Anda di halaman 1dari 6

UJIAN KUALIFIKASI DOKTOR

Nama : Siti Khodijah Dewi Utari


NIM : E3601202011
Hari, Tanggal : Kamis, 10 Juni 2021
Waktu : Pukul 09.00 s.d 15.00 WIB
Divisi : Divisi BKKT

SOAL :
1. Jelaskan tentang konsep “Pembangunan dan Pengembangan Kampung Konservasi
Biodiversitas untuk Kedaulatan NKRI” ! Jelaskan, mengapa konsep ini sangat
strategis dan sepatutnya menjadi prioritas pembangunan Indonesia saat ini dan
mendatang dalam menghadapi pandemi Covid-19 masuk ke era De-globalisasi ? Apa
akar permasalahan mengapa Indonesia yang kaya SDA tetapi bangsa dan negara
belum berdaulat ? Gunakan pendekatan teori-teori yang ada ! Seperti : Teori
minimum Liebig, Konsep Tri-Stimulus AMAR Konservasi, Konsep grafik segitiga
Mulvany dan Eko-teknologi Konservasi, teori hirarki azas kedirian, dll., untuk
membangun konsep ini.
Untuk masukan dan memudahkan sistematika anda menjawab cermatilah data
berikut ini :

Indonesia adalah negara kaya biodiversitas (Mega Biodiversity) Luas wilayah


TANAH AIR Indonesia = ± 5.180.053 km2 .
Total Luas Daratan = 1.922.570 km2, Total Luas Lautan = 3.257.483 km2.
Jumlah penduduk 252.124.458 (BPS, Juli 2014)
Luas hutan (143 juta Ha), Jumlah etnis/suku : lebih 550 etnis 34 provinsi, 414
kabupaten dan 92 kota (BPS, 2014)
18.491 pulau (besar dan kecil); Jumlah Desa = 81.248 desa Jumlah kampung ±
500.000 kampung

JAWABAN :
Bumi merupakan rumah bagi ribuan jenis makhluk hidup dengan berbagai ukuran,
habitat, dan kebutuhan. Di satu wilayah saja, ada banyak makhluk hidup yang tinggal, mulai
dari manusia, hewan, serangga, jamur, hingga organisme uniseluler. Semua variasi bentuk
kehidupan itu disebut dengan keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati digunakan
untuk mengukur kesehatan sistem biologi. Artinya semakin beragam organisme yang
ditemukan, maka semakin sehat pula sistem tersebut. Makhluk-makhluk hidup yang kita lihat
saat ini, seperti burung, kucing, anjing, dan ayam, merupakan hasil evolusi organik yang
terjadi selama 3,5 miliar tahun. Jumlah spesies yang diketahui saat ini berkisar antara 1,7
hingga 1,8 juta spesies. Berbagai macam organisme bisa ditemukan di semua jenis habitat,
mulai dari pegunungan, hutan, laut, danau, hingga gurun. Keanekaragaman hayati juga
terjadi di tingkat molekuler karena berbagai jenis protein dan karbohidrat yang ditemukan
dalam organisme.

Istilah lainnya dari variasi bentuk kehidupan ini disebut juga dengan biodiversitas.
Biodiversitas merujuk kepada keseluruhan atau total variasi kehidupan yang meliputi bentuk,
jumlah, dan karakteristik lain yang terdapat di tingkat gen, jenis, dan ekosistem. Dalam
memghadapi Covid-19 dalam sebuah Musrenbangnas 2020 membahas pertimbangan
asumsi pandemi Covid-19 dengan skenario agenda pemulihan ekonomi pascapandemi
Covid-19 sebagai bagian penting dalam Kerangka Ekonomi Makro RKP 2021. Bahwa tahun
2021 tahun recovery, tahun pemulihan, dan tahun rebound. Selain kecepatan dalam
mengatasi Covid-19, kita juga perlu kecepatan untuk pulih, untuk recovery,”.

