Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Disusun Oleh :

Okta Fitriana (206052)

Nofitya Sukaningtyas (206053)

DosenPembimbing :

Dr. Muhammad Saibani Wiyanto, M.Pd

STKIP PGRI JOMBANG

JOMBANG

2020
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr. wb. Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberi kesehatan jasmani dan rohani ,sehingga kita masih tetap bisa menikmati
indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat serta salam tetaplah kita curahkan kepada baginda
Habibillah Muhammad SAW.

Penulis disini akhirnya dapat merasa bersyukur karena telah menyelesaikan makalah
yang kami beri judul pengertian filsafat pendidikan, sebagai tugas mata kuliah linguistic
umum. Dalam makalah ini kami mencoba untuk menjelaskan tentang sejarah lahirnya
linguistik.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika makalah ini
tentu jauh dari kesempurnaan, makakritik dan saran sangat kami butuhkan guna
memperbaiki karya kami dilain waktu.

Jombang, 1 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………. ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang ………………………………………………………………………………………… 1


1.2. RumusanMasalah …………………………………………………………………………………… 2
1.3. Tujuan ……………………………………………………………………………………………………. 2

BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pendidikan ……………………………………………………………………………. 3
2.2. Pengertian Filsafat Pendidikan ……………………………………………………………….. 4
2.3. Hubungan Filsafat dan Pendidikan …………………………………………………………. 6
2.4. Hubungan Pendidikan dan Kebudayaan ……………………………………………….… 7

BAB III : PENUTUP


3.1. Kesimpulan …………………………………………………………………………………..…………… 8

Daftar Pusaka …………………………………………………………………………………………………..…… 9

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangLatar A


Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu
berusaha untuk mengetahui segala sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa
adanya sesuatu itu, selalu ingin tahu apa yang ada dibalik yang dilihat dan
diamati. Segala sesuatu yang dilihatnya, dialaminya, dan gejala yang terjadi di
lingkungannya selalu dipertanyakan dan dianalisis atau dikaji ( Tim Pengajar
Filsafat Pendidikan Unimed ). Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk
berfilsafat yaitu keheranan, kesangsian, dan kesadaran atas keterbatasan.
Berfilsafat kerap kali didorong untuk mengetahui apa yang telah tahu dan apa
yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan
pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas.

Filsafat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.


Setidaknya ada tiga peran utama yang dimiliki yaitu sebagai pendobrak,
pembebas, dan pembimbing ( Jan Hendrik Rapar dalam Diktat Filsafat
Pendidikan). Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi
manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya,
agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan
menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis.
guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.

Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai


masalah-masalah pendidikan.

Filsafat pendidikan tidak akan terlepas dari kajian Ilmu Filsafat. Filsafat
pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971).
Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak
hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi
2

masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak
dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan
dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Dalam tulisan ini akan membahas
hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan agar lebih memudahkan
pembaca dalam memahami keterkaitan antara keduanya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan ?
2. Apa hubungan filsafat dan pendidikan ?
3. Apa hubungan pendidikan dan kebudayaan?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun Tujuan dari Penulisan Makalah ini yaitu :
1. Untuk Memenuhi salah satu Tugas Individu Mata Kuliah Filsafat
Pendidikan.
2. Untuk mengetahui pengertian Filsafat Pendidikan.
3. Untuk mengetahui hubungan Filsafat Pendidikan.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pendidikan


Kneller ( via siswoyo, 1995 :5) mengatakan pendidikan dapat dipandang
dalam arti luas dan dalam arti proses.
Dalam arti luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman
yang mempunyai pengaruh, berhubungan dengan pertumbuhan atau
perkembangan pikiran (mind), watak atau kemampuan fisik individu.
Pendidikan dalam pengertian ini berlansung terus seumur hidup.
Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses yang terjadi di dalam
masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi,
atau lembaga-lembaga lain), yang dengan sengaja mentransformasikan warisan
budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan dari
generasi ke generasi. Dalam arti hasil pendidikan adalah apa yang diperoleh
melalui belajar, baik berupa pengetahuan, nilai-nilai maupun keterampilan-
keterampilan. Sebagai suatu proses, pendidikan melibatkan perbuatan belajar itu
sendiri, dalam hal ini pendidikan sama artinya dengan perbuatan mendidik
seseorang atau mendidik diri sendiri.
Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-
nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakikat pendidikan
dapat dirumuskan sebagi berikut:
1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai
keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik;
2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan
yang mengalami perubahan yang semakin pesat;
3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat;
4. Pendidikan berlangsung seumur hidup; Pendidikan merupakan kiat dalam
menerapkan prinsip-prinsip ilmu.

