Disusun Oleh :
04/180880/SP/180880
JURUSAN SOSIOLOGI
YOGYAKARTA
2009
PERILAKU KONSUMTIF DI KALANGAN REMAJA
SKRIPSI
Disusun Oleh :
04/180880/SP/20771
JURUSAN SOSIOLOGI
YOGYAKARTA
2009
i
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji dan disahkan di depan tim penguji Jurusan Sosiologi,
Yogyakarta.
Yogyakarta
Dosen Pembimbing,
Tim Penguji :
Penguji Pendamping I
Penguji Pendamping II
ii
SURAT PERNYATAAN
Jurusan : Sosiologi
PONSEL
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi saya tidak terdapat karya
Tinggi, dan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh pihak lain, kecuali yang secara tertulis atau diacu dalam naskah
Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab, dan saya bersedia
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
alat komunikasi sekaligus sebagai simbol prestise (gengsi) atau dapat dikatakan
pula bahwa remaja yang ada saat ini lebih cenderung untuk lebih mengkonsumsi
gaya hidupnya. Selain itu, penelitian ini juga berusaha mengkaji tentang
remaja akibat penggunaan ponsel berawal ketika penulis melihat bahwa saat ini
ponsel telah mejadi suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Terlebih
lagi ketika penulis melihat fenomena ponsel tersebut tidak hanya sekedar sebagai
ponsel yang akan mereka gunakan, membuat penulis ingin mengkaji lebih lagi
salah satu bahasan menarik yang berkaitan dengan permasalahan di penelitian ini,
remaja, terutama apakah ada perbedaan perilaku konsumtif antara remaja di kota
iv
dan di desa, yaitu di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta dan SMA N 1 Sewon
Bantul. Selain itu peneliti juga mengkaji tentang apakah pencitraan diri terhadap
dijadikan sebagai bentuk pencitraan diri di kalangannya. Selain itu muncul juga
pertanyaan tentang apakah pencitraan diri pada remaja tersebut dapat membentuk
ketidaksempurnaan atau kesalahan yang ada, untuk itu penulis mengucapkan maaf
yang sebesar-besarnya. Dan penulis pun mengucapkan terima kasih atas segala
dukungan dari seluruh pihak yang telah banyak membantu dari proses awal
hingga akhir.
v
UCAPAN TERIMAKASIH
ini, dan kini penulis ingin mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang telah
Terima kasihku yang terbesar aku ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala hal yang telah Dia berikan padaku dari awal kehidupanku hingga akhir
nanti. Kepada kedua orang tuaku Bapak Soeroso dan Ibu Titik Dhamayanti,
terima kasih atas segala yang telah kalian berikan padaku dan maaf atas segala hal
yang telah aku lakukan selama ini, aku sayang kalian. Untuk adikku tersayang
Gita Gustavia Nindya Putri, terima kasihku juga untuk segalanya dan semoga bisa
menjadi yang terbaik dalam hidupmu, aku sayang kamu. Untuk Mas
Mhentez..terima kasih atas seluruh rasa sayang dan cintamu padaku, waktu-
Kepada Ibu Dr. Partini, SU., sebagai Ketua Jurusan Sosiologi dan
pembimbing utama yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan
kesibukannya untuk memberikan bimbingan dan masukan dari awal hingga akhir
penulisan skripsi ini. Kepada Bapak Drs. Andreas Soeroso, M. Si dan Mas
Derajad SW, S. Sos, M. Si, selaku dosen penguji yang telah banyak membantu
dosen Sosiologi atas segala ilmu dan ajaran yang telah diberikan selama ini.
vi
Kepada Mbak Sri, terima kasih atas bantuannya selama ini. Kepada pihak SMA
atas segala bantuan dan partisipasinya selama proses penelitian dan maaf jika
menemaniku. Terima kasihku untuk Sosy , makasii yaa hun udah banyak banget
bantu aku, maaf aku duluan yah hun…kamu semangaaattt buat semuanya
hun..hajar semuanyaa!!. Untuk Hesti, hunii thanks juga buat segalanya, terutama
buat waktu yang selama ini udah kamu sediain buat aku..semangaaattt!!☺. Untuk
di warung kopi itu (hhaha..terima kasih juga buat orang-orang di mato yang gak
pernah bosen buat liat kita berdua ya buk!) dan udah jadi ‘tutor skripsi’ku selama
ini. Untuk Ika Ayu (aku tulis lengkap buk namamu yang mengandung sedikit
unsur lebih..☺), terima kasihku buk buat kamu..kamu telah banyak membantuku
dalam segala hal, terima kasih juga karena dari kamu aku belajar banyak hal
hidupku dan jika berhasil aku terapkan pun cenderung sinis), tetap semangaat yaa
bukk!!. Untuk Dida, terima kasih juga untuk waktu di sela kesibukanmu(esp. at
Bengawan Coffee..edun yak, aku disana berasa yang punyaa coffeeshop, kapan
makasii yaa fred buat semuanya..kita harus sering ngumpul setelah aku lulus ini
dan sebelum kamu ma yang lain punya dunia baru sendiri-sendiri, miss you!.
Untuk Ayu, nyee..makasii yaa buat waktu-waktu yang kita (etong juga ikut masuk
vii
disini!☺) punya selama ini, kamu benar-benar perempuan futuristik yang aku
kebersamaannya selama ini. Untuk Dian (si pengantin baru..kapan yo aku buk?),
Vina, Riri, Tante Yun, Lutfi, Nani, Abud, Arief Munandar, Adi, Alan, Iwan..ayoo
ngumpul lagii, kangen banget kayak dulu lagii!!. Untuk Uli, bukk thanks banget
yaa buat pinjaman bukunya..semua itu sangat membantu. Untuk Kukuh, Bimo dan
Avin, makasii yaa udah jadi ‘sisa teman’☺ di kampus dan kasih semangat aku
kemarin. Untuk Lolla, Eki, Toche, Nita, Tya, Nisa, Linda, Sari, Ria, Nuri, Intan,
Desi, Mere, Timbang, Firman, Antok, Ahmad, Wisnu, Arif, Ikhsan, Juanta dan
teman-teman yang lain, terima kasih sebesar-besarnya atas semuanya. Semoga apa
yang telah aku lakukan selama ini membawa membawa arti untuk kalian.
viii
“Kita melakukan sesuatu dengan ikhlas akan menghasilkan
karena semuanya berasal dari hati dan dengan hati itulah kita
ix
Keluargaku, Bapak Suroso, Ibu Titik Dhamayanti dan Adikku
kalianlah semangatku
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
MOTTO ........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
xi
K. Sistematika Penulisan ....................................................................... 33
B. Subjek Penelitian............................................................................... 49
BAB V
A. Kesimpulan ....................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Yogyakarta
xiii
ABSTRAKSI
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
teknologi dan globalisasi tersebut selalu berjalan seiring dengan modernisasi yang
territorial, selain itu telah terjadi ekspansi ekonomi besar-besaran oleh para pelaku
bangsa dan negara. Dalam proses ini dunia telah dimampatkan (compressed) serta
2001). Globalisasi tersebut dirasakan oleh semua manusia dari segala lapisan
sosial masyarakat. Mulai dari perkotaan yang bisa dikatakan mudah untuk
mengakses segala hal hingga desa yang lebih kecil lingkupnya pun telah
1
2
mudah.
berkomunikasi, terutama untuk berkomunikasi jarak jauh. Tetapi saat ini dimana
langsung maupun tidak langsung. Salah satu hasil dari modernisasi di jaman
globalisasi ini yang sangat membantu adalah telepon seluler (ponsel). Ponsel
merupakan alat komunikasi wireless yaitu komunikasi bergerak tanpa kabel yang
disebut dengan Mobile Device. Teknologi wireless ini telah berkembang pesat
dalam satu dekade terakhir ini. Prinsip dari komunikasi wireless ini menggunakan
kanal radio yang terpisah untuk berkomunikasi dengan cell site. Ponsel adalah
telepon. Telepon sendiri pertama kali ditemukan dan diciptakan oleh Alexander
Graham Bell pada tahun 1876. Sedangkan komunikasi tanpa kabel (wireless)
ditemukan oleh Nikolai Tesla pada tahun 1880 dan diperkenalkan oleh Guglielmo
Marconi. Akar dari perkembangan digital wireless dan seluler dimulai sejak 1940
saat teknologi telepon mobil (Ahong, Sejarah Telepon Seluler dan Perkembangan
kamera digital, radio, LCD berwarna dengan resolusi tinggi, ponsel menjadi
perangkat yang canggih dan pintar. Selain itu diciptakan dengan bentuk dan
ukuran yang cenderung kecil dan ramping. Ponsel yang awalnya hanya memiliki
fasilitas pengiriman teks pendek saja atau Short Message Service (SMS), namun
memainkan file video, bahkan mengedit dan mengolah klip video sehingga
pembuatan klip sederhana dapat dilakukan hanya dengan bantuan sebuah ponsel
utamanya sebagai alat komunikasi jarak jauh, sekarang ponsel juga digunakan
manusia.
Keberadaan ponsel hingga saat ini diterima dengan antusiasme tinggi oleh
semua masyarakat. Dapat dilihat pada realitas yang ada, bahwa hampir seluruh
lapisan masyarakat membutuhkan dan memiliki ponsel. Bahkan kini ponsel telah
menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat dipisahkan. Mulai
dari anak-anak hingga dewasa, tua-muda, baik masyarakat desa maupun kota
hampir semua memiliki. Menyinggung tentang masyarakat desa dan kota, perlu
biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi
masyarakat desa di Jawa. Namun dengan adanya perubahan sosial religius dan
desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang
selama ini masih sering ditemui. Antara lain adalah : (1) sederhana, (2) mudah
curiga, (3) menjunjung tinggi “unggah-ungguh”, (4) guyub atau kekeluargaan, (5)
lugas apa adanya, (6) tertutup dalam hal keuangan, (7) adanya perasaan “minder”
terhadap orang kota, (8) menghargai orang lain, (9) jika diberi janji, akan selalu
karakteristik tersebut, pada saat ini tidak bisa digeneralisasikan bagi seluruh warga
masyarakat desa. Ini disebabkan oleh adanya perubahan sosial religius yang
seorang Staff UII). Selain itu didukung dengan adanya beberapa permasalahan
yang terjadi di pedesaan, antara lain adalah kurangnya peran serta pemerintah
wilayah tempat tinggal mereka yang terisolasi baik terhadap dunia luar maupun
terutama akses akan sumber daya terlebih pendidikan, sehingga berdampak pada
adalah : (1) heterogenitas sosial, (2) hubungan yang ada sekunder, (3) kontrol
sosial kurang, (4) toleransi sosial kurang, (5) struktur sosial kota diferensiasinya
luas, (6) mobilitas sosial, (7) ikatan yang terjadi secara sukarela, (8)
individualisasi, (9) segregasi keruangan, (10) kota bersifat besar, (11) kota
mengenal pembagian kerja yang luas, dan (12) kota mengarahkan hidup pada
kemajuan. Sehingga sangat berbeda dengan yang terjadi di kota, peran serta
yang mudah terjangkau terhadap dunia luar maupun terhadap akses-akses yang
seharusnya mereka nikmati sebagai fasilitas negara terutama akses akan sumber
kota yang menjadi relatif lebih cepat dari pada desa. Hal ini juga terjadi pada
ponsel, jarak yang selama ini dituding menjadi permasalahan tidak lagi
ponsel saat ini telah menjadi suatu kebutuhan pokok bagi siapa pun. Manusia
selain itu mereka mengkonsumsi ponsel juga sebagai simbol status sosial, karena
lingkungannya. Dalam hal ini dapat dikatakan mereka juga mengkonsumsi gaya
terjadi dalam dunia ponsel di kalangan remaja. Masa remaja adalah masa
pencarian identitas diri dan ingin mendapatkan pengakuan atas eksistensi dirinya
mencoba-coba dengan segala identitas yang ada dan yang nantinya akan terlihat
pada ponsel, karena kehadiran ponsel sangat membantu kemudahan hidup mereka
“Tingkat adiksi remaja terhadap ponsel makin menjadi. Ada semacam tekanan yang
muncul di kelompok usia remaja untuk terus berhubungan melalui ponsel. Kecenderungan itu
tidak hanya menegaskan simbol konsumerisme, tapi juga berpengaruh buruk pada kondisi emosi.
Sebuah penelitian baru yang dilakukan oleh Gaby Badre MD PhD dari Akademi Sahlgren di
Gothenburg, Swedia dan dipresentasikan pada pertemuan tahunan ke-22 Associated Professional
Sleep Societies (APSS) menunjukkan bahwa kecanduan menelepon menyebabkan gangguan tidur,
sering letih dan gelisah. Fenomena itu bukan semata karena menelepon di malam hari sehingga
terlambat tidur. Remaja merasakan tekanan dari kelompoknya untuk tetap terhubung dan
terjangkau setiap waktu. Mereka mulai menggunakan telepon seluler terlalu dini dan menjadi
tergantung. Ada kemungkinan hubungan antara penggunaan ponsel secara intensif dan kebiasaan
yang merugikan kesehatan seperti merokok dan penggunaan alkohol.”