RKP 2021 juga memuat tujuh Prioritas Nasional (PN) yang merupakan tujuh Agenda
Pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-
2024, antara lain penguatan ketahanan ekonomi, pengembangan wilayah, peningkatan
SDM, peningkatan revolusi mental dan pembangunan kebudayaan, penguatan infrastruktur,
pembangunan lingkungan hidup, ketahanan bencana dan perubahan iklim, serta stabilitas
Polhukhankam dan transformasi pelayanan publik. “Ketujuh Prioritas Nasional tersebut akan
mendukung pemulihan ekonomi dan reformasi sosial yang terpadu dan terintegrasi, sesuai
dengan tema RKP 2021. Berdasarkan fokus pembangunan RKP 2021, dilakukan
penekanan pada empat Prioritas Nasional dan beberapa Major Project. Keempat PN itu
adalah PN 1 Ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan berkualitas dan berkeadilan, PN 3
SDM berkualitas dan berdaya saing, PN 5 Infrastruktur untuk ekonomi dan pelayanan dasar,
serta PN 6 Lingkungan hidup, ketahanan bencana, dan perubahan iklim.

Dari PN tersebut erat dihubungan di dalamnya dengan Konservasi hutan yang tidak
lain wujud menyatunya hati, pikiran dan sikap yang direfleksikan pada perilaku pro-
konservasi setiap individu masyarakat. Ketika Konservasi gagal dan sukarnya tujuan
konservasi terwujud akan terjadi bias pemahaman dan pengalaman dalam masyarakat non-
tradisional (terutama masyarakat yang sudah terpengaruh informasi dan budaya globalisasi)
antara konteks nilainilai alamiah (bio-ekologi dan kelangkaan), nilai-nilai manfaat (ekonomi)
dan nilai-nilai religius-rela (agama, pahala, dosa, keikhlasan, moral dan sosio-budaya, dll).
Sintesis penyelesaian akar masalah konservasi hutan dan lingkungan terutama dalam masa
pandemic covid-19 yang melanda Indonesia dan seluruh dunia penting membangun
pemahaman dan kesadaran terutama adalah dalam mendidik dan membangun sikap dan
perilaku setiap individu manusia yang pro-konservasi, secara sistematis berkesinambungan,
baik melalui pendidikan formal maupun informal.
SOAL :
2. Sistem pengetahuan dan teknologi lokal (SPTL) atau yang difahami sebagai
pengetahuan tradisional/lokal (indigenous knowledge atau local knowledge) merupakan
dasar-dasar pengetahuan yang bersumber dari nilai-nilai tradisi dan adaptasi terhadap
alam. Berdasarkan berbagai kajian di berbagai belahan dunia, SPTL mempunyai
peranan penting dalam menjaga keberlanjutan populasi keanekaragaman hayati.
Bahkan hasil-hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa semakin beragam budaya yang
ada pada suatu kawasan, maka semakin beragam spesies yang dapat dijumpai di
kawasan tersebut. Sehingga salah satu upaya konservasi keanekaragaman hayati
adalah melalui konservasi budaya. Berikan pendapat Anda mengenai pernyataan ini!

