Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TUGAS MATA

KULIAH DASAR
EPIDEMIOLOGI

“ DIABETES MELITUS “

Disusun oleh kelompok 28:


Fitria Hidayati 2010912120001
Ghina Aristawidya Sedar 2010912220013
Verinda Ghea Ayu Astuti 2010912120007

Program Studi Kesehatan


Masyarakat Fakultas
Kedokteran
Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul  “Diabetes Melitus” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pada mata kuliah Dasar Epidemiologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang Penyakit Diabetes Melitus bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rudi Fakhriadi, SKM., M. Kes (Epid)
dan dosen-dosen yang bersangkutan, selaku dosen mata kuliah Dasar Epidemiologi yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
dosen pengajar mata kuliah Dasar Epidemiologi serta teman-teman sekelompok yang
telah membimbing dan ikut berkontribusi dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Banjarbaru, 20 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... 1
KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 4
B. Tujuan...................................................................................... 5
C. Manfaat............................................................................ 5
BAB II Epdemiologi Penyakit
A. DEFINISI.................................................................................. 6
B. PATOFISIOLOGI ..................................................................... 6
C. FAKTOR RISIKO...................................................................... 9
D. SKRINING PENYAKIT.............................................................. 11
E. DISTRIBUSI PENYAKIT BERDASARKAN RISKESDAS 2018..... 12
F. FAKTOR DAN PENANGGULANGAN SERTA PENCEGAHAN..14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................17
B. Saran....................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus (DM) atau yang biasa disebut dengan kencing manis
merupakan penyakit gangguan metabolisme tubuh yang menahun akibat hormon
insulin dalam tubuh yang tidak dapat digunakan secara efektif dalam mengatur
keseimbangan gula darah sehingga meningkatkan konsentrasi kadar gula di dalam
darah (hiperglikemia). Kencing manis merupakan suatu penyakit yang ditandai
dengan tingginya gula darah akibat kerusakan sel beta pankreas (pabrik yang
memproduksi insulin (6).
Diabetes melitus adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting dan
menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi
target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi
diabetes melitus terus meningkat selama beberapa dekade terakhir (1).

Prevalensi diabetes pada orang dewasa adalah 10 juta lebih banyak pada
tahun 2017 dibandingkan pada tahun 2015. Statistik terkini dari penderita diabetes
di masing-masing benua menunjukkan bahwa, 37 juta pada tahun 2013, 44,3 juta
orang pada tahun 2015 dan 46 juta pada tahun 2017 menderita diabetes mellitus di
Amerika Utara; 56 juta pada 2013 dan 59,8 juta pada 2015 di Eropa; 20 juta pada
2013 dan 24,2 juta pada 2015 di Afrika; dan 138 juta pada 2013 dan 153,2 juta orang
pada 2015 di Pasifik Barat. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes
lebih banyak dari perkiraan semula. Estimasi kematian akibat diabetes
menunjukkan bahwa setiap 6 detik 1 orang meninggal karena diabetes (2).

Seseorang yang menderita DM dapat memiliki gejala antara lain poliuria


(sering kencing), polidipsia (sering merasa haus), dan polifagia (sering merasa
lapar), serta penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Selain hal-
hal tersebut, gejala penderita DM lain adalah keluhkan lemah badan dan
kurangnya energi, kesemutan di tangan atau kaki, gatal, mudah terkena infeksi
bakteri atau jamur, penyembuhan luka yang lama, dan mata kabur. Namun, pada
beberapa kasus, penderita DM tidak menunjukkan adanya gejala (1).
Diabetes Melitus (DM) memang penyakit yang tidak dapat disembuhkan,
namun dapat dikendalikan sehingga penderita dapat menjalani hidupnya dengan
normal. Pengendalian tersebut meliputi pengaturan pola makan (diet), olahraga,
dan pengobatan pemeriksaan gula darah (1).

B. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini dibagi menjadi dua tujuan, yaitu :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
penyakit diabetes dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2. Tujuan Khusus
Penulisan makalah ini mempunyai tujuan khusus, antara lain sebagai berikut :
a. Mengetahui definisi dan patofisiologi dari diabetes
b. Mengidentifikasi faktor risiko yang menyebabkan diabetes dan skrining
penyakitnya
c. Memberi pengetahuan mengenai distribusi frekuensi diabetes serta
pencegahan dan penanggulangan diabetes