Bagi Kehidupan Remaja (www.ubb.ac.id) bahwa : Satu hal yang tidak dapat
kehidupan manusia. Sekecil apa pun, teknologi pasti memiliki sifat “memaksa”,
demikian, sifat “memaksa” itu sangat relatif tentunya. Di tempat-tempat yang jauh
telah mengubah pola hidup manusia. Ponsel menjadi pemeran penting yang
Sejak pertama hadir 20 tahun silam, ponsel memang tak bisa dilepaskan
dari gaya hidup. Keberadaan ponsel selalu dilekatkan dengan simbol status sosial
buatan Motorola yang populer pada tahun 80-an di Amerika Serikat. Ponsel ini
atas yang ada disana. Harganya mencapai Rp 25 juta pada saat itu,
memperlihatkan bahwa ponsel tersebut hanya kalangan terbatas saja yang mampu
memiliki. Ponsel tersebut segera menjadi ikon kaum hippie dan parisienne (jetset)
dinamis, kaya, dan ekslusif. Hal ini menjadi sebuah prestise yang tinggi, karena
bagi mereka memiliki DynaTac adalah suatu kewajiban dan masalah harga yang
8
tinggi pun tidak dihiraukan. Kejadian seperti contoh di atas dapat membawa
Hingga saat ini teknologi memang sangatlah penting untuk manusia, tetapi
dan apakah terjadi pola konsumsi yang lebih pada kalangan remaja dalam
penggunaan ponsel ini? Begitu banyak hal menarik yang terjadi dari fenomena
keberadaan ponsel ini, terutama di kalangan remaja. Oleh karena itu, penulis ingin
B. PERUMUSAN MASALAH
pencitraan diri? dan apakah pencitraan diri pada remaja tersebut dapat
C. TUJUAN PENELITIAN
penelitian lain penenlitian ini juga mempunyai tujuan secara umum sebagai
berikut :
9
D. MANFAAT PENELITIAN
di kalangan remaja.
2. Dapat digunakan dengan maksud penelitian sejenis dalam skala lebih luas
dan mendalam, serta dapat dikembangkan dalam skala lebih baik di masa
E. TINJAUAN TEORITIS
E. 1 Introduksi Teknologi
Setiap manusia dalam masyarakat sangat sulit untuk lepas dari pengaruh
modernisasi yang melanda dunia saat ini. Modernisme dianggap sebagai sebuah
dengan negara maju. Pendekatan pembangunan yang dilakukan oleh negara barat
diartikulasikan dalam bentuk sistem ekonomi dan struktur masyarakat barat. Tak
of.slametwidodo.com/?s=sosiologi).
berbagai peningkatan yang ada di segala bidang. Wacana ekonomi global yang
global yang dikuasai oleh nilai-nilai budaya Amerika, menjadi sebuah ruang
teknologi yang ada. Semakin berkembang suatu teknologi, maka globalisasi akan
terus berkembang dan sistem kapitalis akan terus bermain. Kemajuan teknologi
sebagai media untuk menuntun pola hidup dan kebudayaan telah mengkondisikan
manusia pada sebuah ruang penjara elektronik dan penjara rumah apalagi dengan
berkembangnya teknologi televisi. Media massa ini pada akhirnya tidak bisa
disalahkan total karena media adalah pembentuk kesadaran sosial yang pada
mereka hidup. Di sisi lain, rayuan dari media tidak berhenti pada kebenaran tanda,
kondisi seperti ini, manusia harus siap dengan segala perubahan yang muncul
lambat dan disengaja maupun tidak. Perubahan sosial adalah normal dan
sosial dengan berbagai arah perubahan (Lauer, 1997). Menurut Horton dan Hunt
perubahan sosial merupakan perubahan dalam segi struktural sosial dan hubungan
masyarakat maka kebudayaannya pun akan semakin maju. Hal lain yang dapat
tidak hanya sebatas memproduksi barang tetapi juga memproduksi citra tentang
suatu hal, baik itu citra dari suatu barang ataupun citra seseorang. Industri citra
tersebut menjadi komoditas baru bagi masyarakat posmo yang sangat menyenangi
terhadap suatu proses produksi. Disini teknologi sangat bermain dan memiliki
peranan penting. Industri sendiri adalah salah satu sektor penting dalam
praktek atau objek yang dianggap baru oleh seseorang, sekelompok orang atau
proses inovasi bagi pihak yang menerima atau yang mengalaminya karena
terdapat nilai-nilai baru. Suatu inovasi baru dalam masyarakat adalah hal penting
bagi industri, terutama dalam hal desain produk. Sebuah desain produk dapat
keberagaman desain (fungsi dan atribut produk), hal ini menjadi kata kunci dalam
2004). Melalui inovasi desain ini produsen dapat terus menarik perhatian
konsumen agar tetap mengkonsumsi produknya. Sama halnya seperti yang terjadi
ponsel terbaru yang semakin canggih demi menarik perhatian konsumennya agar
tetap terus mengkonsumsi. Hal ini juga sekaligus membuat konsumen, yaitu
suatu produk tersebut maka dibuatlah suatu rekayasa budaya oleh pelaku kapitalis.
Media massa (televisi) menjadi perantara utama dan yang paling ampuh dalam
gaya hidup “wah” atau gaya hidup glamour ditampilkan dan mengiming-imingi
E. 2 Konsumerisme
dengan simbol dan citra, termasuk dalam konsumsi. Ketika orang mengkonsumsi,
maka yang dikonsumsi sebenarnya bukan nilai barang, namun citra atas barang
dengan dua zaman sebelumnya atau juga dalam pandangan Featherstone, di mana
era posmodern sebagai “matinya yang sosial”, siapa pun yang bisa merayakan
budaya konsumen dengan membaginya ke dalam tiga tipe (Chaney, 2006: 67)
selanjutnya menjadi gaya hidup masyarakat dan menjadi cara pandang yang baru
2006).
Di era kapitalisme ini mode of production kini telah digantikan oleh mode
kemudian menjadikan seluruh aspek kehidupan tak lebih sebagai objek, yakni
19 dalam Hidayat, 2002). Apa yang kita beli, tidak lebih dari tanda-tanda yang
16
orang yang satu dengan yang lainnya. Tema-tema gaya hidup tertentu, kelas dan
objek konsumsi. Dengan kata lain, objek-objek konsumsi kini telah menjelma
yang dibentuk dan dihidupi oleh konsumsi, yang menjadikan konsumsi sebagai
memiliki manfaat (nilai-guna) dan harga (nilai-tukar), namun lebih dari itu ia kini
style dan citraan dari pada nilai utilitas. Logika yang mendasarinya bukan
sehingga membutuhkan konsumen lebih luas. Media dalam hal ini menempati
kebutuhan tersebut bagai sebuah jaring laba-laba, "Apapun yang mengalir melalui
mereka (konsumer), apa pun menarik mereka bagai magnet, akan tetapi mengalir
melalui mereka tanpa meninggalkan bekas apa-apa". Hal ini dapat kita lihat pada
17
Adanya hasrat yang didukung oleh kebutuhan dalam fenomena apapun yang ada
nilai-nilai yang bersifat tumpang tindih bahkan tampak kontradiktif dari realitas
Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumerisme adalah paham atau gaya hidup
berkualitas buruk, tidak aman dipakai dan sebagainya. (JJ Amstrong, Budaya
Konsumerisme, http://www.indowarta.com/index.php).
pada zaman ini konsumsi menjadi kebutuhan yang menggila. Dalam masyarakat
komoditas atau konsumer terdapat suatu proses adopsi cara belajar menuju
Pembelajaran ini dilakukan melalui majalah, koran, buku, televisi, dan radio, yang
membangun gaya hidup. Konsumsi tidak lagi dipahami hanya sekadar memenuhi
kebutuhan dasar manusia, tetapi juga berhubungan erat dengan pemuasan unsur-
unsur simbolik manusia, yang berarti untuk peningkatan status, prestise, kelas,
dan simbol sosial tertentu. Identitas diri di lingkungan sosial diperebutkan dan
berbagai media massa. Citra sendiri adalah sesuatu yang tampak oleh indra, akan
identitas manusia modern adalah identitas yang dibangun oleh proses konsumsi
dan proses komoditi dari citraan dan bujukan media massa, untuk pencitraan diri
tuntutan prestige (gengsi), status, maupun sekadar gaya hidup (life style). (Sigit
http://www.rayakultura.net/wmview.php?ArtID=67)
Konsumerisme hadir tidak tanpa media, yaitu melalui iklan baik yang
dalam hubungan produk dan konsumen. Media berfungsi sebagai medium yang
jalan yang membuat jembatan itu benar-benar berfungsi sebagai penghubung. Dan
bahkan saat ini iklan telah membidik langsung masyarakat, tanpa adanya proses
membedakan antara "ingin membeli" dan "harus membeli" atau batasan need dan
want menjadi tidak jelas. Menurut Baudrillard, ini tidak terlepas dari peran media
kekuatan imaji atau kesan yang diproduksi iklan dan TV. Motivasi membeli tidak
lagi berangkat dari dalam diri seseorang berdasarkan kebutuhan riil, tetapi karena
Lewat majalah maupun televisi, masyarakat disuguhi tiada henti beragam iklan
yang akhirnya memaksa kita untuk mengkonsumi produk yang diiklankan itu.
Gencarnya iklan dari sebuah produk seakan melampaui realitas objek yang
produk tersebut menjadi satu medium untuk membentuk personalitas, gaya, citra,
gaya hidup dan cara diferensiasi status sosial yang pada gilirannya menjadi
penopang dunia realitas yang pada dasarnya semu. Peran media sebagai corong
realitas yang pada dasarnya semu itu juga tidak bisa dilepaskan. Saat itulah
merayu manusia untuk memilih, membeli dan mempunyai. Sementara itu, pusat-
Ditambah dengan iming-iming melalui pemberian diskon atau pun fasilitas kredit,
atas asas kemanfaatan atau asas prioritas (Wasis, 1997). Dari definisi di atas dapat
uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi
kebutuhan pokok. Perilaku konsumtif diartikan salah sebagai suatu wujud dari
menggunakan uangnya tidak dengan semestinya yang sesuai dengan asas manfaat
dan prioritas.
21
dengan latar belakang. Latar belakang itu dapat disebabkan oleh karena
Sehingga dapat dilihat disini bahwa adanya timbal balik atas apa yang dilakukan
seseorang. Timbal balik yang didapatkan itu pun tidak selalu berupa yang bersifat
ekonomis tetapi juga sosial. Perilaku konsumtif pun tidak hanya memberikan
timbal balik berupa barang yang dibeli saja, tetapi juga memberikan kepercayaan
diri, penghargaan dan kepuasan diri atas barang tersebut. Perilaku seseorang
lain adalah faktor lingkungan sosial, motivasi untuk mengkonsumsi, dan faktor
Media majalah-majalah remaja sekarang pun sama saja seperti etalase toko. Isinya
masih dalam pencarian jati diri ini menjadi sasaran empuk dari pasar. Pasar
menawarkan gaya hidup dan tren tertentu pada remaja. Untuk memenuhi gaya
Mereka suka gonta-ganti merek, mudah terbawa arus atau mengikuti tren yang
Sejalan pesatnya teknologi ponsel ini, begitu banyak ponsel yang beredar
yang lebih modern dan didukung dengan adanya keinginan memenuhi kebutuhan
akan kepuasan diri, sehingga mau tidak mau konsumen pun mengkuti
konsumen merasa cepat bosan dengan ponsel yang dimilikinya dan ingin mencoba
tawaran konsumsi yang ada. Baudrillard menegaskan, kita tidak lagi mengontrol
produk (objek), tetapi kitalah yang dikontrol dan diatur oleh produk-produk tadi.
Kita dihanyutkan dalam ekstasi konsumsi dan gaya hidup dalam masyarakat
orangnya sebagai ‘mayoritas diam,’ di mana masuk dalam jaringan laba-laba yang
menjaring dan mengkonsumsi apa pun yang ada di hadapan mereka (Yasraf Amir
pencitraan dan image, bukan sesuatu yang riil. Sehingga kehidupan tidak lagi
sekedar bersandar pada realitas, namun lebih dari itu, hiperrealitas atau
melampaui realitas.
23
bayangan yang direfleksikan dari cermin itu sangat tergantung dari posisi mana
objek lain yang sebenarnya hanya dapat dipahami dengan proses mengalami yakni
mengalami apa yang direfleksikan melalui obyek (dalam konteks itu adalah
(sosiologibudaya@yahoogroups.com).
