Disusun Oleh :
Kelompok 1
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya kami dapat menyusun makalah Sistem Informasi Manajemen Keperawatan
dengan judul “Penguatan Sistem Informasi Kesehatan dan Pemberantasan Malaria
Di Papua Nugini” dalam proses penyusunan makalah ini tentunya kami kelompok
1 mengalami berbagai masalah. Namun berkat arahan dan masukkan dari Dosen
pembimbing serta dukungan dari teman-teman kelas PSIK B semester IV (Empat)
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami sebagai penyusun, menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Baik dari isi maupun penjelasan dari makalah ini, maka dari itu kami
kelompok 1 ingin meminta maaf sebesar-besarnya jika makalah yang kami buat
masih banyak kekurangannya. Apabila ada kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................iii
B.Tujuan .........................................................................................................3
D.Sejarah Malaria............................................................................................8
E.Perjalanan Malaaria.....................................................................................9
F.Malaria diindonesia.....................................................................................10
A. Ringkasan jurnal........................................................................................13
B.Analisis Jurnal............................................................................................14
BAB IV Penutup............................................................................................15
A.kesimpulan..................................................................................................16
B.Saran...........................................................................................................17
Daftar isi.........................................................................................................18
Lampiran artikel.............................................................................................19
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu bagian penting
yang tidak dapat dipisahkan dari Sistem Kesehatan di suatu negara.
Kemajuan atau kemunduran Sistem Informasi Kesehatan selalu
berkorelasi dan mengikuti perkembangan Sistem Kesehatan, kemajuan
Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ) bahkan mempengaruhi
Sistem Pemerintahan yang berlaku di suatu negara. Suatu system yang
terkonsep dan terstruktur dengan baik akan menghasilkan Output yang
baik juga. Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu bentuk pokok
Sistem Kesehatan Nasional ( SKN ) yang dipergunakan sebagai dasar dan
acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arahan
penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan
kesehatan.
Dengan sistem Informasi kesehatan yang baik maka akan membuat
masyarakat tidak buta dengan semua permasalahan kesehatan. Dan mau
membawa keluarga nya berobat dengan mudah bukan lagi dengan
birokrasi yang rumit yang membuat masyarakat enggan membawa anggota
keluarganya berobat di pelayanan kesehatan yang disediakan oleh
pemerintah. Dengan maraknya perkembangan media dan teknologi
seharusnya membuat masyarakat dan khususnya pada mahasiswa
kesehatan masyarakat melek akan kemajuan berinovasi terhadap sistem
informasi kesehatan Indonesia.
Tujuan pembangunan nasional disusun dalam rencana pembangunan
jangka panjang nasional, hal ini tertuang dalam Undang-Undang nomor 17
tahun 2007 yang mempunyai tiga tujuan pembangunan nasional. Rencana
pembangunan jangka panjang nasional tersebut dibagi lagi setiap lima
tahunan, atau disebut juga rencana pembangunan jangka menengah
nasional (RPJMN) yang mana bertujuan memantapkan pembangunan
4
secaramenyeluruh dimana salah satunya adalah menekankan
pembangunan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi ini bisa
dilihat denganditerbitkannya Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2014
tentang sisteminformasi kesehatan, hal ini untuk melaksanakan ketentuan
pasal 168 ayat (3)Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan.
Pada era globalisasi saat ini kebutuhan akan data dan informasi yang
tepat, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sangat dibutuhkan
keberadaannya karena merupakan sumber utama dalam
pengambilankebijakan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi merupakan kondisi
positif yang akansangat mendukung berkembangnya sistem informasi
kesehatan, hal ini jugasangat berguna dalam pengambilan keputusan bisa
lebih mudah jika semuainformasi yang dibutuhkan sudah tersedia. Untuk
tujuan itu sistem informasikesehatan perlu dibangun dengan
mengorganisir berbagai data yang telahdikumpulkan secara sistematik,
memproses data menjadi informasi yangberguna.
