pemakaian komponen siamese biasanya diaplikasikan untuk
bangunan-bangunan bertingkat seperti pertokoan, pusat
perbelanjaan, rumah sakit, hingga hotel, sebab komponen siamese
connection sendiri memiliki fungsi sebagai komponen penghubung
untuk menghubungkan selang dari mobil departmen kebakaran atau
fire brigade dengan tujuan menyuntikkan pasokan air dari dalam
mobil kebakaran yang berada di luar gedung untuk kemudian
dipompa menuju ke seluruh jaringan pipa fire fighting yang ada di
dalam gedung.

Gambar 2.4 Siamese Connection


(Sumber: www.ditama.co.id)
2.2.3 Nozzle
Komponen fire hydrant nozzle adalah komponen pengatur
pancaran air yang keluar melalui komponen output. Apabila
pancaran air keluar dalam debit yang stabil, kecepatan yang tinggi
dan tekanan yang sesuai dengan kebutuhan, maka upaya pemadaman
api kebakaran dapat berlangsung dengan efektif dan tak memakan
waktu yang lebih lama sehingga risiko kerusakan dan ancaman
keselamatan nyawa pun dapat diminimalisir. Tak hanya itu, dengan
beragamnya jenis nozzle, maka bentuk pancaran air yang dihasilkan
pun juga berbeda sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya, nozzle
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Spray atau fog nozzle hydrant
Jenis spray atau fog nozzle hydrant dapat digunakan
apabila pengguna membutuhkan pancaran air dengan bentuk
yang meluas dan melebar serta dengan jarak pancar yang
pendek.

Gambar 2.5 Spray atau fog nozzle hydrant


(Sumber: www.akronbrass.com)
2. Smooth bore atau jet nozzle hydrant
Lebih sering diaplikasikan saat upaya aktif pemadaman
karena jenis ini mampu menghasilkan pancaran air dalam
tekanan besar dan debit air yang padat.

Gambar 2.6 Smooth bore atau jet nozzle hydrant


(Sumber: www.indiamart.com)
2.2.4 Selang pemadam kebakaran (Fire hose)
Selang pemadam kebakaran (fire hose) adalah selang yang
digunakan oleh petugas pemadam kebakaran untuk menjangkau
mencapai dengan titik api terdekat dari pusat pengeluaran air baik
berupa hydrant pillar, hydrant box, atau mobil pemadam kebakaran
itu sendiri. Sementara jenisnya ada yang terbuat dari red rubber atau
kanvas. Red rubber terbuat dari bahan karet khusus yang sangat kuat
sehingga mampu menahan tekanan sampai 17 bar. Dimana aliran air
dalam instalasi fire hydrant biasanya hanya bertekanan 10 bar saja.
Sementara selang pemadam kebakaran kanvas memiliki ketahanan
terhadap tekanan sampai 13 bar. Kedua selang pemadam kebakaran
memiliki ketahanan yang optimal terhadap cuaca ekstrim seperti di
Indonesia.
Gambar 2.7 Selang pemadam kebakaran (fire hose)
(Sumber: www.guardall.co.id)
2.2.5 Jockey pump unit
Ini adalah komponen untuk penggerak awal saat stop valve
hydrant box terbuka. Selain itu fungsi dari komponen ini adalah
untuk menstabilkan tekanan aliran air dari pipa jenis wet riser
system.

Gambar 2.8 Jockey pump


(Sumber: www.indiamart.com)
2.2.6 Electric pump unit
Electric pump fungsinya hampir sama dengan jockey pump
tetapi komponen ini adalah sebagai lanjutan jika jockey pump sudah
tidak bisa lagi memberikan suplai air yang cukup. Seperti juga
namanya maka electric pump unit menggunakan daya listrik tertentu
untuk mengalirkan air.
Gambar 2.9 Electric pump
(Sumber: www.alibaba.com)
2.2.7 Diesel pump unit
Alat ini berfungsi sebagai pendorong terakhir dalam sebuah
sistem pemadam kebakaran. Untuk cara kerjanya, diesel pump ini
masih menggunakan starting pressure switch yang menggunakan
bahan bakar sendiri tanpa mengandalkan aliran listrik. Motor
penggerak dari diesel yang dirakit menjadi kesatuan diesel pump.