2004) adalah sebuah konstruksi diskursif yang berubah maknanya menurut ruang,
waktu, dan pemakaian. Identitas adalah suatu esensi, yang dapat dimaknai melalui
tanda selera, kepercayaan, sikap, dan gaya hidup. Identitas dianggap bersifat
personal sekaligus sosial menandai bahwa kita sama atau berbeda dengan orang
lain. Singkatnya, identitas adalah soal kesamaan dan perbedaan, tentang aspek
personal dan sosial, tentang kesamaan individu dengan sejumlah orang dan apa
yang membedakan individu dari orang lain. Identitas dapat dibedakan ke dalam
tiga kategori, yaitu : (1) Identitas yang bersifat given (ras, jenis kelamin, usia,
dsb); (2) Identitas yang bersifat pilihan (agama, ideologi, afiliasi politik, dan
profesi, gaya hidup, dsb); dan (3) Identitas yang terkait dengan pencapaian
multiple categories, artinya tidak ada seorang pun yang ber-irisan dengan satu
komunitas saja untuk menentukan ‘siapa dia’, seseorang bisa berada di dalam
yang dia lakukan di dalam interaksinya. Sehingga dapat terjadi seorang individu
menyandang lebih dari satu identitas yang tidak hanya hidup bersama-sama, tetapi
melalui komunikasi. Dewey mengamati bahwa “masyarakat tidak terus ada karena
bahwa peran interaksi tatap muka dalam pembentukan komunitas tidak bisa
mendalam dan kaya . . . harus selalu menyangkut hubungan tatap muka” dan ia
hubungan tatap muka sungguh besar dan terus-menerus, sehingga tidak berlebihan
orang bukan hanya krusial untuk menunjukkan eksistensi komunitas, tetapi juga
merupakan unsur hakiki dari proses pembentukan kembali komunitas yang damai.
bahwa interaksi tatap muka harian antara anggota komunitas adalah salah satu
cara untuk memperkuat rasa komunitas dan menjamin bahwa anggota komunitas
komunitas haruslah secara suka rela dan berlandaskan pada nilai-nilai bersama,
ponsel yang ada saat ini pun dapat membentuk suatu komunitas baru di dalam
26
sendiri dari pergeseran fungsi yang terjadi di dalamnya, yang tadinya hanya
digunakan sebagai alat komunikasi jarak jauh yang dapat menjembatani manusia
untuk berinteraksi secara tidak langsung dan sekarang menjadi sebuah simbol
pencitraan diri manusia. Terlebih lagi di kalangan remaja, kadang jadi mudah
terbawa dengan fenomena atau tren yang berkembang. Tren gonta-ganti ponsel
membawa mereka pada dunia pencitraan demi suatu identitas atau pengakuan di
dengan mengkonsumsi ponsel tersebut, yaitu pengakuan atau citra diri yang
ponsel ini sebagai identitas untuk masuk ke dalam sebuah komunitas, contohnya
seperti ponsel DynaTac yang telah dipaparkan sebelumnya, yang telah menjadi
gaya hidup “plus” bagi para konsumennya. Dengan kemasan yang lebih eksklusif
itu banyak menawarkan gaya hidup dengan budaya selera seputar perkembangan
27
tren busana, pergaulan, shopping dan acara mengisi waktu luang yang semuanya
(Subandy, 2003). Menurut Chaney (1996), gaya hidup adalah pola-pola tindakan
yang membedakan antara satu orang dengan yang lainnya, gaya hidup membantu
memahami apa yang orang lakukan, atau dapat dikatakan bahwa gaya hidup
adalah bentuk khusus dari suatu pengelompokan status modern. Gaya hidup
merupakan ciri dari sebuah dunia modern (modernitas) dan bagian dari kehidupan
benda merupakan bagian dari budaya yang bisa dilihat. Melalui benda-benda yang
dikonsumsi, cara bicara, tingkah laku, gaya hidup, dan lainnya, seseorang dapat
lebih di lingkungannya.
Weber mengatakan bahwa status sosial disini lebih mengarah pada prinsip-
prinsip konsumsi yang berkaitan dengan gaya hidup. Gaya hidup sendiri adalah
ingin dipersepsikan oleh orang lain. Sedangkan menurut Wijanarko, gaya hidup
Begitu pula dengan remaja, di masa transisi ini mereka cenderung untuk
dengan tujuan agar memperoleh pengakuan (eksistensi diri). Dan salah satu cara
Remaja dipaksa untuk mengikuti tren tersebut atas tuntutan lingkungan, tekanan
kelompok sebaya, dan adanya keinginan diri untuk diakui keberadaannya oleh
orang lain. Salah satu tren yang berkembang adalah tren gonta-ganti ponsel yang
telah menandakan bahwa telah terjadi perilaku konsumtif di kalangan remaja yang
ditandai dengan mereka mengkonsumsi ponsel untuk gaya hidup. Pada awalnya
ponsel merupakan barang mewah yang hanya dapat dimiliki oleh kalangan
tertentu, karena ini adalah teknologi baru yang biaya pembuatannya mahal.
Keberadaan ponsel ini telah membuat semua kalangan masyarakat, baik dari
bawah maupun atas, ingin memilikinya karena mampu memberikan citra yang
lebih dalam diri seseorang, terlebih lagi di kalangan remaja. Dengan demikian
uang menjadi lebih berkuasa disini, seseorang yang mempunyai uang yang lebih
akan lebih leluasa untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk hal yang bisa
memperkaya simbol statusnya atau yang dapat memberikan citra lebih bagi
dirinya. Disini dapat dilihat bahwa ponsel saat ini telah menjadi sebuah gaya
hidup sendiri.
29
F. METODE PENELITIAN
yang berdasarkan pada observasi terhadap responden baik dari bahasa tubuh,
fenomenologi adalah dimana peneliti berusaha untuk bisa masuk ke dalam dunia
konseptual subjek agar dapat memahami aspek subjektif dari tindakan individu.
subjek penelitian. Dengan tujuan untuk menggambarkan dan memahami arti dari
dari masing-masing sekolah pada rencana awal. Jika data yang didapatkan masih
menambah data yang ada dengan mengambil beberapa responden lagi dan
melakukan pengamatan lebih lanjut untuk meyakinkan kembali data yang telah
diperoleh.
penelitian yang ada di sekitar lingkungan informan tersebut. Penelitian ini pun
dilakukan dalam beberapa kali pertemuan dengan informan, agar peneliti dapat
mengamati, membaca dan menganalisa apa yang dicarinya serta apa yang dicari di
G. LOKASI PENELITIAN
dan SMA 1 Sewon Bantul dengan pertimbangan bahwa kedua sekolah tersebut
mengambil beberapa orang informan yang dianggap penting dan memenuhi syarat
peneliti serta dapat memberikan informasi secara tepat dan dapat dipercaya. Dan
peneliti dapat melihat motivasi perilaku konsumtif yang ada dan faktor-faktor
yang menyebabkan.
Untuk memperoleh hasil yang baik dari suatu penelitian, sumber dan
(observation) dan wawancara (interview). Ada dua jenis data yang diperoleh dari
penelitian, yaitu :
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya yang berupa
kondisi serta interaksi yang ada pada subjek penelitian. Hal tersebut berarti,
untuk mendapatkan informasi yang jelas. Data primer ini juga dikumpulkan
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain di luar
informan dan telah dipilih sesuai kebutuhan. Adapun data sekunder berupa
32
studi pustaka atau artikel-artikel yang ada di media massa yang berkaitan
J. ANALISIS DATA
urutan data, mengorganisasikan ke dalam sebuah pola, kategori, dan satuan uraian
dasar. Analisis data dilakukan setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul,
baik data primer maupun data sekunder yang nantinya akan menghasilkan data
yang bersifat deskriptif analistis, yakni data yang dinyatakan secara utuh dan
diperoleh secara langsung dari pedoman pertanyaan (interview guide). Miles dan
Huberman menyatakan bahwa analisis data kualitatif terdiri dari tiga jalur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu : reduksi data, penyajian data dan
catatan yang berasal dari jawaban responden jadi sangat memungkinkan data yang
diperoleh sangat berlebihan dan tidak relevan atau sebaliknya. Data yang
dan mana yang tidak diperlukan. Jika ada data yang tidak diperlukan maka data
tersebut akan direduksi dan jika ada data baru di lapangan maka akan segera
seorang peneliti harus segera kembali ke lapangan untuk mencari data lebih lanjut.
Dari seluruh data yang dapat itu nantinya adalah yang akan menjadi bahan analisis
K. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I : berisi beberapa hal seperti: latar belakang masalah, rumusan masalah,
Kabupaten Bantul, seperti profil sekolah, visi dan misi sekolah, perkembangan
pengalaman mereka dalam pemilikan dan penggunaan ponsel dan sikap yang
mereka.
tentang penggunaan ponsel yang juga dijadikan sebagai bentuk pencitraan diri
komunitas yang muncul dalam kehidupan sosial remaja dari penggunaan ponsel
tersebut.
34
A. WILAYAH PENELITIAN
wilayah Indonesia dan terletak di Pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa
Timur Laut, Tenggara, Barat, dan Barat Laut dibatasi oleh wilayah Povinsi Jawa
Kabupaten Magelang di sebelah Barat Laut. Posisi D.I. Yogyakarta yang terletak
antara 7.33 - 8.12 Lintang Selatan dan 110.00 - 110.50 Bujur Timur, tercatat
wilayah kotamadya. Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima daerah
alamnya secara makro, wilayah Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang
terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur
dan barat, serta kawasan pantai di sebelah selatan. Kondisi bentang alam tersebut
35
36
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, dan di sebelah selatan
pariwisata dan sudah merupakan sebuah industri. Sebagi sebuah industri, sektor
ini banyak melibatkan sektor ekonomi lainnya, seperti sektor perdagangan, hotel,
dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan jasa
perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Kota ini merupakan tujuan wisata yang terkenal
yang didukung oleh perkembangan pertaniannya yang kuat dan juga produksi
bidang industri kecil rumahan. Produk yang dihasilkan oleh jenis industri
sumber perekonomian daerah ini. Masih ada sumber lain yang tak kalah potensial,
yakni sektor pariwisata. Selain itu sektor pertanian juga masih menjadi andalan
dari sektor pertanian. Selain padi, tanaman palawija juga tumbuh subur di daerah
ini. Tanaman seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai dan kacang tanah mampu
Indonesia setelah Bali. Kota ini dikenal sebagai pusat kebudayaan Jawa dengan
kerajaan bersejarahnya. Salah satu kekayaan lain dari Yogyakarta adalah sekolah.
37
Sejak bedirinya UGM tahun 1949, kota Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar.
Termasuk UGM, masih ada 47 perguruan tinggi lain, mulai dari tingkat akademi,
Terkenal sebagai kota Pelajar, tak heran bila fasilitas pendidikan banyak
didapati di kota Yogyakarta. Dan bahkan fasilitas pendidikan yang ada tersebut
banyak yang telah bertaraf internasional. Selain itu juga didukung dengan
saja total SD ada 244, SMPN 16 buah, SMP Swasta 45 buah, SMA Negeri 18
wilayah kota Yogyakarta dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Untuk detilnya
tidak kalah dengan yang ada di kota. Bahkan beberapa sekolahnya pun menjadi
sekolah favorit atau sasaran utama para orang tua yang akan menyekolahkan
anaknya. Terlebih lagi bagi mereka, masyarakat kabupaten Bantul, yang ingin
yang terjangkau atau tidak terlalu jauh dengan tempat tinggalnya. Dan untuk
detail jumlah fasilitas pendidikan yang ada di kabupaten Bantul dapat dilihat di
tabel berikut :
Jumlah Sekolah
No. Jenjang Pendidikan
Negeri Swasta Jumlah
1 Pra Dasar 18 67 85
3 SLTP 55 47 102
4 SLTA 34 40 74
5 PLB
6 Pendidikan Tinggi 1 16 17
7 Lainnya 1 14 15
lebih banyak jumlahnya dan lebih banyak jenisnya, mulai dari jenjang pendidikan
Kota Yogyakarta juga dianggap lebih bagus oleh masyarakat, karena lebih banyak
pilihan sekolah yang ada dan rata-rata fasilitas yang dimiliki pun dianggap lebih
daya manusia agar memiliki kualitas seimbang dalam IMTAQ dan IPTEK
sehingga kecintaan kepada Ilahi dapat mendorong seseorang untuk berbuat yang
Syarbini dengan dua kelas satu, jurusan A (Sastra) dan B (Ilmu Pasti) yang jam
Kapas No. 7 Semaki Yogyakarta, dengan kontak yang dapat dihubungi yaitu
(0274) 540937 dan faks (0274) 562545. Selain itu SMA Muhammadiyah 2
Yogyakarta ini merupakan wadah bagi pelajar yang tidak dapat tertampung di
40
Yogyakarta telah berkembang pesat, dengan didukung oleh para pengajar yang
2005-sekarang :Terakreditasi A
Sehingga berbagai fasilitas umum sangat dekat dengan letak sekolah seperti
kantor pos, pusat perbelanjaan tradisional dan modern, rumah sakit, kantor PLN,
kantor PDAM, kantor TELKOM dan berbagai fasilitas umum lainnya. Hal ini
telah dijalankan sejak awal. Visi dari SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta adalah
islami sesuai dengan Al Quran dan As Sunah. Kedua, membentuk pribadi muslim
kelulusan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang
Ketujuh, meningkatkan kerja sama antar warga sekolah dengan instansi yang
Visi dan misi tersebut di atas telah terlihat dari bentuk kegiatan pendidikan
dan fasilitas yang mereka miliki. Dari segi fasilitas, SMA Muhammadiyah 2
masjid, klinik, bimbingan dan konseling, kantin dan auditorium . Semua fasilitas
warga sekolah. Selain itu sekolah juga memiliki kegiatan di luar sekolah atau
biasa disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler, antara lain adalah Hizbul Wathon
Club (HBC), Bhaskara Music Club (BMC), Bhaskara English Club (BEC),
jurnalistik, bulu tangkis, fotografi, Palang Merah Remaja (PMR), Bhaskara Teater
Muha (Bhastema), bola basket dan bola volley. Dan dengan adanya kegiatan
telah menjadi salah satu sekolah swasta favorit yang banyak dituju oleh para
orang tua siswa di kota Yogyakarta. Hal tersebut tidak luput karena didukung oleh
mereka pun rata-rata telah meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Sekolah ini memiliki tiga tingkatan kelas yaitu kelas X, XI dan XII. Dan tiap
tingkatan kelas tersebut terdiri dari sembilan kelas. Untuk jumlah siswa, dari
43
pihak Bimbingan Konseling terus memantau setiap bulan dengan demikian akan
terlihat perkembangannya.
