Anda di halaman 1dari 62

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERSTRUKTUR


TENTANG MENSTRUASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN
SIKAP SISWI KELAS IV DAN V DALAM MENGHADAPI
MENARCHE DI SDN 106453 SUKADAMAI
KABUPATEN SEDANG BEDAGAI
TAHUN 2018

Oleh :
JOTI BUTAR-BUTAR
NIM : P07524414022

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERSTRUKTUR


TENTANG MENSTRUASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN
SIKAP SISWI KELAS IV DAN V DALAM MENGHADAPI
MENARCHE DI SDN 106453 SUKADAMAI
KABUPATEN SEDANG BEDAGAI
TAHUN 2018

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


Diploma IV

Oleh :
JOTI BUTAR-BUTAR
NIM : P07524414022

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN D-IV KEBIDANAN
SKRIPSI, 18 JULI 2018

Pengaruh Pemberian Edukasi Terstruktur Tentang Menstruasi


Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswi Kelas IV Dan V Dalam
Menghadapi Menarche Di SDN 106453 Sukadamai
Kabupaten Sedang Bedagai Tahun 2018

Joti Butar-Butar
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jl. Jamin Ginting Km. 13,5 Kel.Lau Cih
Medan Tuntungan, Telp 061-836833, Email:poltekkes_medan@yahoo.com

ix + 43 halaman + 11 tabel + 2 gambar , 12 lampiran

Abstrak

Menarche merupakan menstruasi pertama wanita sebagai tanda


perubahan kematangan seksual. Berdasarkan penelitian Ramathuba dalam
Anggi Winarti 2017 menunjukan bahwa kecemasan dalam menghadapi
menarche timbul akibat kurangnya pengetahuan dan sikap yang cukup baik.
Edukasi terstruktur merupakan upaya menambah pengetahuan dan sikap
tentang menstruasi yang telah disusun rapi dan terprogram. Oleh karena itu
tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi terstruktur
tentang menstruasi terhadap pengetahuan dan sikap siswi kelas IV dan V dalam
menghadapi menarche di SDN 106453 Sukadamai.
Jenis penelitian adalah Quasi Ekperimental, dengan rancangan penelitian
One Group pre test and post tes design. Sampel 39 orang ( siswi yang belum
menstruasi). Edukasi terstruktur diberikan tiap minggu sekali selama satu bulan
dengan menggunakan video, modul, dan powerpoint. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner pengetahuan dan sikap. Analisis data menggunakan uji
parametrik Paired T-test .
Rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan edukasi yaitu 9,03
dan sesudah diberikan edukasi pengetahuan responden rata-rata menjadi 11,69.
Dan rata-rata sikap sebelum edukasi yaitu 24,82 dan sesudah edukasi nilai
rata-rata sikap menjadi 28,87 dengan p< α = 0,05 dengan pengetahuan
( p = 0,000) dan sikap (p = 0,000).
Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian edukasi
terstruktur tentang menstruasi terhadap pengetahuan dan sikap siswi dalam
menghadapi menarche. Dan diharapkan Unit Kesehatan Sekolah bekerja sama
dengan puskesmas Sukadamai untuk memberikan edukasi terstruktur tentang
kesehatan reproduksi remaja khususnya mengenai menstruasi

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, edukasi terstruktur,

Daftar Bacaan : 18 (2010-2018)

i
MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH EXTENTION
PROGRAM OF APPLIED HEALTH SCIENCE IN MIDWIFERY
THESIS, July 2018

The Effect of Structured Education about Menstruation towards Grade 4 & 5 Female
Students' Knowledge and Attitudes in Facing Menarche at SDN 106453 Sukadamai
Bedagai Regency in 2018

Joti Butar-Butar
Medan Health Polytechnic Of Ministry Of Health Jl. Jamin Ginting Km. 13.5 Kel.
Lau Cih Medan Tuntungan, Tel 061-836833, Email:
poltekkes medan@yahoo.com
ix + 43 pages + 11 tables + 2 pictures, 12 attachments

Abstract
Menarche is the first menstrual period in women as a sign of changes in
sexual maturity. Ramathuba's research, in Anggi Winarti 2017, showsed that
anxiety in facing menarche arises as a result of lack of attitude and knowledge about
it. Structured education is an effort to elevate knowledge and attitudes about
menstruation that have been neatly arranged and programmed. The purpose of this
study was to determine the effect of Structured Education about Menstruation
towards Grade 4 & 5 Female Students' Knowledge and Attitudes in Facing
Menarche at SDN 106453 Sukadamai.
This research was Quasi Experimental with One Group pre test and post
design test research design, about 39 female non-menstrual students were taken
as samples in this study. This structured education was given once a week for one
month by empowering videos, modules and powerpoints. This research instrument
was questionnaires about knowledge and attitudes. The data were analyzed by
parametric paired T-test.
The average value of respondents' knowledge before being given education
was 9.03 and after being given education became 11.69. The average value of
attitude before the education was 24.82 and after education became 28.87 with p
<a = 0.05 with knowledge (p = 0.000) and attitude (p = 0,000).
This study concluded that there was an effect of structured education about
menstruation to elevate the knowledge and attitudes of students in the face of
menarche. The School Health Unit is expected to establish collaboration with the
Sukadamai health center to provide structured education about adolescent
reproductive health, especially regarding menstruation.

Keywords: Knowledge, attitude, structured education,


Reference : 18 (2010-2018)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
semua berkat dan kasih karuniaNya yang selalu dilimpahkan sehingga dapat
terselesaikannya Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Edukasi Terstruktur
Tentang Menstruasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswi Kelas IV Dan V SD
Dalam Menghadapi Menarche Di SDN 106453 Sukadamai Tahun 2018”. Pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Hj. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan,
yang telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI Medan.
4. Melva Simatupang, SST, M.Kes selaku Ketua program Studi D-IV Kebidanan
tahun 2014-2018.
5. Julietta Hutabarat, SPsi, SST, M.Keb selaku pembimbing I yang telah bersedia,
sabar serta banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan
Skripsi ini.
6. Elizawarda, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing II sekaligus penguji yang
telah memberikan bimbingan sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Idau Ginting, SST, M.Kes selaku ketua penguji yang telah menguji dan
memberikan masukan sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Kepala sekolah beserta seluruh guru dan staf pegawai yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian di SDN 106453 Sukadamai.
9. Siswi kelas IV dan V atas kerja sama yang baik.
10. Teristimewa kepada ibunda tercinta T. Simanjuntak selaku wanita yang tangguh
dan hebat bagi penulis yang selalu memberikan semangat dan doa yang tidak
pernah putus, serta dukungan materi selama mengikuti perkuliahan dan
penyususnan Skripsi. Terkhusus penyelesaian studi ini penulis persembahakan
kepada Ayahanda Alm. E.Butar-butar.
11. Teristimewa untuk Bufa Family yang selalu memberikan doa dan semangat

iii
12. Yang tersayang kakak angkat Christina Afriani STr. Keb dan adik Asuh Jessia
Christine dan Citra Arini yang memberi semangat kepada penulis.
13. Sahabat penulis selama 4 tahun sekaligus teman kos yaitu WDR, YSG, KS,
ASG serta Tim Solidariti yang selalu ada dalam suka maupun duka.
14. Buat satu bimbingan Skripsi Rayi Alhay dan Yolanda Sinaga yang selalu saling
mendukung.
15. Seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2014 yang telah bersama-sama
menempuh program D-IV Kebidanan Medan. Keluarga Asrama Kebidanan
khususnya kamar Tulip 10, kamar Mawar, kakak kamar Anggrek, piri-piri
dan adik piri serta seluruh adik-adik II dan III yang pernah memberi dukungan
dan semangat dalam penyusunan Skripsi. (terkhusus Herti yang
membantu peminjaman LCD)
16. Dan seluruh pihak yang tidak dapat dicantumkan satu persatu namanya yang
telah banyak memberi bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang telah
diberikan. Semoga Skripsi ini berguna bagi semua pihak yang membaca. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk Skripsi ini.

Medan, Agustus 2018

Joti Butar-Butar

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian
C.1 Tujuan umum........................................................................... 3
C.2 Tujuan Khusus......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian
D.1 Manfaat teoritis ........................................................................ 4
D.2 Manfaat praktis ........................................................................ 4
E. Keaslian Penelitian ......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Menstruasi ............................................................................ 7
A.1. Konsep Dasar Menstruasi ...................................................... 7
1. Pengertian Menstruasi ....................................................... 7
2. Perubahan Fisik Masa Menstruasi ...................................... 7
3. Perubahan Fisikologis Pada Menstruasi ............................. 7
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi.................... 8
5. Siklus Menstruasi ................................................................ 9
6. Sindrom Sebelum Datang Bulan ......................................... 10
7. Cara mengatasi Keluhan saat menstruasi ........................... 10
8. Hygiene Menstruasi ............................................................ 11
9. Gangguan .......................................................................... 12
A.2 Menarche ................................................................................ 13
1. Pengertian Menarche .......................................................... 13
2. Usia Menarche .................................................................... 13
3. Fakto-faktor yang mempengaruhi Menarche ....................... 14
4. Perasaan Saat Menstruasi Pertama.................................... 14
5. Masalah Saat Menarche ..................................................... 15
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Menarche ...................... 16
B. Pengetahuan dan Sikap ................................................................. 17
B.1 Pengetahuan ........................................................................... 17
B.2 Sikap ....................................................................................... 18
C. Edukasi Terstruktur ........................................................................ 20
D. Kerangka Konsep ........................................................................... 24
E. Kerangka Teori Penelitian .............................................................. 25

v
F. Defenisi operasional ....................................................................... 26
G. Hipotesis ........................................................................................ 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................... 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 28
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 28
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................ 29
E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 29
F. Uji Validitas dan Reabilitas ............................................................. 31
G. Prosedur Penelitian ........................................................................ 33
H. Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 34
I. Etika Penelitian .............................................................................. 35
J. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .............................................................................................. 37
B. Pembahasan ................................................................................. 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 42
B. Saran ............................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Defenisi Operasional ..................................................................


Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pengetahuan ................................................................
Tabel 3.2 Kisi-kisi Sikap .............................................................................
Tabel 3.3 Kuesioner Pengetahuan Yang Valid Dan Tidak Valid .................
Tabel 3.4 Kuesioner Sikap Yang Valid Dan Tidak Valid .............................
Tabel 3.5 Reliabilitas Statistics Pengetahuan ............................................
Tabel 3.6 Reliabilitas Statistics Sikap.........................................................
Tabel 3.7 Tabel Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk .....................................
Tabel 4.1 Distribusi Pengetahuan Dan Sikap Siswi ...................................
Tabel 4.2 Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan dan Sikap ...............

