Anda di halaman 1dari 6

Oleh : Adin Bondar

Penerapan Manajemen Perubahan


dalam Peningkatan Daya Saing
di Lembaga Perpustakaan

Pendahuluan tidak luput dari dinamika menghadapai lingkungan yang


Perubahan (change) merupakan perubahan dewasa ini yaitu dinamis dan berubah Lingkungan
suatu fenomena yang harus terjadi menjadi lembaga yang berbasis eksternal cenderung merupakan
dalam kehidupan organisasi. pada kinerja sebagaimana dalam kekuatan yang mendorong
Bukan saja pada organisasi yang Undang-Undang 43/2007 tentang terjadinya perubahan. Lingkungan
berorientasi pada profit juga Perpustakaan, Pasal 2, bahwa eksternal mendorong dinamika
organisasi nirlaba atau lembaga perpustakaan diselenggarakan global, sehingga lembaga
publik. Pada hakekatnya, kehidupan berdasarkan asas pembelajaran perpustakaan menjadi organisasi
organisasi selalu diliputi oleh sepanjang hayat, demokrasi, yang terbuka dan fleksibel, yaitu:
perubahan secara berkelanjutan. keadilan, keprofesionalan, Pertama, Perpustakaan
Hal ini dikarenakan adanya faktor keterbukaan, keterukuran, dan Pembelajaran Publik. Berdasarkan
eksternal yang mendorong kemitraan. Tuntutan masyarakat Undang-Undang Nomor 43/2007,
terjadinya perubahan. Menurut semakin tinggi akan layanan fungsi lembaga perpustakaan
Habbel, (2010) perubahan perpustakaan. Permasalahan adalah sebagai wahana pendidikan,
merupakan proses yang terus pokok lembaga perpustakaan penelitian, pelestarian, informasi
menerus dalam dunia bisnis. Karena dapat dilihat dari; pertama, kinerja dan rekreasi untuk meningkatkan
itu perubahan perlu dipahami untuk perpustakaan dalam membeikan kecerdasan dan keberdayaan
mengurangi tekanan resistensi pelayanan kepada msyarakat bangsa dan diselenggarakan
terhadap perbubahan itu sendiri masih berbasis budaya birokrat berdasarkan asas pembelajaran
Perspektif organisasi publik, dan belum berorientasi pada sepanjang hayat (life long
acap kali merespon teori kepuasan pemustaka, yang education), demokratis, keadilan,
keunggulan kompetitif (competitive penting hadir dan bekerja sudah keprofesionalan, keterbukaan,
advantage theory) belum optimal. merupakan pencapaian yang keterukuran dan kemitraan. Di
Organisasi harus mengejar baik, dengan kesimpulan bahwa samping perpustakaan berfungsi
kebijakan yang menciptakan barang proses pencapaian pelayanan yang untuk mendukung Sistem
berkualitas tinggi untuk menjual dilaksanakan belum maksimal Pendidikan Nasional sebagaimana
dengan harga tinggi di pasar dan belum memenuhi syarat diatur dalam Undang-undang
(Porter, 1985). Pada hal, manajemen yang ditentukan dalam standar No. 20/2003 tentang Pendidikan,
organisasi pemerintah sama halnya pelayanan umum; kedua, pemanfaat dimana perpustakaan pusat sumber
manajemen perusahaan yang perpustakaan oleh masyarakat informasi, ilmu pengetahuan,
menuntut adanya kinerja tinggi masih belum optimal masih sedikit teknologi, kesenian, dan
(high performance organization). masyarakat yang memanfaatkan kebudayaan.
Pertanyaan mendasar adalah perpustkaan; ketiga, tingkat Peraan dan potensi
mengapa performa lembaga disparitas layanan perpustakaan perpustakaan diperkuat oleh
pemerintah tidak berbasis pada masih tinggi dikarenakan kesepakatan masyarakat dunia
penguatan daya saing atau pertumbuhan perpustakaan di dalam deklarasi World Summit of
kinerja? Pendekatan inilah yang Indonesia masih lambat. Information Society-WSIS dalam
menyebabkan rendahnya kualitas pencapaian MGD’s mengatakan
penyelenggaraan pemerintah Faktor Pendorong Perubahan di bahwa perwujudan masyarakat
secara umum. Perpustakaan informasi (information society) yang
Perpustakaan Nasional Lingkungan Perpustakaan inklusif, perpustakaan menjadi
sebagai lembaga publik juga Nasional sebagai organisasi ranah publik (public domain)

