Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA GAY YANG

BERSTATUS HIV POSITIF

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
Nia Nofilia Widarto
162310101101

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
GAMBARAN PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA GAY YANG
BERSTATUS HIV POSITIF

PROPOSAL SKIRPSI

Disusun Guna Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Skripsi dengan Dosen


Pembimbing Umum Ns. Erti I. Dewi, S.kep., M.Kep.,Sp.Kep.J

oleh:
Nia Nofilia Widarto
NIM 162310101101

KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia dalam hidupnya pasti menjalani tahap perkembangan, salah satu
tahap perkembangan tersebut adalah masa remaja. Pada masa remaja ini memiliki
beberapa tugas perkembangan dalam kehidupan, dan merupakan masa transisi, mana
kala remaja gagal menjalankan tugas –tugas dapat membawa akibat negatif dalam
kehidupan dan fase – fase berikutnya, yang menyebabkan ketidak bahagian pada
remaja yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan –
kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan masa remaja. Salah satu
tugas perkembangan remaja adalah mulai mengenal lawan jenis, bergaul dengan
lawan jenis dan menyukai lawan jenis, Pemilihan pasangan dapat dilakukan remaja
melalui hubungan pacaran. Melalui aktifitas berpacaran tersebut individu dapat
memilih pasangan menemukan dan mendapatkan seseorang dari jenis kelamin yang
berbeda yang disukai, dengan siapa seseorang merasa nyaman dan aman, dan
menentukan dengan siapa seseorang akan menikah. Didalam budaya manusia secara
umum hubungan ketertarikan secara seksual yang terjadi adalah antara dua individu
yang berbeda jenis kelamin atau dikenal dengan istilah heteroseksual. (Pemayun dan
Lestari, 2018)
Namun perkembangan jaman dan pengaruh kebudayaan barat yang masuk ke
Indonesia mengakibatkan beberapa penyimpangan dan menimbulkan pelangaran
norma sosial. Salah satu bentuk penyimpangan adalah perilaku Gay yang
berhubungan seksual, perilaku ini mudah membuat mereka terinfeksi virus HIV, dari
penelitian yang dilakukan oleh (Noviyani, 2017) 45,4% kaum Gay melakukan oral
seksual dengan ejakulasi tanpa pelindung, 69,1% Gay melakukan hubungan anal tidak
terproteksi. Pola seksual tersebut sangat rentan terhadap infeksi HIV karena besar
kemungkinan terjadi lesi dan pendarahan pada mukosa mulut atau laposan epitel anus
sehingga virus dapat masuk dengan mudah maka dari itu Gay beresiko tinggi terkena
HIV.
Sejauh ini di tingkat Global, belum ada data resmi mengenai jumlah LSL
(Laki – laki seks dengan laki- laki) / Gay di dunia. Namun diperkirakan rata-rata 1-
3% dari populasi orang dewasa usia 15-59 tahun mempraktekkan hubungan seks
sesama lelaki. Ditingkat regional prevelensi HIV pada Gay/LSL juga beragam di
Afrika kisaran anatara 15-42%. Di Amerika Serikat 19%, di Asia sendiri tingkat
prevelensi HIV anatara LSL mencapai 18% (Medicine dan Hardy, 2019)
Meningkatnya jumlah Gay di indonesia berdampak pada meningkatnya
permasalahan kesehatan penyakit menular di Indonesia yaitu HIV/AIDS. Dari data
yang ditemukan oleh (KEMENKES, 2017) kasus HIV/AIDS di Indonesia pada
Triwulan ke IV tahun 2017 adalah sebanyak 628.492 orang, dengan jumlah infeksi
baru sebanyak 46.357 orang dan kematian sebanyak 40.468 orang. Dan dari Gay /
LSL sendiri menduduki urutan ke tiga dari lima faktor resiko penularan HIV/ AIDS
dengan urutan Penasun, Heteroseksual dan LSL atau Gay itu sendiri
gambar 1. Diagram Dan Grafik Faktor Resiko Penulara HIV/IDS