Sesuai dengan undang-undang berkaitan dengan kesehatan yaitu
undang-undang No.36 tahun 2009 menyatakan dengan jelas yaitu
anggaran untuk kesehatan merupakan 5% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Untuk itu perhatian dan kepedulian pemerintah
menjadi sangat penting untuk dilakukan baik pemerintah, tingkat
nasional,provinsi, kabupaten, kecamatan atau bahkan pemerintah tingkat
kelurahan. Salah satu sektor pencegahan berkaitan dengan penyakit
Malaria. Malaria tetap menjadi pembunuhan global, terhitung sebagai 14
juta kasus dan 438.000 kematian. Malaria ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang mengandung Plasmodium di dalamnya.
Plasmodium yang berpindah ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk,
lalu akan hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.
World Malaria Report 2015 menyebutkan bahwa malaria telah menyerang
106 negara di dunia.Di Indonesia, penyebaran penyakit malaria paling
5
tinggi berada di provinsi Papua dan Papua Barat yaitu 31,39% dan 31,29%
pada 2015. Dua provinsi tersebut mendapat perhatian lebih dari
pemerintah khususnya pihak Kemenkes.
B. Tujuan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memahami pendekatan serta
penggunaan dan cara penguatan sistem informasi kesehatan apakah dapat
digunakan dalam memberantas kasus malaria, seberapa efektif-kah,
meninjau kelebihan dan kelebihan, apakah dapat diteraokan di indonesia,
dan apa saja kendala dari pemanfaatan teknologi tersebut.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Informasi Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu aspek yang mengalami banyak
perkembangan danperubahan terutama pada masa reformasi saat ini.
Dengan adanya reformasi dibidang kesehatan maka sat ini paradigma
pelayanan kesehatan lebih difokuskan pada upaya ±upaya promotif
dan preventif. Paradigma sehat ini merupakan modal pembangunan
kesehatan yang dalam jangka panjang akan mampu mendorong
masyarakat bertindak mandiri dalam menjaga kesehatan mereka
terutama kesadaran akan pentingnya upaya kesehatan yang bersifat
promotif dan proventif.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Kesehatan (SIK) yang menjelaskan bahwa Sistem Informasi
Kesehatan (SIK) adalah suatu sistem pengelolan data dan informasi
kesehatan di semua tingkat pemerintah secara sistematis dan
terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Pemanfatan teknologi informasi dan komunikasi akan mendorong
setiap instansi pemerintah untuk mengembangkan penyelengaran
kepemerintahan yang berbasiselektronik atau lebih dikenal dengan
istilah electronic government government) yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif, efisien,
transparan dan akuntabel. Salah satu bagian dari penerapan e-
government adalah dalam bidang kesehatan yang biasa dikenal dengan
istilah Sistem Informasi Kesehatan (SIK).
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) bertujuan untuk
mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan yang komprehensif
berhasil guna dan berdaya guna dalam mendukung pembangunan
kesehatan mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan.Sasaranya adalah tersedianyainformasi yang akurat, tepat
7
waktu, lengkapdan sesuai dengan kebutuhan sebagai bahandalam
proses pengambilan keputusan untukperumusan kebijakan,
perencanan, pegerakanpelaksanan, pengendalian, pengawasan dan
penilaian program kesehatan disemua tingkatadministrasi di unit
pelayanan kesehatan
8
Pengobatan yang telah dan akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan profesional secara tertulis.
D. Sejarah Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit (protozoa)
dari genusplasmodium, yang hidup dan berkembangbiakdalam sel
darah merah manusia. Penyakit inisecara alamiah ditularkan melalui
gigitannyamuk Anopheles betina. Orang yang menderita malaria
secara khas mengalami demam tinggi, rasa dingin, dan influensa.
Empat macam parasit malaria yang dapat menginfeksi manusia
adalah : P. falciparum, P. vivax, P. ovale, dan P. malariae. Jenis
plasmodium yang ditemukan di Indonesia adalah P. falciparum dan
P.vivax, sedangkan P. malariae ditemukan di beberapa provinsi, antara
lain Lampung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. P. ovale juga pernah
ditemukan diNusa Tenggara Timur dan Papua. Infeksi P. falciparum,
jika tidak segera dirawat, dapat menyebabkan kematian.
