Anda di halaman 1dari 10

Nama : Nurhaviza Dwi Ananda

NIM : M1D118033

Mata Kuliah : Pengelolaan Limbah B3 (Tugas 2)

Program Studi : Teknik Lingkungan

Dosen Pengampu : Yasdi, S.Pd., M.Eng.

Tugas 1

1. Industri Kemasan
• Substitusi bahan
Sekarang ini utamanya ada enam komoditas polimer yang banyak digunakan, mereka
adalah polietilena, polipropilena, polivinil klorida, polietilena tereftalat, polistirena, dan
polikarbonat. Saat ini pati (Starch) adalah suatu bahan yang sangat populer sebagai
bahan pengisi dijadikan bahan pengisi bahan plastik kemasan terbiodegradasikan. Pati
sebagai bahan pengisi dalam pembuatan plastik biodegradabel dapat diperoleh dari
tanaman kelapa sawit yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia. Bahan kemasan
plastik biodegradabel dengan menggunakan PSKS (pati sagu kelapa sawit) sebagai
pengisi (filler). Sedangkan bahan polimer yang dipakai adalah Polipropilen tergrafting
anhidrida maleat dengan memvariasikan pemberian PSKS dan tapioka komersil
sebagai pembanding
• Modifikasi proses
Pada pembuatan plastik ramah (biodegradable) lingkungan perlu ditambahkan gliserol
agar plastik yang dihasilkan lebih elastis. Gliserol dapat diperoleh dari minyak jelantah
melalui proses transesterifikasi.
• Teknologi ramah lingkungan
Plastik dengan bahan Starch dapat membantu menciptakan lingkungan yang
sustainable, karena tidak mengandung bahan konvensional dan bersifat biodegradable
serta dapat dikomposkan dengan metode home composting yang dapat dilakukan di
rumah serta bisa lebih hemat energi.
2. Industri Cat
• Substitusi bahan
Komponen atau bahan penyusun dari cat biasanya terdiri dari binder (resin), pigmen,
solvent dan additive. Akan tetapi cat dengan bahan dasar air jauh leih ramah
lingkungan.
• Modifikasi proses
Memasukkan serat sabut kelapa sebagai biosorben untuk menghilangkan logam berat
dari perairan cukup tinggi karena serat sabut kelapa mengandung lignin dan selulosa.
Serat sabut kelapa sangat berpotensi sebagai biosorben karena mengandung selulosa
yang di dalam struktur molekulnya dan mengandung gugus karboksil serta lignin yang
mengandung asam phenolat yang ikut ambil bagian dalam pengikatan logam. Selulosa
dan lignin adalah biopolimer yang berhubungan dengan proses pemisahan logam berat..
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, satu set alat refluk, erlenmeyer, gelas
beker, hot plate stirrer, pengaduk magnet, corong gelas, kertas saring, oven pemanas,
neraca analitik, termometer, cawan petri, XRD, FT-IR, SEM, peralatan gelas, mufel
furnance. Sedangkan bahan yang diperlukan adalah sabut kelapa, zeolit alam, aquades
(H2O), natrium hipoklorit (NaOCl), asam klorida (HCl), aseton (p.a), natrium
hidroksida (NaOH), acrylix, asam nitrat (HNO3), natrium nitrit (NaNO2), dinatrium
sulfit (Na2SO3) dan selulosa komersial mikrokristalin. Setelah melalui beberapa proses
penelitian di laboratorium seperti preparasi zeolit alam, delignifikasi dan ekstraksi nano
selulosa sabut kelapa, aktivasi zeolit alam, sintesis komposit zeolit nano selulosa, uji
karakteristik nano selulosa sabut kelapa dan karakterisasi komposit zeolit nano selulosa
sabut kelapa, maka pembuatan cat tembok emulsi dilakukan.
•Teknologi ramah lingkungan
Teknologi waterborne dapat digambarkan sebagai proses yang sederhana, yakni air
dapat mengantikan cairan thinner, mulai untuk kepentingan pencampuran, pengecatan,
hingga penguapan. Ini sangat menguntungkan karena zat yang dikandung dalam thinner
berupa senyawa perusak lingkungan. Namun, ini tak berarti waterborne sama sekali
tidak menggunakan thinner dalam seluruh proses produksinya. Karena, bagaimanapun
zat pengurai yang diperlukan dari cairan thinner tetap ada. Hanya konsentrasi dan
jumlahnya yang amat berkurang dibanding pemakaian thinner pada produk cat
konvensional. Pada proses pengecatan dasar dengan produk konvensional, bahan
pelarut beracun yang diperlukan bisa mencapai 85 persen. Tetapi dengan menggunakan
cat jenis baru ini, senyawa pelaut kimia lain hanya diperlukan dalam jumlah 10 persen.
Sampai di sini, semangat menggurangi penggunakan thinner menjadi prestasi.
Keuntungan penggunaan cat jenis ini bukan hanya mengurangi senyawa kimia perusak
lingkungan dalam proses refinishing semata. Melainkan lebih kepada keseimbangan
sistem ekologi dan ekonomis. Selain dipastikan bahwa material baru ini akan bisa
digunakan setiap hari. Dari segi ekonomis pun ternyata dapat sangat mengurangi
investasi peralatan baru karena material yang digunakan lebih sedikit ketimbang
material cat konvensional.

