1. Dengar-Ulang Ucap
Model ucapan yang akan didengarkan dipersiapkan secara cermat oleh guru.
Isi model ucapan dapat berupa fonem, kata, kalimat, ungkapan, kata-kata
mutiara, semboyan, dan puisi-puisi pendek. Model itu dapat dibacakan atau
disajikan dalam bentuk rekaman. Model ini disimak dan ditirukan oleh siswa.
Dengar – tulis (dikte) mirip dengan Dengar – ulang ucap. Model ucapan yang
digunakan dalam Dengar – ulang ucap dapat digunakan dalam Dengar – tulis.
Dengar – ulang ucap menurut reaksi bersifat lisan, sedangkan sedangkan
Dengar – tulis menuntut reaksi yang bersifat tulisan.
3. Dengar – Kerjakan
Model yang digunakan dalam metode ini berisi kalimat – kalimat perintah.
Siswa yang menyimak isi ucapan meresons sesuai dengan instruksi yang
kemudian reaksi yang biasa digunakan dalam bentuk perbuatan.
4. Dengar – Terka
Dalam teknik pengajari menyimak ini, guru menyusun deskripsi sesuatu benda
tanpa menyebutkan nama bendanya. Deskripsi dibacakan atau disajikan melalui
rekaman kepada siswa. Siswa menyimak teks lisan dengan seksama, kemudian
menerka isinya.
5. Memperluas Kalimat
6. Menemukan Benda
7. Siman Berkata
Seorang siswa berperan sebagai Siman dan maju kedepan kelas. Setiap Siman
berkata, “…” siswa lainnya menurutinya. Tetapi Siman hanya mengucapkan “…”
siswa lain tidak boleh mengikutinya. Kecermatan menyimak ucapan Siman
menentukan pemberian reaksi yang tepat atau salah. Siswa yang salah
mendapatkan hukuman.
8 Bisik Berantai
Guuru membisikan satu kalimat kepada siswa yang paling depan atau yang
pertama. Siswa tersebut menyampaikan kalimat tadi dengan cara membisikannya
ketelinga siswa berikutnya. Demikian seterusnya hingga sampai akhir. Siswa
terakhir menucapkan kalimat tadi dengan suara nyaring atau menuliskan hasil
kalimat yang ditangkap.
8. Menyelesaikan Cerita
Guru membagi beberapa kelompok siswa kemudian menyuruh salah satu kelompok
untuk membuatkan cerita, setelah selesai kemudian disuruh maju kedepan dan
membacakan hasil cerita. Ditengah – tengah bercerita guru menghentikan
pembacaan cerita tersebut kemudian menyuruh kelompok lain menyimak cerita
untuk melanjutkan cerita yang telah dibacakan hingga berturut – turut
dilakukan oleh setiap kelompok hingga cerita berakhir.
9. Identifikasi Kata Kunci
Setiap kalimat, paragraf ataupun wacana selalu memiliki sejumlah kata yang
dapat mengungkapkan isi keseluruhan kalimat, paragrap atau wacana. Kemudian
menggunakan kata – kata kunci untuk mewakili isi keseluruhan. Siswa diminta
utuk menyimak dan mengingat – ingat kata – kata kunci yang merupakan inti
pembicaraan. Melalui perakitan kata kunci menjadi kalimat – kalimat utuh
kita sampai pada isi singkat bahan simakan. 10 Idenfikasi Kalimat Topik
Setiap paragraf mengandung minimal dua unsure. Pertama ialah kalimat topic,
dan yang kedua ialah pengembang. Yang posisi kalimat topiknya dibagian
depan atau dibagian akhir paragraf ataupun kadang – kadang ditemukan
ditengah – tengah paragraph. Memahami paragraph dan kalimat topic setiap
paragraph. Wacana dibangun oleh sejumlah paragraph. Bila siswa dapat
mengidentifikasi kalimat topic setiap paragraph yang membangun wacana
tersebut maka pemahaman wacana terwujud.
Menyimak bahan simakan yang relatif panjang dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Salah satu diantaranya dengan cara menyingkat atau merangkum isinya
dalam beberapa kalimat. Merangkum berarti membuat bahan simakan yang
panjang menjadi sedikit mungkin. Namun, yang sedikit itu dapat mewakili
yang panjang.
Suatu cara yang biasa digunakan untuk memahami isi puisi ialah dengan cara
mengutarakan isi puisi itu dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa.
Puisi yang sudah direkam atau dibacakan guru diperdengarkan kepada siswa.
Mereka menyimak isinya dan mengutarakan kembali dalam bentuk prosa.
13 Menjawab Pertanyaan
Cara lain untuk mengajarkan cara menyimak yang efektif ialah melalui
latihan menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, dan bilamana.
Pertanyaa-pertanyaan itu diajukan atas dengan mengacu pada bahan simakan
yang telah diperdengarkan kepada siswa.
http://septialestari.blogspot.com/2013/12/teknik-menyimak-yang-efektif.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196606291991031-
DENNY_ISKANDAR/MENU_PERKULIAHAN_MENYIMAK.pdf
PERILAKU MENYIMAK
2. Menyimak Empatik
Ada beberapa yang dituntut dalam menyimak empatik, di antaranya :
a. Memperhatikan isyarat-isyarat nonverbal,
b. Menempatkan diri pada posisi orang lain, dan
c. Memusatkan perhatian pada pesan, bukan pada penampilan.
Agar menjadi penyimak yang baik, kita harus memusatkan perhatian pada pesan. Ada beberapa
cara untuk melakukan hal ini, antara lain :
1. Buatlah catatan-catatan mental dari butir-butir utama.
2. Pikirkan dan renungkanlah kemungkinan adanya cara-cara lain untuk menunjang ide-ide utama sang
pembicara.
3. Cari dan dapatkanlah cara yang telah dipakai pembicara untuk mengorganisasikan atau member
struktur terhadap penampilannya.
Ada empat perilaku menyimak yang baik menurut Hunt, 1981 : 24-5, yaitu:
1. Kalau tertarik pada pesan tertentu , perlihatkan hal itu tanpa ragu.
2. Kalau seorang pembicara tidak mengemukakan pesan secara menarik, jangan ragu menunjkan hal
itu.
3. Sikap dan gaya yang baik dan menarik hati menuntut keterlibatan 100% dalam situasi pembicara di
muka umum.
4. Kalau keterlibatan selanjutnya diperlukan, jangan ragu memperlihatkan kepentingan itu.