Malaria tercatat lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Dalam bahasa
Italia, malaria berarti”udara buruk", karena dahulu malaria
banyakterdapat di daerah rawa yang mengeluarkanbau busuk. Penyakit
ini juga mempunyai namalain, yaitu demam roma, demam rawa,
demam
9
tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme.
Dalam sejarahkuno (2.700 SM – 340 M) malaria telahdikenal di Cina,
Yunani, dan Roma.Sejak parasit malaria ditemukan padamanusia oleh
Charles Louis Alphonse Laveran,1880 (ahli Bedah Angkatan Perang
Perancis),patogenetik dan patologi malaria berkembangmengikuti
perkembangan teknik histologi,histokimia dan mikroskop elektron.
Selanjutnya peneliti Italia (Giovanni Batistadan Raimondo Filetti,
1890) memperkenalkan dua nama plasmodium yaitu P. falciparum
danP. Vivax.
Malaria diduga berasal dari Afrika,dengan ditemukan fosil nyamuk
yang telahberumur 3 juta tahun. Penyebaran malariamengikuti migrasi
ke wilayah di sepanjangpantai Mediteria, Mesopotamia, Jazirah
Indiadan Asia Tenggara. Kemungkinan P.vivax danP. malariae
menyebar dari Asia Tenggara keAmerika melalui pelayanan lintas
pasifikmigrasi manusia. Selanjutnya P. Falciparumtersebar setelah era
Columbus, melalui perbudakan oleh para penakluk Spanyol
yangmembawaorang Afrika ke Amerika Tengah.
Laporan tentang malaria di Indonesiapertama dibuat oleh dokter-
dokter militerpada abad ke-19. Selanjutnya, kejadian wabahmalaria
dilaporkan di Cirebon pada tahun1852–1854. Studi malaria yang lebih
lengkapdilakukan pada permulaan abad ke-20,khususnya penyakit
malaria pada pekerjaperkebunan di Sumatera Utara. Sebelum tahun
1952, Jakarta dan sekitarnya, kota-kotadi pantai utara jawa dan
beberapa daerahperkebunan serta persawahan di Jawa Baratmerupakan
daerah endemis malaria. Padatahap awal pemberantasan malaria
(1919-1927) dilaksanakan perbaikan sanitasilingkungan, untuk
mengurangi perindukannyamuk Anopheles serta pengobatan
dengankina. Setelah perang dunia II, dilakukan ujicoba penyemprotan
DDT di rumah-rumah,dengan hasil yang cukup memuaskan.
10
E. Perjalanan Penyakit Malaria
Perjalanan penyakit malaria selalu dihubungkan dengan siklus
hidup plasmodiummalaria yang terdiri dari dua fase, meliputifase
aseksual (di dalam tubuh manusia) danfase seksual (di dalam tubuh
nyamukAnopheles). Fase aseksual diawali dari nyamuk Anopheles
yang infektif mengeluarkan sporozoit, yang selanjutnya masuk ke
dalam peredaran darah manusia. Dalam waktu 30 menit, sporozoit
masuk kedalam sel-sel parenkim hati, kemudian membelah diri secara
aseksual, dan berubah menjadi sizon di dalam hati. Setelah sizon
matang bersama sel hati yang terinfeksi, pecah dan mengeluarkan
merozoit sebanyak 5.000–30.000, tergantung pada jenis spesies dan
selanjutnya segera masuk ke dalam sel-sel darah darah. Dalam sel
darah merah,merozoit-merozoit berubah menjadi tropozoit muda
kemudian menjadi tropozoit dewasa.
Selanjutnya membelah diri menjadi merozoitmerozoit di dalam sel
darah merah, sehinggasel darah merah terinfeksi. Sizon-sizon dalam
sel darah merah yang pecah secara berulang, berhubungan dengan
munculnya gejala-gejalamalaria, ditandai dengan demam
danmenggigil secara periodik. Setelah proses siklus sizogoni dalam
darah berulang, beberapa merozoit tidak lagi menjadi sizon,tetapi
berubah menjadi gametosit dalam sel darah merah.