ini sangat beragam. Mulai yang berasal dari ekonomi rendah hingga yang
dari keluarga yang ekonominya berkecukupan bahkan lebih. Hal tersebut dapat
dilihat dari data tabel jenis pekerjaan orang tua siswa berikut :
keinginannya. Hal ini juga memberikan pengaruh bagi remaja untuk memiliki
pola perilaku konsumtif yang lebih dari kapasitasnya sebagai seorang pelajar yang
kualitas baik dan tidak kalah dengan sekolah-sekolah yang ada di kota, yaitu SMA
Negeri 1 Sewon. SMA Negeri 1 Sewon adalah salah satu sekolah favorit atau
salah satu sekolah yang banyak dituju oleh masyarakat di Kabupaten Bantul.
44
Bantul, Yogyakarta 55187 dan kontak yang dapat dihubungi adalah (0274)
374459.
SMA Negeri 1 Sewon ditinjau dari letaknya sangat strategis sangat mudah
dijangkau. Sekolah mempunyai visi dan misi jauh kedepan memberikan layanan
bagi siswa agar siswa dapat meraih prestasi yang optimal,didukung dengan
peralatan dan fasilitas yang sesuai dengan tuntutan zaman seperti laboratorium
IPA ,laboratorium bahasa dan laboratorium komputer. Telah banyak prestasi dari
secara akademik untuk menghadapai ujian dan masuk diperguruan tinggi telah
tes mingguan, uji coba. Hal ini dilakukan sekolah agar saatnya ujian anak-anak
mempunyai bekal yang cukup untuk mengerjakan soal baik secara nasional
Jarak SMA Negeri 1 Sewon dari Ibukota terhitung tidak terlalu jauh.
Yogyakarta, sehingga berbagai fasilitas umum yang terdapat di kota seperti kantor
pos, pusat perbelanjaan tradisional dan modern, rumah sakit, kantor PLN, kantor
PDAM, kantor TELKOM dan berbagai fasilitas umum lainnya masih mudah
dijangkau. Hal ini tentunya mendukung dan memudahkan sekolah serta siswa-
45
Tetapi tetap saja kecepatan untuk mendapatkan informasi tersebut tidaklah sama
dengan mereka yang ada di pusat kota. Dan bahkan mungkin saja masih terdapat
Sekolah ini memiliki visi dan misi yang jauh ke depan dalam mengemban
akan unggul dengan ilmu dan pengetahuan yang diperolehnya untuk masa depan,
tanpa meninggalkan budaya yang telah dimiliki dan tetap berpegang pada
agamanya sebagai pengontrol segala ilmu dan pengetahuan yang didapat untuk
bekal masa depannya nanti. Selain itu SMA Negeri 1 Sewon juga memiliki misi
SMA Negeri 1 Sewon telah berkembang dengan pesat dan telah menjadi
salah satu sekolah negeri favorit di kabupaten Bantul. Hal ini tidak lepas dari
pendidikan yang memadai, input siswa yang masuk dengan rata-rata NEM yang
cukup baik, dukungan orang tua siswa, baik dari sisi moril maupun materiil, dan
Visi dan misi tersebut di atas telah terlihat realisasinya dari segala bentuk
kegiatan pendidikan dan fasilitas yang mereka miliki. Dari segi fasilitas, sekolah
bahasa. Semua fasilitas tersebut diharapkan dapat menunjang kegiatan belajar dan
mengajar seluruh warga sekolah. Selain itu sekolah juga memiliki kegiatan di luar
sekolah atau biasa disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler, antara lain adalah
komputer, pleton inti, jurnalistik, paduan suara, basket, beladiri, sepak bola, drama
dan seni tari, nasyid, Karya Ilmiah Remaja (KIR) dan Palang Merah Remaja
Hingga saat ini, SMA Negeri 1 Sewon telah memiliki beberapa angkatan
kelulusan dengan angka kelulusan yang baik dan mereka pun rata-rata telah
memiliki tiga tingkatan kelas yaitu kelas X, XI dan XII. Dan tiap tingkatan kelas
beragam. Mulai yang berasal dari ekonomi rendah hingga yang menengah ke atas.
47
rendah hingga menengah, dan untuk kalangan ke atas bahkan tidak banyak. Hal
tersebut dapat dilihat dari data tabel jenis pekerjaan orang tua siswa berikut :
PNS 20 <200.000 5 SD 15
Tani 12 800.000-1.000.000 9 S1 10
Buruh 24 >1.000.000 6 S2 5
Lain-lain 8
Sumber : SMA Negeri 1 Sewon
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kondisi orang tua siswa SMA N 1
Otomatis dalam pemenuhan segala kebutuhan pun mereka cenderung untuk benar-
dan manfaatnya.
B. SUBJEK PENELITIAN
lingkungan sosial masyarakat dan ekonomi yang berbeda. Jumlah ini ditetapkan
yang dibatasi dengan rentang usia 15-18 tahun dan memiliki ponsel yang masih
aktif hingga saat ini. Dari kesepuluh informan tersebut 4 diantaranya berjenis
dipilih juga berasal dari strata ekonomi yang berbeda, baik dari kelas bawah,
informan sesuai dengan tujuan penelitian yang ada. Sedangkan data yang
didapatkan dari informan yang ada dilakukan secara teliti dengan wawancara
penelitian ini tinggal di daerah sekitar lokasi penelitian, walaupun ada juga
informan yang tinggalnya di luar lokasi penelitian atau jauh dari lokasi penelitian.
jauh dari jalan raya dan tempat-tempat strategis yang ada di kota. Selain itu masih
49
dari SMA Negeri 1 Sewon, tempat tinggal mereka rata-rata di daerah Kabupaten
Bantul dan bahkan dapat dikatakan masih di daerah desa yang jauh dari tempat-
tempat strategis yang ada. Sehingga menyebabkan mereka tidak terlalu mudah
untuk mengakses fasilitas-fasilitas umum yang ada karena mereka masih harus
Umur informan dalam penelitian ini berada pada jenjang usia antara 15
tahun hingga 18 tahun. Sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, semua
informan adalah remaja yang masih bersekolah di lokasi penelitian tersebut dan
memiliki ponsel yang masih aktif digunakan. Berikut tabel yang menggambarkan
keadaan usia atau umur remaja yang menjadi informan dalam penelitian ini.
Tabel usia di atas sebagai data yang lebih spesifik tentang berapa usia
yang masih pada masa remaja, yaitu pada rentang usia antara 15 tahun hingga 18
tahun.
Dari penelitian didapatkan data bahwa ada 1 orang informan yang tidak
tinggal dengan orang tuanya tetapi dengan kerabatnya. Sedangkan informan yang
lain masih tinggal dengan orang tuanya. Data informan berdasarkan tempat
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa status tempat tinggal juga
tinggal dengan orang tua menggunakan ponsel pastinya sebagai alat komunikasi
agar mudah dalam berhubungan. Terlebih lagi dengan remaja yang tinggal dengan
sendiri dan apa yang ada di sekitarnya. Pola pikir, tingkah laku, pergaulan, mata
51
pencaharian hingga rasa percaya diri individu sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan. Oleh karena itu tingkat pendidikan informan dalam penelitian ini
pendidikan informan dapat diketahui bagaimana pola pikir dan tingkah laku
kalangan remaja, yang berada di tengah jaman modernisasi dan globalisasi yang
pekerjaan orangtuanya.
dengan jenis pekerjaan orangtua yang lain. Sedangkan Ibu Rumah Tangga juga
perkembangan pesat sejak awal kemunculannya. Hingga saat ini ponsel tidak
hanya dijadikan sebagai alat komunikasi saja, tetapi juga sebagai suatu perangkat
fitur-fitur yang ada di dalamnya. Selain sebagai alat komunikasi, kini fungsi
ponsel semakin berkembang menjadi sebuah sarana hiburan yang dapat digunakan
Ponsel pun bukan barang yang mewah lagi di kalangan masyarakat baik di
kota maupun di desa, terlebih lagi dikalangan remaja. Remaja sendiri adalah
kadang sangat mudah mengeluarkan uang, terlebih lagi untuk hal-hal yang
menyangkut tentang tren yang berkembang atau gaya hidup yang ada. Selain itu
saat ini juga didukung pula dengan para produsen ponsel yang terus mengeluarkan
yang canggih maupun dengan harga yang sangat variatif dan semua orang pun
pasaran di masyarakat. Produsen dalam hal ini tidak hanya menyajikan produknya
saja semata-mata, tetapi juga adanya inovasi teknologi dan desain produk. Mereka
53
54
berusaha untuk membuat produknya tersebut menjadi suatu kebutuhan yang wajib
bagi konsumennya, dalam hal ini adalah kalangan remaja. Ada 2 jenis konsumen
menurut John Walker (dalam Life Ecstassy, 2004), yaitu yang pertama konsumen
yang membeli dan memakai produk dengan melihat fungsi sebagai hal yang
penting dan yang kedua adalah konsumen yang membeli dan memakai produk
berdasarkan maknanya.
bukan lagi karena kebutuhan masyarakat, namun lebih pada pemuasan nafsu
mereka. Disinilah remaja menjadi mangsa empuk bagi para produsen yang ingin
selanjutnya menjadi gaya hidup masyarakat dan menjadi cara pandang yang baru
bagi masyarakat, terlebih lagi remaja. Disini kegunaan dan manfaat suatu barang
atau benda tidak lagi terlalu penting. Suatu benda atau objek konsumsi kini lebih
panjang lagi. Terlebih lagi jika sasaran pasar yang dituju produsen adalah remaja,
Masa remaja sendiri adalah masa pencarian identitas diri dan ingin
untuk mengkonsumsi ponsel dengan memilih tipe ponsel yang terbaru atau paling
canggih. Hal tersebut pun dilakukan dengan tujuan yang bermacam-macam, mulai
Ponsel ini tidak dapat lepas dari kehidupan remaja di setiap harinya
bahkan ponsel pun telah menjadi suatu tren atau gaya hidup sendiri. Sebagian
besar dari mereka sangat kesulitan jika tidak ada ponsel di dalam hidup mereka.
Alasan utama mereka memiliki ponsel pada awalnya adalah untuk mempermudah
sebagai sarana hiburan atau untuk kesenangan saja, terutama di kalangan remaja.
Di samping itu pun juga ada yang memiliki keinginan untuk mengikuti tren atau
Penggunaan ponsel kini tidak hanya sebagai alat komunikasi saja bagi
remaja. Dengan melihat hal yang telah disebutkan di atas, penggunaan ponsel juga
seorang remaja akan dianggap mengikuti mode, terlebih jika ponsel yang
digunakan adalah ponsel keluaran terbaru, menarik dan harganya yang masih
mahal. Bahkan ponsel tersebut pun kadang kurang dimanfaatkan secara optimal.
Begitu pula yang kebanyakan terlihat di kalangan remaja, mereka memilih ponsel
keluaran terbaru atau yang fitur-fiturnya bagus tetapi mereka hanya menggunakan
ponsel tersebut untuk SMS atau telepon saja. Dan bahkan fitur lain yang paling
sering digunakan hanyalah sebatas fitur koneksi internet online, fitur kamera dan
56
fitur musik. Dalam hal ini dapat dikatakan mereka mengkonsumsi ponsel sebagai
dilandasi pertimbangan atas asas kemanfaatan atau asas prioritas seperti yang
telah dipaparkan di atas sebelumnya, maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai
sarana hiburan atau kesenangan saja. Sehingga kadang mereka tidak terlalu
memperhatikan antara mana yang kebutuhan dan mana yang kepentingan. Selain
maupun di desa.