JAWABAN :
Sistem pengetahuan lokal atau sering juga disebut indigenous knowledge atau local
knowledge adalah konsepkonsep mengenai segala sesuatu gejala yang dilihat, dirasakan,
dialami ataupun yang dipikirkan, diformulasikan menurut pola dan cara berpikir suatu
kelompok masyarakat. Sistem pengetahuan lokal berkenaan dengan aspek-aspek
kehidupan masyarakat yang sangat luas. Ia bisa berkenaan dengan alam semesta
(cosmology), flora, fauna, benda-benda, aktivitas, maupun peristiwa-peristiwa yang pernah
terjadi. Sistem pengetahuan lokal sangat terkait dengan lingkungan alam, sosial, maupun
budaya di mana kelompok masyarakat itu hidup dan melakukan aktivitas-aktivitas utamanya
dalam upaya mempertahankan hidup. Oleh karena itu, sistem pengetahuan lokal suatu
kelompok masyarakat tidak mustahil akan berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya.
Dalam hal ini, sangat mungkin suatu fenomena yang sama, baik berupa benda, flora, fauna,
maupun suatu peristiwa, akan diterjemahkan atau ditafsirkan berbeda oleh suatu kelompok
masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Dalam konteks kebudayaan, sistem
pengetahuan lokal merupakan salah satu unsur budaya yang sifatnya universal, terdapat
pada hampir semua kebudayaan, betapa pun sederhananya kebudayaan itu. Dan sebagai
makhluk hidup, manusia paling mampu beradaptasi dengan lingkungannya dan selalu
berupaya untuk memanfaatkan sumber-sumber yang ada untuk menunjang kebutuhan
hidupnya. Hal itu menyebabkan adanya ikatan antara manusia dengan lingkungan alamnya.
Ikatan itu memberikan pengalaman dan pengetahuan serta pikiran pada manusia,
bagaimana mereka memperlakukan alam lingkungan yang mereka miliki.
Makna konservasi adalah pamanfaatan yang optimal secara berkelanjutan, yang
prasyaratnya bisa terwujud tidak lain adalah harus menerapkan dan memenuhi nilai-nilai
Pancasila, yaitu terutama berkeadilan, beradab (beretika, berakhlak, bermoral) dan
berdaulat (bermartabat dan mandiri) dalam rangka melaksanakan tugas dan amanah dari
Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta untuk mengelola sumberdaya keanekaragaman
hayati. Konservasi hutan itu tidak lain adalah wujud menyatunya hati, pikiran dan sikap yang
direfleksikan pada perilaku pro-konservasi setiap individu masyarakat. Konservasi gagal dan
sukarnya tujuan konservasi terwujud memuaskan dalam kenyataan hari ini, terutama karena
terjadi bias pemahaman dan pengalaman dalam masyarakat non-tradisional (terutama
masyarakat yang sudah terpengaruh informasi dan budaya globalisasi) antara konteks
nilainilai alamiah (bio-ekologi dan kelangkaan), nilai-nilai manfaat (ekonomi) dan nilai-nilai
religius-rela (agama, pahala, dosa, keikhlasan, moral dan sosio-budaya, dll). Dalam konteks
sistem nilai ada 3 kelompok stimulus pro-konservasi, yaitu “Alamiah”, “Manfaat” dan
“Religius-Rela ” yang telah dirumuskan pada tulisan ini dan tidak lain adalah kristalisasi dari
nilai-nilai : “kebenaran”, “kepentingan” dan “kebaikan”. Sikap konservasi masyarakat harus
dibangun dan merupakan wujud dari kristalisasi “tri-stimulus amar pro-konservasi”.
Terwujudnya sikap dan perilaku pro-konservasi hutan di dunia nyata terutama pada
masyarakat-masyarakat kecil tradisional, tidak lain adalah terjadinya dorongan kuat dari
kristalisasi ketiga kelompok stimulus AMAR (Alamiah, MAnfaat dan Religius) yang
disebutkan di atas. Jadi tri-stimulus amar pro-konservasi merupakan sudah menjadi sikap
dan perilaku pro-konservasi masyarakat tradisional Indonesia yang hidup sehari-hari banyak
berinteraksi dengan hutan alam.
Gambar berikut menunjukkan bagan alir tiga kelompok stimulus yang mengkristal
sebagai pendorong sikap pro-konservasi masyarakat yang dimodefikasi dari Rosenberg,
M.J. and G.I. Hovland (1960) :

Tri-stimulus amar
prokonservasi
Sikap
 Stimulus Alamiah Nilai-
Konservasi
nilai kebenaran dari alam,
kebutuhan keberlanjutan
Cognitive
sumberdaya alam hayati
persepi,
sesuai dengan karakter
pengetahuan,
bioekologinya
pengalaman,
pandangan, Konservasi
 Stimulus Manfaat Nilai- Perilaku Pro
keyakinan Terwujud di
nilai kepentingan untuk -Konservasi
manusia: manfaat Dunia Nyata
Affective
ekonomi, manfaat obat,
emosi,
manfaat biologis/ekologis
senangbenci,
dan lainnya
dendam, sayang,
cinta dll
 Stimulus Religius-Rela
Nilai-nilai religius, Overt actions
kebaikan, terutama kecenderungan
ganjaran dari Sang bertindak
Pencipta Alam, nilai
spritual, nilai agama yang
universal, pahala,
kebahagiaan, kearifan
budaya/ tradisional,
kepuasan batin dan
lainnya

Anda mungkin juga menyukai