(Adalah Perencana Muda Perpustakaan Nasional Republik Indonesia)

26 Vol. 19 No. 3 Tahun 2012


sebagai akses ke informasi dan Aparatur Negara dan Reformasi kepada pemerintah provinsi
pengetahuan dimana kemampuan Birokrasi No. 20/2010 tentang dan kabupaten/kota. Semangat
semua orang untuk mengakses Road Map Reformasi Birokrasi reformasi tersebut menjadikan
dan menyumbangkan informasi, 2010-2014. Dalam kebijakan urusan bidang perpustakaan
gagasan dan pengetahuan yang tersebut, reformasi birokrasi menjadi kewenganan daerah.
bertujuan untuk membangun bertujuan untuk mengurangi dan Berdasarkan Peraturan Pemerintah
masyarakat informasi yang akhirnya menghilangkan setiap Republik Indonesia Nomor 38/2007
inklusif yaitu dimana semua orang penyalahgunaan kewenangan Tentang Pembagian Urusan
dapat mencipta, mengakses, publik oleh pejabat di instansi yang Pemerintahan Antara Pemerintah,
menggunakan dan berbagai bersangkutan; menjadikan negara Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
informasi serta pengetahuan yang memiliki most-improved pemerintahan Daerah Kabupaten/
hingga memungkinkan setiap bureaucracy; meningkatkan mutu Kota. Pemerintahan daerah
individu, komunitas dan masyarakat pelayanan kepada masyarakat; provinsi dan pemerintahan daerah
luas menggunakan seluruh potensi meningkatkan mutu perumusan kabupaten/kota mengatur dan
mereka untuk pembangunan dan pelaksanaan kebijakan/ mengurus urusan pemerintahan
berkelanjutan yang bertujuan pada program instansi; meningkatkan yang berdasarkan kriteria
peningkatan mutu hidup. efisiensi (biaya dan waktu) dalam pembagian urusan pemerintahan,
Kedua, Kebijakan Reformasi pelaksanaan semua segi tugas perpustakaan menjadi urusan
Birokrasi. Reformasi birokrasi organisasi; menjadikan birokrasi wajib sebagaimana dimaksud
lahir sebagai respon terhadap Indonesia antisipatif, proaktif, dalam pasal 6 ayat (2). Artinya,
kondisi pemerintahan yang belum dan efektif dalam menghadapi perpustakaan menjadi urusan
mencerminkan penyelenggaraan globalisasi dan dinamika wajib yang harus diselenggarakan
pemerintahan yang akuntabel perubahan lingkungan strategis. oleh pemerintahan daerah
dan transparan. Dalam rangka Ketiga, Teknologi Informasi provinsi dan pemerintahan daerah
mewujudkan pemerintahan yang dan Komunikasi (TIK). TIK kabupaten/kota, berkaitan dengan
efisien dan efektif, bersih dan bebas mempunyai pengaruh amat besar pelayanan dasar. Senada dengan
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme terhadap segala aspek kehidupan amanat UU No. 43/2007 pasal
(KKN), masih banyak hal yang harus umat manusia. Cepatnya kemajuan 7 (b) pemerintah berkewajiban