Tugas 2

Contoh Pemanfaatan Limbah B3

1. Pemanfaatan Limbah Plastik Untuk Bahan Tambahan Pembuatan Paving Block

Sampah atau limbah plastik yang tadinya hanya sebagai barang buangan kotor berbau
dan banyak menimbulkan penyakit serta mencemari lingkungan, sebenarnya dapat
dimanfaatkan menjadi berbagai macam bahan konstruksi ringan yang sangat bermanfaat
dalam kehidupan manusia. Selain dapat dimanfaatkan dari segi teknis, bahan olahan dari
sampah plastik juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Limbah berupa sampah plastik
sangat mudah kita jumpai di sekitar kita dan ketersediaannya pun sangat melimpah secara
umum.

Plastik merupakan bahan baru yang semakin berkembang. Dewasa ini, plastik banyak
digunakan untuk berbagai macam bahan dasar. Penggunaan plastik dapat dipakai sebagai
bahan pengemas, konstruksi, elektroteknik, automotif, mebel, pertanian, peralatan rumah
tangga, bahan pesawat, kapal mainan dan lain sebagainya. Penggunaan plastik di berbagai
bidang seperti di atas di dasarkan pada alasan bahwa bahan plastik mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan bahan lain antara lain, seperti tidak mudah berkarat, kuat, tidak
mudah pecah, ringan, dan elastis. Ada beberapa proses yang terjadi pada industri plastik,
yaitu bahan dasar biji plastik mengalami pemanasan, kemudian dikirim ke tempat
pembentukan. Pembentukan bisa dilakukan dengan berbagai cara antara lain: pencetakan,
pengepresan, dan pembentukan dengan pemanasan atau dengan vakum. Setelah mengalami
pembentukan, selanjutnya dilakukan proses pendinginan. Proses ini bertujuan agar plastik
yang sudah terbentuk tidak mengalami perubahan bentuk lagi. Secara umum plastik
dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu :

1. Thermo Halus

2. Thermo Kasar
Plastik telah menjadi kebutuhan manusia yang sangat penting di segala bidang. setiap
haripun kita pasti menggunakan plastik untuk melakukan akitivitas. Plastik merupakan
bahan sintetic atau semi-sintetic yang termasuk dalam bahan organik. Adapun
penggolongan plastik di bidang industri dibedakan menjadi PET, HDPE, PVC, LDPE, PP,
PS.

Bata beton untuk lantai (paving block) adalah suatu elemen bahan bangunan yang
dibuat dari campuran semen hidroulis atau sejenisnya, agregat halus dan air dengan atau
dengan bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton (paving block)
tersebut. Paving block disebut juga interblock concrete, sudah sejak tahun 1950-an telah
dipakai secara luas di negeri Belanda sebagai pengganti batu bata konvensional untuk
pekerjaan jalan. Karena kebutuhan terus meningkat, sedangkan produksi batu bata tidak
dapat mengimbangi akhirnya paving block menggantikan seluruh fungsi batu bata
tradisional karena kelebihannya.