Fase seksual dimulai dari gametosityang matang dihisap oleh
nyamuk Anopheles,di dalam lambung nyamuk terjadi
prosesekflagelasi gametosit jantan. Selanjutnyapembuahan terjadi di
dalam tubuh nyamukketika gametosit jantan dan betina bertemudan
menghasilkan zigot, kemudian berubahmenjadi ookinet, dan bergerak
aktifmenembus mukosa lambung. Ookinet berubah menjadi kista
ookista, kemudian menghasilkan puluhan ribu sporozoit dalam waktu
beberapa jam saja sporozoit akan menumpuk ke dalam kelenjar ludah
nyamuk.Sporozoit ini bersifat infektif bagi manusia.
11
F. Malaria Di Indonesia
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang dapat
menurunkanproduktifitas dan menyebabkan kerugianekonomi serta
berkontribusi besar terhadapangka kematian bayi, anak dan orang
dewasa.Infeksi malaria selama kehamilan dapatmenyebabkan abortus
dan berat bayi lahirrendah.Sekitar 2,3 milyar atau 41% pendudukdunia
berisiko terkena penyakit malaria.Setiap tahun, diperkirakan jumlah
kasus
malaria 300-500 juta dengan kematian 1,5-2,7 juta jiwa. Malaria
dinyatakan sebagai masalahkesehatan masyarakat yang utama pada 9
negara Asia Tenggara yang meliputi Myanmar, Kampuchea,
Indonesia, Laos, Malaysia,Philiphines, Singapore, Thailand dan
Vietnam.
Dilaporkan jumlah pasien rawat jalan malaria meningkat dari 3,2
juta (tahun 2001) sampai8,4 juta (tahun 2006), dengan kematian dari
100.504-258.548 orang dan tersebar sangat luas pada 109 negara
endemis.Kasus malaria dan KLB (Kejadiaan LuarBiasa) di beberapa
daerah, memperlihatkankecenderungan semakin meningkat.
Sementara, pemantauan dan analisa data malaria di semua jenjang
masih terlihatlemah. Hal tersebut terlihat pada kasus yangterjadi di
daerah yang jauh dari pusatpelayanan kesehatan. Dengan
demikian,tindakan yang dilakukan sering tidakmemberikan hasil yang
optimal.
Penyakit malaria, secara epidemiologimerupakan penyakit menular
yang bersifatlokal spesifik. Sebagian daerah di PropinsiPapua
merupakan daerah endemis malariamyang berpotensi mengalami
peningkatan frekuensi penyakit malaria. Banyak daerahmterdiri dari
rawa, genangan airpayau dan tambak-tambak ikan, persawahan
dan perkebunan yang tidak terurus.
12
Kondisi yang dihadapi dalampenanggulangan penyakit malaria
semakinkompleks, akibat pengobatan penderitamalaria yang tidak
teratur dan tidak tuntas.Hal tersebut akan berdampak buruk terhadap
penderita, antara lain kecenderungan resistensi obat, seperti
Plasmodiumfalciparum terhadap chloroquine terjadi sejaktahun 1973
di Indonesia (Kalimantan Timur)dan tahun 1990 telah meluas ke
seluruhprovinsi di Indonesia. Dan dilaporkan pulatelah terjadi
resistensi plasmodium terhadapSulfadoksin-Pirimethamin di beberapa
daerah.
Penyakit malaria dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu
lingkungan, perilaku,pelayanan kesehatan dan keturunan.Komponen
tersebut perlu diamati untukmemperoleh gambaran yang
komprehensif,sehingga dapat menetapkan metodepengendalian yang
tepat. Kejadian malariasangat dipengaruhi karakteristik lokal,
yaituekologi manusia dan nyamuk serta kegiatanpembangunan dan
proses kegiatan ekonomi.Di Indonesia malaria merupakan salahsatu
penyakit menular yang masih menjadimasalah kesehatan masyarakat
yang utama.Penyakit malaria sangat berpengaruh padaangka kesakitan
dan kematian bayi, anakbalita dan ibu melahirkan, selain itu
malariajuga secara langsung menurunkanproduktivitas kerja.