dilakukan. Perpustakaan sebagai teknologi sepenuhnya membuka menjamin kelangsungan
urusan wajib pemerintah dan kesempatan baru dalam mencapai penyelenggaraan dan pengelolaan
pelayanan publik, perlu didorong tingkat kemajuan yang lebih perpustakaan sebagai pusat
dan diarahkan pada prinsip tinggi. Kemampuan teknologi sumber belajar masyarakat.
pelayanan publik yang berkualitas dapat mengurangi banyaknya
sesuai dengan tantangan yang kendala konvensional, khususnya Model Manajemen Perubahan
dihadapi. kendala batas ruang, waktu dan (Change Management) di
Melalui reformasi birokrasi, jarak. Oleh sebab itu, secara umum Perpustakaan
perpustakaan sebagai lembaga manfaat dan fungsi Teknologi Kenyataan yang harus dihadapi
pelayanan publik berkewajiban Informasi dan Komunikasi pada adalah fenomena global di
ikut mewujudkan penyelenggaraan dasarnya, dapat: (1) Mengatur berbagai dimensi dan kemajuan
pemerintahan yang baik dan informasi (in-house information) peradaban manusia. Manajemen
mendorong peningkatan daya atau informasi yang ada di dalam perubahan menjadi sangat penting
saing nasional. Aspek penting lembaga informasi tersebut, serta diterapkan. Namun kenyataannya
dalam peningkatan daya saing mengusahakannya agar dapat proses perubahan yang terjadi
adalah birokrasi. Birokrasi di temu balik; (2) Mengakses tidak selalu mendapat respon
memberikan peran penting pangkalan data luar (ektern), yaitu positif. Ada saja yang menyukai
terutama dalam mendorong sistem pangkalan data dari lembaga- dan yang tidak menyukai
pelayanan publik yang berkualitas, lembaga lain, maupun belahan perubahan. Beberapa alasan
cepat, murah dan mudah. Untuk dunia lain. Fungsi-fungsi lainnya, mengapa resistensi terhadap
merespon tantangan birokrasi yaitu : (i) meringankan beban kerja; perubahan adalah perubahan
tersebut, perpustakaan diharapkan (ii) efisien dan menghemat waktu dapat menjadikan ‘complesence’
dapat mengimplementasikan dan tenaga; (iii) meningkatkan jasa yaitu terganggunya rasa nyaman
reformasi birokrasi sebagai upaya perpusdokinfo dan fungsi-fungsi sehingga perubahan dapat
untuk melaksanakan amanah baru; (iv) membangun jaringan dan menggeser hakikat prinsip dan
kebijakan reformasi birokrasi kerjasama. komitmen berupa hilangnya
sebagaimana yang tertuang di Keempat, Desentralisasi dan eksistensi seperti kehilangan
dalam Peraturan Presiden No. Otonomi Daerah. Kebijakan ketrampilan, kegagalan kerja,
81/2010 tentang Grand Design desentralisasi dan otonomi ketidakmampuan menghadapi
Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan daerah sebagian besar urusan masalah baru, dan kehilangan
Peraturan Menteri Pendayagunaan pemerintah telah dilimpahkan pekerjaan.