C. MANFAAT
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik secara
teoritis maupun praktik. Makalah ini dapat memberikan informasi mengenai
pencegahan dan penanggulangan penyakit diabetes agar penyakit ini tidak hanya
diatasi saja melaikan juga harus dicegah.
BAB II
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
A. DEFINISI
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme dimana dalam
tubuh manusia tidak memproduksi atau menggunakan insulin dengan baik,
suatu hormon yang dibutuhkan untuk mengubah gula, pati dan makanan
lainnya menjadi energi. Ketidakhadiran atau penurunan insulin pada gilirannya
menyebabkan gula darah tinggi yang tidak normal dan toleransi glukosa,
Penyakit ini dapat dikategorikan ke dalam penyakit utama dunia mengingat
yang mempengaruhi populasi tinggi di bumi dan menyajikan dua tipe utama I
dan II (2, 3).
Penyebab diabetes meliputi Kegemukan, Glukokortikoid berlebih,
Hormon pertumbuhan berlebih, Penyakit ovarium polikistik, Mutasi reseptor
insulin Lipodistrofi(2).
Indikasi utama dari diabetes mellitus adalah hiperglikemia dalam darah
yang disebabkan oleh sekresi insulin pankreas yang tidak tepat atau
penurunan glukosa yang diarahkan insulin oleh sel target ditandai dengan
hiperglikemia kronik akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein. Hiperglikemia persisten dikaitkan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi, dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf,
jantung, dan pembuluh darah Gejala utama DM ditandai hiperglikemia
dikombinasikan dengan poliuria, polidipsia, polifagia juga(1, 2, 3).
B. PATOFISIOLOGI
Diabetes Mellitus berdasarkan etiologis dibagi menjadi tiga tipe utama:
tipe 1, tipe 2, dan diabetes mellitus gestasional (GDM) dan Jenis spesifik
lainnya dihasilkan dari penyebab spesifik( 1, 4 )
1. Diabetes tipe I
Diabetes tipe I biasanya menyerang anak-anak dan orang di bawah usia
tiga puluh tahun, tetapi juga dapat menyerang orang dewasa yang lebih tua.
Meskipun patogenesisnya tidak sepenuhnya dipahami, diabetes tipe 1 ditandai
oleh kenaikan gula darah akibat destruksi (kerusakan) sel beta pankreas atau
ditandai dengan hilangnya sekresi insulin karena serangan idiopatik atau
penghancuran autoimun dari sekresi insulin, Penyebab diabetes mellitus tipe 1
Kerentanan genetik untuk mengembangkan diabetes tipe 1 , Virus tertentu
(misalnya campak atau gondongan Jerman), Faktor lingkungan (1, 2, 4 ).
Diabetes tipe I dibedakan dengan kekurangan produksi insulin dalam
tubuh. Pada tipe DM seperti itu, pasien memerlukan pemberian insulin setiap
hari untuk menormalkan kadar glukosa dalam darah. Buang air kecil dan haus
yang ekstrim, rasa lapar yang terus menerus, penurunan berat badan,
perubahan penglihatan dan kelelahan adalah gejala utama dari jenis DM ini.
Lebih sering daripada tidak, jumlah orang yang didiagnosis dengan diabetes
tipe I meningkat ( 3 ).
2. Diabetes Tipe II
Diabetes tipe II juga telah dikenal sebagai diabetesmellitus non-insulin-
dependent (NIDDM) atau diabetes onset lanjut, ditandai dengan kenaikan gula
darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Penyebab
diabetes tipe 2 Diabetes tipe 2 berkembang ketika tubuh menjadi resisten
terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi cukup insulin. (1,
2, 4).
Diabetes tipe II adalah DM yang paling khas. Pada tipe ini, tubuh mampu
memproduksi insulin tetapi menjadi sangat resisten sehingga insulin menjadi
tidak efektif. Pada saat itu, kadar insulin ternyata tidak mencukupi. Mengingat
bahwa gejala (kebetulan gejala diabetes tipe I) umumnya kurang terlihat atau
tidak ada, penyakit ini dapat diabaikan dan tidak terdiagnosis selama
bertahun-tahun, dan tidak sampai komplikasi telah meningkat. Selama
beberapa tahun tipe II hanya ditemukan pada orang dewasa, saat ini mulai
terlihat juga pada anak-anak. Sampai saat ini penyebab pasti perkembangan
diabetes tipe II tidak diketahui, beberapa faktor risiko yang signifikan telah
ditunjukkan. Yang paling signifikan termasuk: kelebihan berat badan, aktivitas
fisik dan gizi buruk. Faktor lain yang mempengaruhi adalah etnis, riwayat
keluarga DM, riwayat diabetes gestasional dan usia lanjut(3).