Sesuai dengan beberapa karakteristik masyarakat desa dan kota yang telah
membedakan antara pola perilaku konsumtif masyarakat kota dan desa, terutama
remajanya. Remaja yang tinggal di kota dan berasal dari keluarga yang memiliki
masyarakat karena orang tuanya pun mendukung. Selain itu mereka juga
cenderung untuk lebih konsumtif di banding remaja yang tinggal di desa, karena
57
mereka telah didukung oleh segala hal kemudahan yang ada di kota seperti
kecepatan mendapatkan informasi tentang gaya hidup dan tren yang sedang
berkembang terutama tentang ponsel. Ini terlihat dari adanya tren gonta-ganti
ponsel dengan ponsel keluaran terbaru. Selain itu remaja yang tinggal di daerah
perkotaan pun lebih banyak dikuasai oleh kepentingan dan tidak memperdulikan
Dan untuk remaja yang tinggal di desa, mereka lebih cenderung untuk
tidak terlalu konsumtif untuk penggunaan ponsel. Sebagian besar dari mereka
lebih mengutamakan fungsi dari suatu ponsel yang pada dasarnya adalah sebagai
orang-orang di sekitarnya. Tetapi di samping itu ada juga di antara mereka yang
menjadikan ponsel sebagai tren atau gaya hidup. Biasanya hal itu terjadi pada
mereka yang berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi menengah ke
atas. Sedangkan mereka yang berasal dari keluarga dengan ekonomi menegah ke
bawah, harus mengontrol segala hal dalam upaya pemenuhan gaya hidup.
Sehingga biasanya remaja di kalangan ini lebih melihat suatu ponsel dari kualitas,
khususnya mengenai kehidupan mereka selama ini dari awal menggunakan ponsel
Yosi
Yogyakarta. Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari ekonomi menengah
58
ke atas. Pekerjaan ayahnya adalah seorang wiraswasta, dan ibunya adalah seorang
ibu rumah tangga. Beban tanggungan orang tuanya sebanyak 3 orang anak.
Selama ini Yosi tinggal dengan orang tuanya, sehingga untuk masalah
keuangannya perbulan sudah ditetapkan oleh orang tuanya. Ia diberi uang kurang
tiap bulan pun tidak jauh dari jumlah uang sakunya tersebut yaitu sebesar Rp
300.000,00.
Yosi memiliki ponsel pertama kali pada saat duduk di kelas V di sekolah
dasar. Pada saat itu ia memakai ponsel dengan alasan karena teman-teman di
sekitarnya telah memiliki ponsel. Sehingga orang tuanya pun membelikan ponsel
ponsel untuk kebutuhan lain seperti menanyakan tentang tugas-tugas sekolah dan
“Biasanya yang paling sering aku hubungi pake hp ini itu temen-temen,
kita biasanya cerita-cerita aja masalah tugas sekolah sampai curhat-curhat
gitu juga”, wawancara dengan Yosi pada tanggal 17 Oktober 2009.
Saat membeli ponsel Yosi lebih melihat desain luarnya terlebih dulu.
Apabila menurutnya desain bentuk dan warna ponsel tersebut dan itu menarik
baginya, maka ia pun tidak akan ragu untuk membelinya karena keluarga atau
mana yang ingin dibeli. Selain dari desain bentuk, ada fitur atau fasilitas lain dari
sebuah ponsel yang ia cari yaitu fitur kamera, koneksi internet dan musik. Dan
ponsel pilihannya pun adalah Sony Ericson yang menurutnya fitur kamera yang
59
ada bagus, cara pemakaiaannya pun mudah dan suara speaker ponsel tersebut juga
bagus karena ia ingin mendapatkan hasil suara yang bagus ketika mendengarkan
Ponsel bagi Yosi adalah alat komunikasi yang sangat penting karena ia
terjadi segala hal, apalagi untuk urusan yang mendadak. Selain itu baginya ponsel
juga adalah salah satu alternatif hiburan yang sangat praktis dan efisien, karena
Astrid
menengah. Ayahnya dulunya adalah seorang wiraswasta, tetapi saat ini beliau
telah meninggal, dan ibunya adalah seorang PNS. Sehingga sampai saat ini hanya
ditetapkan oleh orang tuanya. Ia diberi uang kurang lebih sebesar Rp 300.000,00
untuk tiap bulannya, dan pengeluaran rata-ratanya tiap bulan pun tidak jauh dari
sekolah dasar. Pada saat itu ia memakai ponsel dengan alasan karena orang tuanya
kebutuhan anaknya kapanpun, contohnya saja memberi kabar pada orang tuanya
60
untuk menjemput jika jam sekolah telah usai dan tidak ada kegiatan lagi. Selain
Pada saat membeli ponsel, ada dua hal yang penting bagi Astrid yaitu
merek dan fitur ponsel tersebut. Dan pilihannya jatuh pada ponsel Nokia E63,
dengan alasan bahwa ponsel tersebut sedang tren di masyarakat. Keluarga atau
orang tuanya pun memberikan kebebasan Astrid untuk memilih ponsel yang
dibeli. Selain itu ia juga memperhatikan fitur atau fasilitas yang ada, terutama
untuk fitur koneksi internet dan musik. Berikut ini cerita Astrid :
“Hp yang aku pake sekarang ini Nokia E63, soalnya hp yang keypad
qwerty ini lagi in banget sekarang. Udah gitu mama juga suka-suka aja
sama pilihan aku ini”, wawancara dengan Astrid pada tanggal 17 Oktober
2009.
Disini terlihat sekali bahwa Astrid adalah seorang remaja yang menggunakan
ponsel sebagai alat komunikasi dan juga sebagai gaya hidup. Karena ia sendiri
Rizki
seorang ibu rumah tangga. Beban tanggungan orang tuanya sebanyak 2 orang
anak. Selama ini Rizki tinggal dengan orang tuanya. Dan untuk masalah
sehingga Rizki bebas meminta uang ke orang tuanya jika memang ia merasa
61
Rizki memiliki ponsel pertama kali pada saat duduk di kelas IV di sekolah
dasar. Pada saat itu ia memakai ponsel dengan alasan karena orang tuanya yang
contohnya seperti memberi kabar orang tuanya untuk menjemput jika jam sekolah
telah usai dan tidak ada kegiatan lagi. Selain itu juga digunakan untuk
Pada saat membeli ponsel, Rizki sangat mengutamakan fitur yang ada
dalam sebuah ponsel. Dan ia pun memilih Nokia, karena sudah terbiasa memakai
ponsel merek tersebut, pemakaiannya mudah dan fitur-fitur yang ada pun bagus
menurutnya. Fitur-fitur yang biasa digunakan Rizki antara lain adalah koneksi
“Aku lebih pilih Nokia karena aku udah kebiasaan pake itu, lebih gampang
pakenya. Udah gitu fiturnya juga lengkap banget buat aku, apalagi fitur
internet online-nya”, wawancara dengan Rizki pada tanggal 17 Oktober
2009.
Seperti yang telah diceritakan sepintas di atas, ponsel bagi Rizki adalah
sebuah sarana hiburan karena ia lebih banyak menggunakan ponsel untuk koneksi
internet online, fitur musik dan fitur kameranya. Sedangkan untuk komunikasi
pun biasanya ia hanya sebatas menggunakan SMS saja untuk yang paling sering.
Dio
Yogyakarta. Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari ekonomi menengah
ke atas. Pekerjaan ayahnya adalah seorang wiraswasta, dan ibunya adalah seorang
62
ibu rumah tangga. Beban tanggungan orang tuanya sebanyak 3 orang anak.
Selama ini ia tinggal dengan orang tuanya. Untuk masalah keuangannya, ia diberi
Dio memiliki ponsel pertama kali pada saat duduk di kelas VI di sekolah
dasar. Saat itu ia memakai ponsel dengan alasan karena orang tuanya yang
membelikan ponsel tersebut. Dan rata-rata tujuan semua orang tua pun sama, yaitu
Saat pertama kali memilih ponsel Dio mengutamakan merek ponsel yang
“Kalo beli hape biasanya aku lebih suka Nokia, Nokia itu buat aku lebih
gampang aja pemakaiannya, gak ribet kayak yang lain”, wawancara
dengan Dio pada tanggal 17 Oktober 2009.
Selain itu ia juga mengutamakan fitur koneksi internet yang ada dalam sebuah
ponsel, karena baginya fitur tersebut adalah sarana hiburannya pada saat ia merasa
Disini dapat kita lihat bahwa ponsel bagi Dio hanyalah sebagai sebuah
sarana hiburan di saat ia merasa bosan di waktu luangnya. Sedangkan untuk hal
juga hanya terbatas untuk masalah sekolah atau hanya untuk membahas hal-hal
Lely
Yogyakarta. Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari ekonomi menengah
ke atas. Pekerjaan ayahnya adalah seorang pegawai BUMN, dan ibunya adalah
seorang ibu rumah tangga. Beban tanggungan orang tuanya sebanyak 4 orang
anak. Selama ini Lely tinggal dengan orang tuanya. Ia diberi uang bulanan oleh
Lely memiliki ponsel pertama kali pada saat duduk di kelas VIII di
sekolah menengah pertama. Pada saat itu ia memakai ponsel dengan alasan
sebagai alat komunikasi dengan keluarganya. Selain itu juga digunakan untuk
Pada saat memilih ponsel, Lely sangat memperhatikan kualitas ponsel dan
fitur yang ada di dalamnya. Ia menginginkan ponsel dengan kualitas yang baik
serta awet. Dan pilihan ponselnya jatuh pada Nokia seri N70, karena di dalamnya
terdapat fitur video call dengan dual camera sehingga saat menelepon tidak hanya
mendengar suaranya saja tetapi kita juga dapat melihat orang yang kita telepon.
Lely mengaku sangat menyukai ponselnya ini karena ia dapat menghubungi ayah
“Aku pilih N70 soalnya di hape ini ada fitur video call-nya. Jadi kalo aku
kangen sama papa juga kakakku, aku tinggal video call-an aja sama
mereka”, wawancara dengan Lely pada tanggal 17 Oktober 2009.
64
Disini terlihat sekali bahwa ponsel memiliki peran yang sangat penting
bagi Lely, terlebih lagi untuk menghubungi keluarganya baik yang ada di
kerusakan ia mengaku bahwa itu bukan suatu masalah besar baginya, karena ia
tinggal mengatakan pada orang tuanya bahwa ponselnya rusak. Orang tuanya pun
Yogi
Yogi adalah salah satu siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Sewon di
dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Beban tanggungan orang tuanya
sebanyak 2 orang anak. Selama ini Yogi tinggal dengan orang tuanya. Untuk uang
saku ia diberi uang secara bulanan oleh orang tuanya kurang lebih sebanyak Rp
300.000,00, sedangkan pengeluarannya tiap bulan pun rata-rata juga sebesar uang
bulanannya tersebut.
Yogi memiliki ponsel pertama kali saat duduk di kelas VIII di sekolah
menengah pertama. Alasan awal pemakaian ponsel pada saat itu karena sebagai
alat komunikasi orang tuanya untuk mengetahui keadaannya. Selain itu juga
yang ada di dalamnya. Pilihan ponselnya jatuh pada Sony Ericsson P910i karena
65
menurutnya ponsel tersebut unik, pemakaiannya mudah dan fitur yang ada di
dalamnya sangat lengkap. Dan fitur-fitur yang sering digunakannya antara lain
Selain ponsel tersebut ia juga masih memiliki ponsel satu lagi yaitu Nokia
3315. Ia memilliki dua buah ponsel dengan alasan ponsel yang kedua sebagai
cadangan jika ponsel utama yang ia gunakan rusak atau hilang. Berikut ini cerita
Yogi :
“Aku sekarang punya hp dua, soalnya nanti takutnya kalo hp yang utama
ini rusak aku gak bisa aktifin nomer kan bingung juga. Makanya aku
punya hp satu lagi untuk cadangan aja”, wawancara dengan Yogi pada
tanggal 18 September 2009.
Dari wawancara tersebut dapat dilihat bahwa ponsel ini sangat penting sekali bagi
Yogi karena disebutkan bahwa ia lebih memilih memiliki ponsel dua buah untuk
cadangan nantinya jika ponsel utamanya tiba-tiba rusak, ia merasa akan sangat
kesulitan jika tidak ada ponsel. Ponsel yang dijadikan cadangan pun adalah ponsel
yang menurutnya telah terbukti keawetannya dan bukan ponsel yang lebih
Hana
Kabupaten Bantul. Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari ekonomi
bawah. Pekerjaan ayahnya adalah petani dan ibunya adalah seorang ibu rumah
Beban tanggungan orang tuanya sebanyak 5 orang anak. Selama ini Hana tinggal
dengan orang tuanya. Untuk uang saku ia diberi uang secara bulanan oleh orang
66
Hana memiliki ponsel pertama kali saat duduk di kelas VIII di sekolah
menengah pertama. Alasan awal pemakaian ponsel pada saat itu karena sebagai
terjamin dan awet serta fiturnya. Pilihannya jatuh pada ponsel keluaran Nokia
karena baginya ponsel tersebut telah terbukti keawetannya dan banyak orang yang
dimiliki oleh ponsel tersebut. Selain fitur olah pesan, fitur lain yang ia sukai
“Aku sih pilih hp yang biasa aja, soalnya aku butuh hp itu memang untuk
komunikasi sama orang-orang terdekat aku. Ini juga hp yang aku pake
cuma fitur musik aja yang aku utamain buat hiburan”, wawancara dengan
Hana pada tanggal 18 September 2009.