Vol. 19 No. 3 Tahun 2012 27


Berdasarkan model perubahan Lewin dikutip Wibowo (206:139) Sebaliknya korporasi dengan
menjelaskan bahwa perubahan memiliki tahapan dan proses, yaitu; pertama, budaya yang lemah mengalami
Proses perubahan menyangkut mempelajari sesuatu baru, seperti tidak penurunan nilai aset sebesar
melanjutkan sikap, perilaku atau praktik organisasional yang masih berlaku 80 persen dalam jangka
sekarang; kedua, perubahan tidak akan terjadi sampai terdapat motivasi waktu 3 tahun dan turn over
untuk berubah. Hal ini merupakan paling sulit dari proses perubahan; karyawan hingga 50 persen.
ketiga, manusia merupakan pusat dari semua perubahan organisasional. Budaya merupakan sebuah
Setiap perubahan baik dalam bentuk struktur, proses kelompok, sistem pondasi kesuksesan yang
penghargaan atau rancangan kerja, merupakan individu untuk berubah; berkesinambungan serta
keempat, resisten untuk berubah dapat ditemukan bahkan meskipun tujuan merupakan identitas dan jiwa
perubahan sangat diinginkan; kelima, perubahan yang efektif memerlukan sebuah organisasi.
penguatan prilaku baru, sikap, dan praktek organisasi. Organisasi dengan budaya
yang kuat dan positif akan
Gambar 1: Model Perubahan Lewin di Perpustakaan memungkinkan orang merasa
termotivasi untuk berkembang,
belajar dan memperbaiki diri. Jika
Step1: Unfreezing orang bekerja dalam organisasi
Incorporating the yang dikelola dengan baik
change: creating akan mempunyai motivasi dan
& maintaining
kepuasan lebih tinggi. Banyak
Step2: Changing Layanan basis organisasi tertekan untuk
Attempting to pada kepuasan melakukan perubahan agar tetap
create a new state pemustaka dapat bersaing dan bertahan.
of affairs Organisasi menyadari bahwa
Step2: Changing perubahan harus dilakukan
Layanan statitis karena tekanan persaingan
Attempting to dan Basis
create a new state budaya Birokrat ekternal
of affairs Budaya berprestasi
(chievement culture) merupakan
Sumber: Greenberg & Baron, Behavior in Organizattions. New Jersey: Prentice-Hall, 1997: 559 tipe budaya yang mendorong
dan menghargai kinerja orang.
Langkah pertama, unfreezing. Tahap ini disebut tahap pencairan Pemimpin perlu menyebutkan
yaitu tahap yang menfokuskan pada penciptaan motivasi untuk berubah. dan mengkomunikasikan dengan
Individu didorong untuk mengganti prilaku atau sikap lama dengan yang jelas visi dan tujuan organisasi
diinginkan manajemen. Tahap ini tahap yang sulit sebab lahirnya sebuah kepada semua tingkat staf
perubahan melahirkan resistensi dan resitensi ini biasanya dari kelompor dalam organisasi. Organisasi
yang disebut ‘smart people’ atau individu yang sudah mapan. Langkah kedua, mempunyai sasaran yang terukur
changing or movement. Tahap pembelajaran di mana pekerja diberikan dan menggunakan orang yang
informasi baru, model perilaku baru, atau cara baru dalam melihat sesuatu akuntabel untuk mencapainya.
untuk membantu pegawai belajar konsep atau titik pandang baru, bahwa Mereka mempunyai sistem
perubahan adalah suatu proses pembelajaran berkelanjutan dan bukan penilaian yang trasparan dan
kejadian sesaat tahap ini dapat dilakukan melalui lokakarya dan sosialisasi jujur, terikat erat dengan reward
secara bertahap kepada pegawai. Langkah ketiga, refreezing. Pembekuan berdasarkan kinerja. Keputusan
kembali dimana perubahan yang terjadi distabilisasi dengan membatu dalam budaya semacam ini dapat
pegawai mengintegrasikan perilaku dan sikap tahap ini dapat dilakukan dibuat secara hirarkis. Individu
melalui pengawasan dan evaluasi dan pemberiaan reward and punishment didorong dan dimotivasi oleh
bagi pegawai yang berprestasi dan tidak berprestasi. antusiasme akan pekerjaan, atau
karena mereka tahu akan dinilai
Penerapan Manajemen Perubahan di Perpustakaan secara jujur dan dihargai menurut
Agar Perpustakaan Nasional dapat berdaya saing dan memenuhi jasanya.
tuntutan masyarakat, maka arah kebijakan perubahan dilakukan pada fokus, Nilai-nilai bersama yang
sebagai berikut: mengembangkan achievement
culture yang kuat dikemukakan
1. Budaya Berprestasi oleh Tan (2002:30), sebagai
Korporasi dengan budaya yang kuat mampu menghasilkan revenue berikut; pertama, result oriented
4x lebih tinggi, memiliki kualitas tenaga kerja 7x lebih baik, meraih (berorientasi pada hasil). Nilai
nilai saham 12x tinggi serta keuntungan bersih lebih dari 700 persen bersama organisasi yang paling
jika dibanding dengan korporasi dengan budaya yang lemah (Kotter berbeda yang mempraktikkan
& Heskett) dengan judul buku “Corporate Culture and Performance”. budaya berprestasi terletak pada