(KEMENKES, 2017)
Di Indonesia sendiri Provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi adalah DKI
Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Pada Jawa Timur Kabupaten Jember berada
pada urutan kelima dari Kabupaten dan Kota dengan kasus HIV/AIDS, selain dari
kota Surabaya, Malang, Pasuruan dan Kbupaten Tulungagung. Jumlah HIV/AIDS di
Kabupaten Jember pada desember 2015 sebanyak 2.309 orang. Dan kasus AIDS dari
2004-2015 sebanyak 630 kasus. Di kabupaten Jember kecamatan dengan jumlah
kasus HIV – AIDS tertinggi ada di kecamatan puger dengan (63 kasus) Kecamatan
Kencong (47 kasus) dan Kecamatan Gumukmas ( 43 kasus), dan kecamatan dengan
jumlah terendah adalah kecamatan Jelbuk (2 kasus), Sukorambi (2 kasus) dan
Pakusari 5 kasus. Pada kasus HIV di Jember kecamatan dengan fakor resiko Lelaki
Suka Lelaki / Gay tertinggi di kecamatan Puger dengan 6 kasus, Gumukmas, Kalisat,
Patrang masing masing dengan 4 kasus dan Kecamatan Jengawah dengan 3 kasus.
(Arif dkk., 2015)
Pro dan kontra masyarakat Indonesia menanggapi kehadiran homoseksual
terutama Gay masih terjadi. Stigma pada Gay dapat berdampak pada kondisi
psikologisnya. Dampak yang ditimbulkan antara lain menurunkan harga diri (Self
Esteem), tekanan mental, menjadi lebih pemalu, pendiam dan cenderungmenyalahkan
diri sendiri. Adanya stigma yang bermunculan dalam masyarakat mengakibatkan
munculnya masalah kesehatan mental seperti, gangguan penyalah gunaan zat,
gangguan afektif dan pemikiran bunuh diri. Adanya stigma yang muncul pada Gay
dapat mempersulit penerimaan diri (Self Acceptance) kaum gay. (Pemayun dan
Lestari, 2018)
Menurut Hurlock 1974 dalam Putri dan Tobing, (2016) penerimaan diri atau
self acceptance adalah derajat dimana seseorang telah mempertimbangkan
karakteristik personalnya, merasa mampu serta bersedia hidup dengan
karakteristiknya tersebut. Sedangkan menurut Anderson (dalam (Gamayanti, 2017)
menyatakan bahwa penerimaan diri berarti kita telah berhasil menerima kelebihan dan
kekurangan diri apa adanya. Menerima diri berarti kita telah menemukan kekurangan
diri apa adanya, telah menemukan karakter diri dan dasar membentuknya kerendahan
hati dan integritas.
Penerimaan diri pada orang dengan HIV positif merupakan suatu hal yang
penting untuk dicapai karena hal tersebut berhubungan dengan bagaimana orang
menjalani kehidupanya setelah mengetahui status HIV positif. Dikaitkan dengan gay
yang berstatus HIV positif, mencapai penerimaan diri merupakan sebuah tantangan
saat berhadapan dengan stigma. Stigma yang didapat tidak hanya terhadap status
orientasi seksual, tetapi juga stigma terhadap status HIV positif sehingga Gay yang
berstatus HIV positif mengalami double stigma. Salah satu faktor yang memengaruhi
pembentukan penerimaan diri seseorang adalah tidak adanya hambatan dari
lingkungan. Adanya stigma tersebut akan sulit untuk membentuk sikap penerimaan
diri seorang dengan orientasi seksual Gay yang berstatus HIV
Positif (Pemayun dan Lestari, 2018).
Menurut laporan perkembangan HIV-AIDS oleh Direktorat Jendral
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
2017 menyatakan jumlah infeksi HIV sebanyak 10.376 orang pada bulan Januari-
Maret 2017 (triwulan pertama), sedangkan jumlah AIDS sebanyak 673 orang. Jumlah
infeksi hiv sampai dengan Maret 2017 secara komulatif jawa timur menempati urutan
ke dua sebanyak 33.043 setelah DKI Jakarta (46,758) jumlah HIV infeksi HIV pada
tahun 2017 sendiri (januari-maret 2017) yang telah dilaporkan oleh Provinsi Jawa
Timur berada pada pringkat pertama dengan jumlah 1.614 diikuti Jawa Barat (1.505)
dan DKI Jakarta (1.403) (Kemenkes, 2015)
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian
mengenai proses penerimaan diri pada remaja Gay yang berstatus HIV positif untuk
mengetahui bagimana proses penerimaan dirinya, serta mengetahui faktor yang
mempengaruhi proses penerimaan diri pada gay tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran mengenai
proses penerimaan diri pada remaja Gay yang berstatus HIV positif