Dari hasil wawancara tersebut terlihat bahwa Hana menggunakan ponsel karena ia
di sekitarnya. Ia bahkan tidak terlalu terbawa arus kalangan remaja lain yang
Hikma
Kabupaten Bantul. Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari ekonomi
guru. Beban tanggungan orang tuanya sebanyak 2 orang anak. Selama ini Hikma
67
tinggal dengan orang tuanya. Untuk uang saku ia diberi uang secara bulanan oleh
Hikma memiliki ponsel pertama kali saat duduk di kelas VII di sekolah
menengah pertama. Pada saat itu alasan utama menggunakan ponsel adalah
sebagai alat komunikasi dengan orang tuanya. Selain itu juga digunakan untuk
tersebut yang pada dasarnya adalah alat komunikasi. Ia pun memilih ponsel
dengan tipe R306 karena menurutnya ponsel ini sangat praktis dalam
dengan mengirimkan pesan tersebut lebih murah, praktis dan komunikasi yang
“Aku lebih suka hp yang simpel aja sih, kan aku pake hp itu buat
komunikasi jadi buat apa pake hp yang bagus tapi kalo gak bisa pake. Hp
yang aku punya sekarang ini juga enak banget, gampang cara pake-nya
trus udah gitu bentuknya simpel”, wawancara dengan Hikma pada tanggal
18 September 2009.
dengan mudah. Karena bagi dirinya komunikasi itu sangat penting dan ia tidak
terlalu mengutamakan fitur-fitur tambahan lain yang banyak digemari oleh remaja
lain.
68
Nanang
Nanang adalah salah satu siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Sewon di
Kabupaten Bantul. Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari ekonomi
menengah. Pekerjaan ayahnya adalah PNS dan ibunya adalah seorang ibu rumah
tangga. Beban tanggungan orang tuanya sebanyak 3 orang anak. Selama ini
Nanang tinggal dengan orang tuanya. Untuk uang saku ia diberi uang secara
Nanang memiliki ponsel pertama kali saat duduk di kelas VIII di sekolah
menengah pertama. Alasan awal pemakaian ponsel pada saat itu adalah sebagai
Terutama pada saat itu ia banyak mengikuti kegiatan di sekolahnya dan tidak
Ia pun memilih ponsel dengan merek Nokia karena ponsel dengan merek ini telah
terkenal dan terbukti awet. Selain itu juga harganya pun terjangkau. Berikut ini
cerita Nanang :
“Waktu beli hp yang aku lihat pasti harganya dulu, soalnya aku juga belum
bisa beli hp yang mahal-mahal, kan masih dibeliin orang tua. Dan aku
pake hp ini juga yang penting bisa aku pake buat komunikasi sama semua
orang, jadi buat apa beli yang mahal-mahal”, wawancara dengan Nanang
pada tanggal 18 September 2009.
Saat ini Nanang memiliki dua buah ponsel karena ia memiliki dua buah nomor
yang memang sengaja dipilih karena kedua provider jaringan ponsel tersebut
murah tarifnya. Dan fitur ponsel yang sering ia gunakan adalah SMS karena
69
dengan fitur ini ia dapat menyampaikan kabar dengan mudah dan biayanya pun
murah.
adanya ponsel ia merasa lebih mudah dalam memberikan kabar ke orang lain
karena lebih efisien dan ia tidak perlu mendatangi orang lain untuk memberikan
kabar yang ada. Sehingga ponsel pilihannya pun memang ponsel yang
Asdi
Asdi adalah salah satu siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Sewon di
Kabupaten Bantul. Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari ekonomi
menengah. Pekerjaan ayahnya adalah wiraswasta dan ibunya adalah seorang ibu
rumah tangga. Beban tanggungan orang tuanya sebanyak 2 orang anak. Selama ini
Asdi tinggal dengan orang tuanya. Untuk uang saku ia diberi uang secara bulanan
Asdi memiliki ponsel pertama kali saat duduk di kelas VI di sekolah dasar.
Alasan awalnya memakai ponsel pada saat itu karena ia sendiri memang ingin
temannya maupun pacarnya. Selain itu juga ia gunakan untuk menanyakan tugas
dan fiturnya. Ayahnya membebaskan untuk memilih ponsel yang akan ia gunakan
70
dan ayahnya pun sangat mendukung dengan tidak ragu untuk membelikan ponsel.
Ponsel pilihannya jatuh pada merek Nokia karena menurutnya merek tersebut
telah sangat lengkap dan terbukti awet. Fitur-fitur yang sering ia gunakan adalah
musik (MP3) dan koneksi internet online. Berikut ini cerita Asdi :
“Dulu waktu milih hp aku langsung suka sama hp-ku ini, soalnya menarik
aja waktu aku liat pertama kali. Langsung aja aku bilang sama ayah aku
mau hp itu. Di hp ini fiturnya juga udah lengkap banget buat aku, apalagi
aku suka online internet sambil dengerin lagu-lagu kesukaan aku”,
wawancara dengan asdi pada tanggal 18 September 2009.
Disini dapat kita lihat bahwa selain sebagai alat komunikasi, Asdi juga
sangat memperhatikan desain ponsel yang menarik agar ia tidak bosan dengan
menurutnya bagus agar dapat menarik perhatian orang lain yang melihatnya juga,
karena ponsel yang menarik itu biasanya adalah ponsel keluaran terbaru dengan
dari SMA N 1 Sewon hanya 1 orang informan yang dapat dikatakan konsumtif,
terlihat dari latar belakang ekonomi keluarga menengah atas dan tipe pilihan
latar belakang ekonomi keluarga yang menengah ke bawah. Terlihat dari pilihan
ponsel yang mereka gunakan masih tergolong ke dalam ponsel yang biasa, bukan
yang sedang menjadi tren atau bukan yang harganya mahal dan keluaran terbaru
pilihan ponsel yang mereka gunakan yang rata-rata memilih ponsel dengan tipe
71
tidak konsumtif, karena mereka memilih tipe ponsel yang digunakan berdasarkan
atas kebutuhannya, terlebih lagi dengan fitur-fitur yang ada dalam ponsel tersebut
keluarga dengan latar belakang ekonomi menengah ke atas, tetapi yang terlihat di
mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa, usia di mana anak tidak
lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada
ini remaja mengalami proses pencarian identitas yang kuat yang dibarengi dengan
khas yang dapat temui dalam masa remaja. Selain itu di masa ini, seseorang juga
akan lebih memikirkan ulang jenis-jenis nilai tertentu yang harus diterima,
ditolak, maupun dipraktekkan dalam hidupnya. Dalam hal ini seseorang mulai
nilai dan perilakunya sendiri. Remaja di masa transisi ini cenderung untuk selalu
satu bentuk tindakan yang mereka lakukan adalah dengan mengikuti tren yang
sebuah citra dalam dirinya untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain,
tersebut bisa berupa penggunaan barang atau jasa serta gaya hidup tertentu yang
bisa meningkatkan status sosialnya, dalam hal ini simbol yang digunakan adalah
ponsel.
Ponsel dari awal kemunculannya hingga saat ini telah menjadi suatu
simbol status sosial bagi masyarakat. Dengan memiliki ponsel seseorang akan
dianggap berasal dari kalangan mampu karena pada awal kemunculannya, harga
sebuah ponsel dapat dikatakan sangat mahal dan hanya orang yang benar-benar
berasal dari golongan menengah atas saja yang bisa membelinya. Sehingga disini
sangat terlihat sekali bahwa ponsel dijadikan sebagai simbol status sosial untuk
sebagai simbol status sosial yang dapat memberikan citra lebih di lingkungannya.
Dengan memiliki ponsel keluaran terbaru maupun yang paling canggih, maka
mereka akan mendapatkan citra yang baik yang didapat dari ponsel yang mereka
miliki tersebut sebagai suatu simbol sosial. Semakin baru dan canggih tipe ponsel
yang digunakan seorang remaja, maka semakin tinggi juga status sosial yang ia
dapat dari lingkungannya. Remaja lain yang ada di sekitarnya rata-rata pasti
memandang bahwa ia berasal dari ekonomi menengah ke atas, tipe remaja modern
73
yang mengikuti tren atau gaya hidup yang ada. Disini dapat dilihat bahwa fungsi
ponsel sendiri telah berkembang atau telah mengalami pergeseran, tidak hanya
sebagai alat komunikasi tetapi juga bisa menjadi sebuah alat untuk memperkaya
Dengan demikian uang menjadi lebih berkuasa disini, seseorang yang mempunyai
uang yang lebih akan lebih leluasa untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk hal
yang bisa memperkaya simbol statusnya atau yang dapat memberikan citra lebih
bagi dirinya. Ini berarti mereka bersifat konsumtif seperti yang telah dijelaskan di
atas sebelumnya, karena tidak menggunakan barang sesuai dengan asas manfaat
sebagai suatu simbol status sosial. Remaja yang tinggal di desa lebih cenderung
untuk tidak terlalu menganggap ponsel itu sebagai suatu simbol status sosial,
Walaupun beberapa remaja ada juga yang menjadikan sebagai suatu kepentingan
contohnya saja seperti mereka memilih ponsel yang sedang in saat ini atau sedang
khususnya mengenai peran ponsel dalam kehidupan remaja sebagai suatu simbol
74
pencitraan diri, dan sikap yang dipilih oleh informan dalam menyikapi di
lingkungan remaja.
Yosi
Yogyakarta. Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari ekonomi menengah
Seperti yang telah diceritakan sebelumnya, ia memiliki ponsel pertama kali pada
saat duduk di kelas V di sekolah dasar. Pada saat itu ia memakai ponsel dengan
sekali peran ideologi kelompok dan tekanan teman sebaya (peer group) sangat
mempengaruhinya pada saat itu. Ia merasa ada yang aneh ketika ia tidak memiliki
“Waktu itu aku punya hp pertama kali itu kelas V SD, waktu itu aku udah
pengen banget punya hp karena teman-teman aku juga udah banyak yang
punya”, wawancara dengan Yosi pada tanggal 17 Oktober 2009.
Terlihat sekali bahwa lingkungan sekolah terutama teman-teman Yosi
group) sangat memberikan dampak yang cukup efektif bagi ia saat itu. Melihat
teman-temannya memiliki ponsel, Yosi pun merasa bahwa ia juga harus memiliki
ponsel. Dan jika ia tidak mulai menggunakan ponsel saat itu, ia merasa seakan-
Astrid
Yogyakarta. Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari ekonomi menengah
ponsel pertama kali pada saat duduk di kelas IV di sekolah dasar. Pada saat itu ia
memakai ponsel dengan alasan karena orang tuanya membelikan ponsel sebagai
Ponsel yang dimiliki oleh Astrid saat ini adalah Nokia tipe E63. Ia
memilih ponsel tersebut dengan alasan bahwa ponsel dengan model tersebut
remaja yang sangat mngikuti tren yang berkembang di masyarakat. Ini pun tidak
lepas dari peran media massa yang terus mengiklankan atau menawarkan tentang
produk ponsel terbaru tersebut yang memang sedang banyak digemari oleh
Rizki
pertama kali pada saat duduk di kelas IV di sekolah dasar. Saat itu ia memakai
ponsel karena orang tuanya yang membelikan ponsel tersebut untuk alat
komunikasi.
76
Rizki mengutamakan fitur atau fasilitas yang ada di dalam sebuah ponsel.
pun mudah dan fitur-fitur yang ada pun bagus menurutnya. Fitur-fitur yang biasa
digunakan Rizki antara lain adalah koneksi internet, kamera dan musik. Berikut
“Hp itu penting banget buat aku, selain alat komunikasi itu juga paling
sering aku pake buat kirim-kiriman lagu sama untuk foto-foto bareng
temen-temen”, wawancara dengan Rizki pada tanggal 17 Oktober 2009.
Seperti yang diceritakan di atas, ponsel bagi Rizki adalah sebuah sarana
hiburan atau atas kepentingan semata. Dengan memiliki ponsel tersebut ia tidak
merasa bahwa dirinya memiliki citra yang lebih, karena baginya masih banyak
Dio
Yogyakarta. Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari ekonomi menengah
menggunakan ponsel pertama kali saat kelas VI di sekolah dasar, dengan alasan
karena orang tuanya yang membelikan ponsel tersebut sebagai alat komunikasi.