28 Vol. 19 No. 3 Tahun 2012


fokusnya yang kuat pada hasil. kekuatan perubahan eksternal, penting dalam pencapaian
Mengkomunikasikan pentingnya seperti meningkatnya tujuan organisasi.
hasil dan mendemonstrasikan persaingan, teknologi baru, Menurut Ulrich (2009)
melalui tindak lanjutnya yang perubahan peraturan industri dalam konteks organisasi dan
konsisten; kedua, superior dan persyaratan pelanggan, perusahaan ada empat peranan
customer services (Pelayanan merupakan kunci untuk selamat utama sumber daya manusia
pelanggan unggul). Perusahaan dari tantangan lingkungan yang yaitu; (i) ahli dalam proses
yang mempraktikkan budaya semakin meningkat; ketujuh, administrasi (management of
berprestasi mengetahui accountability (akuntabilitas). firm infrastructure), (ii) ahli pada
bagaimana mengintegrasikan Akuntabilitas adalah tentang wilayah kontribusi (management
teknologi, proses, strategi dan menerima masalah dan of the employee contribution);
orang sehingga pelanggan memastikan bahwa masalah (iii) menjadi agen perubahan
menghargai jasa dan produknya tersebut terselesaikan. (management of transformation
tinggi dan akan membayar untuk Dengan menjadi akuntabel, and change); (iv) sebagai mitra
itu; Ketiga, innovation (inovasi). pekerja menambahkan nilai dalam penentuan strategi
Suatu pola pikir bahwa setiap bagi organisasi dan dirinya perusahaan (management of
orang dalam organisasi harus sendiri; kedelapan, passion strategic human resources).
mempraktikkan inovasi, di mana (keinginan besar). Banyak Manusia adalah sebagai
saja, setiap saat dan pada setiap organisasi menjadi besar target sentra dalam
hal secara berkelanjutan. Inovasi karena keinginan besar dari menghadapi globalisasi. Untuk
mengalihkan impian dan gagasan pimpinan di belakangnya. dapat berkompetisi peranan
ke dalam kenyataan. Inovasi Pimpinan mengkomunikasikan SDM perlu dikembangkan
adalah tentang menciptakan dan menterjemahkan visinya ke arah tiga pilar, yaitu; (i)
sesuatu yang belum pernah ke dalam besaran yang dapat sumber daya manusia unggul
dilihat dunia sebelumnya. diidentifikasi staf dan bekerja yang mampu bersaing secara
Untuk menciptakan lingkungan menuju ke arahnya. kompetitif; (ii) sumber daya
yang inovatif, pemimpin Dengan budaya seperti di manusia yang terus-menerus
harus mendorong keberanian atas Perpustakaan Nasional akan belajar; (iii) sumber daya
untuk mengambil risiko dan menjadi salah satu lembaga manusia yang memiliki nilai-
mengembangkan toleransi yang dapat memberikan nilai yang perlu dikembangkan.
terhadap kesalahan; keempat, kompensasi yang berkeadilan Di dalam pengembangan
fairness (kejujuran). Orang dalam terhadap pegawainya baik manusia unggul yang
organisasi tidak akan melanjutkan pemberian remunerasi maupun kompetitif diperlukan sifat-sifat
bekerja keras melakukan pemberian penghargaan dan sumber daya manusia sebagai
yang terbaik jika mereka sanksi terhadap pegawai yang berikut; Pertama, kemampuan
merasa tidak ada kejujuran di berprestasi dan yang tidak untuk mengembangkan
tempat kerja. Arti kejujuran berperestasi. jaringan-jaringan kerjasama
disini adalah memperlakukan (networking). Networking
orang dengan adil; tidak ada 2. Redesain Sumber Daya ini semakin diperlukan oleh
kelicikan, diskriminasi, tidak ada Manusia karena manusia tidak lagi
penyalahgunaan. Sistem penilaian Peranan sumber daya hidup parsial atau terpisah-
yang adil adalah merit-based, di manusia dalam organisasi pisah tetapi sangat tergantung
mana reward dikaitkan dengan adalah penggerak utama dan saling interkoneksi
ketat pada kinerja individu; organisasi. Agar dapat berjalan secara interkontinental tanpa
kelima, respect (penghargaan). dengan baik, pengelolaannya batas. kedua, kerjasama
Pekerjaan yang baik datang harus mencermati dan (team work). Setiap orang
dari orang yang mempunyai memperhatikan kualitas sumber mempunyai kesempatan untuk
kebanggaan terhadap pekerjaan daya manusia. Oleh karena itu, mengembangkan keunggulan
dan tempat kerjaan. Orang yang perencanaan SDM terkait erat spesifiknya. ketiga, berkaitan
menghargai orang lain, pada dengan pencapaian tujuan dengan prinsip kerjasama di
gilirannya dihormati orang lain organisasi. Salah satu strategi atas adalah cinta pada kualitas
dan membuat bahagia. Pada kebijakan adalah pementaan tinggi melalui standarisasi.
umumnya orang yang bahagia yang jelas sumber daya manusia Manusia yang unggul
akan lebih efektif dan produktif; baik wilayah rekrutmen, adalah yang terus-menerus
keenam, change responssive pendidikan dan pelatihan, meningkatkan pengetahuan
(me-respons terhadap pengembangan karier, mutasi dan keterampilannya dalam
perubahan). Kemampuan dan promosi. Dalam hal ini, melaksanakan sesuatu sehingga
organisasi menyelaraskan sumber daya manusia dijadikan kualitas yang dicapai terus
perubahan internal pada sebagai salah satu indikator disempurnakan.