Gambar 2.10 Diesel pump


(Sumber: www.alibaba.com)
2.2.8 Instalasi hydrant unit
Dalam sebuah sistem pemadam kebakaran gedung-gedung
bertingkat tinggi, hydrant unit memiliki saluran pipa-pipa yang
berasal dari tangki air menuju ke berbagai box hydrant yang tersebar
di seluruh titik yang ada di gedung tersebut. Pada umumnya instalasi
hydrant ini diletakkan pada sebuah ruangan sendiri.
2.2.9 Hydrant box unit
Ini adalah komponen hydrant yang langsung berhubungan
dengan operator. Fungsi dari komponen ini adalah sebagai tempat
untuk menyimpan peralatan pemadam api yang harus selalu siap
kapan saja digunakan. Di dalam komponen ini terdapat beberapa alat
seperti:
 1 buah connector + stop valve ukuran 1 ½
 1 buah connector + stop valve ukuran 2 ½
 1 selang roll dengan panjang minimal 30 meter
 Sebuah nozzle
 Sebuah break glass fire alarm
 Satu unit alarm bell
 Sebuah emergency phone socket
 1 unit lampu indicator

Gambar 2.11 Hydrant box


(Sumber: www.sumberteknikproteksindo1.blogspot.co.id)
2.2.10 Instalasi Outdoor
Jika poin sebelumnya membahas mengenai instalasi indoor,
maka pada poin kali ini akan membahas tentang instalasi luar
gedung. Prinsipnya sama, hanya material menggunakan hydrant pilar
sebagai output air. ukuran keluaran air pada hydrant pilar adalah 2,5
inch. Biasanya di sebelah hydrant pilar ada siamese connection yang
berfungsi mengalirkan air dari mobil pemadam jika kondisi air dari
tandon habis.
2.4 Pembagian Regu dan Tugas pada Petugas Pemadam Kebakaran
Tabel 2.1 Pembagian regu dan tugas pada petugas pemadam kebakaran
Tugas
No. Jabatan
Persiapan Pemadaman Pemadaman Kebakaran Pembenahan
 Membawa/mengumpulkan
 Memimpin regunya
nozzle dan connection
 Membawa nozzle  Mengecek persiapan pemadaman
1. Kepala regu cabang
 Membawa connection cabang  Memerintahkan membuka dan
 Membantu membenahi
menutup hydrant
peralatan
 Melepaskan selang dari
 Memasang selang ke hydrant
Operator  Membawa kunci hydrant hydrant atau pompa.
atau pompa
2. pompa atau  Membuka dan menutup  Mengumpulkan kunci
 Membuka atau menutup
hydrant hydrant hydrant dan menutup
kerangan hydrant atau fire pump
kembali tutup hydrant
 Menggelar selang 1,5 in  Melepaskan nozzle.
3. Nozzleman Membawa selang 1,5 in  Memasang nozzle  Mengosongan selang
 Melaksanakan pemadaman  Menggulung selang
 Menggelar selang 2,5 in.  Melepaskan connection
 Menyambung selang 2,5 in dan cabang
4. Helper Membawa selang 2,5 in
1,5 in dengan connection cabang  Mengosongan selang 2,5 in
 Meneruskan perintah kepala regu  Menggulung selang 2,5 in
(Sumber: Modul Praktikum SPPK, 2013)
2.5 Kode Tangan
Dalam melakukan pemadaman kebakaran, kondisi di lapangan pasti
tidak kondusif dan sangat bising. Untuk memudahkan dalam menjalankan
tugas, kepala regu dapat menyampaikan perintahnya dalam bentuk kode
tangan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.12 di bawah ini:

Gambar 2.12 Kode tangan oleh kepala regu


(Sumber: Modul Praktikum Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran)

2.6 Teknik Penggunaan Media Pemadam Kebakaran (Media Pemadam


Air)
2.6.1 Pancaran jet
Pancaran jet memiliki 2 jenis sebagai berikut:
 Pancaran jet utuh (solid stream) adalah pancaran yang berasal
dari nozzle-nozzle yang dari masukan sampai moncongnya tidak
ada penghalang kecuali penyempitan diameter (play-pipe
nozzle).
 Pancaran jet lurus (straight stream) adalah pancaran yang
berasal dari nozzle yang antara lubang masukan dengan
keluarannya terdapat penghalang, umumnya pancaran ini berasal
dari nozzle yang bisa diatur dari spray sampai dengan jet.
Ciri-ciri dari pancaran jet, yaitu:
 Jumlah air besar.
 Jangkauan semprotan jauh.
 Untuk kebakaran kelas A, seperti pada pemadaman kebakaran,
rumah, hutan atau padang rumput dan lain-lain.
 Untuk kebakaran kelas B, secara tidak langsung untuk pendingin
tangki.
 Pancaran utuh mempunyai jumlah air yang lebih banyak
dibanding dengan pancaran lurus.
2.6.2 Pancaran tirai (Spray)
Pancaran ini diaplikasikan pada saat tahap akhir setelah api
kebakaran berhasil diredakan, yaitu untuk tujuan menurunkan suhu
lokasi dan mencegah kemungkinan titik-titik api yang telah padam
kembali menyala akibat tertiup angin dalam suhu yang tinggi. Tak
hanya itu, pengaplikasian dari jenis pancaran tirai ini juga terlihat
ketika proses evakuasi atau penyelamatan pada area-area lokasi
dengan titik api yang belum begitu parah. Pancaran air yang luas dan
melebar dapat membentuk semacam tirai air yang mampu
melindungi dari kemungkinan terjilat atau terkena percikan api
kebakaran. Ciri-ciri dari pancaran tirai (spray), yaitu:
 Jumlah air besar.
 Jangkauan semprotan dekat atau pendek.
 Untuk kebakaran kelas A, (seperti untuk sprinkler).
 Kelas B (untuk pendinginan wadahnya dan dilusi).
2.6.3 Pancaran kabut (Fog)
Ciri-ciri dari pancaran kabut (fog), yaitu:
 Jumlah air relatif sedikit.
 Jangkauan semprotan dekat atau pendek.
 Untuk kebakaran kelas A, B dan C (dengan teknik khusus), juga
bisa dipakai sebagai perisai air pecahan atau pengurang radiasi
panas dari api walaupun tidak sebaik pancaran tirai.