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Kerangaka Konsep ...................................................................... 24


Gambar Kerangka Teori ............................................................................ 25

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ijin Penelitian


Lampiran 2 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian Di Sekolah
Lampiran 3 Surat Informed Consent
Lampiran 4 Etika Penelitian
Lampiran 5 Modul Pembelajaran
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 7 Daftar Hadir Siswi Yang Mengikuti Edukasi Terstruktur
Lampiran 8 Kuesioner
Lampiran 9 Hasil SPSS
Lampiran 10 Master Tabel
Lampiran 11 Dokumentasi
Lampiran 12 Lembar Konsul

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan transisi dari anak-anak menuju dewasa, dengan terjadinya
masa pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik, psikologis maupun
intelektual. Menurut World Health Organization (WHO), yang dikatakan remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10-19. Sedangkan menurut peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 yang dikatakan remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun (Pusdatin RI, 2014). Jumlah remaja di
dunia mengalami peningkatan, diperkirakan berjumlah 1,2 milyar atau sekitar 18%
dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014). Peningkatan juga terjadi di Indonesia,
menurut Sensus Penduduk 2010 jumlah remaja yaitu mencapai 43,5 juta orang
atau sekitar 18% dari jumlah penduduk dan di Sumatera Utara jumlah remaja
mencapai 1,4 juta orang (Badan Pusat Statistika Sumatera Utara, 2015).
Pada remaja terjadi perubahan secara fisik salah satunya adalah menstruasi
pertama kali yang disebut dengan menarche. Menarche merupakan menstruasi
pertama yang dialami wanita sebagai tanda perubahan pada remaja putri
kematangan seksual, yang biasanya terjadi dalam rentan usia 10-16 tahun (Titik
Lestari, 2015). Sejalan dengan perkembangan zaman usia menarche cenderung
mengalami penurunan. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010 menunjukan bahwa dari
17 Provinsi di Indonesia mengalami menarche dibawah 12 tahun diadopsi dari
penelitian Rizvya Fildza, 2014. Faktor yang mempengaruhi usia menarche yaitu
status gizi, pola makan, gaya hidup, keterpaparan media massa dan usia
menarche ibu (Rizvya Fildza, 2014).
Permulaan menstruasi pada remaja putri sering menimbulkan kebingungan,
kekecewaan, gelisah, rasa tidak nyaman, bahkan mencapai tingkat kecemasan.
Menurut penelitian Ramathuba dalam Anggi Winarti 2017 hasil menunjukan bahwa
sebanyak 73% responden mengalami ketakutan dan kecemasan akibat tidak
memiliki kesiapan dalam menghadapi menstruasi pertama. Ketidaksiapan remaja
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sikap yang cukup baik tentang
menstruasi karena tidak memperoleh informasi yang jelas.. Hal ini sependapat
dengan hasil penelitian Rosidah yang menunjukan bahwa 44,2 % remaja

1
2

berpengetahuan kurang tentang menstruasi akibat dari tidak memperoleh


informasi yang jelas (Anggi, et al 2017). Kurangnya informasi tentang menstruasi
mempengaruhi ketidakhadiran siswi sehingga berdampak pada prestasinya. Ini
sejalan dengan penelitian yang mengatakan bahwa lebih dari setengah siswi tidak
hadir selama menstruasi yaitu sekitar 54,51% dan 20,22 % siswi gagal dalam ujian
(Taketo Kassaw dan Mitike, 2014)
Informasi tentang menarche seharusnya di dapat dari orang tua, tetapi
kebanyakan orang tua menggangap hal ini tabu dan sulit dalam menyampaikan
informasi karena keterbatasan pengetahuan. Namun informasi juga bisa didapat
melalui peran petugas kesehatan salah satunya dengan memberi edukasi yang
terstruktur. Edukasi (pendidikan) merupakan proses interaktif yang mendorong
terjadinya pembelajaran, dan pembelajaran merupakan upaya menambah
pengetahuan baru, sikap, serta keterampilan melalui penguatan praktik dan
pengalaman tertentu (Smeltzer & Bare, 2008; Potter & Perry, 2009). Terstruktur
memiliki arti bahwa materi edukasi disiapkan dengan baik sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai. Terstruktur menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
sudah dalam keadaan disusun atau diatur rapi (Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008). Edukasi terstruktur dapat meningkatkan perilaku
seseorang.
Hasil penelitian Isworo, dkk (2017) menunjukkan ada perbedaan perilaku yang
signifikan sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok edukasi terstruktur.
Sejalan dengan penelitian Henny 2012 dalam Sudjana Trya, et al. 2015
mengatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan kesehatan
terhadap tingkat pengetahuan tentang menarche. Ini sejalan dengan penelitian
yang menyatakan sikap responden mengenai informasi obat sebelum dan
sesudah edukasi dianalisis hasilnya nilai p sebesar 0,020 ≤ 0,05 sehingga dapat
dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan komponen sikap sebelum
dan sesudah pemberian edukasi (Pratiwi Hening, dkk 2016).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SDN 106453 Sukadamai
Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada tanggal 23 Desember
2017 melalui wawancara terbuka, terdapat siswi yang sudah menstruasi,
diantarnya mengatakan belum pernah mendapatkan informasi tentang menstruasi
dan siswa tersebut mengatakan cemas pada saat menstruasi pertama.
Sedangkan siswi yang belum menstruasi 1 diantara nya mengatakan sudah
3

pernah mendengar tentang menstruasi dari orang tua tetapi belum jelas. Dari
wawancara dengan Kepala Sekolah di SDN 106453 bahwa selama ini belum
pernah diberikan edukasi kesehatan tentang menstruasi kepada siswi,
Informasi yang didapat dari guru kelas, bahwa dua bulan yang lalu terdapat
seorang siswi kelas V yang mengalami menstruasi pertama di sekolah dengan
sangat cemas, khawatir bahkan menangis akibat ketidaktahuan yang sedang
dialaminya. Ada juga siswi yang belum memahami cara menjaga kebersihan pada
saat menstruasi terbukti bahwa siswi yang sudah menstruasi mengatakan hanya
mengganti pembalut jika rok sudah terkena darah. Bahkan kurangnya informasi
mengenai menstruasi berdampak pada prestasi siswi, terbukti dari hasil
wawancara dengan guru kelas mengatakan bahwa ketidakhadiran terbanyak
dimiliki oleh siswi yang sudah menstruasi, sehingga mereka ketinggalan banyak
pelajaran dan membuat prestasi mereka menurun.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik mengadakan penelitian
“Pengaruh pemberian edukasi terstruktur tentang menstruasi terhadap
pengetahuan dan sikap siswi kelas IV dan V SD dalam menghadapi menarche di
SDN 106453 Sukadamai Kab. Serdang Bedagai”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat di rumuskan dalam


penelitian ini adalah apakah ada “Pengaruh pemberian edukasi terstruktur tentang
menstruasi terhadap pengetahuan dan sikap Siswi kelas IV dan V SD dalam
menghadapi menarche di SD Negeri 106453 Sukadamai Kab. Serdang Bedagai”.

C. Tujuan Penelitian
C.1 Tujuan Umum

Adapun Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Pengaruh
pemberian edukasi terstruktur tentang menstruasi terhadap pengetahuan dan
sikap Siswi kelas IV dan V SD dalam menghadapi menarche di SD Negeri
106453 Sukadamai Kab. Serdang Bedagai”.
4

C.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan Siswi kelas IV dan V di SD 106453 dalam


menghadapi menarche sebelum pemberian edukasi terstruktur tentang
menstruasi
2. Untuk mengetahui sikap Siswi kelas IV dan V di SD 106453 dalam
menghadapi menarche sebelum pemberian edukasi terstruktur tentang
menstruasi.
3. Untuk mengetahui pengetahuan Siswi kelas IV dan V di SD 106453 dalam
menghadapi menarche setelah pemberian edukasi terstruktur tentang
menstruasi
4. Untuk mengetahui sikap Siswi kelas IV dan V di SD 106453 dalam
menghadapi menarche setelah pemberian edukasi terstruktur tentang
menstruasi.
5. Untuk menganalisis pengaruh edukasi terstruktur tentang menstruasi
terhadap pengetahuan dan sikap siswi menghadapi menarche.

D. Manfaat Penelitian

D.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah yang bermanfaat bagi
pihak sekolah, dan responden serta orang tua tentang edukasi terstruktur
mengenai menstruasi untuk menghadapi menarche dan dapat dikembangkan di
kemudian hari untuk diteliti lebih lanjut.

D.2 Manfaat Praktik

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi responden sehingga responden siap


menghadapi menarche. Serta bagi institusi dan peneliti yaitu diharapkan hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam proses pembelajaran
serta menambah pengalaman, wawasan mengenai pemberian edukasi terstruktur
tentang menstruasi serta sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
Poltekkes Kemenkes RI Medan Jurusan D-IV Kebidanan.
5

E. Keaslian penelitian

Penelitian tentang pemberian edukasi terstruktur tentang menstruasi terhadap


pengetahuan dan sikap siswi dalam menghadapi menarche belum ada yang
melakukan penelitian tentang ini, tetapi sudah ada beberapa yang melakukan
penelitian terkait dengan edukasi dan menarche yaitu:
1. Ayu Ika (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh Pendidikan kesehatan
tentang menstruasi terhadap kesiapan psikologis siswi kelas 5 dan 6 SD dalam
menghadapi menarche di MI Al Islam Madiun. Hasil penelitian menunjukan
adanya pengaruh Pendidikan kesehatan terhadap kesiapan psikologis anak
dalam menghadapi menarche. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan
peneliti adalah :
a. Metodologi penelitian sebelumnya menggunakan pre ekperimental
sedangkan penelitian ini menggunakan desain One Group pretest posttes
design
b. Subyek dan tempat penelitian pada penelitian sebelumnya adalah siswi SD
kelas 5 dan 6 di MI Al Islam Madiun sedangkan penelitian ini adalah Kelas
V dan VI SDN 106453 Sukadamai
2. Isworo Atyanti (2017) melakukan penelitian tentang Edukasi Terstruktur untuk
Meningkatkan Perilaku Dukungan Keluarga Pasien Diabetes hasil menunjukan
bahwa ada perbedaan perilaku dukungan keluarga yang signifikan sebelum
dan setelah perlakuan pada kelompok intervensi. Perbedaan dengan penelitian
yang dilakukan peneliti adalah:
a. Rancangan penelitian sebelumnya menggunakan control time series design
sedangkan penelitian ini menggunakan desain One Group pretest posttes
design
b. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah keluarga pasien diabetes
sedangkan penelitian ini adalah anak SD kelas V dan VI. Tempat penelitian
serta tujuan penelitian berbeda dengan penelitian ini.
3. Susi Susanti (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian
pendidikan kesehatan tentang menarche terhadap tingkat kecemasan siswi
usia 10-12 tahun dalam menghadapi menarche. Hasil penelitian menunjukan
ada pengaruh yang signifikan dari pemberian pendidikan kesehatan terhadap
6

tingkat kecemasan siswi dalam menghadapi menarche. Perbedaan dengan


penelitian yang dilakukan peneliti adalah
a. Rancangan penelitian sebelumnya menggunakan control time series
design sedangkan penelitian ini menggunakan desain One Group pretest
posttes design
b. Subyek dan tempat penelitian pada penelitian sebelumnya adalah siswi 10-
12 tahun di SDN Sidomulyo 04 Ungaran Semarang sedangkan penelitian
ini adalah Kelas V dan VI SDN 106453 Sukadamai Kab. Serdang Bedagai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Menstruasi
A.1 Konsep Dasar Menstruasi
1. Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah penumpukan lapisan uterus yang terjadi setiap bulan


berupa darah dan jaringan. Dimulai pada masa pubertas, ketika seorang
perempuan mulai memproduksi cukup hormon tertentu yang menyebabkan
mulainya aliran ini (Robert P, 2010). Menstruasi atau haid adalah perdarahan
secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan endometrium yang terjadi
setiap bulan secara teratur pada wanita dewasa atau sehat (Lestari Titik, 2015).