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara
umum mengenai bagaimana proses penerimaan diri pada remaja Gay yang
berstatus HIV Positif

1.3.2 Tujuan Khusus :


1. Mengidentifikasi proses penerimaan diri pada remaja Gay yang berstatus HIV
Positif.
2. Mengidentifikasi faktor – faktor pendukung penerimaan diri pada remaja Gay
berstatus HIV positif

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti : Memperoleh pengetahuan dan wawasan lebih mengenai
seperti apa homoseksual itu, dan bagaimana proses penerimaan diri pada
homoseksual yang berstatus HIV positif
1.4.2 Manfaat Bagi Pendidikan: Diaharapkan dapat memerikan tambahan
pengetahuan pada kajian penerimaan diri psikologis remaja gay yang berstatus
HIV Positif.
1.4.3 Manfaat Bagi Instansi Pendidikan : Memberikan kontribusi sebagai bahan
merumuskan layanan psikologis yang berfokus pada kesejahterahn psikologis
remaja homoseksual yang positif terdiagnosa HIV/AIDS, dan memberikan
layanan lebih untuk mendukung pemberian ARV.

1.5 Keaslian Penelitian

No Judul Variable Tempat Tahun Peneliti sekarang Tempat


penelitian peneliti
an
1 Proses Penerimaan 1. Proses Kota Bali 2018 Gambaran tingkat Kab.
Diri pada Gay yang penerimaan diri kesejah terahan Jember

bertatus HIV Positif 2. Gay psikologis remaja


Dengan jumlah 4 3. Hiv positif dengan
responden homoseksual
lebih dari 4
responden serta
mengkaji pada
gay remaja yang
bertatus hiv
positif
2 Lesbian Gay, 1. 2016 Variabel Kab.
Biseksual, L 1. Homoseksual / Jember

Transgender (LGBT) esbian, gay


dan keadilan sosial. gay 2. Gambaran
Jurnal Humaniora 2. psikologis
Yayasan Bima Darma B
iseksual
3.
L
GBT
4.
K
eadilan
sosial
3 Psychological well- 1. Homoseksual Kota Solo 2016 Variabel Kab.
being pada Gay yang 2. Psychological 1. Homoseksual Jember

menjalani Proses well-being 2. Gambaran


Coming Out 3. Proses pskilogis
Coming Out 3. Pada remaja
4 Gambaran 1.Kesejahetrahan Sumantra 2018 Variabel Kab.
Kesejahteraan 2.Psikologis Utara 1. Kesejahteran Jember

Psikologis 3.Umum pada psikologis


pada Kaum Gay kaum LGBT 2. Pada remaja
3. Pada kaum
homoseksual
5 Starategi coping 1. Strategi Kota 2015 1. Proses
terhadap stress pada coping Malang penerimaan diri
kaum homoseksual 2. Homoseksual 2. Pada remaja
Stres gay

Anda mungkin juga menyukai