2.7 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan untuk Pemegang Nozzle


Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan untuk pemegang nozzle
adalah sebagai berikut:
1. Posisi kaki selalu kuda-kuda.
2. Saat membuka atau menutup pancaran air harus di arahkan ke atas.
3. Saat pancaran jet (utuh), sebaiknya nozzleman dalam posisi di tempat
(berhenti, tidak bergerak) dan ingat bahaya tekanan balik dari
pemancaran air.
4. Kalau bergerak harus dengan pancaran tirai, kaki tidak melangkah
tetapi bergeser dan selalu membentuk kuda-kuda.
5. Pandangan selalu ke depan ke arah api dan selalu memperhatikan
kerjasama (teamwork).
6. Cara memegang nozzle sesuai prinsip ergonomi yang aman dan
disesuaikan teknik pemadaman yang diinginkan.

2.8 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan saat Proses Pemadaman


Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh setiap
individu (praktikan) pada saat proses pemadaman berlangsung:
1. Posisi memegang selang, pada saat mulai memegang nozzle bertekanan,
kuda-kuda dan cara memegang nozzle harus mantap.
2. Membuka dan menutup nozzle, arah harus ke atas dengan kuda-kuda
yang baik.
3. Sebelum merubah bentuk spray menjadi jet, perhatikan dahulu kuda-
kudanya (harus mantap).
4. Jika tidak kuat menahan tarikan selang (jet effect), janganlah nozzle itu
dilepaskan, tetapi rendahkan badan (untuk mengurangi tarikan
tersebut).
5. Jika waktu memegang nozzle bertekanan, ternyata tidak kuat dan jatuh,
jatuhkan bersama-sama nozzle tersebut (nozzle jangan dilepaskan)

2.9 Make-up (Penggulungan)


Sebelum membuka ikatan-ikatan coupling, tutup seluruh induk yang
ada dipompa (hydrant) dan menghilangkan (release) tekanan yang ada
dalam selang dengan cara membuka nozzle. Melepas coupling sewaktu
selang masih bertekanan dapat mengakibatkan selang lepas dan terputar
dengan cepat dan akan melukai tangan kita. Untuk proses penggulungan
selang, perhatikan beberapa prinsip cara meringkas selang berikut ini:
1. Luruskan selang sehingga tidak terdapat lekukan dan buang air dalam
selang dari arah air ke arah api.
2. Gulung selang dari arah api ke sumber air.
3. Letakkan coupling dalam gulungan tunggal atau ganda. Beberapa posisi
coupling, yaitu:
 Coupling Draad = coupling laki-laki di dalam, perempuan di luar.
 Coupling Instantaneous = coupling perempuan di dalam, laki-laki
di luar,
 Coupling Storz dan Hemaprodite = terserah.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


1. Instalasi hydrant
2. Air

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Langkah persiapan

START

Setiap regu akan dipanggil oleh instruktur untuk tampil di


lapangan pada lokasi yang telah ditentukan guna melakukan
persiapan pemadaman kebakaran (beregu) dengan berbaris sesuai
aba-aba

Setelah selesai penghormatan kepada instruktur maka kepala regu


segera laporan sebagai berikut: ”lapor, regu….(dengan
menyebutkan nama atau nomor regu), jumlah 6 orang dengan
peralatan lengkap siap melaksanakan pemadaman kebakaran

Kemudian instruktur memberikan aba-aba “kerjakan”

Begitu aba-aba dari instruktur selesai, semua anggota regu secara


serempak mengulangi perintah instruktur “kerjakan” dan langsung
bertindak

END
3.2.2 Langkah pemadaman

START

Susunan dan tugas anggota regu tertera pada Tabel 2.1

Setelah api berhasil dipadamkan, setiap anggota melakukan


pembenahan peralatan

Selesai pembenahan regu pemadam kebakaran segera berbaris


seperti semula dan kepala regu pasukan penanggulangan
kebakaran segera lapor sebagai berikut : “regu…(dengan
menyebut nama atau nomor regu) telah selesai memadamkan
kebakaran, anggota selamat, api padam, peralatan lengkap,
laporan selesai”

Instruktur memberikan aba-aba “bubarkan” dan kepala regu


menjawab “bubarkan” diteruskan memimpin penghormatan
kepada instruktur dan selesai instruktur membalas maka regu
pasukan pemadam kebakaran bisa dibubarkan

END

Anda mungkin juga menyukai