Penyakit malariamerupakan salah satu prioritas pemberantasan
penyakit menular yangmenjadi bagian integral pembangunan bidang
kesehatan.Malaria merupakan penyakit menular,yang disebarkan lewat
gigitan nyamukAnopheles dan dapat menyerang semuakelompok
umur. Lebih dari separuhpenduduk dunia bermukim di daerahdaerah
endemis malaria. Di negaraberkembang, termasuk Indonesia
penyakitmalaria telah menimbulkan kerugian, misalnya menimbulkan
banyak korban,biaya perawatan medis dan kehilanganpekerjaan.
13
Diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal di daerahyang
berisiko tertular malaria. Dari 497 Kabupaten/Kotayang ada di
Indonesia saat ini, 54% masih merupakanwilayah endemis malaria.
Secara nasional kasus malariatahun 2005-2011, berdasarkan laporan
rutin, cenderung
menurun yaitu sebesar 4,10‰ (tahun 2005) menjadi 1,38‰ (tahun
2013). Namun begitu, di daerah endemistinggi angka API masih
sangat tinggi dibandingkan angkanasional, sedangkan di daerah
endemis rendah seringterjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) sebagai
akibat adanyakasus import. Pada tahun 2010 jumlah kematian malaria
yang dilaporkan adalah 432 kasus.
Di Indonesia, tingginya kasus malaria dan KLB malaria
sangat berkaitan erat dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Adanya perubahan lingkungan yang berakibatmeluasnya tempat
perindukan nyamuk penular malaria
2. Mobilitas penduduk yang cukup tinggi
3. Perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan lebih panjang
dari musim kemarau
4. Krisis ekonomi yang berkepanjangan, berdampak padamasyarakat
di daerah tertentu, mengalami gizi buruksehingga lebih rentan
untuk terserang malaria
5. Tidak efektifnya pengobatan karena terjadi resistenklorokuin dan
meluasnya daerah resisten, serta
6. Menurunnya perhatian dan kepedulian pemerintah danmasyarakat
terhadap upaya pengendalian malariasecara terpadu.
Daerah dengan kasus malaria tinggi dilaporkan dari Kawasan
Timur Indonesia (provinsi Papua, Papua Barat,Nusa Tenggara Timur,
Maluku dan Maluku Utara). Dikawasan lain juga dilaporkan masih
cukup tinggi antara laindi provinsi Bengkulu, Bangka Belitung,
Kalimanatan Tengah,Lampung, dan Sulawesi Tengah.
14
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematiandilakukan
melalui program pengendalian malaria yangkegiatannya antara lain
meliputi diagnosis dini, pengobatantepat, surveilans dan pengendalian
vektor, pemberdayaanmasyarakat dan kemitraan dengan berbagai
sektor yangkesemuanya ditujukan untuk memutus mata
rantaipenularan malaria. Kasus resistensi parasit malaria terhadap
klorokuin
ditemukan pertama kali di Kalimantan Timur pada tahun 1973 untuk
P.falcifarum, dan tahun 1991 untuk P.vivax diNias. Sejak tahun 1990,
kasus resistensi tersebut dilaporkanmakin meluas di seluruh provinsi di
Indonesia. Selain itu,dilaporkan juga adanya resistensi terhadap
Sulfadoksin Pirimethamin (SP) di beberapa tempat di Indonesia.
Keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
malaria. Oleh sebab itu, untuk menanggulangi masalah
pengobatanyang resisten tersebut (multiple drugs resistance) maka
obat anti malaria baru yang lebih poten telah merekomendasikan
sebagai obat pilihan pengganti klorokuin dan SP yaitu
kombinasiderivat artemisinin dengan obat anti malaria lainnya yang
biasa disebut dengan ACT(artemisinin based combination therapy).