3. Gestational Diabetes Mellitus
Gestational diabetes mellitus (GDM) terjadi ketika intoleransi glukosa
pertama kali diamati selama kehamilan. ditandai oleh kenaikan kadar gula
darah yang terjadi pada wanita hamil, penelitianmenunjukkan keterlibatan
disregulasi dan defek pada jalur pensinyalan insulin, yang mengakibatkan
penurunan pengambilan dan pengangkutan glukosa dalam skeletalmuscles
dan adiposit. biasanya terjadi pada usia 24 minggu masa kehamilan ( 1, 4).
Wanita dengan sedikit peningkatan kadar glukosa darah didiagnosis
menderita diabetes gestasional, sedangkan wanita dengan peningkatan kadar
glukosa darah secara substansial diklasifikasikan sebagai menderita diabetes
mellitus saat hamil. Wanita dengan hiperglikemia yang didiagnosis selama
kehamilan berisiko lebih besar mengalami hasil kehamilan yang merugikan
seperti: tekanan darah sangat tinggi dan makrosomia janin, dengan persalinan
pervaginam menjadi sulit dan berisiko. diabetes gestasional biasanya
menghilang setelah melahirkan tetapi wanita yang telah didiagnosis
sebelumnya berisiko mengalami GDM pada kehamilan berikutnya dan tipe II di
kemudian hari. Selain itu, bayi yang diasuh oleh ibu penderita GDM juga
memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe II pada masa remaja atau awal
masa dewasa ( 3 ).
Jenis spesifik lainnya adalah jenis di mana cacat yang mendasari atau
proses penyakit dapat diidentifikasi dengan cara yang relatif spesifik. Mereka
termasuk penyakit pankreas eksokrin, seperti pankreatopati fibrokalkulus atau
sekunder akibat penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid di pankreas
( 1 ).
C. FAKTOR RISIKO
American Diabetes Association (ADA) melaporkan bahwa tiap 21 detik ada
satu orang yang terkena diabetes. Prediksi sepuluh tahun yang lalu bahwa
jumlah diabetes akan mencapai 350 juta pada tahun 2025, ternyata sudah jauh
terlampaui. Lebih dari setengah populasi dunia yang menderita penyakit
diabetes berada di Asia, terutama di India, China, Pakistan, dan Indonesia.
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid
dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defesiensi produksi insulin oleh sel-sel beta
Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-
sel tubuh terhadap insulin (5).
Penderitas Diabetes Melitus pada umumnya berumur 30-74 tahun, hali
ini dikarenakan semakin tua seseorang semakin berkurang pula kerja dari
organ tubuhnya sehingga meningkat pula risiko terkena penyakit. Pada usia
rentang 30-34 tahun menurut BMI orang-orang yang di usia tersebut paling
berpeluang terkena penyakit Diabetes dimana termasuk dalam kategori
obesitas, bahwa obesitas berkaitan erat pula dengan resistensi insulin
sehingga menghalangi absorbsi glukosa ke dalam otot dan sel lemak sehingga
glukosa dalam darah meningkat (5).
Diabetes merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya cukup tinggi
akibat pola makan yang tidak seimbang dan pola hidup tidak sehat. Makanan
yang dikonsumsi masyarakat di Indonesia pada umumnya sehari-hari
mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori yang tinggi seperti daging,
baik itu berupa rendang, sate, bakso, dan lain sebagainya, makanan yang
digoreng, serta yang mengandung santan seperti gulai. Makanan yang
mengandung karbohidrat tinggi seperti nasi juga merupakan pemicu penyakit
diabetes, baik itu berupa nasi goreng, lontong, bahkan nasi yang dimakan
bersama mie instan (5).
Pria umur pertengahan dan wanita dengan diabetes mellitus (DM)
memiliki risiko tinggi untuk menderita PJK (Penyakit Jantung Koroner), baik
orang kulit hitam maupun kulit putih. Risiko relatif PJK untuk pasien dengan
DM adalah 3,95 pada wanita dan 2,41 pada pria. Diabetes melitus yakni kadar
glukosa yang tinggi di dalam darah cenderung menaikkan kadar kolesterol dan
trigliserida. Peningkatan risiko diabetes disebabkan kelainan lipid. Seseorang
yang terkena Diabetes Melitus (DM) cenderung lebih cepat mengalami
degenarasi jaringan dan disfungsi endotel. Penderita DM akan mengalami
kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan jantung. Diabetes
melitus akan timbul proses penebalan membran basalis dari kapiler dan