2. Perubahan Fisik Masa Menstruasi

Gejala-gejala fisik yang umum terjadi selama wanita mengalami menstruasi


yaitu (Zan Herry dan Namora, 2011):
a. Adanya perubahan berat badan
b. Pembengkakan pada perut, jari, tungkai atau pergelangan kaki
c. Ketidaknyamanan pada buah dada seperti pembesaran nyeri ditekan dan
kaku
d. Sakit kepala dan terkadang mengalami migran
e. Rasa nyeri dan pegal-pegal, perubahan nasfsu makan, berkurangnya kencing
f. Perubahan kulit seperti bisul dan jerawat, perubahan tidur.

3. Perubahan Psikologis Pada Menstruasi

Adapun perubahan-perubahan psikologis yang umum terjadi pada saat wanita


menstruasi yaitu (Zan Herry dan Namora, 2011):
a. Anoreksia berarti hilangnya nafsu makan (berkurangnya nafsu makan) yang
bersifat patologis.
b. Bulimia adalah salah satu kelainan emosional yang ditandai pola makan yang
berlebihan dan berbahaya.
c. Cemas merupakan hal normal dan wajar ketika mengalami suatu tekanan
masalah.

7
8

d. Depresi merupakan salah satu bagian gangguan emosi yang sering terjadi
pada wanita.
e. Stress merupakan keadaan yang membuat tubuh untuk memproduksi hormon
adrenalin. Stress merupakan keadaan yang tertekan

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi menstruasi (Zan Herry dan


Namora, 2011) yaitu :
a. Faktor Perkembangan Hormonal
Perkembangan hormon yang dimaksud adalah esterogen dan hormone
progesteron. Hormon esterogen adalah hormon yang berfungsi merangsang
pertumbuhan rahim, payudara, dan lapisan pada vagina.
b. Faktor Perkembangan Kelenjar
Dalam hal ini adalah efek perkembangan kelenjar pituitary dan gonad.
Dampak kelenjar ini yaitu pengeluaran hormon pertumbuhan yang membuat
bertambah besar individu dan horman gonad yang memicu ciri-ciri seks..
c. Faktor Enzim
Adapaun faktor yang dimaksud ialah enzim hidropolitik yang terdapat pada
endometrium yang berfungsi merusak sel-sel dan mensistensi protein dalam
proses metabolisme. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya regresi
endometrium dan pendarahan.
d. Faktor Vascular
Mulai dari proliferasi pembentukan system vaskularisasi dalam lapisan
fungsional endometrium yang menyebabkan timbulnya stagnasi pada vena
dan saluran yang menghubungkan dengan arteri. Akirnya proses ini ialah
nekrosis dan pendarahan.
e. Faktor Prostaglandin
Pelepasan prostaglandin lebih dikenal dengan myom. Myom menyebabkan
terjadinya pendarahan pada waktu haid. Pada awal menstruasi rasa nyeri haid
sering dirasakan wanita, hal ini akibat prostaglandin.
9

5. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi yang biasanya berlangsung 28 hari sampai 30 hari adalah


rangkaian peristiwa dan mulainya satu menstruasi sampai menstruasi yang
berikutnya. Lama periode normal menstruasi berlangsung yaitu empat sampai
enam hari, dan periode yang normal tidak lebih dari tujuh hari. Siklus menstruasi
terdiri dalam 4 fase yaitu (Lestari Titik, 2015):
a. Fase Menstruasi (Hari ke 28 sampai hari ke 2 atau 3)
Pada fase ini menunjukan masa terjadinya proses peluruhan dari lapisan
endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari dalamnya. Terjadinya
kembali peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon Follicle Stimulating
Hormone (FSH) dan estrogen yang disebabkan tidak adanya hormon
Luteinizing Hormone (LH) dan pengaruhnya karena produksinya telah
dihentikan oleh peningkatan kadar hormone progesterone secara maksimal.
b. Fase Folikuler/Proliferasi (Hari ke 5 sampai ke 14)
Fase ini dikatakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan
folikel di dalam ovarium, ditandai dengan menurunnya hormone progesteron
sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan
merangsang folikel dalam ovarium. Dimulai dari hari pertama sampai sebelum
kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Perdarahan
menstruasi berlangsung selama 3-7 hari, rata-rata selama 5 hari. Dan pada
akhirnya fase ini terjadi lonjakan penghasilan hormon LH yang sangat
meningkat yang menyebabkan ovulasi.
c. Fase Luteal/ Fase Sekresi/ Fase Pramenstruasi (hari ke 14 sampai hari ke 28)
Pada fase ini menunjukan masa ovarium beraktivitas membentuk korpus
luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graf yang sudah mengeluarkan sel ovum
pada saat terjadinya proses ovulasi. Pada fase ini peningkatan hormon
progesteron yang bermakna, yang diikuti oleh penurunan kadar hormon-
hormon FSH, esterogen, dan LH. Keadaan ini digunakan sebagai penunjang
lapisan endometrium untuk mempersiapkan dinding rahim dan proses
peluruhan dinding rahim.
d. Fase Regenerasi/ Pascamenstruasi (hari ke 1 sampai hari ke 5)
Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali lapisan
endometrium uteri, sedangkan ovarium mulai beraktivitas kembali membentuk
10

folikel-folikel yang terkandung di dalamnya melalui pengaruh hormon-hormon


FSH dan esterogen yang sebelumnya sudah dihasilkan kembali di dalam
ovarium.

6. Sindrom Sebelum Datang Bulan

Sindrom pramenstruasi (Premenstruasi syndrome, PMS) adalah peristiwa


teratur dari gangguan-gangguan tertentu sebelum menstuasi atau pada hari-hari
awal terjadinya menstruasi. Masalah itu mungkin termasuk perut kembung, nyeri
punggung, penambahan berat badan, buah dada sakit, jerawat, asma, sembelit,
pusing, mudah marah, lelah, cemas, lesu, dan bahkan depresi (Robert P, 2010).
Beberapa saat sebelum mulai datang bulan (menstruasi), biasanya akan
mengalami rasa tidak enak atau merasakan beberapa gejala seperti nyeri
payudara, rasa penuh/ kembung di perut bagian bawah, merasa sangat lelah, nyeri
otot, terutama di pinggul bagian bawah atau perut, perubahan asam basa vagina,
wajah berminyak atau tumbuh jerawat, gangguan emosi, seperti mudah
tersinggung, gelisah, sukar tidur dan sakit kepala (Lestari Titik, 2015).
Beberapa dokter percaya bahwa PMS dialami oleh separuh dari total
perempuan yang berada pada masa reproduktif, tetapi sebaliknya ada beberapa
yang merasakan lebih kreatif dan produktif dalam waktu menjelang menstruasi.
Penyebab terjadinya PMS tidak diketahui, sejumlah teori sedang diteliti. PMS
mungkin berkaitan dengan meningkatnya kadar hormon setiap bulan, rendahnya
kadar gula, kekurangan vitamin, perubahan yang tetap dalam bichemicals di dalam
otak yang mempengaruhi mood.

7. Cara Mengatasi Keluhan Selama atau Sebelum Datang Bulan

Cara penanggulangan atau mengatasi gangguan keluhan sebelum dan


selama menstruasi setiap wanita berbeda-beda, tergantung cara mana yang dapat
membuat perasaan menjadi lebih nyaman dan merasa lebih baik, berikut cara
yang dapat menolong (Lestari Titik, 2015):
a. Kurangi garam-garam yang menyebabkan tubuh berusaha menyimpan air
dalam tubuh sehingga rasa penuh di perut bagian bawah.
b. Coba hindari kafein dan beberapa minuman ringan sepperti soda
c. Coba makan makanan yang berprotein tinggi seperti kacang-kacangan, ikan
daging, susu.
11

d. Coba minuman ramuan yang biasanya dapat mengatasi masalah ini


e. Minum air putih, jus dan banyak makan buah-buahan
f. Tambahkan makanan yang mengandung vitamin C
g. Jika menstruasi terlalu banyak mengeluarkan darah maka banyak makan
makanan yang mengandung zat besi agar tidak anemia.
Untuk mengatasi atau menanggulangi nyeri perut saat menstruasi
(dismenore) dapat dilakukan cara-cara sebagai berikut:
1) Usap perut bagian bawah untuk mengurangi ketegangan otot
2) Isi sebuah botol dengan air panas letakan di perut bagian bawah atau bisa
dipergunakan kain tebal atau handuk yang sudah basah dengan air panas
3) Minum air atau air hangat, teh yang terbuat dari daun resberry kemudian
dicampur dengan jahe
4) Tetap menjalankan tugas sehari-hari seperti biasa
5) Coba untuk olaraga atau berjalan-jalan
6) Minum obat anti nyeri seperti antalgin
7) Bila nyeri sangat dan perdarahan yang banyak serta semua usaha tidak dapat
menolong perlu konsultasi dengan ahli kandungan

8. Hygiene Menstruasi

Hygine menstruasi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk


mempertahankan kesehatan dan memelihara kebersihan selama menstruasi.
Menurut Lestari Titik (2015) perawatan diri selama menstruasi penting dilakukan
untuk menjaga kebersihan dan mencegah infeksi yang dapat terjadi, yaitu :
a. Pergunakan pembalut untuk menampung darah menstruasi yang keluar
selama menstruasi
b. Pilih pembalut yang lembut, menyerap cairan yang baik
c. Pembalut diganti paling sedikit 2 kali sehari atau tergantung keadaan.
d. Cucilah alat kelamin bagian luar setiap hari atau setiap ke kamar mandi serta
gunakan sabun yang tidak terlalu keras
e. Jagalah daerah kewanitaan agar tetap terjaga kebersihanya dengan air yaitu
mengusap dari depan ke belakang dan pastikan tidak menyentuh dubur.
f. Untuk mencegah infeksi sebaiknya sebelum dan sesudah menggunakan
pembalut cuci tangan terlebih dahulu.
12

9. Gangguan Menstruasi

Menurut Titik Lestari (2015) gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya


dalam masa reproduksi remaja dapat digolongkan dalam kelainan sebagai
menjadi 2 bagian yaitu:
a. Kelainan dalam banyak darah dan lamanya perdarahan pada menstruasi
1) Hipermenore atau menoregia adalah perdarahan menstruasi yang lebih
banyak dari normal atau lebih lama dari normal (>8 hari).
2) Hipomenore adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan lebih
kurang dari biasanya.
3) Kelainan siklus yaitu siklus yang datangnya menstruasi tidak teratur. Cukup
banyak dialami wanita yang pertama kali menstruasi, setelah melahirkan.
4) Palimenorea adalah siklus menstruasi yang lebih pendek dari biasanya
(kurang dari 21 hari). Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari
menstruasi biasanya.
5) Oligomenorea, Siklus menstruasi lebih panjang lebih dari 35 hari,
perdarahan oligomenorea biasanya berkurang.
6) Amenorea, Siklus menstruasi dengan panjang siklus lebih dari 3 bulan
berturut-turut. Amenorea dibagi menjadi dua yaitu amenorea primer dan
sekunder.
b. Gangguan lain dalam hubungan menstruasi
1) Dismenorea, merupakan suatu gejala nyeri menstruasi yang paling sering
2) Premenstrual, merupakan keluhan tegang menstruasi yang biasanya mulai
satu minggu sampai beberapa hari sebelum datang menstruasi dan
menghilang sesudah datang menstruasi
3) Mittelschmerz, merupakan nyeri antraa menstruas sekitar pertengahan
siklus haid pada saat ovulasi. Rasa nyeri dapat disertai atau tidak dengan
perdarahan. Lamanya mungkin hanya beberapa jam tetapi pada beberapa
kasus 2-3 hari.
4) Mastalgia, adalah rasa nyeri dan pembesaran payudara sebelum haid
13