Vol. 19 No. 3 Tahun 2012 29


Dalam konteks ini organisasi organisasi yang lebih efektif, pemerintahan menjadi
Perpustakaan perlu kembali efisien, responsif, transparan, desentralisasi dimana penyerahan
meredisain kebijakan sumber akuntabel, sehingga tugas kewenangan dari pemerintah
daya manusia agar menjadi pokok dan fungsi unit kerja pusat kepada pemerintah daerah
pelaku dan penentu percepatan tepat ukuran dan tepat fungsi untuk mengurusi urusan rumah
perubahan yaitu perencanaan (right sizing) sesuai dengan tangganya sendiri berdasarkan
sumber daya manusia melalui perkembangan dan tuntutan prakarsa dan aspirasi dari
pola rekrutmen melalui masyarakat dan kemajuan rakyatnya dalam kerangka negara
sistem ”fit and proper test’, di teknologi serta mewujudkan kesatuan Republik Indonesia.
samping pengembangan karier, tata kelola pemerintahan yang Dengan adanya desentralisasi
pendidikan dan pelatihan, baik dan memberikan pelayanan maka munculah otonomi bagi
promosi dan mutasi melalui yang terbaik bagi stakeholders. suatu pemerintahan daerah, di
sistem ’the right man and the right Penataan organisasi Perpustakaan antaranya adalah perpustakaan
place”, yaitu menempatkan orang disesuaikan dengan kebutuhan menjadi urusan pemerintah
yang tepat dengan pekerjaan masyarakat, perkembangan daerah. Hal ini diperkuat dengan
yang tepat. kebijakan keuangan negara, dan Peraturan Pemerintah Republik
dinamika administrasi publik. Indonesia Nomor 38 Tahun 2007
3. Restrukturirasi dan Penguatan Pembenahan dan pembangunan Tentang Pembagian Urusan
Organisasi kelembagaan yang terarah Pemerintahan Antara Pemerintah,
Penataan organisasi dan pro publik diharapkan Pemerintahan Daerah
(organization reinventing) memberikan dukungan dan Provinsi, dan pemerintahan
dilakukan untuk membangun pedoman bagi pelaksanaan Daerah Kabupaten/Kota.
organisasi yang mampu pembangunan masyarakat Pemerintahan daerah provinsi
beradaptasi dengan dinamika dan negara yang lebih adil dan dan pemerintahan daerah
lingkungan. Tujuan penataan rasional. kabupaten/kota mengatur
organisasi adalah mewujudkan Perubahan sistem dan mengurus urusan