pembuluh darah arteri koronaria, sehingga terjadi penyempitan aliran darah
ke jantung (5).
Seseorang lebih berisiko terkena penyakit diabetes melitus (DM) apabila
memiliki beberapa faktor risiko. Faktor risiko ini dibagi menjadi faktor risiko
yang tidak dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi antara lain ras dan etnik, riwayat keluarga dengan DM,
umur > 45 tahun (meningkat seiring dengan peningkatan usia), riwayat
melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi > 4000gram atau riwayat
menderita DM saat masa kehamilan (DM gestasional), riwayat lahir dengan
berat badan rendah (2500 gram) (6).
Sedangkan, faktor yang dapat dimodifikasi mengandung makna bahwa
faktor tersebut dapat diubah, salah satunya dengan pola hidup sehat. Faktor-
faktor tersebut adalah berat badan lebih (IMT ≥ 23 kg/m2 ), kurangnya
aktivitas fisik, tekanan darah tinggi/hipertensi (> 140/90 mmHg), gangguan
profil lemak dalam darah (HDL < 35 mg/dL, dan atau trigliserida > 250 mg/dL),
dan diet yang tidak sehat (tinggi gula dan rendah serat). Penelitian juga
menunjukkan bahwa perokok aktif memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena
DM dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Selain itu, seseorang
yang mengalami gangguan pada glukosa darah puasa dan toleransi glukosa,
menderita sindrom metabolik (tekanan darah tinggi, peningkatan kolesterol
darah, gula darah tinggi, obesitas) atau memiliki riwayat penyakit stroke atau
penyakit jantung koroner, dan memiliki risiko terkena diabetes melitus lebih
tinggi (6).
D. SCREENING
International of Diabetetic Federation (IDF, 2015) melaporkan prevalensi
pasien diabetes mellitus global pada tahun 2014 (8,3%) dari total populasi di
dunia dan meningkat menjadi 387 juta kasus. Satu program kerja dari
American Diabetes Association (ADA) mengutip setiap pusat perawatan
kesehatan untuk melakukan penyaringan sedini mungkin. Diabetes Melitus
(DM) atau disingkat Diabetes adalah gangguan kesehatan yang berupa
kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. DM atau Diabetes Melitus
adalah penyakit dimana seseorang mengeluarkan/mengalirkan sejumlah besar
urin yang terasa manis. Paling sedikit terdapat tiga bentuk diabetes melitus
yaitu tipe I, tipe II, dan diabetes gestasional (7,8).
Seiring bertambahnya usia akan terjadi berbagai perubahan pada tubuh,
terutama perubahan pada fungsi dan struktur ginjal.23Setelah umur 30 tahun
mulai terjadi penurunan kemampuan ginjal. Ginjal memegang peranan penting
dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, mempertahankan keseimbangan
cairan dan zat-zat lain dalam tubuh. Ginjal mengeluarkan sisasisa metabolisme
hasil akhir dari protein ureum, kreatinin, dan amoniak. Terdapat banyak
komplikasi jangka panjang pada diabetes melitus.Sebagian besar disebabkan
oleh tingginya konsentrasi glukosa darah, serta berperan menyebabkan
morbiditas dan mortalitas penyakit. Komplikasi tersebut mengenai hampir
semua organ tubuh.6 Diabetes adalah penyebab utama dari penyakit ginjal (7).
Tingginya kadar glukosa darah membuat ginjal menyaring terlalu banyak
darah. Glukosa darah tinggi dapat merusak pembuluh darah di ginjal. Ketika
pembuluh darah rusak, mereka tidak bekerja dengan baik. Banyak orang
dengan diabetes juga mengalami tekanan darah tinggi, yang dapat merusak
ginjal. Kebanyakan orang dengan penyakit ginjal diabetik tidak memiliki gejala.
Pasien mungkin merasa nyeri, mengalami gangguan berkemih, dan lain-lain.
Terkadang pasien penyakit ginjal tidak merasakan gejala sama sekali, pada
keadaan terburuk, pasien dapat terancam nyawanya jika tidak menjalani
hemodialisis (cuci darah) berkala atau transplantasi ginjal untuk menggantikan
organ ginjalnya yang telah rusak parah. Satu-satunya cara untuk mengetahui
penyakit ginjal pada penderita diabetes melitus adalah melakukan
pemeriksaan ginjal. Kreatinin serum merupakan standar penelitian yang biasa
untuk mengukur fungsi ginjal dan perkembangan dari gagal ginjal terminal.
Ketika penyakit ginjal didiagnosis dini, beberapa perawatan dapat dilakukan
untuk mencegah penyakit ginjal yang semakin buruk (7).