A.2 Menarche
1. Pengertian Menarche

Menarche merupakan menstruasi pertama yang dialami wanita sebagai tanda


kematangan seksual, yang biasanya terjadi dalam rentan usia 10-16 tahun (Lestari
Titik, 2015). Menarche merupakan menstruasi pertama pada wanita, hal ini adalah
pertanda seorang remaja putri beranjak dewasa dan sudah siap menjadi seorang
wanita seutuhnya, dimana semua organ intim wanita tersebut telah siap untuk
sistem reproduksi. Menarche merupakan suatu tanda awal adanya perubahan lain
seperti pertumbuhan payudara, pertumbuan rambut di daerah pubis serta
distribusi lemak di daerah pinggang (Proverawati Atikah , 2016)

2. Usia Menarche

Secara khusus, perempuan mengalami menstruasi pada masa remaja,


menurut WHO disebut remaja apabila anak telah mencapai usia 10-18 tahun. Akan
tetapi, selalu ada perempuan yang mengalaminya pada usia lebih awal. Kira-kira
sepuluh tahun dan beberapa di antaranya bahkan lebih dini. Di lain pihak
perempuan mungkin belum mengalami menstruasi sampai usia 15 tahun atau 16
tahun. Hal ini bergantung pada produksi dan pelepasan hormon. Apabila
perdarahan terjadi sebelum seorang gadis berusia sepuluh tahun, ibunya harus
membawanya ke dokter. Seorang permpuan yang pada usia 15 tahun belum juga
mengalami menstruasi mungkin lebih baik kalau memeriksakan diri ke dokter
(Robert P, 2010).
Usia menarche mengalami penurunan 3 dekade terakhir (Rizvya Filda et al .,
2014). Bila usia 16 tahun baru mendapat menstruasi pun dapat terjadi secara
global. Ada juga perempuan mengalami menstruasi dini (premature), Hal ini
disebabkan Internal dan faktor external. Faktor internal karena ketidakseimbangan
hormon bawaan lahir. Hal ini juga berkorelasi dengan faktor external seperti
asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi. Menstruasi dapat tertunda karena
beberapa sebab, antara lain aktivitas fisik yang berat, berat badan kurang,
gangguan medis, atau karena faktor keturunan.
Menarche biasanya terjadi antara usia 12-13 tahun yaitu dalam rentang usia
10-16 tahun. Dalam keadaan normal menarche diawali dengan priode
pematangan yang dapat memakan waktu 2 tahun Selama selang waktu itu, terjadi
perkembangan payudara, pertumbuhan rambut pubis dan axilla, dan pertumbuhan
14

badan yang cepat. Umumnya jarak siklus berkisar dari 15-45 hari dengan rata rata
28 hari Lamanya berbeda-beda antara 2-8 hari dengan rata-rata 4-6 hari
(Kusmiran (2011) dalam Lestari Titik, 2015).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menarche

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi menarche, yaitu sebagai


berikut :
a. Keadaan gizi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi menarche.
Kecenderungan menurunnya rata-rata usia menarche di Indonesia
dipengaruhi oleh status gizi. Dalam sebuah studi didapatkan hasil bahwa
semakin rendah IMT (Indeks Massa Tubuh) pada remaja putri, maka umur
menarche akan semakin lambat. Sehingga terdapat hubungan antara status
gizi dengan kejadian menarche (Eko, Sarma 2015 ;Rizvya Fildza,2014)
b. Aktivitas olahraga yang ringan, status pekerjaan ayah, pendidikan tinggi ayah
dan keterpaparan media dewasa menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi status menarche remaja. Dan yang paling dominan
pengaruhnya yaitu keterpaparan media dewasa, maka responden dengan
keterpaparan terhadap media dewasa akan 2 kali berpengaruh terhadap
status menarche (Eko Sarma 2015)
c. Usia menarche ibu, pola makan, kebiasaan menonton memiliki pengaruh
dalam kejadian menarche (Rizvya Fildza, 2014)

4. Perasaaan Saat Menstruasi Pertama

Gejala yang sering menyertai menarche adalah rasa tidak nyaman. Pada
periode ini akan terjadi perubahan emosional yaitu seorang remaja malu, perasaan
suntuk, marah, sedih, cemas dan takut ketika mendapatkan menstruasi pertama
yang disebut menarche (Proverawati Atikah, 2016). Ada juga remaja yang
mempersepsikan bahwa menstruasi menjijikan, kotor, membatasi gerak-geraknya
hingga tidak bebas, hal ini merupakan efek psikologis dari menstruasi informasi
atau pengetahuan sangat dibutuhkan karena dapat membantu dalam mengatasi
perasaan negatif tentang menstruasi ini (Lestari Titik, 2015). Hal yang harus
dilakukan ketika menghadapi menarche yaitu:
a. Jangan merasa takut atau cemas dalam menghadapi menarche ni.
b. Segera pakai pembalut
15

c. Memberitahu pada orang terdekat misalnya ibu, kakak dll.


d. Konsultasi dengan orang terdekat apabila ada keluhan selama menstruasi.
e. Jaga kebersihan daerah kewanitaan dengan baik karena pada saat haid
pembulu darah dalam rahim akan mudah terinfeksi dan kuman dapat dengan
mudah masuk

5. Masalah saat menarche

Terdapat gangguan pada saat menarche, baik dari segi fisik maupun dari
segi psikologis. Ganguan-gangguan ini diantaranya:
a. Kecemasan atau ketakutan terhadap menarche
Kecemasan merupakan keadaan perasan afektif yang tidak menyenangkan
yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap
bahaya yang akan datang (Lestari Titik, 2015). Kecemasan yang sering
dialami oleh remaja putri yaitu kecemasan ketika mereka menghadapi
menarche. Menurut hasil penelitian Aryaputri Trya et al (2015) sebagian besar
reaksi responden terhadap menstruasi pertama pada remaja putri mengalami
kecemasan ringan
b. Merasa kebebasan dirinya dibatasi oleh datangnya menarche, misalnya
terbatas dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti ketidakhadiran di
kesekolah.
c. Ketidaktahuan dalam Hygine menstruasi
Kurangnya informasi mengenai menarche menyebabkan ketidaktahuan
dalam menjaga kebersihan saat menstruasi. Sebuah penelitian di Etopia
menyatakan bahwa gadis remaja di Etopia memiliki tingkat pengetahuan yang
rendah dalam penggunaan pembalut akibat kurangnya informasi (Teketo
Kassaw Tegegne dan Mitike Molla Sisay, 2014)
Yang harus dilakukan oleh remaja ketika ia mengalami menstruasi pertama
kali pertama-tama ia harus mengatakan kepada ibunya atau saudara perempuan
atau teman perempuan. Lebih baik jika membicarakannya sebelum menstruasi
dimulai. Hal ini selalu menolong untuk mempersiapakan diri dengan lebih baik.
Tidak kalah pentingnya untuk masa mendatang agar dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainya membahas menstruasi dan memberikan informasi yang
bermanfaat.
16

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan anak dalam menarche

Kesiapan merupakan suatu keadaan bersiap-siap dalam menghadapi suatu


hal. Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhin kesiapan remaja putri
dalam menghadapi menarche, diantaranya:
a. Faktor internal
1) Usia
Semakin muda usia remaja, maka semakin belum siap ia menerima
peristiwa menstruasi tersebut. Dalam penelitian Jayanti dan Purwanti
(2012), didapatkan hasil 75% dari anak SD yang siap menghadapi
menarche berumur 13 tahun, sedangkan 27,08% dari yang tidak siap
dalam menghadapi menarche berumur 10 tahun
2) Sikap
Sikap adalah kesiapan mental. Remaja yang memiliki sikap yang baik
tentang menstruasi memiliki kesiapan dalam menghadapi menarche.
Terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Jayanti dan Purwanti (2012)
bahwa 100% responden memiliki sikap yang sangat baik siap dalam
menghadapi menarche. Responden yang tidak siap dalam menghadapi
menarche bejumlah 48 anak, dan sebagian besar yaitu 38 anak (79,17%)
memiliki sikap yang tidak baik tentang menarche.
b. Faktor ekternal
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo,2010).
2) Sumber informasi
Yang dimaksud sumber informasi disini adalah sumber-sumber yang dapat
memberikan informasi tentang menarche kepada remaja putri terkait
menarche. Dalam penelitian Jayanti dan Purwanti (2012), didapatkan hasil
51,92% sumber informasi yang diperoleh remaja tentang menarche berasal
dari teman sebaya. Namun, informasi yang diperoleh tersebut sebagian
besar tidak benar, sehingga justru menyebabkan persepsi remaja terhadap
menarche menjadi negatif. Sumber informasi juga dapat berupa Media
massa, media elektronik.
17

B. Pengetahuan dan Sikap


B.1 Pengetahuan

1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindaraan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2003 dalam Titik Lestari
2015). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, merupakan domain yang penting
dalam membentuk tindakan seseorang atau over behaviour.
Menurut teori World Health Organization (WHO) yang dikutip dari
Notoatmodjo (2007) salah satu objek kesehatan dapat dijabarkan oleh
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Berdasarkan defenisi
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah suatu proses
mengingat dan mengenal kembali objek yang telah di pelajari melalui panca indra
pada suatu bidang tertentu secara baik.

2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan adalah tingkat seberapa kedalaman sesorang dapat


menghadapai, mendalami, memperdalam perhatian seperti sebagaimana
manusia menyelesaikan masalah tentang konsep-konsep baru dan kemampuan
dalam belajar di kelas. Untuk mengukur tingkat pengetahuan secara rinci terdiri
dari enam tingkatan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. Faktor internal
Yang menjadi faktor-faktor mempengaruhi pengetahuan dari dalam yaitu
pendidikan, pekerjaan, umur.
b. Faktor ekternal
Sedangkan menjadi faktor dari luar yang mempengaruhi pengetahuan
adalah lingkungan dan budaya.

4. Pengukuran pengetahuan dan kriteria tingkat pengetahuan

Untuk mengetahui pengetahuan dapat di ukur dengan wawancara atau angket


yang menanyakan tentang isi materi yang akan di ukur dari subjek penelitian ke
dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat di sesuaikan
dengan tingkat domain di atas. Menurut Arikunto (dalam Wawan dan Dewi 2010)
18

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang


bersifat kualitatif, yaitu:
a. Baik : Hasil Presentase 76%-100%
b. Cukup : Hasil Presentasi 56%- 75 %
c. Kurang : Hasil Presentasi >56%

B.2 Sikap
1. Pengertian

Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Sarwono dan Meinarno (2009),
bahwa sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang berlangsung
dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman individual masing-masing,
mengarahkan dan menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi.
Menurut Azwar (2010) dalam Fitri Nur et all (2012), sikap adalah evaluasi yang
di buat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau issue. Sikap adalah
kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.
Sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Dalam sikap positif,
kecendruangan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek
tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi,
menghindar, membenci, tidak menyukai objek tertentu (Sarwono dalam Nur Fitri
et al., 2012).