Nokia karena pemakaiannya sangat mudah dan ponsel dengan merek Nokia ini
adalah salah satu merek bagus yang peminatnya banyak. Berikut ini cerita Dio :
“Pake hape Nokia itu gampang, udah gitu Nokia udah menang nama di
luar”, wawancara dengan Dio pada tanggal 17 Oktober 2009.
77
Dio disini menjadikan ponsel sebagai suatu kebutuhan, yaitu sebagai alat
komunikasi yang penting. Sedangkan untuk hal lain selain komunikasi pun ia
dan menghubungi teman-temannya, itu pun juga hanya terbatas untuk masalah
Lely
Yogyakarta. Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari ekonomi menengah
ke atas. Ia hidup dalam keluarga yang sangat berkecukupan dalam segi materi,
sehingga apa yang inginkan hampir selalu dipenuhi oleh orang tuanya. Lely
memiliki ponsel pertama kali pada saat duduk di kelas VIII di sekolah menengah
pertama, dengan alasan sebagai alat komunikasi dengan keluarga dan teman-
temannya.
dalamnya. Ia menginginkan ponsel dengan kualitas yang baik serta awet. Ponsel
yang ia gunakan saat ini adalah Nokia seri N70, karena di dalamnya terdapat fitur
video call dengan dual camera sehingga saat menelepon tidak hanya mendengar
suaranya saja tetapi kita juga dapat melihat orang yang kita telepon. Ia sangat
sekolah pun ia justru tidak membawa ponsel, karena ia takut jika ponselnya hilang
dan itu juga dapat mengganggu sekolah menurutnya. Selain itu ponsel juga telah
78
menjadi hal yang umum di sekolahnya, karena hampir semua anak di sekolah
“Hp di sekolah malah bisa ganggu sekolah, udah gitu aku juga takut kalo
nanti hp aku malah ilang di sekolah”, wawancara dengan Lely pada
tanggal 17 Oktober 2009.
komunikasi bukan sebagai suatu simbol status sosial. Terlihat dari caranya
keluarga dan teman-temannya. Selain itu ia juga tidak menggunakan ponsel saat
di sekolah.
Yogi
Yogi adalah salah satu siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Sewon di
Walaupun seperti itu, ia tidak lantas dengan bebas dapat meminta apapun pada
orang tuanya. Orang tuanya pun juga mendidik untuk dapat membedakan mana
yang menjadi kebutuhan dan mana yang menjadi kepentingan dalam hidupnya.
“Orang tua sih pasti bakalan usahain ngasih kebutuhan anaknya kalo
emang penting, tapi aku sih masih mikir-mikir. Aku butuh hp buat
komunikasi dan itu penting. Jadi waktu milih hp aku juga harus benar-
benar milih hp yang bagus dengan harga yang terjangkau. Aku kasian juga
sama orang tua kalo harus beliin yang mahal banget”, wawancara dengan
Yogi pada tanggal 18 September 2009.
Yogi memiliki ponsel pertama kali saat duduk di kelas VIII di sekolah
menengah pertama, dengan alasan sebagai alat komunikasi dengan orang tua dan
ponsel. Ia lebih suka dengan ponsel yang unik atau simple, pemakaiannya mudah
79
dan fitur yang didalamnya lengkap. Ia memiliki dua buah ponsel saat ini, dengan
alasan sebagai cadangan jika nanti ponsel utama yang ia gunakan itu rusak atau
hilang.
dimanfaatkan sebagai alat komunikasi yang penting dan sangat membantu dalam
salah satu hiburan alternatif yang sangat efisien. Baginya memiliki sebuah ponsel
saat ini adalah hal yang umum karena hampir semua orang memilikinya. Sehingga
ia pun tidak merasa bahwa ponsel itu sendiri sebagai salah satu simbol identitas
Hana
Kabupaten Bantul. Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari ekonomi
Hana memiliki ponsel pertama kali saat duduk di kelas VIII di sekolah
menengah pertama. Pada saat itu ia menggunakan ponsel dengan alasan sebagai
“Hp ini buat aku penting banget, selain sebagai alat komunikasi juga aku
pake buat yang lain contohnya aja aku pake buat kalkulator kalo pas
pelajaran matematika atau untuk stopwatch gitu”, wawancara dengan Hana
pada tanggal 18 September 2009.
80
Dari hasil wawancara tersebut dapat kita lihat bahwa ponsel memiliki
peran yang sangat penting dalam hidup Hana. Ia tidak menjadikan ponsel sebagai
suatu simbol pencitraan dirinya. Karena baginya ponsel adalah alat komunikasi
jarak jauh yang sangat membantu kehidupannya. Selain itu juga memiliki fungsi-
Hikma
Kabupaten Bantul. Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari ekonomi
menengah. Ia memiliki ponsel pertama kali saat duduk di kelas VII di sekolah
menengah pertama dengan alasan sebagai alat komunikasi dengan orang tua,
dasarnya adalah alat komunikasi. Ia pun memilih ponsel dengan tipe R306 karena
tersebut lebih murah, praktis dan komunikasi yang ada pun tersampaikan. Berikut
“Aku lebih suka hape yang simpel aja sih, kan aku pake hape itu buat
komunikasi jadi buat apa pake hape yang bagus tapi kalo gak bisa pake.
Hape yang aku punya sekarang ini juga enak banget, gampang cara pake-
nya trus udah gitu bentuknya simpel juga”, wawancara dengan Hikma
pada tanggal 18 September 2009.
terutama untuk berkomunikasi. Ia pun bukan tipe remaja yang menuntut untuk
81
selalu mengikuti perkembangan gaya hidup yang ada, terbukti dengan pemakaian
dengan sangat memperhatikan asas manfaat dan prioritas yang ada. Selain itu ia
juga menganggap bahwa ponsel adalah barang atau benda yang tidak asing lagi di
Nanang
Nanang adalah salah satu siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Sewon di
Kabupaten Bantul. Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari ekonomi
menengah. Ia memiliki ponsel pertama kali saat duduk di kelas VIII di sekolah
menengah pertama dengan alasan sebagai alat komunikasi dengan keluarga dan
ponsel, dan ia pun memilih salah satu merek karena telah terbukti terkenal dan
Kini Nanang memiliki dua buah ponsel karena ia memiliki dua buah
nomor yang memang sengaja dipilih karena kedua provider jaringan ponsel
tersebut murah tarifnya, terutama tarif SMS yang paling sering ia gunakan selama
ini untuk melakukan komunikasi dengan siapa pun. Berikut ini cerita Nanang :
“Aku sih biasa aja kalo liat teman-teman hp-nya bagus-bagus, aku
punyanya ya cuma kayak gini yang penting bisa dipake buat SMS dan
telepon itu aja”, wawancara dengan Nanang pada tanggal 18 September
2009.
Dari wawancara di atas terlihat bahwa Nanang sangat mementingkan
telah sangat membantunya berkomunikasi dan tidak terlalu peduli tentang masalah
fitur atau ponsel tersebut keluaran baru atau bukan. Dapat dikatakan bahwa
82
Nanang adalah remaja yang lebih memandang ponsel sebagai suatu kebutuhan
bukan suatu kepentingan, dengan tetap memperhatikan asas manfaat dan prioritas
yang ada.
Asdi
Asdi adalah salah satu siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Sewon di
Kabupaten Bantul. Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari ekonomi
mungkin dituruti oleh orang tuanya. Ia memiliki ponsel pertama kali saat duduk di
kelas VI di sekolah dasar, dengan alasan karena ia sendiri memang ingin memiliki
ponsel dan saat itu pun teman-temannya telah banyak yang menggunakan ponsel.
maupun pacarnya.
Asdi sangat mengutamakan desain dan fitur sebuah ponsel, karena bagi
dirinya dengan desain dan fitur yang menarik maka ia akan mendapatkan
kepuasan sendiri, walaupun harga ponsel tersebut nantinya cenderung mahal. Dan
disini pun bukan menjadi sebuah kendala besar bagi Asdi untuk memiliki ponsel
tidak ada ponsel, terlebih lagi orang-orang terdekatnya. Untuk penggunaan ponsel
di sekolah, tidak terlalu penting baginya. Hal ini dikarenakan ponsel sendiri telah
menjadi barang yang sangat umum dan sudah biasa. Selain itu juga jika di sekolah
83
ia merasa bahwa ponsel ini hanya akan mengganggu proses belajar, bahkan
“Hp itu penting buat aku, apalagi buat hubungi pacarku. Trus kalo di
sekolah sendiri sih nggak terlalu penting. Paling juga cuma buat online
atau malah buat nyontek”, wawancara dengan Asdi pada tanggal 18
September 2009.
Dalam kasus Asdi ini dapat dikatakan bahwa ia adalah remaja yang masih
untuk meminta ponsel yang bagus dengan harga yang mahal kepada orang tuanya
karena yang penting ia merasakan suatu kepuasan, baik materiil maupun non-
Penggunaan ponsel pada remaja kota dan desa memiliki perbedaan sendiri.
Untuk remaja yang ada di kota, secara global lebih cenderung fungsional yaitu
mereka menggunakan ponsel atas dasar kebutuhan. Sedangkan remaja yang ada di
desa lebih cenderung struktural yaitu mereka menggunakan ponsel atas dasar
indikator pasti bahwa remaja desa lebih struktural dan remaja kota lebih
fungsional.
BAB IV
kehidupan sehari-hari manusia, dari kalangan apapun dan dari segala jenis umur.
Meningkatnya pengguna ponsel ini menandakan bahwa ponsel tidak lagi dianggap
sebagai barang mewah. Konsumen pengguna ponsel telah menjadikan produk ini
sebagai salah satu kebutuhan hidup. Peningkatan jumlah pengguna ponsel ini pun
dalam sebuah ponsel terdapat dua hal penting yang saat ini digemari oleh
masyarakat kebanyakan. Satu berfungsi sebagai alat komunikasi suara, dan yang
lainnya berfungsi sebagai alat komunikasi data (modem). Terlebih lagi sejak
medianya tanpa dikoneksikan ke komputer. Hal ini disebabkan oleh karena jika
ponsel digunakan sebagai modem pada PC/notebook, pengguna bisa terseret pada
biaya yang mahal sebab tarif dihitung per kilobyte data yang ditransfer.
84
85
pengguna internet di seluruh dunia dapat saling terhubung dengan cepat. Internet
digunakan hampir semua orang sebagai alternatif termudah dan tercepat. Internet
kalangan remaja, dewasa ini mereka tidak asing lagi dengan istilah cakupan
internet, seperti e-mail, browsing, chatting, website, blog, dan sebagainya. Oleh
karena itu, internet sudah bukan lagi barang yang asing. Setiap saat mereka dapat
sekolah maupun lembaga formal dalam kegiatan belajar atau pembuatan tugas-
tugas sekolah atau kuliah. Melalui internet ini mereka dapat memperoleh
informasi yang di dalamnya hampir dapat dikatakan tidak ada batasnya, baik
informasi di bidang agama, seni, politik, pendidikan, maupun film bahkan situs
dalam ponsel. Produsen pun sangat menyadari bahwa mereka harus melakukan
yang menjadi fasilitas utama dari sebuah ponsel adalah layanan telepon dan SMS,
86
hingga akhirnya kini teknologi komputer atau internet telah masuk ke dalam
GPRS ini, kita dapat melakukan hal-hal yang hampir sama seperti yang kita
Dalam penelitian ini pun dapat terlihat bahwa fitur yang paling sering
digunakan oleh remaja dari sebuah ponsel adalah fitur koneksi internet dengan
teknologi GPRS. Hampir setiap waktu luang yang ada mereka gunakan untuk
mengakses internet dari ponsel mereka untuk mengunjungi website atau situs
kesukaan mereka. Website atau situs yang sering dibuka di kalangan remaja
dengan menggunakan ponsel ini antara lain adalah situs jaringan pertemanan yang
sedang marak saat ini atau aplikasi chatting yang sangat banyak jenisnya. Selain
itu dari hasil wawancara yang didapat di lokasi penelitian, peneliti juga
menemukan bahwa selain sebagai alat komunikasi yang efisien, ponsel juga telah
berkembang semakin besar. Dan hampir semua remaja, terutama informan dalam
hanya masuk di dalam satu komunitas saja, ia akan terlibat di beberapa komunitas
langsung maupun tidak langsung dengan berbagai jenis orang. Demikian pula
yang terjadi di kalangan remaja. Remaja sebagai usia transisi yang cenderung
ingin diakui keberadaannya, pasti terlibat dalam beberapa komunitas yang ada di
temannya.
hari. Komunitas lebih dilihat sebagai cara relasi sosial antar pribadi yang konkret
atau yang langsung. Hubungan yang terjadi adalah hubungan yang lain dengan
wadah atau tempat bagi mereka untuk pencarian identitas diri dan tempat bagi
informasi, pengetahuan, gaya hidup, trend atau hal lain yang biasanya sedang
88
nantinya remaja akan mulai memilih-milih identitas yang mereka anggap tepat
untuk dirinya.
seiring perkembangan individu dan perkembangan jaman yang ada. Pada dasarnya
dengan orang lain. Dalam masa pertumbuhan seorang individu sejak anak-anak
lingkup pergaulan sosialnya akan semakin luas. Dari lingkup pergaulan rumah,
adanya teman sebaya, baik yang terdiri atas kerabat maupun tetangga dan teman
sekolah.
berinteraksi dengan orang lain yang bisa mencakup lingkungan tempat tinggal,
adanya pertukaran informasi atau komunikasi, pengetahuan, gaya hidup dan hal
lain yang dapat mempengaruhi pergaulan dalam bersikap dan bertingkah laku
seorang individu.
kalangan mereka, misalnya saja website atau situs jaringan pertemanan sosial.