E. DISTRIBUSI PENYAKIT BERDASARKAN RISKESDAS 2018


Prevalensi diabetes melitus semua umur menurut diagnosis dokter
dihitung dengan formula :
Prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter (semua

umur) =
1. Berdasarkan riwayat diagnosis dokter pada penduduk semua umur
menurut karakteristik provinsi Kalimantan Selatan, prevalensi diabetes
melitus diklasifikasikan sebagai berikut (10):
 Usia < 1 tahun : 0% dengan N tertimbang 470
 Usia 1-4 tahun : 0% dengan N tertimbang 1.806
 Usia 5-14 tahun : 0,02% dengan N tertimbang 4.453
 Usia 15-24 tahun : 0% dengan N tertimbang 3.889
 Usia 25-34 tahun : 0,34% dengan N tertimbang 3.825
 Usia 35-44 tahun : 0,99% dengan N tertimbang 3.784
 Usia 45-54 tahun : 3,45% dengan N tertimbang 2.923
 Usia 55-64 tahun : 5,81% dengan N tertimbang 1.764
 Usia 65-74 tahun : 7,39% dengan N tertimbang 721
 Usia > 75 tahun : 0,59% dengan N tertimbang 280
2. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, prevalensi diabetes
diklasifikasikan sebagai berikut :
 Laki-laki : 1.04% dengan N tertimbang 12.119
 Perempuan : 1,56% dengan N tertimbang 11.796
3. Berdasarkan tingkat pendidikan
 Tidak/belum sekolah : 1,22% dengan N tertimbang 1.518
 Tidak tamat SD/MI : 1,14% dengan N tertimbang 4.695
 Tamat SD/MI : 1,82% dengan N tertimbang 5.486
 Tamat SLTP/MTS : 1,19% dengan N tertimbang 3.814
 Tamat SLTA/MA : 1,41% dengan N tertimbang 4.237
 Tamat D1/D2/D3/PT : 2,23% dengan N tertimbang 1.605
4. Berdasarkan pekerjaan
 Tidak bekerja : 2,47% dengan N tertimbang 5.272
 Sekolah : 0,11% dengan N tertimbang 3.119\
 PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD : 3,27% dengan N tertimbang 760
 Pegawai swasta : 0,78% dengan N tertimbang 1.665
 Wiraswasta : 2,33% dengan N tertimbang 2.853
 Petani/buruh tani : 0,98% dengan N tertimbang 3.169
 Nelayan : 0% dengan N tertimbang 214
 Buruh/sopir/pembantu ruta : 1,34% dengan N tertimabng 1.124
 Lainnya : 2,22% dengan N tertimbang 1.266
5. Berdasarkan tempat tinggal
 Perkotaan : 1,66% dengan N tertimbang 11.137
 Perdesaan : 0,97% dengan N tertimbang 12.778