Adapun tahapan pembuatan benda uji (paving block plastis) adalah sebagai
berikut:

a. Melelehkan limbah plastik dengan cara dibakar, setelah mengering kemudian di


hancurkan menjadi serbuk/agregat halus (lolos saringan no. 200-ASTM)
b. Cetakan paving diberi pelumas agar tidak lengket
c. Mencampur bahan dasar (semen dan pasir) dengan komposisi/perbandingan tertentu ke
dalam bak/pan dan diaduk sampai homogen
d. Memasukkan bahan campuran paving ke dalam cetakan paving dengan dimensi dan
bentuk tertentu serta dipadatkan
e. Bahan kemudian didinginkan pada waktu tertentu
f. Sampel paving block dilepas dari cetakan
g. Sampel paving block dipelihara dengan metode diuapkan di dalam mesin penguap
sampai umur hari tertentu
h. Pada umur hari tertentu (28 hari) sampel paving block siap diuji kekuatannya
i. Menganalisa data hasil pengujian antara paving block plastis dengan paving block
konvensional yang ada dipasaran (0% serat plastis)
j. Finishing
2. Pemanfaatan Limbah B3 Karbit dan Fly Ash Sebagai Bahan Campuran Beton
Siap Pakai (BSP)
Limbah karbit adalah sebuah produk dari produksi gas acetylene. Gas ini digunakan di
seluruh dunia untuk penerangan, pengelasan, pemotongan besi, juga untuk mematangkan
buah. Karbit dibuat dengan proses yang sangat sederhana. Dimana terjadi reaksi antara
kalsium karbida (CaC2) dengan air H2O untuk menghasilkan gas acetylene (C2H2) dan
calcium hydroxide Ca(OH)2. Kalsium karbit yang merupakan hasil sampingan pembuatan
gas acetelin adalah berupa padatan berwarna putih kehitaman atau keabu-abuan. Awal
dihasilkannya limbah karbit berupa koloid (semi cair) karena gas ini mengandung gas dan
air. Setelah 3-7 hari, gas yang terkandung menguap perlahan seiring dengan penguapan gas
dan air kapur limbah karbit mulai mengering, berubah menjadi gumpalangumpalan yang
rapuh dan mudah di hancurkan serta dapat menjadi serbuk.

Langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian pemanfaatan limbah B3 karbit dan
fly ash sebagai bahan campuran beton siap pakai adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasikan potensi pemanfaatan limbah B3 karbit dan fly ash sebagai bahan
campuran beton siap pakai di PT. Varia Usaha Beton. Komposisi utama beton di PT.
Varia Usaha Beton masih memakai semen, sehingga pemanfaatan limbah B3 bisa
menjadi inovasi penggunaan limbah sebagai bahan baku.
b. Mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini. Persiapan meliputi
mempersiapkan cetakan silinder dengan ukuran 15 cm x 30 cm sebanyak 30 buah,
mesin uji kuat tekan, dan peralatan uji TCLP.
c. Memeriksa bahan-bahan yang akan digunakan meliputi:
1. Pemilihan agregat halus. Agregat halus dipilih dengan cara diayak dengan
menggunakan ayakan 4.75mm, 2.36mm, 1.19mm, 0.60mm, 0.30mm, 0.15mm,
0.075mm. Pemilihan agregat halus ini disesuaikan dengan standart yang berlaku
pada PT. Varia Usaha Beton yakni PBI 1971.
2. Pemilihan agregat kasar. Agregat kasar yang dipilih berasal dari paserpan dengan
ukuran 5-10 mm dan 10-20 mm.
3. Pemilihan fly ash. Fly ash yang dipilih adalah yang berwarna abuabu dan
mengandung unsur silika yang baik.
4. Pemilihan limbah karbit. Limbah karbit diperoleh dari bengkelbengkel las. Limbah
tersebut masih mengandung air, maka dikeringkan menggunakan sinar matahari
selama 1 minggu. Setelah itu, limbah karbit dihaluskan dengan ditumbuk-tumbuk
sampai halus.
5. Perencanaan komposisi. Komposisi yang digunakan ada lima. Tujuan dari adanya
variasi ini adalah untuk mengetahui komposisi yang terbaik guna menghasilkan
kuat tekan yang sesuai dengan SNI 03-2834-2000.
6. Pembuatan benda uji. Benda uji dibuat dengan cara mencampurkan semen, agregat
kasar, agregat halus, air dan limbah sesuai komposisi yang telah ditentukan. Semua
bahan dicampur dengan rata lalu isikan campuran beton yang akan dibuat benda
ujinya ke dalam cetakan secara bertahap 3 (tiga) lapis. Masing-masing ditumbuk
sebanyak 25 kali. Beton dikeringkan dengan cara di anginanginkan dan tandai
masingmasing sampel.
7. Perendaman. Kegiatan dilakukan pada bak-bak perendaman yang ada pada
laboratorium PT. Varia Usaha Beton yang terhindar dari matahari dengan tujuan
mengurangi penguapan dan menghindari keretakan pada beton. Perendaman
dilakukan selama 7 dan 28 hari.
8. Pengujian kuat tekan. Kegiatan dilakukan menggunakan alat universal testing
machine. Pembebenan dilakukan hingga benda uji retak/ hancur sehingga
didapatkan kekuatan maksimal dari beton.
9. Pengujian kadar logam berat. Kadar logam berat dalam benda uji dianalisis
konsentrasinya dengan uji TCLP. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
bahaya benda uji bagi lingkungan sesuai dengan PP 101 tahun 2014.