Website atau situs pertemanan yang sedang marak saat ini adalah facebook
yang akun anggotanya telah mencapai jutaan orang di seluruh penjuru dunia.
Facebook ini diciptakan atas dasar agar siapapun dapat menemukan orang yang
dicarinya dengan mudah yaitu dengan memasukkan nama orang yang di carinya.
Bentuk tampilan dari facebook ini berupa data diri si pemilik akun dan foto-foto
yang menampilkan si pemilik. Selain itu si pemilik juga dapat saling berkirim
pesan maupun pesan dinding yang dapat di baca oleh semua orang. Pada awalnya
facebook mungkin hanya sebatas pada teman-teman yang dikenal saja oleh si
pemilik. Tapi lambat laun telah berkembang dengan sendirinya, siapa pun berhak
dan dapat mencari teman baru dengan facebook ini. Sehingga jaringan pertemanan
yang paling kerap digunakan oleh remaja selain facebook, antara lain adalah :
1. eBuddy
aplikasi messenger populer seperti MSN, Yahoo!, AIM dan Google Talk.
Ebuddy dapat digunakan dalam berbagai jenis dan tipe ponsel. Jika
dimiliki.
2. MXit
MXit adalah aplikasi messenger yang bekerja pada ponsel. Aplikasi ini
ponsel dan juga dari PC/komputer. Pesan-pesan ini dikirim dan diterima
3. Mig33
mig33 adalah terdapat menu chat room, mail, dan private chat. Selain itu
juga bisa melihat profil orang lain, mengupload foto dan mengedit profil
yang dimiliki. Fasilitas lain yang membuat mig33 semakin menarik adalah
menu ‘kick user’ yang dapat digunakan dalam chat room untuk mengusir
4. Yamee
kekurangan Yamee adalah hanya bisa online dengan satu akun saja dan
5. Yehba
Yehba adalah salah satu jenis aplikasi hanhphone berbasis java atau biasa
customizable alerts and tones (nada chat), emoticons, message history, dan
PC style messaging.
6. YMTiny
di komputer. Selain itu YMTiny ini tidak boros pulsa. Fasilitas yang
flash backlight, open IM window, bitmap fonts for consistent GUI, “smart
offline messages, new mail and typing notifications, set status and custom
status, view a friend’s status, show and hide offline friends, send and
chatting tersebut di dalam ponsel telah menjadi alternatif hiburan baru bagi siapa
pertemanan mereka di dunia maya ini dengan chatting, selain itu mereka juga
92
dapat melakukan percakapan secara tidak langsung karena harus melalui media,
dalam hal ini adalah ponsel. Biaya yang dibutuhkan pun sangat relatif murah. Hal
ini tentunya harus didukung oleh pilihan jenis ponsel tertentu yang memiliki
chatting tersebut, mereka dapat melakukan komunikasi setiap saat kapan pun,
dimana pun dan dengan siapa saja. Chatting murah dengan ponsel ini langsung
Dalam penelitian ini tidak seluruh informannya ikut atau masuk ke dalam
komunitas ponsel yang ada. Hanya beberapa remaja saja yang masih mengikuti
komunitas ponsel tersebut. Ada 5 orang informan, seperti Asdi, Hana, Lely, Dio
dan Rizki tidak masuk ke dalam komunitas ponsel yang ada karena ikut ke dalam
merugikan dengan membuang uang saja menurut mereka. Berikut ini cerita Lely :
“Aku nggak pernah ikutan komunitas ponsel itu, soalnya buat aku nggak
penting sih. Udah gitu juga nggak ada untungnya, malah buang-buang
uang”, wawancara dengan Lely pada tanggal 17 Oktober 2009.
Disini terlihat bahwa mereka memang tidak terlalu menyukai komunitas ponsel
yang ada, terutama yang berasal dari dunia maya. Mereka lebih nyaman untuk
Sedangkan 3 orang informan yang lain, seperti Astrid, Yosi dan Yogi
memang telah mengikuti komunitas ponsel yang ada. Mereka masuk ke dalam
komunitas ponsel tersebut dengan alasan karena pada saat itu memang sedang
juga menggunakan. Selain itu mereka juga menjadikan komunitas ponsel yang ada
tersebut sebagai suatu hiburan yang menyenangkan, karena dengan begitu mereka
dapat menambah teman yang banyak dan berasal dari berbagai daerah di dunia ini.
“Aku memang ikut masuk ke dalam komunitas ponsel yang ada sekarang,
tapi itu juga cuma untuk hiburan aja. Aku juga bisa dapat banyak teman-
teman baru dari daerah lain dan juga bisa dapet informasi tentang segala
hal dari teman-teman baru itu. Walaupun mungkin memang agak mahal
pulsa yang aku pake buat online”, wawancara dengan Yogi pada tanggal
18 September 2009.
Disini terlihat bahwa mereka merasakan kepuasan diri dengan masuknya ke dalam
komunitas ponsel yang ada saat ini. Walaupun demi kepuasan itu mereka harus
itu dalam komunitas ponsel ini juga terdapat interaksi yang terjadi di antara
saja seperti sebatas chatting biasa melalui ponsel atau bahkan hingga bertatap
Berbeda dengan 2 informan yang lain, yaitu Nanang dan Hikma, mereka
mereka masuki adalah komunitas yang dibentuk oleh jaringan provider yang
tarif yang diberikan oleh jaringan provider tersebut lebih murah untuk
“Aku ikutan IM3 Group soalnya kalo buat komunikasi jadi lebih murah
tarifnya”, wawancara dengan Hikma pada tanggal 18 September 2009.
94
Mereka memilih masuk ke dalam komunitas ponsel yang dipilih tersebut dengan
disekitarnya berjalan dengan lancar dan lebih hemat. Tetapi di samping itu,
terdapat kerugian dengan masuk ke dalam komunitas ponsel yang dibentuk oleh
jaringan provider yang mereka gunakan. Kerugiannya adalah tarif yang ditetapkan
tersebut hanyalah berlaku dengan sesama jaringan provider yang mereka gunakan
dan juga terbatas bagi beberapa orang yang telah dimasukkan ke dalam grup
tersebut.
ponsel dengan teknologi GPRS untuk remaja di kota telah membentuk suatu
komunitas baru. Terbukti dengan ke 5 informan remaja kota yang ada, semuanya
ponsel yang mereka gunakan pun adalah tipe ponsel keluaran terbaru dengan
teknologi canggih dan harganya mahal untuk kalangan remaja yang pada dasarnya
informan remaja desa yang ada, hanya 1 orang yang ikut masuk ke dalam
lingkungan remaja desa. Hal ini disebabkan masih kurangnya introduksi tentang
teknologi di lingkungan remaja desa. Disamping itu dalam penelitian ini juga
terlihat bahwa antara mereka, remaja kota dan desa, yang konsumtif maupun tidak
Peneliti juga mendapatkan suatu hal baru dari penelitian ini. Terlihat
bahwa saat ini tempat-tempat bergaul atau hiburan di dunia nyata mulai tidak
nyaman dan aman, pergaulan di dunia maya menjadi subjek selanjutnya. Bahkan
kemungkinan hal tersebutlah yang menjadi sebab sebagai alasan utama remaja
sekolahnya daripada orang asing. Selain itu juga terdapat sebuah pendapat pada
Cassell bahwa membatasi anak-anak yang mulai memasuki usia remaja di depan
nantinya justru peran orang tua sangatlah penting, terlebih dengan rasa ingin tahu
remaja yang sangatlah besar dan mereka memasuki komunitas di dunia maya
tanpa adanya pendampingan. Bahkan banyak di antara remaja yang ada kaget
dengan kenyataan semu yang mereka dapatkan di dunia maya. Oleh karena itu,
orang tua harus terus mengingatkan potensi ancaman dan kejahatan yang dapat
berawal dari dunia maya ini, sebab interaksi yang terjadi di internet tidak
selamanya aman.
BAB V
KESIMPULAN
masuk tetapi masih terdapat kontrol sosial yaitu keluarga yang mendidik mereka
remaja sendiri belum memiliki pendapatan dan masih tergantung kepada orang
tua. Sedangkan untuk remaja kota, mereka cenderung untuk lebih konsumtif
diwujudkan.
logika untuk kepuasan hasrat. Melimpahnya barang konsumsi bukan lagi karena
Praktek-praktek konsumsi yang ada kini telah menjadi bagian dari gaya hidup.
Baudrillard juga berpendapat bahwa konsumsi yang ada saat ini lebih menjadikan
seluruh hal sebagai objek konsumsi. Melalui objek-objek ini seseorang dalam
objek-objek konsumer tersebut bukan lagi pada kegunaan atau manfaatnya, tetapi
96
97
lebih cenderung dilandasi oleh nilai-nilai prestise, life style dan citraan dari pada
nilai utilitas.
di masyarakat, terutama dengan fitur teknologi GPRS yang ada. Salah satu
komunitas yang muncul akibat dari penggunaan ponsel yang marak di kalangan
remaja tersebut. Untuk di lingkungan remaja kota, komunitas ponsel itu telah
tersebut belum terbentuk karena dari informan remaja desa yang ada hanya satu
orang yang menggunakan teknologi GPRS dan mengikuti komunitas ponsel yang
ada. Di samping itu tidak menutup kemungkinan juga jika nantinya di lingkungan
remaja desa pada akhirnya terbentuk komunitas baru seperti yang telah terbentuk
di lingkungan remaja di kota. Oleh karena itu, diharapkan nantinya ada penelitian
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Barker, Chris, 2004, Cultural Studies Teori dan Praktik, Kreasi Wacana,
Yogyakarta.
Yogyakarta.
Press, Surakarta.
Ibrahim, Idi Subandy (Editor), 2004, Lifestyle Ecstassy Kebudayaan Pop Dalam
Rosdakarya
Moleong, Lexy J., 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Redana, Bre, 2002, Potret Manusia Sebagai Si Anak Kebudayaan Massa, LSPP,
Jakarta.
Soedjatmiko, Haryanto, 2008, Saya Berbelanja Maka Saya Ada: Ketika Konsumsi
Bandung.
Perkembangan Teknologi.
http://adln.lib.unair.ac.id
sosiologibudaya@yahoogroups.com.
http://prayudi.staff.uii.ac.id/2008/09/22/karakteristik-masyarakat-desa/, Diakses
21 Agustus 2009.
http://www.indowarta.com/index.php?view=article&catid=102%3Aopini&id=310
%3Abudaya-konsumerisme&option=com_content&Itemid=333, JJ
2009.
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Handphone%20bagi%20Kehidupa
http://sarwono.staff.uns.ac.id/2009/03/06/fenomenologi-dan-hermeneutika-4/,
http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=34, diakses 16
Oktober 2009.
November 2009.
BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jalan Ring Road Barat Yogyakarta,
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Sekolah/Kelas :
Alamat Yogyakarta :
Alamat Orangtua :
1. Apa pekerjaan orang tua anda? Berapa penghasilan orang tua anda dalam
2. Berapa rata-rata jumlah uang saku anda dalam satu bulan? Berapakah rata-
4. Kapan pertama kali anda memiliki ponsel? Dan alasan apakah yang
6. Apakah merek ponsel yang anda gunakan? Apa alasan anda memilih
merek tersebut?
7. Jika ponsel yang anda gunakan hilang atau mengalami kerusakan hingga
8. Berapakah jumlah ponsel yang anda miliki saat ini? Jika lebih dari satu,
9. Berapa rata-rata pulsa yang anda gunakan dalam satu bulan? Berapa lama
11. Apakah dengan adanya ponsel anda merasa kehidupan anda menjadi lebih
12. Dari semua fitur atau layanan yang ada dalam ponsel yang anda miliki,
13. Apakah bagi anda ponsel menjadi suatu suatu barang yang sangat penting
di sekolah? Mengapa?
belajar anda?
17. Apakah ada kepuasan tersendiri saat anda memiliki dan menggunakan
18. Apakah anda masuk ke dalam kelompok atau komunitas yang terbentuk
apakah itu?
tersebut)?
20. Apakah keuntungan dan kerugian yang anda rasakan dengan ikut
21. Apa sajakah bentuk interaksi sosial yang terjadi di dalam kelompok atau
komunitas yang anda ikuti tersebut (bentuk kegiatan konkret yang ada
dalam kelompok)?