F. FAKTOR DAN PENANGGULANGAN SERTA PENCEGAHAN DIABETES


Pencegahan diabetes melitus (DM) pada orang-orang yang berisiko pada
prisnipnya adalah dengan mengubah gaya hidup yang meliputi olahraga,
penurunan berat badan, dan pengaturan pola makan. Berdasarkan analisis
terhadap sekelompok orang dengan perubahan gaya hidup intensif,
pencegahan diabetes paling berhubungan dengan penurunan berat badan.
Menurut penelitian, penurunan berat badan 5-10% dapat mencegah atau
memperlambat munculnya DM. Dianjurkan pula melakukan pola makan yang
sehat, yakni terdiri dari karbohidrat kompleks, mengandung sedikit lemak
jenuh, dan tinggi serat larut. Asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat
badan ideal (6).
Upaya pencegahan dilakukan terutama melalui perubahan gaya hidup.
Berbagai bukti yang kuat menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup dapat
mencegah DM. Perubahan gaya hidup harus menjadi intervensi awal bagi
semua pasien terutama kelompok risiko tinggi. Perubahan gaya hidup juga
dapat sekaligus memperbaiki komponen faktor risiko diabetes dan sindroma
metabolik lainnya seperti obesitas, hipertensi, dislipidemia, dan hiperglikemia
(6).
Perubahan gaya hidup yang dianjurkan untuk individu risiko tinggi DM
dan intoleransi glukosa adalah (6):
1. Pengaturan pola makan
a. Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal.
b. Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara
terbagi dan seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak (peak)
glukosa darah yang tinggi setelah makan.
c. Komposisi diet sehat mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi
serat larut.
2. Meningkatkan aktifitas fisik dan latihan jasmani
Latihan jasmani yang dianjurkan :
a. Latihan dikerjakan sedikitnya selama 150 menit/minggu dengan
latihan aerobik sedang (mencapai 50 - 70% denyut jantung
maksimal) atau 90 menit/minggu dengan latihan aerobik berat
(mencapai denyut jantung > 70% maksimal).
b. Latihan jasmani dibagi menjadi 3 – 4 kali aktivitas/minggu.
3. Menghentikan kebiasaan merokok
4. Pada kelompok dengan risiko tinggi diperlukan intervensi farmakologis
Metformin merupakan obat yang dapat digunakan dalam pencegahan
diabetes dengan bukti terkuat dan keamanan jangka panjang terbaik.
Metformin dapat dipertimbangkan pemberiannya pada pasien pre-diabetes
berusia < 60 tahun dengan obesitas atau wanita dengan riwayat diabetes
gestasional. Obat lain yang dapat dipertimbangkan adalah alfa glukosidase
inhibitor (Acarbose) yang bekerja dengan cara menghambat kerja enzim alfa
glukosidase yang mencerna karbohidrat. Berdasarkan studi STOP-NIDDM
dalam tindak lanjut selama 3,3 tahun, acarbose terbukti menurunkan risiko DM
tipe 2 sampai 25% dan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 49% (6).
Kegiatan yang tepat untuk mencapai program pencegahan sekunder
pada penderita DM yaitu (6):
1. Diet yaitu menkonsumsi makanan yang berserat tinggi, rendah gula,
dan banyak air putih.
2. Olahraga yang teratur.
a. Olahraga intermiten (1 – 3 – 1) untuk mengelola kadar glukosa darah
dan memperbaiki profil lipid. Perbandingan irama gerak 1-3-1 artinya
1 (anaerob), 3 (aerob), dan 1 (anaerob)
b. Stretching dan loosening untuk kelenturan sendi dan lancarnya
aliran darah tepi.
c. Meditasi dan senam pernafasan.
Ada beberapa tumbuhan obat yang telah diidentifikasi memiliki potensi
antidiabetik. Sebagian besar olahan herbal dari tanaman obat ini dilaporkan
memiliki efek samping yang minimal atau tidak ada sama sekali. Sejak zaman
kuno, tanaman herbal digunakan untuk mengobati diabetes melitus. Beberapa
tanaman herbal antidiabetes asal India yang sangat umum dan bermanfaat
adalah Acacia arabica (Babul), Aegle marmelose (Bael), Agrimonia eupatoria
(Menara Gereja), Allium cepa (Bawang), Allium sativum (Bawang Putih), Ghrita
kumara (Aloe vera), Azadirachta indica (Neem), Benincasa hispida (Ash Labu),
Caesalpinia bonducella (Demam Kacang), dan Citrullus colocynthis (Pahit Apel)
(9).
Karena kurangnya standar regulasi dan protokol implementasi, jumlah
obat herbal terstandar sangat sedikit terlepas dari penerimaan yang luas
tersebut. Meskipun lebih dari 1000 tanaman digunakan dalam formulasi herbal
antidiabetes, hanya sekitar 100 tanaman yang telah disetujui secara ilmiah dan
tidak ada satu pun obat herbal resmi yang hadir hingga saat ini untuk
penggunaan skala besar (9).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme dimana dalam
tubuh manusia tidak memproduksi atau menggunakan insulin dengan baik,
suatu hormon yang dibutuhkan untuk mengubah gula, pati dan makanan