2. Pengukuran Sikap

Penyusunan instrumen telah dikemukakan untuk mengungkap sikap yaitu


skala sikap. Pengukuran sikap dilakukan dengan beberapa metode seperti likert,
thurstone, unobstrusive. Walapun bentuknya berbeda akan tetapi penskornya
sama yaitu berjenjang dari skor yang tertinggi sampai dengan terendah. Jenjang
skor untuk skala sikap biasanya tertinggi 5 dan terendah 1 dengan alternatif
jawaban yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Tetapi ada kelemahan dengan lima alternatif ini karena responden cendrung
memilih alternatif yang ada ditengah (Arikunto, 2010). Maka memang disarankan
altenatif pilihanya hanya empat saja yaitu sangat setuju dengan nilai 4, setuju
dengan nilai 3, tidak setuju dengan nilai 2, sangat tidak setuju nilai 1. Sikap dapat
pula bersifat positif dan negatif dan dapat (Heri Purwanto dalam Wawan, 2010):
19

1) Sikap positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,


mengharapkan obyek tertentu
2) Sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci,
tidak menyukai objek tertentu.
Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri dari pernyataan
favourable dan unfavourable dalam jumlah yang seimbang. Pengukuran sikap
dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat
ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu objek
(Notoatmodjo,2003).
Analisi data yang menggunakan teknik kualitatif memanfaatkan persentae
hanya merupakan langka awal dari seluruh proses analisis. Analisis kualitatif tentu
harus dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjuk pada keadaan, ukuran
kualitas. Analisis data untuk skala sikap dapat dilakukan terhadap keseluruhan
instrumen. Pengukurannya dilakukan menyeluruh dengan butir-butir pernyataan.
Oleh karena itu, hasil penelitian yang berupa bilangan harus diubah menjadi
sebuah predikat (Arikuntoro 2009). Agar pemberian predikat dapat tepat maka
sebelum dilakukan pemberian predikat, dilakukan kondisi tersebut diukur dengan
presentasi, baru di transfer ke predikat. Sebelum menentukan predikat terhadap
sikap, peneliti terlebih dahulu menentukan kriteria (tolak ukur) yang akan dijadikan
patokan penilaiaan selanjutnya (Arikunto, 2009). Tentukan terlebih dahulu skor
minimum yang biasa diperoleh adalah 1 dan tentukan skor maksimum. Setalah
itu dari tiap item dianalisis secara univariat, kemudian data di interpretasikan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
∑X
(𝑋) =
N

Keterangan :
(X) : Nilai rata-rata
∑X : Hasil penjumlahan nilai observasi
N : Jumlah observasi mean
Selanjutnya hasil skor total responden dibandingkan dengan (X), dengan skor
mean diinterpretasikan sebagai berikut :
X≥ Mean = Positif
X≤ Mean = Negatif
(Azwar, 2009 dalam Wolagole 2012)
20

C. Edukasi Terstruktur
C.1 Pengertian

Edukasi merupakan proses interaktif yang mendorong terjadinya


pembelajaran, dan pembelajaran merupakan upaya penambahan pengetahuan
baru, sikap, dan keterampilan melalui penguatan praktik dan pengalaman tertentu
Smeltzer dan Bare, 2008 dalam Susiyanti Evi 2016). Menurut Notoatmodjo (2007)
pendidikan (educational) secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat,
sehingga melakukan apa yang diharapkan oleh pendidik. Hasil sebuah penelitian
menunjukan bahwa terdapat perbedan sikap yang signifikan sebelum dan sesudah
pemberian edukasi dengan nilai p ≤ 0,55 ( Pratiwi Hening, et all 2016).
Edukasi terstruktur, yaitu dengan diberikan pendidikan kesehatan yang
terprogram menggunakan media LCD, laptop,dan media cetak lainya selama 60
menit (Wayunah, 2016). Terstruktur memiliki arti bahwa materi edukasi disiapkan
dengan baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Terstruktur menurut
kamus besar bahasa Indonesia adalah sudah dalam keadaan disusun atau diatur
rapi (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
Edukasi yang diberikan secara bertahap dengan ceramah, diskusi, sharing,
dan diulang-ulang serta dilakukan review sebelum dilanjutkan ke materi berikutnya
akan lebih cepat dan mudah untuk diterima responden. Kegiatan
mengulang/review kembali akan membantu responden mengingat materi yang
telah disampaikan sebelumnya, dikarenakan seseorang hanya akan mengingat
informasi yang telah di sampaikan hanya sampai 48 jam terakhir. Sesuatu yang
diulang-ulang cendrung akan tertanam dalam jiwa manusia (Isworo Atyanti et al.,
2017). Sebuah penelitian mengatakan ada tiga cara untuk meningkatkan
kesehatan menstruasi yaitu media massa tentang pubertas, hal-hal berkaitan
dengan menstruasi, dan pendidikan kesehatan yang berpusat pada perempuan
melalui pelajaran kurikulum atau program di luar sekolah, menyediakan buku-buku
yang relevan, oleh karena itu penelitian ini menyarankan untuk mengadakan
pendidikan kesehatan untuk siswi maupun guru serta ibu tentang masalah gadis
dan perawatan yang tepat (Mohammad Ali Morowatisharifabad, Aliakbar and
Neda, 2018).
21

Edukasi atau pendidikan kesehatan dilakukan 4 (empat) kali pertemuan


dengan interval waktu satu minggu untuk merubah perilaku seseorang, dilakukan
dengan berbagai metode yang ada selama 60 menit (Mardhiah, Ainal 2015).
Dalam sebuah penelitian juga mengatakan bahwa pendidikan kesehatan diberikan
selama 4 kali pertemuan dalam sebulan mampu menimbulkan minat dan
kesadaran responden (Isworo Atyanti, et al 2017).
Pendidikan kesehatan atau edukasi mampu merubah perilaku seseorang
karena selain diberikan dengan metode ceramah secara langsung dengan
pendekatan interpersonal, responden juga diberikan media seperti leafleat,
booklet yang dapat membantu dalam proses belajar (Isworo Atyanti, et al 2017 :
Supardi Sudibyo,2002). Hasil penelitian Evi Susiyanti 2016 menunjukan bahwa
ada pengaruh edukasi terstruktur terhadap perilaku ibu dalam pemilihan
kontrasepsi.
Hasil penelitian Bastami Feteme, et al (2015) mengenai pengaruh health
education terhadap pengetahuan, manfaat dalam pencegahan AIDS di kalangan
pecandu narkoba menunjukkan bahwa pelatihan dan pendidikan kesehatan dapat
meningkatan pengetahuan, self-efficacy, dan memiliki manfaat dalam mengurangi
kesulitan yang dirasakan para pecandu narkoba. Dari hasil uji t berpasangan
menunjukkan bahwa nilai rata-rata untuk pengetahuan, manfaat dan perilaku
preventif mengalami peningkatan secara signifikan dalam kelompok intervensi
setelah diberikan intervensi daripada sebelum intervensi dengan nilai P= 0,01
untuk pengetahuan, p=0,003 untuk manfaat dan P< 0,001 untuk self-efficacy.

C.2 Ruang Lingkup Edukasi (Pendidikan)

Ruang lingkup atau bidang garapan promosi kesehatan mencakup berbagai


bidang atau cabang keilmuan lain. Ruang lingkup pendidikan kesehatan terbagi
menjadi 2 yaitu (Notoatmodjo, 2010):
1. Ruang lingkup berdasarkan aspek pelayanan kesehatan, secara garis
besarnya terdapat 2 jenis pelayanan kesehatan, yakni:
a. Pelayanan preventif dan promotif, pelayanan bagi kelompok masyarakat
yang sehat, agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan meningkat status
kesehatanya.
22

b. Pelayanan kuratif dan rehabilitatif, pelayanan kelompok masyarakat


yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih
kesehatanya.
2. Ruang lingkup berdasarkan tatanan (tempat pelaksanana):
a. Tatanan keluarga
Dalam pelaksaanan pendidikan kesehatan keluarga ini, sasaran utamanya
adalah orang tua, terutama ibu. Karena ibulah di dalam keluarga yang
sangat berperan dalam meletakan dasar perilaku sehat.
b. Tatanan sekolah
Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga yang artinya, sekolah
merupakan tempat lanjutan untuk meletakkan dasar perilaku bagi anak,
termaksud perilaku kesehatan
c. Tempat kerja
Tempat kerja adalah tempat dimana orang dewasa memperoleh nafkah
untuk keidupan keluarganya, melakukan produktivitas atau hasil kerjanya.
Sehingga promosi kesehatan di tempat kerja dapat dilakukan oleh
perusahaan untuk memfasilitasi kesehatan bagi pekerjanya.
d. Tempat-tempat umum
Di tempat-tempat umum juga perlu dilaksanankan promosi kesehatan
dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku
sehat bagi pengunjungnya.
e. Institusi pelayanan kesehatan
Tempat-tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan, dan sebagainya adalah tempat yang paling starategis untuk
promosi kesehatan.

C.3 Media Edukasi

Media pendidikan atau edukasi adalah semua sarana atau upaya


menampilkan pesan atau informasi yang ingin di sampaikan oleh komunikator.
Adapun tujuan media pendidikan kesehatn ini adalah untuk mempermudah
penyampaian informasi, memperjelas serta memperlancar informasi.
Penggolongan media pendidikan kesehatan ini dapat di tinjau dari berbagai aspek
antara lain:
23

a. Berdasarkan bentuk umum penggunaanya


Berdasarkan penggunaannya media promosi dalam rangka promosi
kesehatan dibedakan menjadi:
1) Bahan bacaan: modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah,
bulletin, dan sebagainya.
2) Bahan peragaan: poster tunggal. Poster seri, flipchart, slide, film dan
sebagainya.
b. Berdasarkan cara produksinya
1) Media cetak: poster, leaflet, brosur, majalah,surat kabar, lembar balik,
stiker, dan famflet.
2) Media elektronik: TV, radio, film, cassete, CD, dan VCD.
Metode kesehatan yang dilakukan oleh penyuluh disesuaikan dengan unsur
perilaku sasaran yang akan diubah, apakah unsur pengetahuan, sikap, atau
tindakan. Dari berbagai metode penyuluhan, yang paling sering dilakukan oleh
penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan adalah metode cerarnah tanya jawab.
Salah satu kelemahan ceramah adalah pesan yang terinci mudah dilupakan
setelah beberapa lama. Alat bantu lihat (visual aid) yang sering digunakan untuk
meningkatkan efektivitas ceramah adalah leaflet (Supardi Sudibyo,2002)

C.4 Metode Edukasi

Metode dan teknik promosi kesehatan adalah kombinasi antara cara-cara


atau metode dan alat-alat bantu atau media yang digunakan dalam setiap
pelaksanaan promosi kesehatan. Secara umum orang mempergunakan tiga
metode dalam belajar yaitu visual, auditory, dan kinesthetic (Gunarya, 2006 dalam
Tesis widiastuti, 2012). Metode dan teknik promosi kesehatan dibagi menjadi 3
yaitu :
a. Metode individual
Metode ini dapat digunakan apabila antara promotor kesehatan dan sasaran
atau klienya dapat berkomunikasi langsung, baik bertatap muka maupun
melalui saranan komunikasi lainya seperti telepon. Metode dan teknik promosi
kesehatan individual yang terkenal adalah “councelling”.
b. Metode kelompok
Teknik dan metode ini digunakan untuk sasaran kelompok. Sasaran kelompok
dibedakan menjadi dua yaitu kecil dan besar. Disebut kelompok kecil kalua
24

kelompok sasaran terdiri dari 6-15 orang, sedang kelompok besar yaitu di atas
15-50 orang. Oleh sebab itu, metode kesehatan kelompok juga dibedakan
menadi 2 yaitu:
1) Metode dan teknik promosi kesehatan dengan untuk kelompok kecil,
misalnya diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, bermain peran,
metode permainan simulasi, dan sebagainya. Untuk mengefektifkan
metode ini perlu dibantu dengan alat bantu atau media, misalnya lembar
balik, alat peraga, slide, dan sebagainya.
2) Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok besar, misalnya
metode ceramah, seminar, lok karya dan sebagainya. Untuk memperkuat
metode ini perlu dibantu pula dengan alat bantu misalnya, overhead
projector, slide, film, sound system, dan sebagainya.
c. Metode massa
Metode pendidikan kesehatan secara masa dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyrakat
yang sifatnya publik atau massa. Beberapa contoh metode pendidikan
kesehatan secara massa ini, antara lain ceramah umum, pidato, simulasi,
tulisan di majalah atau koran.

D. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

- Pengetahuan siswi kelas V dan VI


Edukasi terstruktur SD menghadapi menarche
Tentang menstruasi - Sikap siswi kelas V dan VI SD dalam
menghadapi menarche

Gambar 2.1
25

E. Kerangka Teori

Menstruasi

Menarche

Faktor-faktor yang Perasaan saat


mempengaruhi usia menstruasi pertama :
menarche 1. Malu dan bingung
2. Sedih dan takut
3. Marah dan cemas
1. Gizi
2. Aktivitas olaraga
3. Keterpaparan Kesiapan menghadapi
media dewasa menarche
4. Usia menarche ibu
5. Pola makan
6. Kebiasaan
menonton
Faktor Internal Faktor Internal

1. Usia 2. Sikap Pengetahuan Sumber


Informasi

Edukasi terstruktur
tentang menarche
melalui :
a. Ceramah
b. Sharing
c. Diskusi
d. video

Gambar 2.2
26

F. Defenisi Operasional

Tabel 2.1

No Variabel Defenisi Cara ukur Alat Hasil Skala

1 Edukasi Upaya Memberikan edukasi Modul , Ya dan Nominal


terstruktur penambahan atau pendidikan video dan Tidak
pengetahuan kesehatan dengan PPT
dan sikap metode ceramah,
tentang diskusi, sharing, role
menstruasi play dan melakukan
melalui review ulang. Edukasi
pemberian diberikan sebanyak
pendidikan empat kali dengan
kesehatan yang interval waktu 1 (satu)
disusun rapi dan minggu selama 60
terprogram menit.

2 Pengetahuan Kemampuan Cara pengukuran Kuesioner Nilai Ratio


siswi mengingat dengan menggunakan dengan rata-rata
dan mengenal kuesioner dan pilihan sebelum
kembali yang responden di minta tunggal dan
telah di pelajari menyatakan jawabanya a, b, c sesudah
tentang atas pertanyaan
menstruasi. tentang pengetahuan
yang terdiri dari 15
pertanyaan
3 Sikap Adalah kesiapan Cara pengukuran Kuesioner Nilai Ratio
atau respon denganmmenggunakan dengan rata-rata
yang dirasakan kuesioner. Pengukuran model sebelum
siswi dalam sikap dilakukan dengan skala dan
mengahadapi menanyakan sebanyak Likert sesudah
menarche 10 item dengan 4 modifikasi
pilihan jawaban yaitu
sangat tidak setuju
dengan skor 1, tidak
27

setuju skor 2, setuju


skor 3, sangat setuju
dengan skor 4 untuk
pertanyaan positif
(favourable). Begitu
pula sebaliknya untuk
pernyataan negative
(unfavourable).
Pengukuran data
dilakukan berdasarkan
jumlah total skor yang
di peroleh.

G. Hipotesis

Ada pengaruh edukasi terstruktur terhadap pengetahuan dan sikap Siswi


kelas IV dan V di SDN 106453 Sukadamai dalam menghadapi menarche
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Ekperimental, dengan


rancangan penelitian One Group pre test and post tes design yaitu suatu
penelitian yang dilakukan untuk menilai satu kelompok saja secara utuh tanpa
menggunakan kontrol, dimana dilakukan pengujian pertama (pre test) setelah itu
subjek diberi perlakuan (Intervensi), kemudian peneliti menguji perubahan-
perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan terhadap subjek penelitian yaitu
pengetahuan dan sikap tentang menstruasi, kemudian dinilai pengaruhnya pada
pengujian kedua (Post Test)

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

B.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di SD Negeri 106453 Sukadamai Kecamatan Sei
Bamban Kabupaten Serdang Bedagai karena belum pernah dilakukan
sebelumnya edukasi terstruktur mengenai menstruasi.
B.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2017 sampai Juli 2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


C.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SDN 106453 Sukadamai
Kecamatan Sei Bamban kelas IV dan V yang berjumlah 45 siswi.
C.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling.
Sampel penelitian ini adalah siswi SD Negeri 106453 Sukadamai sebanyak
42 siswi yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Siswi yang belum mestruasi
2. Siswi yang belum pernah mendapatkan informasi
3. Siswi yang bersedia dilakukan penelitian
Kriteria Ekslusi adalah Siswi yang sudah menstruasi

28
29

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

D.1 Jenis Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan alat ukur kuesioner .
Data yang dikumpulkan terdiri dari identitas responden seperti nama, kelas
dan umur, pengetahuan dan sikap tentang menstruasi. Dan data sekunder di
peroleh dari bagian administrasi sekolah SDN 106453 Sukadamai.
D.2 Cara Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data sebagai berikut :
1. Peneliti menjelaskan tentang judul penelitian serta tujuan penelitian, dan
meminta kesedian untuk menjadi responden
2. Siswi sudah bersedia menjadi responden, kemudian kuesioner
pengetahuan dan sikap tentang menstruasi diberikan serta menjelaskan
cara pengisian kuesioner. Dalam mengisi kuesioner peneliti mendamping
responden agar tidak terjadi kesalahan dalam pengisian.
3. Setelah selesai pengisian kuesioner, lembar kuesioner dikumpulkan
kembali dan peneliti memeriksa kelengkapan jawabanya.
4. Edukasi terstruktur telah yang diberikan sebanyak 4 kali yaitu pada tanggal
21 April 2018 peneliti memberikan pretest setelah itu peneliti memberikan
edukasi dengan materi pertama, pertemuan kedua pada 28 April 2018 ,
pertemuan ketiga pada tanggal 30 Mei 2018, dan pada tanggal 14 Mei 2018
peneliti melakukan post test terkait perubahan yang terjadi pada responden
meliputi pengetahuan dan sikap tentang menstruasi dengan membagikan
kuesioner lagi..
5. Peneliti menilai pengaruh dari pendidikan kesehatan tentang menstruasi
melalui data yang telah terkumpul.

E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian

E.1 Alat Ukur/ Instrumen


Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner mengenai
pengetahuan dan sikap tentang menstruasi untuk menghadapi menarche
30

E.2 Bahan Penelitian


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi edukasi terstruktur
mengenai menstruasi dalam bentuk modul pembelajaran, powerpoint, video
untuk menunjang kegiatan ceramah dan diskusi.
Berikut beberapa kisi-kisi kuesioner pengetahuan dan sikap tentang
menstruasi :
Tabel 3.1
Kisi-kisi Pengetahuan

Variabel Indikator Item Pertanyaan


Pengetahuan Pengertian menstruasi dan menarche 1,8
Siklus dan hygine menstuasi 3,4,6,11,12,16,21
Perubahan menstruasi 5,13,14
Cara mengatasi keluhan menstruasi 7,9,10,15,18,
dan menarche 19,20
Usia menarche 2,17
Total 20

Tabel 3.2
Kisi-kisi Sikap

Item pertanyaan
Indikator Jumlah
Positif Negatif

Perasaan menghadapi menarche 1,2,6,5 3,4 6


Melakukan hygiene 11 8,9 3
Cara menangani saat menarche 7,14 10,12,13 5
terjadi
Total 7 7 14
31

F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

F.1 Validitas
Kuesioner telah disusun dan diuji validitas, uji validitas kuesioner ini dilakukan
di SDN 102095 Sukadamai Kabupaten Serdang Bedagai dengan jumlah
sampel 20 siswi yang memiliki karateristik sama dengan sampel penelitian.
Dalam penelitian ini kuesioner dianalisis menggunakan Statistic package for
the Social Science (SPSS) dan Microsoft Office Exel (SPSS). Adapun
instrumen dikatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel (Sugiyono,
2015). Dari nilai r tabel dapat diperoleh melalui tabel r product moment
pearson dengan rumus n-2 jadi df 20-2= 18 maka r tabel = 0,444. Item
pertanyaan yang dinyatakan valid dan tidak valid dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 3.3
Kuesioner Pengetahuan Yang Valid Dan Tidak Valid

Indikator Item Pertanyaan Item pertanyaan


Valid tidak valid
Pengertian menstruasi dan 1 8
menarche
Siklus dan hygine menstuasi 3,4,6,12,16, 11
Perubahan menstruasi 13,14 5
Cara mengatasi keluhan 7,10,15,18,19,20 9
menstruasi dan menarche
Usia menarche 2,17
Total 16 4

Dari tabel 3.3 diatas menunjukan bahwa terdapat 4 soal (20%) kuesioner yang
tidak valid yaitu nomor 5, 8, 9, 11. Sedangkan sebanyak 16 soal (80%)
dikatakan valid. Setiap butir pertanyaan mempunyai koefisien korelasi
terhadap total nilai pengetahuan dengan taraf signifikan 5%. Untuk
perhitungan secara rinci uji validitas kuesioner terdapat pada lampiran.
32

Tabel 3.4
Kuesioner Sikap Yang Valid Dan Tidak Valid

Indikator Item Pertanyaan Item pertanyaan


valid tidak valid
Positif Negatif Positif Negatif
Perasaan menghadapi menarche 1,2,6, 3,4 5
Melakukan hygiene 11 9 8
Cara menangani saat menarche 7 12,13 14 10
terjadi
Total 5 5 2 2

Dari tabel 3.4 diatas menunjukan bahwa terdapat 4 soal (29%) kuesioner yang
tidak valid yaitu nomor 5,8, 10,14. Sedangkan sebanyak 10 pernyataan (71%)
dikatakan valid. Setiap butir pernyataan mempunyai koefisien korelasi
terhadap total nilai sikap dengan taraf signifikan 5%. Untuk perhitungan
secara rinci uji validitas kuesioner terdapat pada lampiran

F.2 Reliabilitas

Uji reliabilitas dipegunakan untuk menguji kuesioner jawaban responden.


Dalam penelitian ini uji reliabilitas responden digunakan dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach’s dengan menggunakan bantuan
SPSS. Adapun instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha lebih
besar dari 0,60 (Notoatmodjo, 2007). Berikut adalah hasil perhitungan uji
reliabilitas pengetahuan dan sikap dengan menggunakan SPSS :

Tabel 3.5
Reliabilitas Statistics Pengetahuan

Cronbach's Alpha N of Items

.739 20

Dari tabel 3.5 diatas maka nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,739. Maka dari
20 item pengetahuan dinyatakan reliabel. Peritungan secara rinci untuk uji
reliabilitas terdapat pada lampiran.
33

Tabel 3.6
Reliabilitas Statistics Sikap

Cronbach's Alpha N of Items

.753 14

Dari tabel 3.6 diatas maka nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,753. Maka dari
14 item sikap dinyatakan reliabel. Peritungan secara rinci untuk uji reliabilitas
terdapat pada lampiran.