15
BAB 3
PEMBAHASAN
A. Ringkasan Jurnal
16
Aplikasi seluler dibuat untuk petugas layanan kesehatan untuk
berinteraksi dengan sistem baru. Aplikasi yang dilindungi kata sandi
mencakup modul untuk entri data, ringkasan data yang dibuat secara
otomatis, pedoman nasional dan internasional (termasuk WHO), kamus
data, dan daftar kontak yang diperbarui secara otomatis. Aplikasi ini
dikembangkan sebagai kit paket android (APK) yang berjalan pada
platform android, dengan transmisi data ke server dan sinkronisasi antara
tablet dan server yang terjadi melalui jaringan telepon seluler 2G dan 3G
dari kedua penyedia telekomunikasi seluler nasional. Pembaruan versi
aplikasi dilakukan baik secara langsung atau dari jarak jauh. Administrator
dapat menghapus semua data di tablet dari jarak jauh kapan saja (mis., Jika
dicuri). Amandemen sistem di masa mendatang akan mencakup algoritme
manajemen duplikat, dan dapat mencakup pemetaan data notifikasi dan
distribusi kelambu ke tingkat rumah tangga dan pengambilan hasil tes
G6PD. Penyimpanan data di server dalam negeri sejalan dengan standar
nasional untuk manajemen informasi kesehatan, termasuk kerahasiaan dan
redundansi.
17
18
19
20
Penjelasan gambar diatas adalah, selain KLB yang diidentifikasi melalui
surveilans berbasis kejadian, algoritma statistik yang bertujuan untuk
mengidentifikasi KLB malaria di desa, fasilitas kesehatan, kecamatan, dan konten
milik Springer Nature, persyaratan penggunaan berlaku. Hak dilindungi undang-
undang tingkat provinsi diterapkan. Algoritme ini mempertimbangkan
epidemiologi lokal malaria di mana penularan malaria sangat endemik di
ketinggian rendah, tetapi dengan risiko wabah di ketinggian yang lebih tinggi.
Tantangan utama dalam pengaturan sumber daya rendah ini adalah ketepatan
waktu, kelengkapan, dan keakuratan pelaporan. Algoritme sederhana yang tidak
bergantung pada garis dasar yang panjang dari pelaporan lengkap dan yang tidak
mengasumsikan pelaporan lengkap dipilih. Fasilitas pelaporan diklasifikasikan
sebagai endemik atau non-endemik.
21
sederhana sedang dikembangkan. Untuk daerah endemis diperlukan metode
yang membandingkan indikator pengamatan malaria dengan nilai ekspektasi yang
kurang peka terhadap perubahan kelengkapan pelaporan. Metode yang didasarkan
pada proporsi tes malaria yang diamati yang positif dan membandingkannya
dengan proporsi positif yang diharapkan dipilih. Proporsi yang diharapkan
menggunakan garis dasar singkat empat minggu untuk membatasi dampak
perubahan kelengkapan dari waktu ke waktu. Garis dasar pendek memiliki
manfaat tambahan yang diharapkan akan mencakup data dalam musim terkini,
dan mengkompensasi, sampai batas tertentu, untuk perubahan musiman yang
bergerak lambat dalam insiden. Untuk register penguji malaria, selang
kepercayaan 95% proporsi spesimen laboratorium yang positif malaria pada
minggu terakhir dibandingkan dengan proporsi spesifik positif pada empat
minggu sebelumnya. Jika batas kepercayaan bawah minggu terakhir berada di atas
proporsi dalam empat minggu sebelumnya, maka akan muncul sinyal. Untuk
memastikan ketahanan dalam berbagai proporsi, metode yang tepat digunakan
untuk penghitungan interval kepercayaan.
KESIMPULAN JURNAL
Jurnal ini menyajikan pengambilan dan pelaporan data malaria berbasis kasus
yang tepat waktu, berkualitas tinggi, berkode geografis, yang diperlukan untuk
pemberantasan malaria dengan pendekatan penguatan sistem informasi kesehatan
dengan mengintegrasikan manajemen informasi malaria dan memberikan
fleksibilitas yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan program malaria di
masa depan.
B. Analisis Jurnal
22
menganalisis jurnal Penguatan Sistem Informasi Kesehatan dan
Pemberantasan Malaria Di Papua Nugini. Sebelumnya kita akan mengenal
terlebih dahulu apakah itu SIK dan malaria.