lainnya menjadi energi. Ketidakhadiran atau penurunan insulin pada gilirannya
menyebabkan gula darah tinggi yang tidak normal dan toleransi glukosa,
Penyakit ini dapat dikategorikan ke dalam penyakit utama dunia mengingat
yang mempengaruhi populasi tinggi di bumi dan menyajikan dua tipe utama I
dan II. Indikasi utama dari diabetes mellitus adalah hiperglikemia dalam darah
yang disebabkan oleh sekresi insulin pankreas yang tidak tepat atau
penurunan glukosa yang diarahkan insulin oleh sel target ditandai dengan
hiperglikemia kronik akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein.
Diabetes Mellitus berdasarkan etiologis dibagi menjadi tiga tipe utama:
tipe 1, tipe 2, dan diabetes mellitus gestasional (GDM) dan Jenis spesifik
lainnya dihasilkan dari penyebab spesifik. Meskipun patogenesisnya tidak
sepenuhnya dipahami, diabetes tipe 1 ditandai oleh kenaikan gula darah akibat
destruksi (kerusakan) sel beta pankreas atau ditandai dengan hilangnya
sekresi insulin karena serangan idiopatik atau penghancuran autoimun dari
sekresi insulin, Penyebab diabetes mellitus tipe 1 Kerentanan genetik untuk
mengembangkan diabetes tipe 1 , Virus tertentu (misalnya campak atau
gondongan Jerman), Faktor lingkungan Diabetes tipe I dibedakan dengan
kekurangan produksi insulin dalam tubuh. Diabetes Tipe II Diabetes tipe II juga
telah dikenal sebagai diabetesmellitus non-insulin-dependent (NIDDM) atau
diabetes onset lanjut, ditandai dengan kenaikan gula darah akibat penurunan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Penyebab diabetes tipe 2, diabetes tipe 2 berkembang ketika tubuh
menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi
cukup insulin Diabetes tipe II adalah DM yang paling khas, ditandai oleh
kenaikan kadar gula darah yang terjadi pada wanita hamil, penelitian
menunjukkan keterlibatan disregulasi dan defek pada jalur pensinyalan insulin,
yang mengakibatkan penurunan pengambilan dan pengangkutan glukosa
dalam skeletalmuscles dan adiposit, biasanya terjadi pada usia 24 minggu
masa kehamilan Wanita dengan sedikit peningkatan kadar glukosa darah
didiagnosis menderita diabetes gestasional, sedangkan wanita dengan
peningkatan kadar glukosa darah secara substansial diklasifikasikan sebagai
menderita diabetes mellitus saat hamil. Wanita dengan hiperglikemia yang
didiagnosis selama kehamilan berisiko lebih besar mengalami hasil kehamilan
yang merugikan seperti: tekanan darah sangat tinggi dan makrosomia janin,
dengan persalinan pervaginam menjadi sulit dan berisiko.
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Pada
usia rentang 30-34 tahun menurut BMI orang-orang yang di usia tersebut
paling berpeluang terkena penyakit Diabetes dimana termasuk dalam kategori
obesitas, bahwa obesitas berkaitan erat pula dengan resistensi insulin
sehingga menghalangi absorbsi glukosa ke dalam otot dan sel lemak sehingga
glukosa dalam darah meningkat. Diabetes merupakan salah satu penyakit
yang prevalensinya cukup tinggi akibat pola makan yang tidak seimbang dan
pola hidup tidak sehat.
Makanan yang dikonsumsi masyarakat di Indonesia pada umumnya
sehari-hari mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori yang tinggi
seperti daging, baik itu berupa rendang, sate, bakso, dan lain sebagainya,
makanan yang digoreng, serta yang mengandung santan seperti gulai. Faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain ras dan etnik, riwayat keluarga
dengan DM, umur > 45 tahun (meningkat seiring dengan peningkatan usia),
riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi > 4000gram atau
riwayat menderita DM saat masa kehamilan (DM gestasional), riwayat lahir
dengan berat badan rendah (2500 gram).
Faktor-faktor tersebut adalah berat badan lebih (IMT ≥ 23 kg/m2 ),
kurangnya aktivitas fisik, tekanan darah tinggi/hipertensi (> 140/90 mmHg),
gangguan profil lemak dalam darah (HDL < 35 mg/dL, dan atau trigliserida >
250 mg/dL), dan diet yang tidak sehat (tinggi gula dan rendah serat). Selain itu,
seseorang yang mengalami gangguan pada glukosa darah puasa dan toleransi
glukosa, menderita sindrom metabolik (tekanan darah tinggi, peningkatan
kolesterol darah, gula darah tinggi, obesitas) atau memiliki riwayat penyakit
stroke atau penyakit jantung koroner, dan memiliki risiko terkena diabetes
melitus lebih tinggi. Diabetes Melitus (DM) atau disingkat Diabetes adalah
gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi
insulin.
DISTRIBUSI PENYAKIT BERDASARKAN RISKESDAS 2018 Prevalensi diabetes
melitus semua umur menurut diagnosis dokter dihitung dengan formula :
Prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter (semua umur)
= (ART yang pernah didiagnosis diabetes melitus)/(ART semua umur)
Berdasarkan riwayat diagnosis dokter pada penduduk semua umur menurut
karakteristik provinsi Kalimantan Selatan, prevalensi diabetes melitus
diklasifikasikan sebagai berikut (10): Usia < 1 tahun : 0% dengan N tertimbang
470 Usia 1-4 tahun : 0% dengan N tertimbang 1.806 Usia 5-14 tahun : 0,02%
dengan N tertimbang 4.453 Usia 15-24 tahun : 0% dengan N tertimbang 3.889
Usia 25-34 tahun : 0,34% dengan N tertimbang 3.825 Usia 35-44 tahun : 0,99%
dengan N tertimbang 3.784 Usia 45-54 tahun : 3,45% dengan N tertimbang
2.923 Usia 55-64 tahun : 5,81% dengan N tertimbang 1.764 Usia 65-74 tahun :
7,39% dengan N tertimbang 721 Usia > 75 tahun : 0,59% dengan N tertimbang
280.
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, prevalensi diabetes
diklasifikasikan sebagai berikut : Laki-laki : 1.04% dengan N tertimbang 12.119
Perempuan : 1,56% dengan N tertimbang 11.796 Berdasarkan tingkat
pendidikan Tidak/belum sekolah : 1,22% dengan N tertimbang 1.518 Tidak tamat
SD/MI : 1,14% dengan N tertimbang 4.695 Tamat SD/MI : 1,82% dengan N
tertimbang 5.486 Tamat SLTP/MTS : 1,19% dengan N tertimbang 3.814 Tamat
SLTA/MA : 1,41% dengan N tertimbang 4.237 Tamat D1/D2/D3/PT : 2,23% dengan
N tertimbang 1.605.
Berdasarkan pekerjaan Tidak bekerja : 2,47% dengan N tertimbang 5.272
Sekolah : 0,11% dengan N tertimbang 3.119\ PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD : 3,27%
dengan N tertimbang 760 Pegawai swasta : 0,78% dengan N tertimbang 1.665
Wiraswasta : 2,33% dengan N tertimbang 2.853 Petani/buruh tani : 0,98%
dengan N tertimbang 3.169 Nelayan : 0% dengan N tertimbang 214
Buruh/sopir/pembantu ruta : 1,34% dengan N tertimang 1.124 Lainnya : 2,22%
dengan N tertimbang 1.266 Berdasarkan tempat tinggal Perkotaan : 1,66%
dengan N tertimbang 11.137 Perdesaan : 0,97% dengan N tertimbang 12.778.
Pencegahan diabetes melitus (DM) pada orang-orang yang berisiko pada
prisnipnya adalah dengan mengubah gaya hidup yang meliputi olahraga,
penurunan berat badan, dan pengaturan pola makan. Pada kelompok dengan
risiko tinggi diperlukan intervensi farmakologis Metformin merupakan obat
yang dapat digunakan dalam pencegahan diabetes dengan bukti terkuat dan
keamanan jangka panjang terbaik.
B. Saran
Terkait dengan hal diatas penulis menyarankan untuk memperhatikan :
1. Bagi Penderita Diabetes diharapkan penderita diabetes perlu secara
rutin memeriksakan kadar gula darah (kurang dari 200 mg/dl) dan
tekanan darahnya (kurang dari 140/90 mmHg) minimal sebulan sekali,
mengkonsumsi obat berdasarkan fungsi ginjal serta memperhatikan gizi
yang dikonsumsi sehari-hari.
2. Disini penulis juga menyadari adanya kekurangan dalam pembuatan
tugas makalah ini, untuk hal ini penulis membutuhkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
1. Abutaleb HM. 2016. Diabetes mellitus An Overview. Pharmacy &
Pharmacology International Journal. 4 (5): 406-411
2. Chaudhary N, Tyagi N. 2018. Diabetes mellitus An Overview. International
Journal of Research and Development in Pharmacy & Life Science . 7 (4):
3030-3033
3. Okur ME, Karantas ID, Siafaka PI. 2017. Diabetes Mellitus: A Review on
Pathophysiology, Current Status of Oral Medications and Future
Perspectives.   Acta Pharmaceutica Sciencia. 55 (1): 61-84
4. dr. Yusharmen, D.CommH, MSc. 2008. Buku Pedoman Pengendalian
Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik. Jakarta: Kemenkes RI
5. Yosmar Rahmi, Deddy Almasdy dan Fitria Rahma. 2018. Survei Risiko
Penyakit Diabetes Melitus Terhadap Masyarakat Kota Padang. Jurnal
Sains Farmasi dan Klinis. 5(2): 134-141
6. Dr. dr. Ratih Puspita Febrinasari, M.Sc., dr. Tri Agusti Sholikah, M.Sc., dr.
Dyonisa Nasirochmi Pakha dan dr. Stefanus Erdana Putra. 2020. Buku
Saku Diabetes Melitus Untuk Awam. Surakarta, Jawa Tengah : UNS
Press.
7. Aditya Asri, Ari Udiyono, Lintang Dian Saraswati, Henry Setiawan. 2018.
Screening Fungsi Ginjal Sebagai Perbaikan Outcome Pengobatan Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT.
6 (1)
8. Djihanga Alvin Yos, Mufdlilah. 2020. Screening Diabetes Mellitus
Gestasional Di Negeri Berkembang. Jurnal Keperawatan. 12(2): 217-222
9. Latha S, Vijayakumar R. 2019. The facts about diabetes melitus- a review.
Galore International Journal of Health Sciences and Research 4(2): 64-7
10. Tim Riskesdas, 2018. Laporan Provinsi Kalimantan Selatan RISKESDAS
2018. Jakarta : Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (LPB) .

Anda mungkin juga menyukai