LP HIPERTENSI Babay Bhayangkara 2021
LP HIPERTENSI Babay Bhayangkara 2021
DISUSUN OLEH :
NIM : 11409719075
TINGKAT : II B
SEMESTER : IV
Mengetahui
Mahasiswa
C. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi
terbagi atas dua bagian, yaitu :
a) Hipertensi Primer (Esensial)
Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara
90% - 95%. Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis yang
dapat diidentifikasi, dan juga kemungkinan kondisi ini bersifat
multifaktor (Smeltzer, 2013; Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher,
2014). Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi bisa
dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor genetik
mungkin berperan penting untuk pengembangan hipertensi primer
dan bentuk tekanan darah tinggi yang cenderung berkembang secara
bertahap selama bertahun-tahun (Bell, Twiggs, & Olin, 2015).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan darah
dan disertai penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri
renalis, kehamilan, medikasi tertentu, dan penyebab lainnya.
Hipertensi sekunder juga bisa bersifat menjadi akut, yang
menandakan bahwa adanya perubahan pada curah jantung
(Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).
F. MANIFESTASI KLINIS
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki
tanda/ gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi pada
gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak kemerahan,
tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur, sesak napas,
rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah
di hidung) (Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).
G. PATHWAYS
Skema 2.1 Pathway Hipertensi
Penyumbatan pembuluh darah Informasi yang minim Defisiensi pengetahuan Ketidakefektifan koping
Ansietas
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Risiko cedera
VasokonstriksiIskemia miokard
Blood flow darah
1. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
Penurunan curah jantung
Nyeri
Respon RAA terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
Afterload
seperti: hipokoagulabilitas,
Kelebihan volume cairan
anemia. Fatigue
Merangsang aldosteron
2. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal. Intoleransi aktivitas
Edema
Retensi Na
3. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek
kardiovaskuler )
7. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
9. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
10. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana
luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
13. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
PROGNOSIS
Prognosis dari krisis hipertensi dinilai berdasarkan klasifikasinya apakah
termasuk urgensi ataukah emergensi. Beberapa studi menjelaskan bahwa
pemeriksaan yang tidak tepat pada ruang gawat darurat dalam penanganan
krisis hipertensi sering ditemukan. Pemeriksaan funduskopi biasanya jarang
dikerjakan demikian pula dengan pemeriksaan biokimia dari serum pasien
yang biasanya membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar.
PENATALAKSANAAN
Terapi tanpa obat
Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.
Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara
otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita
atur gerakannya.
Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg
(concor).
Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh
darah.
Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25,
50 mg (capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).
Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10
mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser,
farmabes).
Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).
Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin)
sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid.
DAFTAR PUSTAKA
6. Setiati, Siti., Dkk. (2015). Buku Ajar : Ilmu Penyakit Dalam Edisi keenam Jilid
II.Jakarta: InternaPublishing.