30 Vol. 19 No. 3 Tahun 2012


pemerintahan yang berdasarkan pelayanan dan diselesaikan perilaku dan tindakan berupa
kriteria pembagian urusan pada waktunya; kedua, budaya baru yang di dalamnya
pemerintahan sebagaimana completense, menunjukkan menimbulkan resistensi. Oleh
dimaksud dalam pasal 4 ayat (1), apakah yang diminta pelanggan karena itu, model teori manajemen
perpustakaan menjadi urusan disediakan; ketiga, courtesy, perubahan di Perpustakaan
wajib sebagaimana dimaksud menunjukkan bagaimana Nasional diarahkan pada model
dalam pasal 6 ayat (2) bahwa pelanggan dilayani oleh pekerja; Lewin dengan tiga langkah,
urusan pemerintahan yang keempat, accessibility and yaitu tahap mengidentifikasi
wajib diselenggarakan oleh convenience, menunjukkan dan mengenali keinginan untuk
pemerintahan daerah provinsi tentang seberapa mudah berubah (unfreezing), Mencoba
dan pemerintahan daerah pelanggan mendapat layanan; untuk menciptakan keadaan baru
kabupaten/kota, berkaitan kelima, accuracy, menunjukkan (changing), Menggabungkan
dengan pelayanan dasar. apakah pelayanan berjalan perubahan: menciptakan dan
Di samping itu, penguatan baik setiap saat; keenam, mempertahankan (refreezing)
kelembagaan perpustakaan responsiveness, menunjukkan dengan target fokus penerapan
juga dilandasi oleh Undang- seberapa baik perusahaan budaya berprestasi, redisain
Undang No. 43 Tahun 2007 bereaksi terhadap situasi yang sumber daya manusia,
tentang Perpustakaan. tidak seperti biasanya. Oleh restrukturirasi dan penguatan
sebab itu, Standar Pelayanan organisasi perpustakaan, dan
4. Penataan Kualitas Pelayanan Perpustakaan perlu ditata dan penataan kualitas pelayanan publik
Publik Perpustakaan dibuat berdasarkan dimensi di perpustakaan.
Pelayanan merupakan suatu atas agar layanan perpustakaan
usaha untuk mempertinggi benar-benar dapat memberikan
kepuasan pelanggan. kepuasan terhadap pemustaka,
Sedangkan Pelayanan Publik
(Public Services) adalah
disamping standar kompetensi
petugas pemberi pelayanan, daftarpustaka
“Segala kegiatan pelayanan harus ditetapkan dengan tepat
yang dilaksanakan oleh berdasarkan pengetahuan, Departemen Informasi dan Komunikasi.
2006. Dokumen Hasil Sidang Konferensi
penyelenggara pelayanan publik keahlian, keterampilan, sikap, Tingkat Tinggi Dunia (KTT) Mengenai
sebagai upaya pemenuhan dan perilaku yang dibutuhkan. Masyarakat Informasi, Geneva, tanggal
kebutuhan penerima pelayanan 10-12 Desember 2003 dan Tunis. Jakarta:
Depinfokom.
maupun pelaksanaan ketentuan Penutup
peraturan perundang- Agar Perpustakaan dapat Fandy T. dan Anastasia D. 2001. TQM: Total
undangan”. Perpustakaan berdaya saing, sebagai organisasi Quality Management, Yogyakarta: Andi.
adalah layanan publik yang perlu diarahkan pada penguatan Indonesia. Undang-undang No. 43 Tahun
2007 tentang Perpustakaan. Jakarta:
mengedepankan jasa kepada daya saing. Perubahan ini bukan saja Perpustakaan Nasional, 2007.
pemustaka. Pemberian layanan diharapkan karena adanya kebijakan
tersebut, acap kali tidak begitu kebijakan reformasi birokrasi, akan Ivancevich, J.M., Konopaske, R. and
memperhatikan perilaku yang tetapi lebih luas dari pada itu, yaitu Matteson, M.T. 2008. Organizational
Behavior and Management. New York:
berorientasi pada pelanggan. tuntutan dinamikan globalisasi dan McGraw-Hill, 2008.
Artinya, budaya birokrasi masih perkembangan teknologi informasi
melekat yang penting hadir dan komunikasi. Stoner, J.A.F., Freeman, R.E., and Gilbert,
dan telah bekerja. Bahkan Perpustakaan dalam D.R. JR. 1995. Management, New Jersey:
Prentice-Hall.
aspek penampilan seperti cara menghadapi tuntutan eksternal
berpakaian masih cenderung tersebut, diperlukan penerapan Greenberg, J. and Robert, A. 2000.
kaku dengan berbagai antribut, manajemen perubahan (change Behavior in Organisazition: Understanding
and Managing the Human Side of Work.
sehingga berdampak pada management) yaitu berupa
New Jersey: Prenctice Hall.
ketidakpercayaan masyarakat reformasi menyeluruh berupa
terhadap layanan yang budaya baru yang berorientasi Kinicki, A. and Kreither, R. 2008.
diberikan. pada kepuasan pemustaka. Organizational Behavior, Key Concept,
Skill and Best Practices. New York:
Berkaitan kualitas jasa Russel Manajemen perubahan di McGraw-Hill.
dan Taylor (2000) memisahkan perpustakaan perlu dilakukan
perspektif pelanggan terhadap secara sistematis dan berkelanjutan Porter, M.E. 2000. Competitive Advantage:
produk dan jasa. Dimensi dengan pembentukan ’agent Creating and Sustaining Superior
Performance New Jersey: Prentice Hall.
kualitas pruduk jasa menurut change’ atau tim kerja yang
perspektif konsumen, yaitu melibatkan internal dan eksternal Russell, R.S. dan Taylor, B.W. 2000.
pertama, time and timeliness, (ahli) sebab perubahan adalah Operations Management, New Jersey:
menunjukkan beberapa suatu proses yang dinamis yang Prentice Hall.
pelanggan harus menungu menuntut adanya kesiapan Wibowo. 2006. Manajemen Perubahan.
Jakarta : RajaGrafindo persada.

Vol. 19 No. 3 Tahun 2012 31

Anda mungkin juga menyukai