Selain itu hakekat Pendidikan juga mengarah pada asas- asas seperti :
4

1. Asas manusiawi/humanistic serta meliputi keseluruhan aspek/potensi anak


didik serta utuh dan bulat (aspek fisik-nonfisik: emosi intelektual; kognitif-
afektif psikomotor), sedangkan pendekatan humanistik adalah pendekatan
dimana anak didik dihargai sebagai insan manusia yang potensial
(mempunyai kemampuan kelebihan kekurangannya), dengan penuh kasih
sayang-hangat-kekeluargaanterbuka-objektif dan penuh kejujuran serta
dalam suasana kebebasan tanpa ada tekanan/paksaan apapun juga.
2. Asas kemerdekaan; Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi
bukan kebebasan yang leluasa, terbuka, melainkan kebebasan yang dituntun
oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
3. Asas kodrat alam; Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi
satu dengan kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap
orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara
wajar menurut kodratnya.
4. Asas kebudayaan; Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti
kebudayaan luar yang telah maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus
diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap menjadi acuan utama (jati diri).
5. Asas kebangsaan; Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka
dan duka, perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain,
menciptakan keserasian dengan bangsa lain.
6. Asas kemanusiaan; Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai
dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan.

2.2. Pengertian Filsafat Pendidikan


Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai filsafat
pendidikan. Randal Curren (via Chambliss, 2009: 324) mengatakan bahwa
filsafat pendidikan adalah penerapan serangkaian keyakinan-keyakinan filsafati
dalam praktik pendidikan.
Kneller (1971: 4) juga mengatakan bahwa filsafat pendidikan bersandar pada
filsafat umum atau filsafat formal artinya masalah-masalah pendidikan juga
merupakan bagian dari cara berpikir filsafat secara umum. Seseorang tidak
dapat memberikan kritik pada kebijakan pendidikan yang ada atau
5

menyarankan kebijakan yang baru tanpa memikirkan masalah-masalah filsafati


yang umum seperti hakikat kehidupan yang baik sebagai arah yang akan dituju
oleh pendidikan, kodrat manusia itu sendiri, sebab yang mendidik itu adalah
manusia, dan yang dicari adalah hakikat kenyataan yang terdalam, yang menjadi
semua pencarian cabang ilmu. Oleh karena itu, filsafat pendidikan merupakan
penerapan filsafat formal dalam lapangan pendidikan. Sebagaimana halnya
dengan filsafat umum, filsafat pendidikan bersifat spekulatif, preskriptif, dan
analitik.
Bersifat spekulatif artinya bahwa filsafat membangun teori-teori tentang
hakikat manusia, masyarakat dan dunia dengan cara mrnyusun sedemikian rupa
dan menginterpretasikan berbagai data dari penelitian pendidikan dan
penelitian ilmu-ilmu perilaku (psikologi behavioristik).
Filsafat bersifat preskriptif artinya filsafat pendidikan mengkhususkan
tujuan-tujuannya, yaitu bahwa pendidikan seharusnya mengikuti tujuan-tujuan
itu dan cara-cara yang umum harus digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut.
Filsafat pendidikan bersifat analitik tatkala filsafat pendidikan berupaya
menjelaskan pernyataan-pernyataan spekulatif dan preskriptif, menguji
rasionalitas ide-ide pendidikan, baik konsistensinya dengan ide-ide yang lain
maupun cara-cara yang berkaitan dengan adanya distorsi pemikiran. Konsep-
konsep pendidikan diuji secara kritis demikian pula dikaji juga apakah konsep-
konsep tersebut memadai ataukah tidak ketika berhadapan dengan fakta yang
berbeda yang berhubungan dengan berbagai istilah-istilah yang banyak
digunakan dalam lapangan pendidikan seperti “ kebebasan, penyesuaian,
pertumbuhan, pengalaman, kebutuhan, dan pengetahuan”. Penjernihan istilah-
istilah akan sampai pada hal-hal yang bersifat hakikih, maka kajian filsafati
tentang pendidikan akan ditelaah oleh cabang filsafat yang bernama metafisika
atau ontologi. Antologi menjadi salah satu landasan dalam filsafat pendidikan.
Selain itu, kajian pendidikan secara filsafati memerlukan landasan epistemologis
dan landasan eksiologis.
6