G. Prosedur Penelitian
1. Peneliti meminta surat ijin penelitian dari program studi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Medan untuk melakukan penelitian di SDN 106453
Sukadamai Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Surat balasan ijin penelitian sudah diberikan oleh kepala sekolah SDN
106453, kemudian peneliti melakukan penelitian.
3. Peneliti memberikan edukasi yang dilakukan sebanyak 4 kali yaitu
pertemuan pertama pada tanggal 21 April 2018, pertemuan kedua pada
28 April 2018 , pertemuan ketiga pada tanggal 30 Mei 2018, dan pertemuan
terakhir pada tanggal 14 Mei 2018.
4. Pertemuan pertama sampai dengan ketiga dilakukan metode ceramah
menggunakan power point, modul pembelajaran, dan video selama 60
menit dengan materi pendidikan kesehatan tentang konsep dasar
menstruasi, cara mengatasi keluhan pada saat menstruasi, menarche,
perasaaan saat menstruasi pertama, masalah saat menarche
5. Pertemuan keempat dilakukan dengan model role play dan demonstrasi
selama 30-40 menit dengan materi cara menjaga kebersihan saat
menstruasi dan cara menghadapi menstruasi pertama.
6. Tahapan terakhir dilakukan posttest dengan memberikan kuesioner
pengetahuan dan sikap.
34

H. Pengolahan dan Analisis Data

H.1 Pengolahan Data


Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner di olah secara melalui proses
editing, coding, tabulating, cleaning, kemudian dilakukan pengolahan data.
Pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi. Adapun langkah-langkah
dalam pengolahan data yaitu (Notoatmodjo, 2010) :
1. Editing
Yaitu hasil wawancara atau angket dari pengamatan dari lapangan harus
dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing
adalah kegiatan untuk pencetakan dan perbaikan isian formulir ataupun
kuesioner tersebut
2. Coding
Yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau
bilangan.
3. Tabulating
Yaitu proses memasukkan data yang diberi kode atau tanda kedalam tabel
distribusi frekuensi untun mempermudah saat menganalisa data
4. Cleaning (Pembersihan Data)
Yaitu pengecekan data yang sudah selesai dimasukan untuk melihat
kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya
H.2 Analisis Data
Data yang telah diolah dengan menggunakan komputer kemudian dianalisis
berdasarkan variabel, yang meliputi :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karateristik setiap variable (Notoatmodjo,2010). Variabel yang di analisis
secara univariat dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap
dalam menghadapi menarche.
2. Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan terhadap dua variabel yang di duga memiliki
hubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,2010). Analisis bivariat
digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi terstruktur
tentang menstruasi terhadap pengetahuan dan sikap siswi dalam
35

menghadapi menarche. Untuk mengetahui interaksi 2 variabel maka


dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro Wilk
karena jumlah responden <50. Hasil uji normalitas tenyata seluruh
variabel berdistribusi normal dengan p> α 0,05. Karena data berdistribusi
normal maka penelitian ini menggunakan uji Paired Sampel t test. Berikut
hasil uji normalitas :

Tabel 3.7
Tabel Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk

No Variabel Perlakuan Na Nilai (p) Ket


1 Pengetahuan Pretest 39 0,095 Normal
Posttest 39 0,068 Normal
2 Sikap Pretest 39 0,098 Normal
Posttest 39 0,135 Normal

I. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti
dan masyarakat yang memperoleh dampak hasil penelitian tersebut
(Notoatmodjo,2010). Etika penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Informed Consent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti. Jika
responden bersedia diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan tersebut. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti
tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. Sebelum mengisi
kuesioner, calon responden dijelaskan mengenai isi dari lembar informed
mengenai peneliti, judul penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian bagi responden. Calon responden yang bersedia menjadi
responden selanjutnya menandatangani lembar consent yang merupakan
lembar persetujuan menjadi responden penelitian, selanjutnya responden
dipersilahkan mengisi kuesioner secara lengkap.
36

2. Anonimity (tanpa nama)


Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar
pengumpulan data, cukup dengan memberi nomer kode pada masing-
masing lembar tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjaga kerahasiaan
responden. Peneliti menjaga kerahasiaan responden dengan tidak
mencantumkan nama responden, peneliti memberi kode pada masing-
masing lembar kuesioner.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu
saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset. Peneliti tidak
akan menunjukkan kuesioner yang diisi responden pada pihak lain, data
hanya untuk penelitian ini saja

J. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini baru menganalisis pengaruh sebelum dan sesudah pemberian
edukasi terstruktur tentang menstruasi pada kelompok intervensi saja, tetapi
belum dilakukan analisis pada dua kelompok untuk membandingkan efektifitas
edukasi terstruktur pada dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok
kontrol.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian mengenai pengaruh edukasi


terstruktur tentang menstruasi terhadap pengetahuan dan sikap siswi dalam
menghadapi menarche di SDN 106453 Sukadamai Kabupaten Serdang Bedagai ,
dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Pengetahuan sebelum diberikan edukasi tentang menstruasi rata-rata nilai
responden 9,03 dengan nilai minimal 5 dan nilai maksimal 14
2. Sikap sebelum diberikan edukasi terstruktur tentang menstruasi rata-rata nilai
responden 24,82 dengan nilai minimal 22 dan nilai maksimal 28
3. Pengetahuan setelah diberikan edukasi tentang menstruasi rata-rata nilai
pengetahuan menjadi yaitu 11,69 dengan nilai minimal 9 dan nilai maksimal 15
4. Sikap setelah diberikan edukasi terstruktur tentang menstruasi rata-rata nilai
sikap menjadi 28,87 dengan nilai minimal 26 dan nilai maksimal 32.
5. Ada pengaruh pemberian edukasi terstruktur tentang menstruasi terhadap
pengetahuan dan sikap siswi kelas IV dan V SDN 106453 Sukadamai sebelum
dan sesudah diberi edukasi terstruktur dengan p 0,000 < α 0,05.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas perubahan yang terjadi pada pengetahuan


masih ada yang berpengetahuan cukup tentang mesntruasi, maka diharapkan:
1. Bagi Sekolah
Disarankan kepada sekolah untuk memberikan edukasi terstruktur tentang
kesehatan reproduksi remaja khususnya mengenai menstruasi melalui Unit
Kesehatan Sekolah (UKS) yang bekerja sama dengan petugas kesehatan yang
bertugas di wilayah Puskesmas Sukadamai.
2. Bagi Responden
Disarankan kepada siswi untuk mencari informasi yang benar dan terpercaya
mengenai kesehatan reproduksi khususnya mengenai menstruasi misalnya
melalui orang tua, melalui petugas kesehatan seperti bidan ataupun dokter,

42
43

melalui media elektronik dengan mendownload aplikasi di Play Store seperti


aplikasi Kesehatan Reproduksi Remaja, Menstrual Diary, HAWA Period
Tracker App Indonesia.
3. Bagi Institusi
Disarankan kepada Institusi untuk melengkapi fasilitas buku-buku terbaru
tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya mengenai menstruasi karena
peneliti hanya menemukan dua buku mengenai kesehatan reproduksi remaja
dengan tahun terbit 2013.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 106453 Sukadamai dengan alamat Jln.
Pintu Air, Desa Sukadamai, Kabupaten Serdang Bedagai. Siswi yang dijadikan
responden merupakan siswi yang sesuai dengan kriteria inklusi berjumlah 42 siswi
yang mayoritas berusia 11 tahun dan pada umumnya siswi belum mendapatkan
informasi mengenai menstruasi, tetapi yang datang mengikuti edukasi mulai dari
pertemuan pertama sampai ke- 4 berjumlah 39 siswi. Berikut hasil penelitian yang
dapat disajikan pada tabel-tabel berikut ini :

A.1 Analisis Univariat


Hasil penilaian pengetahuan dan sikap responden sebelum dan sesudah
pemberian edukasi terstruktur tentang menstruasi dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 4.1
Distribusi Pengetahuan Dan Sikap Siswi Sebelum Dan Sesudah Pemberian
Edukasi Terstruktur Tentang Menstruasi Di SDN 106453 Sukadamai
Tahun 2018

No N Variabel Mean Nilai Min Nilai Maks


1 10 Pengetahuan
- Sebelum 9,03 5 14
- Sesudah 11.69 9 15
2 10 Sikap
- Sebelum 24,82 22 28
- Sesudah 28,87 26 32

Dari tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pengetahuan
responden sebelum diberikan edukasi terstruktur tentang menstruasi yaitu 9,03
dengan nilai minimal 5 dan nilai maksimal 14. Setelah diberikan edukasi terstruktur
tentang menstruasi ternyata pengetahuan responden naik dimana nilai rata-rata
11,69 dengan nilai minimal 9 dan nilai maksimal 15.

37
38

Nilai rata-rata sikap responden dalam menghadapi menarche sebelum


diberikan edukasi terstruktur yaitu 24,82 dengan nilai minimal 22 dan nilai
maksimal 28. Setelah diberikan edukasi terstruktur tentang menstruasi nilai
rata-rata sikap menjadi 28,87 dengan nilai minimal 26 dan nilai maksimal 32.

A.2 Analisis Bivariat


Hasil analisis pengaruh pemberian edukasi terstruktur tentang menstruasi
terhadap pengetahuan dan sikap dalam menghadapi menarch dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :

Tabel 4.2
Pengaruh Edukasi Terstruktur Tentang Menstruasi Terhadap Pengetahuan
dan Sikap Siswi Dalam Menghadapi Menarche di SDN 106453 Sukadamai
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018

No Variabel Mean Standar Selisih P Value SD Pre &


Deviasi Mean Post
1 Pengetahuan
- Sebelum 9,03 2,311 2,66 0,000 1,938
- Sesudah 11,69 1,657
2 Sikap
- Sebelum 24,82 1,355 4,05 0,000 1,986
- Sesudah 28,87 1,439

Dari tabel 4.2 rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan edukasi


terstruktur tentang menstruasi adalah 9,03 dengan standar deviasi 2,311. Setelah
diberikan edukasi terstruktur tentang menstruasi didapat rata-rata pengetahuan
responden menjadi 11,69 dengan standar deviasi 1,657, terlihat selisih mean 2,66
antara nilai pretest dan posttest dengan standar deviasi 1,938. Hasil uji statistik
yaitu p= 0,000 < α 0,05. Dan Rata-rata sikap responden sebelum diberikan edukasi
terstruktur tentang menstruasi adalah 24,82 dengan standar deviasi 1,355. Setelah
diberikan edukasi terstruktur tentang menstruasi rata-rata sikap responden
menjadi 28,87 dengan standar deviasi 1,439, terlihat selisih mean 4,05 antara nilai
pretest dan posttest dengan standar deviasi 1,986, hasil uji statistik didapat nilai
p= 0,000 <α 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh edukasi
39

terstruktur tentang menstruasi terhadap pengetahuan siswi dalam menghadapi


menarche

B. Pembahasan
B.1 Pengaruh Edukasi Terstruktur Terhadap Pengetahuan

Dari hasil tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pengetahuan
responden sebelum diberikan edukasi terstruktur tentang menstruasi yaitu 9,03
dengan nilai minimal 5 dan nilai maksimal 14. Hasil penelitian Rosidah yang
menunjukan bahwa 44,2 % remaja tidak memperoleh informasi yang jelas (Anggi,
et al 2017). Padahal menurut penelitian Ramathuba dalam Anggi Winarti 2017
mengatakan bahwa sebanyak 73% responden mengalami ketakutan dan
kecemasan dalam menghadapi menstruasi pertama. Sehingga sangat perlu
diberikan edukasi terstruktur untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam
menghadapi menarche
Setelah diberikan edukasi terstruktur tentang menstruasi ternyata
pengetahuan responden naik dimana nilai rata-rata 11,69 dengan nilai minimal 9
dan nilai maksimal 15. Dari hasil uji paird t test dapat dilihat bahwa ada pengaruh
pemberian edukasi terstruktur tentang menstruasi terhadap pengetahuan
responden sebelum dan sesudah edukasi terstruktur dengan p< α 0,05 dengan
selisih mean 2,66 dan Sd pre dan post 1,938. Tetapi hanya terdapat sedikit selisih
mean pretest dan postest. Hal ini disebabkan faktor yaitu umur, ingkungan, dan
budaya. Dalam penelitian Jayanti dan Purwanti (2012), didapatkan hasil 51,92%
sumber informasi yang diperoleh remaja tentang menarche berasal dari
lingkungan yaitu teman sebaya. Namun, informasi yang diperoleh tersebut
sebagian besar tidak benar.
Pengetahuan merupakan kemampuan siswi mengingat dan mengenal
kembali yang telah di pelajari tentang menstruasi. Melalui pemberian edukasi
terstruktur mampu memberikan informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan
responden. Ini sejalan dengan Santrock, 2003 yang mengatakan bahwa upaya
utama yang harus dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan sesorang
mengenai suatu hal adalah dengan memberikan informasi yang menyeluruh
mengenai hal tersebut.
40