3. Pembuatan Kompos Dari Limbah Padat (Sludge) Pabrik Pulp Dan Paper

Industri pulp dan paper merupakan salah satu industri yang memberikan devisa yang
cukup besar bagi negara. Dalam proses produksinya akan dihasilkan produk berupa pulp
dan paper, dan tak kalah pentingnya akan dihasilkan limbah berupa lignin, sulfida, sludge,
lime mud, boiler ash, lime dreg, dan pulp knot. Jumlah limbah padat terutama sludge lebih
kurang sepertiga dari jumlah seluruh limbah yang ada. Limbah yang berasal dari boiler ash
dan sludge akan menyebabkan pencemaran pada tanah, air tanah, dan ekosistem setempat.

Mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku, yaitu UU No. 23 tahun 1997
tentang pengelolaan lingkungan hidup, maka sebaiknya limbah yang dihasilkan dikelola
dan dimanfaatkan, yang diikuti dengan pengendalian pencemaran dan degradasi kualitas
lingkungan serta sumber daya alam. Untuk itu diperlukan satu pemikiran dan penelitian
untuk pemanfaatan kembali limbah tersebut yang telah diolah sehingga ramah lingkungan.
Salah satu penelitian yang dapat dilakukan adalah mengolah limbah padat (sludge) menjadi
kompos.

Jumlah limbah padat (sludge) yang dihasilkan pabrik pulp dan paper cukup banyak
sehingga membutuhkan areal pembuangan (landfill) yang luas dan dalam jangka waktu
lama akan menimbulkan dampak yang serius pada lingkungan. Sludge mengandung unsur-
unsur antara lain nitrogen, fosfat, kalsium, magnesium, sulfur, besi, mangan, seng, dan
natrium. Dengan adanya unsur-unsur ini, maka sludge dapat dijadikan kompos. Pada
penelitian ini, kompos ini dibuat menjadi dua bagian berdasarkan umur pembuatan kompos
yaitu kompos umur 3 bulan dan 4 bulan. Untuk mengetahui kelayakan kompos, maka
dilakukan analisis kandungan unsur-unsur di laboratorium. Hasil analisis tersebut
dibandingkan dengan nilai yang dikeluarkan oleh Badan Standarisari Indonesia (SNI)
untuk kompos.

Contoh Pengolahan Limbah B3

1. Pengolahan Limbah B3 di Industri Mebel

Industri mebel merupakan industri yang mengolah bahan baku atau bahan setengah jadi
dari kayu, rotan, dan bahan baku alami lainnya menjadi produk barang jadi mebel yang
mempunyai nilai tambah dan manfaat yang lebih tinggi.

Pada umumnya, industri mebel menghasilkan limbah padat yang berupa serpihan-
serpihan kulit kayu, potongan-potongan kayu berukuran kecil (chipwood), dan serbuk kayu
atau butiran halus yang terbentuk saat kayu dipotong dengan gergaji. Secara umum, proses
produksi pada industri mebel terbagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap persiapan bahan baku,
tahap proses produksi, dan tahap pengemasan produk. Masing-masing tahap tersebut
menghasilkan limbah padat sebagai berikut:

