PENUTUP
A. Pembahasan
dari hasil uji hipotesis pada penelitian ini yang dilaksanakan dengan bantuan
Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 21 didapatkan hasil bahwa ada
negatif antara kedua variabel yang diteliti. Koefisien korelasi yang negatif
1
Berdasarkan hasil kategorisasi subjek dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa
kategori tinggi yaitu sebesar 69,104% dan tingkat kecenderungan pembelian impulsif yang
tergolong dalam kategorisasi rendah yaitu sebesar 74,41%. Hal ini menunjukan tingginya
sebanyak 69,104% berada pada golongan kategori tinggi yang diikuti dengan 16,27% pada
kategori sangat tinggi. Kemudian subjek penelitian berada pada kategori rendah sebesar
14,285% dan 0,332% subjek penelitian berada dalam kategori sangat rendah.
sebagian besar tergolong tinggi artinya mahasiswa mampu untuk berkembang, berfungsi
secara penuh dan memberikan yang terbaik dalam kehidupan sehari-harinya. Tingginya
tingkat kesejahteraan psikologis disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Hildago, Bravo,
Martinez, Pretel, Postigo dan Rabadan (dalam Wells, 2010) terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan kesejahteraan psikologis, yaitu kepuasan dalam kehidupan, harga diri, locus of
kegiatan organisasi yang ada serta beragamnya kegiatan yang diselenggarakan oleh
organisasi-organisasi tersebut, salah satu kegiatan menurut subjek penelitian yang baru saja
terlaksana ialah acara sharing senior-junior dengan ikatan alumni Fakultas Hukum
2
Hasil penelitian menggambarkan bahwa tingkat kecenderungan pembelian impulsif
berada pada kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari kategorisasi subjek yaitu, sebesar
11,62% berada pada kategori sangat rendah, dan sejumlah 74,41% subjek sampel berada pada
kategori rendah. Selanjutnya 13,62% subjek sampel berada pada golongan kategori tinggi dan
0,332% subjek sampel berada pada tingkat kecenderungan impulsif dalam kategori sangat
tinggi.
menyatakan bahwa salah satu faktor rendahnya kecenderungan pembelian impulsif pada
mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro ialah sebagian besar dari mahasiswa
adalah anak kost yang harus berusaha memaksimalkan uang saku bulanan yang dikirimkan
oleh keluarga.
Hasil temuan pada penelitian ini, sejalan dengan hasil dari penelitian sebelumnya
yang dilaksanakan oleh Lee, Schellhase, Koo, dan Lee (2009) yang berjudul The Impact of
dan adanya tujuan hidup memiliki andil dalam terjadinya kecenderungan pembelian impulsif.
Hasil dari penelitian ini adalah sumbangan efektif dari variabel kesejahteraan
sebesar 96,2% ditentukan oleh faktor lain yang tidak dihitung dalam penelitian. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kesejahteraan psikologis maka semakin rendah
3
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tentunya tidak luput dari keterbatasan. Keterbatasan pada penelitian ini
antara lain ialah pembagian jumlah sampel pada penelitian ini tidak merata dikarenakan
banyaknya mahasiswa pada angkatan 2015-2016 yang sulit untuk ditemui karena sudah tidak
aktif mengikuti jadwal kelas dan sedang sibuk menyusun skripsi. Selain itu ketika melakukan
uji coba skala memakan waktu yang cukup lama hal ini disebabkan mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro sedang memasuki waktu liburan dan KKN, sehingga untuk
mendapatkan akses kepada subjek cukup sulit dan menyebabkan panjangnya waktu yang
4
C. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesmpulan bahwa
semakin rendah tingkat kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiswa dan mahasiswi.
Hal ini berlaku juga sebaliknya, yakni apabila tingkat kesejahteraan psikologis rendah maka
tingkat kecenderungan pembelian impulsif tinggi. Selanjutnya pada penelitian ini ditemukan
D. Saran
impulsif.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi
untuk peneliti lain yang ingin menangkat topik yang serupa namun dengan sampel
penelitian dari profesi yang berbeda dengan kemapuan finansial, usia atau pendidikan