Oleh:
Nama : Dardiri Jaya Saputra
NRP : 0519140103
Tahap pertama adalah tahap pendahuluan yang merupakan bagian awal penelitian,
termasuk di dalamnya studi pendahuluan, penentuan tujuan utama penelitian, serta studi literatur
dan studi lapangan mengenai penelitian yang akan dilakukan.
Tahap kedua adalah tahap pengumpulan dan pengolahan data. Tahap ini secara umum
terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pengumpulan dan pengolahan data kasus kecelakaan
kerja saat kegiatan proyek Tol Cibitung – Cilincing serta bagian pengumpulan dan pengolahan
data kasus kecelakaan. Bagian pertama berfokus pada data-data kecelakaan kerja yang pernah
terjadi pada proyek Tol Cibitung – Cilincing. Pada bagian ini diambil sampel kasus kecelakaan
terbaru di proyek Tol Cibitung – Cilincing untuk dianalisis lebih lanjut. Kasus kecelakaan dapat
menjadi sebuah petunjuk mengenai permasalahan yang terjadi pada sistem kerja proyek Tol
Cibitung – Cilincing. Bagian kedua berfokus pada data-data kecelakaan proyek Tol Cibitung –
Cilincing. Dari kedua bagian ini, diharapkan akan didapatkan permasalahan utama proyek Tol
Cibitung – Cilincing pada bidang keselamatan dan pengaruh faktor manusia pada sistem kerja.
Tahap ketiga merupakan tahap analisis. Hasil dari pengumpulan dan pengolahan data
yang telah dilakukan sebelumnya dianalisis pada tahap ini. Analisis secara umum terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu analisis kasus kecelakaan proyek Tol Cibitung – Cilincing dan analisis sistem
kerja di proyek Tol Cibitung – Cilincing. Ketiga analisis ini kemudian akan menghasilkan sebuah
kesimpulan yang ditujukan pada sistem kerja proyek Tol Cibitung – Cilincing dan saran bagi
perusahaan
1. Bagaimana Identifikasi kejadian yang terjadi pada proyek Tol Cibitung – Cilincing
berdasarkan jenis kejadian ?
2. Bagaimana analisis masalah yang terjadi pada kegiatan proyek Tol Cibitung – Cilincing
dengan menggunakan metode HFACS ?
3. Bagaimana solusi yang tepat untuk mengurangi kecelakaan yang terjadi ?
1. Mengetahui Identifikasi kejadian yang terjadi pada proyek Tol Cibitung – Cilincing
berdasarkan jenis kejadian ?
2. Mengetahui analisis masalah yang terjadi pada kegiatan proyek Tol Cibitung – Cilincing
dengan menggunakan metode HFACS ?
3. Mengetahui solusi yang tepat untuk mengurangi kecelakaan yang terjadi ?
BAB 2
DASAR TEORI
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, sistem kerja proyek Tol Cibitung – Cilincing
secara umum masih memiliki berbagai masalah mengenai keselamatan. Masalah-masalah
tersebut di antaranya saling berhubungan dan secara langsung maupun tidak langsung dapat
berpengaruh terhadap kualitas hasil pekerjaan. Padahal kualitas pekerjaan akan sangat
berpengaruh terhadap keselamatan yang menggunakan fasilitas tersebut di kemudian hari.
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kualitas suatu perusahaan secara umum
berkaitan erat dengan sistem safety yang dimilikinya. Jika sebuah perusahaan sudah memiliki
sistem safety yang baik, maka seharusnya dapat dipastikan bahwa kualitas dari jasa atau
produk yang dihasilkan perusahaan sudah baik, Tidak terlepas pada proyek Tol Cibitung –
Cilincing jika sistem keselamatan yang dimiliki oleh proyek Tol Cibitung – Cilincing sudah
tergolong baik, maka kualitas pekerjaan proyek Tol Cibitung – Cilincing secara umum sudah
baik dan secara lebih luas, keamanan Tol Cibitung – Cilincing yang menggunakan fasilitasnya.