a. Pada tahap persiapan bahan baku, limbah padat yang dihasilkan berupa potongan-
potongan kayu kecil, serbuk kayu, dan serpihan kulit kayu.
b. Pada tahap proses produksi, limbah padat yang dihasilkan berupa potongan kayu
dalam ukuran yang lebih kecil dan serbuk kayu.
c. Pada tahap pengemasan produk, dihasilkan limbah dari produk gagal (apabila
ada), tetapi produk tersebut dapat dimanfaatkan lagi untuk membuat produk lain
yang ukurannya lebih kecil.
Selain limbah padat yang berasal dari kayu yang bersifat non B3, terdapat juga limbah
padat yang bersifat B3. Limbah padat B3 yang dihasilkan dari industri mebel yaitu
kaleng/kemasan bekas tiner, cat, sanding sealer, top coat dan sebagainya, yang digunakan
untuk melapisi kayu. Dalam proses pelapisan mebel, digunakan pelarut yang terdiri dari
dua jenis, yaitu air (water based) dan non air (solvent based) seperti nitro-cellulose (NC),
akrilik, dan melamin/acid curing atau poliuretan. Dalam bahan pelapis mebel non air
tersebut, terkandung bahan kimia antara lain formaldehid, VOC (Volatile Organic
Compounds), logam berat, dan PVC (Polyvinyl Chloride). Formaldehid banyak digunakan
pada banyak produk untuk menjaga serangan jamur atau untuk membuat bahan tidak
mudah terbakar. Sebagian besar bahan baku mebel yang menggunakan papan buatan
mengandung formaldehid. Sedangkan VOC merupakan bahan kimia yang mudah
menguap. Selain itu, terkandung pula logam berat yang banyak ditemukan pada pewarna
mebel, antara lain arsen, kadmium, timah, dan besi. PVC merupakan bahan yang apabila
dibakar akan mengeluarkan zat kimia yang dapat menyebabkan kanker, serta merupakan
bahan yang berpotensi merusak lingkungan karena tidak dapat didaur ulang. Bahan pelapis
kayu yang bermacam-macam jenisnya tersebut tergolong sebagai B3, karena sifat yang
dimiliki oleh bahan tersebut dapat menimbulkan bahaya terhadap manusia dan lingkungan.
Apabila bahan tersebut tergolong sebagai B3, maka kemasan dan sisa bahan yang tidak
terpakai dapat disebut sebagai limbah B3. Dalam prosesnya, secara umum industri mebel
dari kayu menghasilkan banyak limbah. Adapun limbah yang di hasilkan oleh industri
mebel antara lain :

1. Potongan kayu dan serbuk gergaji sebagai bahan dasar pembuatan perabot.;
2. Limbah bahan kimia untuk finishing perabot kayu;
3. Limbah bahan kimia sekunder dari alat bantu dari sebuah industri kayu, misalnya
accu, oli untuk mesin forklift dll.;
4. Limbah bahan pembantu lainnya seperti sisa kardus, sisa rafia, sisa kertas amplas,
sisa plastik pembungkus dll.
2. Pengelolaan Limbah B3 di Laboratorium

Laboratorium kimia sekolah merupakan salah satu penghasil limbah cair, padat maupun
gas. Kuantitas dan frekuensi limbah laboratorium sekolah termasuk kecil, sedangkan
kandungan bahan pencemar termasuk bervariasi dan bahkan ada yang mengandung bahan
buangan berbahaya. Limbah padat di laboratorium kimia relatif kecil, biasanya berupa
endapan atau kertas saring terpakai, sehingga masih dapat diatasi. Demikian pula limbah
yang berupa gas umumnya dalam jumlah kecil, sehingga relatif masih aman untuk dibuang
langsung di udara. Tetapi berbeda dengan limbah cair, umumnya laboratorium sekolah
berlokasi di sekitar kawasan hunian, sehingga akumulasi limbah cair yang meresap ke
dalam air tanah dapat membahayakan lingkungan sekitar.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian


lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri
yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi
teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat
yang bersangkutan.

Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah
dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah
dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan yaitu
pengolahan secara fisika, secara kimia dan secara biologi. Untuk suatu jenis air buangan
tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau
secara kombinasi.

Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,


dilakukan pengolahan secara fisika agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang
mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.
Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan
tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat
disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk
proses pengendapan ini adalah 4 kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis
di dalam bak pengendap.

Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung


seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi
juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau
pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas
(air flotation).

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan


partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logamlogam berat, senyawa
fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang
diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui
perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah
diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga
berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.

Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi
rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat,
aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi
dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena
memerlukan bahan kimia. Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara
biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai
pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang
berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.

Anda mungkin juga menyukai