SIK(Sistem informasi kesehatan) adalah suatu sistem pengelolaan data dan
informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematika dan
terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Malaria adalah Penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium, ditularkan
melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Penyakit malaria ini disebut malaria papua karena sering terjadi di Papua.
Jadi, malaria yang terjadi bisa berasal dari empat jenis malaria.Diperkirakan,
malaria papua sudah ada sejak 2.700 tahun sebelum masehi.Parasit penyebab
penyakit malaria dibawa oleh nyamuk Anopheles betina, teman-teman. Parasit ini
adalah plasmodium yang ada pada air liur nyamuk.Nyamuk Anopheles suka
tinggal di lingkungan dengan udara yang kotor Nyamuk ini diperkirakan aktif saat
senja sampai malam hari.Nyamuk Anopheles juga suka menyerang orang yang
sedang tidur.Di Indonesia, beberapa wilayah disebut sebagai wilayah endemik
malaria salah satunya adalah papua.
Manfaat sistem informasi di papua Di papua sendiri ada perkembangan
Sistem informasi kesehatan baru untuk manajemen informasi malaria (eNHIS)
Aplikasi dan database seluler Memudahkan tim kesehatan mendata dan
melaporkan hasil.
23
1) Hanya dapat mengirimkan data menggunakan jaringan internet
2) koneksi terbatas di daerah papua pedalaman
Jurnal pendukung
Dengan adanya payung hukum SIK berupa peraturan perundang-
undangan,diharapkan seluruh komponen SIK akan dapat dikelola dengan lebih
baik. Pusdati selaku koordinator SIK bersama dengan unit lain serta lintas sektor
perlu melakukan upaya peningkatan manajemen SIK. Hal ini akan dimulai dari
penataan manajemen SIK ditingkat Kementerian Kesehatan melalui suatu
rangkaian kegiatan pengembangan organisasi yang meliputi pengkajian fungsi,
beban kerja, dan kompetensi petugas.
Selanjutnya akan disusun petunjuk teknis pengelolaan SIK untuk di
lingkungan Kementerian Kesehatan. Upaya penguatan SIK telah banyak
dilakukan, tetapi upaya yang dilakukan unitunit maupun daerah saat ini masih
belum terdata. Oleh sebab itu sebelum melaksanakan upaya penguatan
manajemen SIK akan dilakukan inventarisasi seluruh inisiatif dalam upaya
penguatan SIK dan mengkoordinasikan pelaksanaannya. Penataan manajemen
SIK juga akan dilakukan dengan menyusun standar kodefikasi. Saat ini standar
kodefikasi tentang wilayah, Puskesmas, Rumah Sakit,Apotek, KKP, B/BTKL,
Laboratorium Kesehatan Daerah, Pedagang Besar Farmasi, obat dan hasil
laboratorium serta standar klasifikasi penyakit telah ada namun perlu
dimutakhirkan dan diadaptasi dengan kebutuhan di Indonesia. Klasifikasi dan
kodefikasi penyakit serta kodefikasi tindakan akan dikembangkan menggunakan
ICD, ICD IX CM dan ICHI (International Codification of Health Intervention)
serta Snomed CT untuk mendapatkan terminologi klinis.
Sarana dan pelayanan pengobatan tradisional dan komplementer dan
pelayanan kesehatan lain yang belum dikodefikasi akan dilakukan penyusunan
standar kodefikasinya. Standar kodefikasi dan klasifikasi yang telah tersusun dan
termutakhirkan ini akan disosialisasikan dan dikoordinasikan dengan seluruh
pemangku kepentingan. Tugas Pemerintah Pusat termasuk pengelola SIK di pusat
24
adalah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program.
Saat ini belum tersedia standar petunjuk bimbingan teknis, monitoring dan
evaluasi terhadap SIK. Oleh sebab itu langkah penguatan manajemen SIK perlu
dilakukan pula dengan menyusun petunjuk teknis bimbingan teknis, termasuk
supervisi suportif dan on the job training, serta monitoring dan evaluasi SIK.