2.3. HUBUNGAN FILSAFAT DAN PENDIDIKAN


Filsafat mempunyai hubungan yang erat dengan Pendidikan, baik
Pendidikan dalam arti teoritas maupun praktik. Setiap teori Pendidikan selalu
didasari oleh suatu sistem filsafat tertentu yang menjadi landasannya.
Demikian pula, semua praktik Pendidikan yang diupayakan dengan
sungguh-sungguh sebenarnya dilandasi oleh suatu pemikiran filsafat yang
menjadi ideologi pendorongnya. Pemikiran filsafati tersebut berusaha untuk
diwujudkan dalam praktik Pendidikan. Pernyataan tersebut sejalan dengan
pendapatImam Barnadib bahwa filsafat Pendidikan pada dasarnya merupakan
penerapan suatu analisis filosofi terhadap lapangan Pendidikan. John Dewey,
seorang filsuf Amerika yang sangat terkemuka mengatakan bahwa filsafat
merupakan teori umum dari Pendidikan, landasan dari semua pemikiran
mengenai Pendidikan (Barnadib, 1994:4)
Selanjutnya, Imam Bernadib mengatakan bahwa hubungan filsafat dan
Pendidikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Hubungan Keharusan, berfilsafat berarti mencari nilai-nilai ideal (cita-cita)
yang lebih baik, sedangkan Pendidikan mengaktualisasikan nilai-nilai ini
dalam kehidupan manusia. Pendidikan bertindak mencari arah yang terbaik,
dengan berbekal teori-teori Pendidikan yang diberikan antara lain oleh
pemikiran filsafat.
2. Dasar Pendidikan, filsafat mengadakan tinjauan yang luas terhadap realita
termasuk manusia, maka dibahaslah antara lain pandangan dunia dan
pandangan hidup.

Konsep-konsep ini selanjutnya menjadi dasar atau landasan penyusunan


tujuan dan metodologi Pendidikan. Sebaliknya pengalaman Pendidikan dalam
realita menjadi masukan dan pertimbangan bagi filsafat untuk mengembangkan
pemikiran Pendidikan. Filsafat memberikan dasar-dasar dan nilai-nilai yang
sifatnya das Sollen (yang seharusnya), sedangkan praksis Pendidikan berusaha
mengimplementasiaka dasar-dasar tersebut, tetapi juga memberi masukan dari
realita terhadap pemikiran ideal Pendidikan dan manusia. Jadi, ada hubungan
timbal balik di antara keduanya.
7

2.4. HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai


budaya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses
mantransfernya yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat
erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satu
sama lain.
Tujuan pendidikan adalah melestarikan dan selalu meningkatkan
kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikan, kita bisa mentransfer
kebudayaan itu sendiri dari generasi kegenerasi selanjutnya, dan juga kita
sebagai masyarakat mencita-citakan terwujudnya masyarakat dan kebudayaan
yang lebih baik kedepannya, maka sudah dengan sendirinya pendidikan kitapun
harus lebih baik lagi. Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam hal berbagai
bentuk dan menifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia
yang tidak kaku, melainkan selalu berkembang dan berubah dan membina
manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan
tantangan zaman tradisional untuk memasuki zaman modern. Manusia sebagai
mahluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan perubahan-
perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus berevolusi
meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju, ketika alamlah yang
mengendalikan manusia dengan sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa
keinginantahuan yang terus berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan
karsanya telah dadpat mengubah alam menjadi sesuatu yang berguna, maka
alamlah yang dikendalikan oleh manusia. Kebudayaan merupakan karya
manusia yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian, kesusastraan, agama,
penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan. Dalam pengertian yang
sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani
maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Adapun menurut Carter V.Good dalam Dictionary of Education bahwa
pendidikan merupakan: Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam
bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya, dimana seseorang
8

dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah)


sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.
Sedangkan menurut konsep yang dikemukakan oleh Freeman Butt dalam
bukunya yang terkenal Cultural History of Western Education, bahwa: Pendidikan
adalah kegiatan menerima dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan
dapat diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya.
9

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
pendidikan adalah proses yang terjadi di dalam masyarakat melalui lembaga-
lembaga pendidikan ( sekolah,perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga lain), yang
dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-
nilai dan keterampilanketerampilan dari generasi ke generasi.
Kneller (1971: 4) juga mengatakan bahwa filsafat pendidikan bersandar pada
filsafat umum atau filsafat formal: artinya masalah-masalah pendidikan juga
merupakan bagian dari cara berpikir filsafat secara umum.
Unsur-unsur esensial dalam landasan filsafat pendidikan ada tiga yang
utama, yaitu landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landaan aksiologis.
10

DAFTAR PUSTAKA

Akinpelu, J.A. 1988 An Introduction to philosophy. London and basingstojke.


file:///F:/kuliah%20tya/filsafat%202020/Publikasi%20Buku%20Filsafat%20Pendidikan%201.pdf
Al-syaibany omar muhammad al-toumi, 1979. Falsafah pendidikan islam.
Jakarta:bulan Bintang
Barnadib, imam, 1996 filsafat pendidikan. Yogyakarta : aditya karya nusa.

Anda mungkin juga menyukai