PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
Nia Nofilia Widarto
162310101101
PROPOSAL SKIRPSI
oleh:
Nia Nofilia Widarto
NIM 162310101101
PENDAHULUAN
(KEMENKES, 2017)
Di Indonesia sendiri Provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi adalah DKI
Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Pada Jawa Timur Kabupaten Jember berada
pada urutan kelima dari Kabupaten dan Kota dengan kasus HIV/AIDS, selain dari
kota Surabaya, Malang, Pasuruan dan Kbupaten Tulungagung. Jumlah HIV/AIDS di
Kabupaten Jember pada desember 2015 sebanyak 2.309 orang. Dan kasus AIDS dari
2004-2015 sebanyak 630 kasus. Di kabupaten Jember kecamatan dengan jumlah
kasus HIV – AIDS tertinggi ada di kecamatan puger dengan (63 kasus) Kecamatan
Kencong (47 kasus) dan Kecamatan Gumukmas ( 43 kasus), dan kecamatan dengan
jumlah terendah adalah kecamatan Jelbuk (2 kasus), Sukorambi (2 kasus) dan
Pakusari 5 kasus. Pada kasus HIV di Jember kecamatan dengan fakor resiko Lelaki
Suka Lelaki / Gay tertinggi di kecamatan Puger dengan 6 kasus, Gumukmas, Kalisat,
Patrang masing masing dengan 4 kasus dan Kecamatan Jengawah dengan 3 kasus.
(Arif dkk., 2015)
Pro dan kontra masyarakat Indonesia menanggapi kehadiran homoseksual
terutama Gay masih terjadi. Stigma pada Gay dapat berdampak pada kondisi
psikologisnya. Dampak yang ditimbulkan antara lain menurunkan harga diri (Self
Esteem), tekanan mental, menjadi lebih pemalu, pendiam dan cenderungmenyalahkan
diri sendiri. Adanya stigma yang bermunculan dalam masyarakat mengakibatkan
munculnya masalah kesehatan mental seperti, gangguan penyalah gunaan zat,
gangguan afektif dan pemikiran bunuh diri. Adanya stigma yang muncul pada Gay
dapat mempersulit penerimaan diri (Self Acceptance) kaum gay. (Pemayun dan
Lestari, 2018)
Menurut Hurlock 1974 dalam Putri dan Tobing, (2016) penerimaan diri atau
self acceptance adalah derajat dimana seseorang telah mempertimbangkan
karakteristik personalnya, merasa mampu serta bersedia hidup dengan
karakteristiknya tersebut. Sedangkan menurut Anderson (dalam (Gamayanti, 2017)
menyatakan bahwa penerimaan diri berarti kita telah berhasil menerima kelebihan dan
kekurangan diri apa adanya. Menerima diri berarti kita telah menemukan kekurangan
diri apa adanya, telah menemukan karakter diri dan dasar membentuknya kerendahan
hati dan integritas.
Penerimaan diri pada orang dengan HIV positif merupakan suatu hal yang
penting untuk dicapai karena hal tersebut berhubungan dengan bagaimana orang
menjalani kehidupanya setelah mengetahui status HIV positif. Dikaitkan dengan gay
yang berstatus HIV positif, mencapai penerimaan diri merupakan sebuah tantangan
saat berhadapan dengan stigma. Stigma yang didapat tidak hanya terhadap status
orientasi seksual, tetapi juga stigma terhadap status HIV positif sehingga Gay yang
berstatus HIV positif mengalami double stigma. Salah satu faktor yang memengaruhi
pembentukan penerimaan diri seseorang adalah tidak adanya hambatan dari
lingkungan. Adanya stigma tersebut akan sulit untuk membentuk sikap penerimaan
diri seorang dengan orientasi seksual Gay yang berstatus HIV
Positif (Pemayun dan Lestari, 2018).
Menurut laporan perkembangan HIV-AIDS oleh Direktorat Jendral
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
2017 menyatakan jumlah infeksi HIV sebanyak 10.376 orang pada bulan Januari-
Maret 2017 (triwulan pertama), sedangkan jumlah AIDS sebanyak 673 orang. Jumlah
infeksi hiv sampai dengan Maret 2017 secara komulatif jawa timur menempati urutan
ke dua sebanyak 33.043 setelah DKI Jakarta (46,758) jumlah HIV infeksi HIV pada
tahun 2017 sendiri (januari-maret 2017) yang telah dilaporkan oleh Provinsi Jawa
Timur berada pada pringkat pertama dengan jumlah 1.614 diikuti Jawa Barat (1.505)
dan DKI Jakarta (1.403) (Kemenkes, 2015)
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian
mengenai proses penerimaan diri pada remaja Gay yang berstatus HIV positif untuk
mengetahui bagimana proses penerimaan dirinya, serta mengetahui faktor yang
mempengaruhi proses penerimaan diri pada gay tersebut.