25
c. Pemanfaatan Data dan Informasi oleh Manajemen Belum Optimal.
d. Pemanfaatan Data dan Informasi Kesehatan oleh Masyarakat Kurang
Dikembangkan.
e. Pemanfaatan Teknologi Telematika Belum Optimal.
f. Dana untuk Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Terbatas.
g. Kurangnya Tenaga Purna-waktu untuk Sistem Informasi Kesehatan.
Hal tersebut merupakan masalah-masalah yang dihadapi SIK saat ini dan
perlu dilakukan upaya untuk perbaikan dan penguatannya. Pada tahun 2007, Pusat
Data dan Informasi telah melakukan evaluasi SIK dengan mengguna-kan
perangkat Health Metricts Network-World Health Organization (HMN-WHO).
Evaluasi ini meliputi 6 komponen utama SIK yaitu sumber daya (meliputi
pengelolaan dan sumber daya), indikator, sumber data, manajemen data
(pengumpulan; pengolahan dan analisis data), kualitas data, diseminasi dan
penggunaan data. Hasil yang diperoleh adalah ada tapi tidak adekuat untuk
sumber daya (47%), indikator (61%), sumber data (51%), kualitas data (55%),
26
penggunaan dan diseminasi data (57%) serta tidak adekuat sama sekali untuk
manajemen data (35%). Secara umum, hasil ini menunjukkan bahwa keseluruhan
160 SIK masih dalam status ada tapi tidak adequat‖ dan masih perlu ditingkatkan.
27
Hal ini mengakibatkan banyaknya duplikasi kerja dalam pencatatan dan
pelaporan yang dilakukan petugas di lapangan sehingga berdasar hasil penilaian di
tahun 2010, Dinas Kesehatan Provinsi harus melaporkan secara rutin 301 tipe
laporan dan memakai 8 jenis SIK (aplikasi software) yang berbeda.
28
5. Dukungan sumber daya terutama sumber daya manusia, Teknologi
Informasi dan Komunikasi, sarana dan prasarana serta pembiayaan masih
terbatas.
6. Kemampuan pengembangan dan peningkatan mutu data dan informasi
kesehatan masih kurang.
7. Data dan informasi yang dihasilkan belum sepenuhnya didesiminasikan
kepada para pemangku kepentingan yang berkaitan dan belum digunakan
dengan semestinya.
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan plasmodium, yaitu
makhluk hidup bersel satu yang termasuk dalam kelompok protozoa.
Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang
mengandung Plasmodium di dalamnya. Plasmodium yang berpindah ke
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk, lalu akan hidup dan berkembang
biak dalam sel darah merah manusia. World Malaria Report 2015
menyebutkan bahwa malaria telah menyerang 106 negara di dunia. Di
Indonesia, penyebaran penyakit malaria paling tinggi berada di provinsi
Papua dan Papua Barat yaitu 31,39% dan 31,29% pada 2015. Dua provinsi
tersebut mendapat perhatian lebih dari pemerintah khususnya pihak
Kemenkes.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Kesehatan (SIK) yang menjelaskan bahwa Sistem Informasi
Kesehatan (SIK) adalah suatu sistem pengelolan data dan informasi
kesehatan di semua tingkat pemerintah secara sistematis dan terintegrasi
untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pemanfatan teknologi informasi
dan komunikasi akan mendorong setiap instansi pemerintah untuk
mengembangkan penyelengaran kepemerintahan yang berbasis elektronik
atau lebih dikenal dengan istilah electronic government government) yang
29
bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif,
efisien, transparan dan akuntabel. Salah satu bagian dari penerapan e-
government adalah dalam bidang kesehatan yang biasa dikenal dengan
istilah Sistem Informasi Kesehatan (SIK). Sistem Informasi Kesehatan
(SIK) bertujuan untuk mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan yang
komprehensif berhasil guna dan berdaya guna dalam mendukung
pembangunan kesehatan Malaria.
B. Saran
Sebelum melakukan penggunaan sistem informasi kesehatan untuk
memberantas kasus malaria hendaknya perlu kesiapan serta pemahaman
lebih dalam pendekatan penguatan sistem informasi kesehatan guna
mengoptimalkan dan memenuhi kebutuhan program malaria di masa
depan.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
Lamprian Artikel
32
33
34
35
36
37
38
39
40