Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Kerangka dan Otot Manusia


2.2.1 Kerangka dan Sambungan Kerangka
1. Kerangka
Kerangka berfungsi menggambarkan dasar bentuk tubuh, penentuan tinggi
seseorang, perlindungan organ tubuh yang lunak (otak, jantung, hati), sebagai tempat
untuk melekatnya otot-otot,, mengganti sel-sel yang rusak, memberikan sistem
sambungan untuk gerak pengendali, dan untuk menyerap reaksi dari gaya/force serta
beban kejut.
Tulang berfungsi sebagai alat untuk meredam dan mendistribusi gaya yang ada
padanya. Bentuk tulang telah mengalami evolusi dalam perkembangannya untuk
tempat melekatnya otot. Selain itu, tulang berperan sebagai pembentuk tubuh manusia.
(Nurmianto, 1998)
2. Sambungan Cartilagenous (Cartilagenous Joints)
Sambungan yang berfungsi untuk pergerakan yang relatif kecil seperti sambungan
antar tulang iga (ribs) dan pangkal tulang iga (sternum). Terdapat pula sambungan
cartilagenous khusus diantara vertebrae (ruas-ruas tulang belakang) yang dikenal
sebagai intervertebral discs yang terdiri dari pembungkus intervertebral disc (outer
fibrous ring) yang dikelilingi oleh inti intervertebral disc (pulpy core). Vertebra
tersebut juga terdapat bersama-sama dengan ligamen dan otot. Selain itu terdapat pula
geralan yang relatif kecil pada setiap sambungannya, sehingga mengakibatkan adanya
fleksibilitas badan manusia untuk membungkuk, menengadah, dan memutar. Disc
tersebut berfungsi pula sebagai peredam getaran pada saat manusia bergerak baik
translasi maupun rotasi. (Nurmianto, 1998)
3. Sambungan Synovial (Synovial Joints)
Adalah sambungan yang terdapat paling banyak pada tangan dan kaki yang
bergungsi untuk pergerakan/perputaran bebas, walaupun tangan dan kaki tersebut amat
terbatas pergerakannya misal arah dan rentang gerakannya. Ujung tulang pada
sambungan tertentu tertutup oleh artikulasi cartilagenous lunak pada permukaannya.
Permukaan ini tertutup di dalam capsule fibrous yang segaris dengan membran sinovial
yang mengeluarkan cairan pelumas sinovial. (Nurmianto, 1998)
4. Ligamen
Berfungsi untuk membentuk bagian sambungan dan menempel pada tulang.
Ligamen tersebut berfungsi untuk mencegah adanya dislokasi dan juga membatasi
rentang gerakan, karena ligamen tidak elastis dan dapat meregang (stretch) di bawah
gaya regang (tension) tertentu. (Nurmianto, 1998)

Gambar 2.1 Pandangan depan dan belakang dari sistem tulang manusia
2.2.2 Sistem Sambungan Kerangka
Sifat masing-masing sambungan tulang pada pergerakan adalah sangat kompleks.
Contohnya:
1. Siku dan lutut yang merupakan sambungan yang membatasi gerakan fleksi
(flexion), namun memberikan kebebasan gerak pada tulang tangan berupa gerak
supinasi dan pronasi.
2. Bahu dan pinggul adalah sambungan bola dan soket (ball and socket joints) yang
memberikan kebebasan gerak secara tiga dimensi meskipun dalam rentang yang
relatif kecil.
3. Lengan dan tungkai merupakan sambungan yang kompleks, yang mampu untuk
mengadakan gerakan tiga dimensi.
Penerapannya pada gerakan mengangkat tangan dari permukaan meja ke arah mulut,
sambungan siku tidak dapat melakukan aktivitas ini tanpa bantuan organ lain, yaitu
bantuan dari gerakan sambungan bahu, pergerakan rotasi seluruh tangan pada
sumbunya (persendian bahu) dan gerakan lengan tangan pada sambungan
pergelangannya. (Nurmianto, 1998)

Gambar 2.2 Terminologi untuk gerakan tangan dan lengan


2.2.3 Otot (muscle)
Dalam pembahasan ini akan dibahas tentang otot striatik (striated muscle) yaitu otot
sadar dengan mengabaikan otot kardiak dan viseral (cardiac and visceral muscle) yaitu otot
tidak sadar.
Otot terbentuk atas fiber (fibre) yang berukuran panjang dari 10 sampai dengan 400
mm dan berdiameter 0,01 sampai dengan 0,1 mm. Terdiri dari myofibril uang tersusun atas
sel-sel filamen dari molekul myosin yang saling overlap (tumpang tindih) dengan filamen
dari molekul aktin.
Serabut otot (muscle fibre) bervariasi antara satu otot dengan yang lainnya. Beberapa
diantaranya mempunyai gerakan yang lebih cepat dari yang lainnya dan hal ini terjadi pada
otot yang dipakai untuk mempertahankan kontraksi badan seperti otot pembentuk postur
tubuh.
Merupakan hal yang penting bagi ergonom untuk mengetahui jenis otot yang sesuai
untuk menopang beban statis (sustained static load). Beban statis yang terjadi pada semua
otot harus diminimumkan. Gaya yang digunakan untuk kontraksi otot adalah sebanding
dengan penampang melintangnya. Pelatihan yang cukup akan dapat meningkatkan luasan
penampang melintand dari serabut otot, tanpa meningkatkan jumlah serabut otot. (Nurmianto,
1998)
2.2.4 Aktivitas Otot
Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaks (santai). Analogi
mekanismenya adalah seperti silinder pneumatik aktivitas tunggal dengan sistem pegas,
walaupun tidak ada pegas dalam tubuh manusia. Otot sebagai penggerak utama bergerak
dengan arah berlawanan terhadap otot lain yang dikenal sebagai gerakan antagonis, berfungsi
untuk mengendalikan dan mengembalikan posisi tangan dan kaki pada tempat asalnya.
Dalam pergerakan yang pelan dan terkendali, baik tegang (tension) selama dalam
pergerakannya. Sebaliknya dalam pergerakan yang cepat, otot antagonis secara otomatis akan
relaks. Sebagai contoh otot triceps dalam keadaan antagonis relatif terhadap otot biceps
selama dalam gerakan fleksi oleh siku (elbow flexion) pada saat tangan mengangkat beban.
Selain itu ada beberapa otot lain yang juga berpartisipasi dalam pergerakan otot.
Misalnya otot biceps dibantu brachialis selama gerakan fleksi pada siku. Ada juga jenis otot
lain yang disebut sebagai fiksator (fixators) yang berfungsi sebagai pemberi kesetimbangan
pada saat adanya suatu gerakan, dan sinergis (synergist) yang berfungsi untuk mengontrol
sambungan-sambungan (joints) sehingga memungkinkan suatu gerakan berjalan secara
efisien. (Nurmianto, 1998)
2.2.5 Sumber Energi Bagi Otot

2.2.6
2.2

Anda mungkin juga menyukai