Berikut adalah masalah-masalah yang dihadapi oleh sistem kerja proyek Tol Cibitung –
Cilincing pada bidang keselamatan secara umum.
a. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia di proyek Tol Cibitung – Cilincing secara umum sudah terlatih dan
tersertifikasi secara nasional maupun internasional. Namun berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, karyawan proyek Tol Cibitung – Cilincing masih memiliki kesadaran yang
rendah mengenai keselamatan kerja. Hal ini dapat ditemui pada kasus kecelakaan di
proyek Tol Cibitung – Cilincing, berlaku pula di departemen lain. Baik karyawan maupun
teknisi masih sering melakukan pekerjaan tanpa memikirkan keselamatan dirinya sendiri.
Para karyawan dan teknisi belum memiliki pola pikir bahwa keselamatan kerja
berbanding lurus dengan kualitas jasa/produk yang dihasilkan.
Hal ini dipengaruhi juga oleh pelatihan yang dianggap masih kurang, baik kepada para
teknisi maupun kepada para pengawas. Baik teknisi maupun pengawas harus
mendapatkan pelatihan lebih banyak, terutama mengenai peraturan-peraturan perusahaan,
pentingnya keselamatan kerja dan hubungannya dengan kualitas jasa maintenance, salah
satunya dengan mengaplikasikan konsep Total Quality Management (TQM). Mengenai
peraturan perusahaan, perusahaan harus membuat sebuah sistem yang memungkinkan
para pengawas dan teknisi terus mengingat mengenai peraturan-peraturan yang ada,
karena pada dasarnya berbagai peraturan dibuat salah satunya juga demi keselamatan
karyawan.
Pengawasan mengenai keselamatan kerja dari divisi HSE dan QA pun masih tergolong
rendah. Saat ini karyawan divisi HSE hanya berjumlah 3 orang (asumsi), padahal jumlah
karyawan proyek Tol Cibitung – Cilincing saat ini seluruhnya berjumlah 343 orang
(asumsi). Selain divisi HSE, divisi QA yang bertugas menjadi auditor internal pun masih
belum dapat berbuat banyak. Saat ini Divisi QA selalu melakukan audit internal terhadap
semua divisi selama beberapa bulan sekali. Namun masalah kesadaran para karyawan
keselamatan masih belum dapat teratasi.
c. Lingkungan Kerja
Pada sampel kasus kecelakaan di proyek Tol Cibitung – Cilincing, lingkungan kerja masih
belum mendukung terciptanya suasana kerja dengan berlandaskan keselamatan kerja.
Pelanggaran peraturan sudah menjadi hal yang lumrah, seperti tidak memakai APD,
bekerja ketika waktunya istirahat (coffee break), bekerja tidak sesuai dengan TMWO,
dan pemberian perintah langsung tanpa mengikuti rantai komando yang seharusnya.
Lingkungan kerja seperti ini yang kemudian membuat para karyawan terbiasa dan tidak
sadar melakukan kesalahan ketika melakukan sebuah pelanggaran.
Untuk mengatasi hal ini, pihak manajemen perusahaan juga harus membuat sebuah
sistem yang memungkinkan agar tidak terciptanya lingkungan kerja seperti ini. Beberapa
cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan diantarnya adalah lebih mengintensifkan
kegiatan pelatihan dan memasukkan berbagai materi pelatihan mengenai keselamatan
kerja dan memastikan dapat diaplikasikan pada lingkungan kerja perusahaan.
d. Masalah Keuangan
Masalah mendasar proyek Tol Cibitung – Cilincing sebenarnya adalah masalah keuangan.