Edukasi terstruktur tentang menstruasi adalah upaya penambahan


pengetahuan tentang menstruasi melalui pemberian pendidikan kesehatan yang
disusun rapi dan terprogram. Hasil penelitian Henny 2012 dalam
Sudjana Trya, et al. 2015 mengatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
penyuluhan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang menarche. Ini
Sejalan dengan hasil penelitian Bastami Feteme, et al (2015) mengenai Effect Of
Educational Intervention On Knowledge, Perceived Benefits, Barriers And
Self‑Efficacy Regarding AIDS Preventive Behaviors Among Drug Addicts
menunjukkan hasil uji t berpasangan nilai rata-rata untuk pengetahuan, manfaat
dan perilaku preventif mengalami peningkatan secara signifikan setelah diberikan
intervensi daripada sebelum intervensi dengan nilai p= 0,01 untuk pengetahuan,
p=0,003 untuk manfaat dan p< 0,001 untuk self-efficacy.
Penelitian ini memberikan edukasi terstruktur, yaitu dengan diberikan
pendidikan kesehatan yang terprogram menggunakan media LCD, laptop,dan
media cetak lainya selama 60 menit dan diulang-ulang serta dilakukan review
untuk meningkatkan pengetahuan responden dan hasilnya ada pengaruh
pemberian edukasi terstruktur terhadap pengetahuan responden. Ini sejalan
dengan penelitian mengatakan bahwa pendidikan kesehatan diberikan selama
4 kali pertemuan dalam sebulan mampu menimbulkan minat dan kesadaran
responden (Isworo Atyanti, et al 2017).
Peningkatan pengetahuan responden tentang menstruasi setelah diberikan
perlakuan merupakan akibat dari pemberian edukasi terstruktur tentang
menstruasi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mardhiah Ainal, et al 2015
menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan atau edukasi terhadap
pengetahuan dengan p = 0,0001< α 0,05.

B.2 Pengaruh Edukasi Terstruktur Terhadap Sikap

Dari hasil tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata sikap responden
dalam menghadapi menarche sebelum diberikan edukasi terstruktur yaitu 24,82
dengan nilai minimal 22 dan nilai maksimal 28. Setelah diberikan edukasi
terstruktur tentang menstruasi nilai rata-rata sikap menjadi 28,87 dengan nilai
minimal 26 dan nilai maksimal 32. Dari hasil uji beda rata-rata (paird t test) dapat
dilihat bahwa ada pengaruh pemberian edukasi terstruktur tentang menstruasi
terhadap sikap responden sebelum dan sesudah edukasi terstruktur dengan
41

p < α 0,05 dengan selisih mean 4,05 dan Sd pre dan post 1,986. Jadi hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata nilai sikap sebelum dan sesudah
pemberian edukasi mengalami peningkatan.
Sikap adalah kesiapan atau respon yang dirasakan siswi dalam mengahadapi
menarche. Pemberian edukasi dapat membuat responden memiliki sikap yang
siap dalam mengadapi menarche. Sejalan dengan teori Smeltzer dan Bare, 2008
dalam Susiyanti Evi 2016 yang mengatakan bahwa edukasi merupakan proses
interaktif yang mampu mendorong terjadinya pembelajaran, dan pembelajaran
merupakan upaya penambahan pengetahuan baru, sikap, dan keterampilan
melalui penguatan praktik dan pengalaman tertentu.
Hasil sebuah penelitian mengatakan bahwa pendidikan kesehatan atau
edukasi kesehatan mampu merubah perilaku seseorang karena selain diberikan
dengan metode ceramah secara langsung dengan pendekatan interpersonal,
responden juga diberikan media seperti leafleat, booklet yang dapat membantu
dalam proses belajar (Supardi Sudibyo,2002).
Pemberian edukasi terstruktur dapat meningkatkan sikap seseorang. Ini
sejalan dengan penelitian yang menyatakan sikap responden mengenai informasi
obat sebelum dan sesudah edukasi dianalisis hasilnya nilai p sebesar 0,020 ≤ 0,05
sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan komponen
sikap sebelum dan sesudah pemberian edukasi (Pratiwi Hening, dkk 2016).
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mardhiah Ainal, et al 2015
menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan atau edukasi terhadap
sikap dengan p = 0,0001 < α 0,05.
Pemberian edukasi juga dapat mengurangi sikap cemas pada seorang remaja
dalam menghadapi menstruasi sehingga melalui edukasi terstruktur tentang
menstruasi responden siap dalam menghadapi menarche. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Susi Susanti (2014) tentang pengaruh pemberian
pendidikan kesehatan tentang menarche terhadap tingkat kecemasan siswi usia
10-12 tahun dalam menghadapi menarche. Hasil penelitian menunjukan ada
pengaruh yang signifikan dari pemberian pendidikan kesehatan terhadap sikap
cemas siswi dalam menghadapi menarche.
DAFTAR PUSTAKA

Anggi Winarti,dkk. 2017. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kecemasan


Tentang Menarche Pada Siswi Kelas V Sekolah Dasar. Indonesia Jurnal Of
Nursing And Midwifery. Vol. 5 No. 1
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Atyanti Isworo, dkk. 2017. Edukasi Terstruktur Untuk Meningkatkan Perilaku
Dukungan Keluarga Pasien Diabetes. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol. X No. 2
Ayu Ika. 2016. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kesiapan Psikologis
Siswi Kelas 5 dan 6 SD Dalam Mengadapi Menarche di SD MI Al Islam
Banjarejo Madiun Tahun 2016. Skripsi. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Badan Pusat Statistika. 2016. Laporan Jumlah Penduduk Menurut Kelompok
Umur Dan jenis Kelamin. Mei. BPS Provinsi Sumatera Utara.
.https://sumut.bps.go.id/ (diakses tanggal 20 Desember 2017)
Bastami Fatemeh, Firoozeh & Akbar. 2015. Effect Of Educational Intervention On
Knowledge, Perceived Benefits, Barriers And Self‑Efficacy Regarding AIDS
Preventive Behaviors Among Drug Addicts. Journal of Education and Health
Promotion
Eko Sarma. 2015. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Menarche di
SMP X di Rangkabitung. Ners Jurnal. Vol. 3 No. 2
Hastuti Tulus, Sri, dan Anisatun. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang
Menstruasi Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi Kelas V Dan
Vi Di SD Negeri Dangkel Parakan Temanggung. Jurnal Kebidanan. Vol. 3 No.7
Jayanti Fitri dan Sugi . 2011. Deskripsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kesiapan Anak Dalam Menghadapi Menarche Di Sd Negeri 1 Kretek
Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes. Jurnal Ilmiah kebidanan. Vol. 3
No.1
Kemenkes RI.2011. Modul pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR). Direktorat Bina Kesehatan Anak dan Bina Gizi. Jakarta
Kemenkes. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2014.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin%20r
eproduksi%20remaja-ed.pdf (diakses tanggal 20 Desember 2017)
Lestari Titik. 2016. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogykarta: Nuha Medika
Mardhiah Ainal, Asnawi , dan Hermansyah. 2015. Pendidikan Kesehatan Dalam
Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Keluarga Dengan
Hipertensi - Pilot Study. Jurnal Ilmu Keperawatan. ISSN: 2338-6371
Mohammad Ali Morowatisharifabad, Aliakbar and Neda. 2018. Effective factors on
menstrual health among female students in Bam city: a qualitative study.
Electronic Physician. Volume:10, Issue:2, Pages:6310-6318
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Pratiwi Hening, dkk. 2016. Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan, Sikap, Dan
Kemampuan Berkomunikasi Atas Informasi Obat. Jurnal Ilmiah Farmasi
Proverawati Atikah, dan Siti. 2016. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Cetakan Kedua. Yogyakarta: Nuha Medika
Rizvya Fildza, dkk. 2014. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Menarche Pada Siswi Di SMP Swasta Harapan 1 Dan 2 Medan. Universitas
Sumatera Utara
Robert . It’s All About Seks. Terjemahan Boyke Dian Nuggraha. 2013. A-Z tentang
Seks. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2015. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Supardi Sudibyo, Ondri, Mulyono. 2002. Pengaruh metode ceramah dan Media
Leaflet Terhadap Perilaku pengobatan sendiri yang Sesuai Aturan. Bul
Penelitian Kesehatan. Vol. 30 no. 3
Susanti. 2013. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang Menarche
Terhadap Tingkat Kecemasan Siswi usia 10-12 Tahun Dalam Menghadapi
Menarche di SDN Sidomulyo 04 Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Skripsi.
Program Studi Ilmu Keperawatan. Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Ngudi
Walyuno
Susiyanti. 2016. Pengaruh Edukasi Terstruktur Terhadap Pemilihan Kontrasepsi
Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
Sudjana Trya, dkk. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Mengenai Menarche
Terhadap Penurunan Kecemasan Siswi SMP Kelas VII Menjelang Menarche Di
SMP Negeri 1 Semarapura. Ners Jurnal. Vol.3 No. 2
Sujarweni V. 2014. Panduan Penelitian Kesehatan Kebidanan Dengan SPSS.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Teketo Kassaw Tegegne & Mitike Molla Sisay. 2014. Menstrual Hygiene
Management And School Absenteeism Among Female Adolescent Students In
Northeast Etopia. Journal BioMedCentral Public Health
Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku
manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
Wayunah, Saefulloh, Wiwin. 2016. Penerapan Edukasi Terstruktur Meningkatkan
Self Efficacy Dan Menurunkan IDWG Pasien Hemodialisa Di RSUD
Indramayu.Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. Vol.2 No. 1
Widiastuti, Ani. 2012. Efektifitas Edukasi Terstruktur Berbasis Teori Perilaku
Terencana Terhadap Pemberdayaan Dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit
Jantung Coroner Di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. Tesis. Program S2
Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah. Universitas
Indonesia. Depok.
Wiji Tri, Elisa, dan Suparmi. 2016. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Berbasis
Kompetensi. Jakarta: ECG
Wolagole Lili. 2012. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Dalam Mengontrol
Kekambuhan Asma Pada Pasien Asma Bronkial Rawat Jalan Rumah Sakit
Paru dr. Ario Wirawan. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Zan Herry dan Namora. 2011. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Edisi I .
Cetakan Kedua. Jakarta: Prenada Media
PERTEMUAN I

PERTEMUAN KE II
PERTEMUAN III
PERTEMUAN IV

Anda mungkin juga menyukai