Masalah ini yang kemudian membatasi gerakan proyek Tol Cibitung – Cilincing secara
umum, seperti menambah jumlah personil Divisi HSE dan melakukan penambahan
frekuensi waktu pelatihan bagi seluruh karyawan. Saat ini proyek Tol Cibitung – Cilincing
masih terus berjuang untuk menaikkan kualitas dan menambah pelanggan dari dalam
maupun luar negeri.
Meskipun terdapat masalah ini, namun sebenarnya proyek Tol Cibitung – Cilincing tetap
harus menjadikan permasalahan keselamatan sebagai prioritas, karena pada dasarnya
keselamatan kerja akan menjamin kualitas jasa yang ditawarkan perusahaan. Sebenarnya
saat ini terdapat beberapa metode-metode awal yang dapat diterapkan perusahaan tanpa
harus mengeluarkan banyak biaya, seperti penerapan pola pikir Behavioural Based
Safety, Zero Accident Vision, atau yang paling sederhana adalah dimulainya kebiasaan
safety talk setiap hari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
4.2. PEMBAHASAN
Gambaran Umum Proyek
Pada dasarnya PT. Cibitung Tanjung Priok Port Tollways (CTP) merupakan Badan
Usaha Jalan Tol (BUJT) yang berada dibawah naungan sekaligus sebagai anak perusahaan dari
PT. Waskita Toll Road (WTR) sebagi pemegang perusahaan hingga 31 Desember 2017 terdiri
dari PT. Waskita Toll Road sebesar 55% dan PT. Akses Pelabuhan Indonesia sebesar 45%.
Pendirian perusahaan disahkan melalui akta pendirian nomor 4 tanggal 13 September 2006 yang
juga ditetapkan menjadi tanggal resmi pendirian perusahaan. Sebagai BUJT, perusahaan
memiliki tugas untuk melakukan kegiatan konstruksi dan pengelolaan untuk ruas Jalan Tol
Cibitung hingga Tanjung Priok yang secara ekonomis memiliki peran signifikan dalam
mendukung efektivitas alur distribusi dari kawasan industri strategis disekitarnya hingga ke
Pelabuhan Tanjung Priok sebagai sentra Pelayanan jasa ke Pelabuhan.
Pembangunan ruas Jalan Tol Cibitung hingga Pelabuhan Tanjung Priok merupakan
bagian dari amanah pemerintah dalam rangka merealisasikan Program Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMN) 2015-2019 dimana salah satunya adalah penyediaan infrastruktur jalan
dalam rangka mendukung strategi pertumbuhan ekonomi nasional. Ruas jalan tol Cibitung-
Pelabuhan Tanjung Priok memiliki panjang 34 km, pintu gerbang tol berlokasi di Cibitung dan
memiliki 4 pintu keluar dan memiliki akses terhadap ruas jalan tol lainnya yaitu ruas jalan tol
Cimanggis – Cibitung dan ruas jalan tol atas laut Pelabuhan New Tanjung Priok Kalibaru. Jalan
tol ini diharapkan dapat mengurangi beban angkutan barang dan kendaraan di ruas jalan tol
Jakarta-Cikampek yang melintasi kawasan Cawang.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh, mendapatkan simpulan bahwa kedisipilinan dari
seluruh komponen yang bersinergi dalam organisasi dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan
sistem pengendalian keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan yang optimal untuk proyek
konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, Sugeng dan M.S, Jusuf. 2005. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. 2006. Pedoman Pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Unutk Konstruksi Jalan dan Jembatan. Jakarta
Dessler, Garry. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Bahasa Indonesia (Jilid II). Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Hutasoit, Fransiskus. 2015. Teori Praktisi Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan di Indonesia
2005-2015. Jakarta: Univeristas Indonesia
International Labor Organization Jakarta. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana untuk
Produktivitas. Indonesia.
Nawawi, H. Hadarai. 200. Manajemen Sumber Daya Manusia: cetakan ketiga. Yogyakarta: Gama Press.
Soejono dan H. Abdurrahman. 2005. Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta:
Rineka Cipta.