Anda di halaman 1dari 5

BAB V

PENUTUP

A. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

kesejahteraan psikologis dengan kecenderungan pembelian impulsif pada

mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Berdasarkan

dari hasil uji hipotesis pada penelitian ini yang dilaksanakan dengan bantuan

Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 21 didapatkan hasil bahwa ada

hubungan negatif antara kesejahteraan psikologis dengan kecenderungan

pembelian impulsif, dengan hasil koefisien korelasi (rxy) antara varibel

kesejahteraan psikologis dan kecenderungan pembelian impulsif sebesar -0,194

dengan signifikansi p=0,001 (p<0,05). Hal ini menunjukan terdapat hubungan

negatif antara kedua variabel yang diteliti. Koefisien korelasi yang negatif

menunjukan bahwa semakin tinggi kesejahteraan psikologis maka semakin rendah

tingkat kecenderungan pembelian impulsif. Hal ini berlaku juga sebaliknya

semakin rendah tingkat kesejahteraan psikologis maka semakin tinggi tingkat

kecenderungan pembelian impulsif.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa hipotesis penelitian yang

menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara kesejahteraan psikologis dengan

kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Diponegoro Semarang dapat diterima.

1
Berdasarkan hasil kategorisasi subjek dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa

Fakultas Hukum Universitas Diponegoro memiliki tingkat kesejahteraan psikologis pada

kategori tinggi yaitu sebesar 69,104% dan tingkat kecenderungan pembelian impulsif yang

tergolong dalam kategorisasi rendah yaitu sebesar 74,41%. Hal ini menunjukan tingginya

tingkat kesejahteraan psikologis pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Semarang yang diikuti dengan rendahnya tingkat kecenderungan pembelian impulsif.

Hasil kategorisasi pada variabel kesejahteraan psikologis menunjukan bahwa

sebanyak 69,104% berada pada golongan kategori tinggi yang diikuti dengan 16,27% pada

kategori sangat tinggi. Kemudian subjek penelitian berada pada kategori rendah sebesar

14,285% dan 0,332% subjek penelitian berada dalam kategori sangat rendah.

Kesejahteraan psikologis mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

sebagian besar tergolong tinggi artinya mahasiswa mampu untuk berkembang, berfungsi

secara penuh dan memberikan yang terbaik dalam kehidupan sehari-harinya. Tingginya

tingkat kesejahteraan psikologis disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Hildago, Bravo,

Martinez, Pretel, Postigo dan Rabadan (dalam Wells, 2010) terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan kesejahteraan psikologis, yaitu kepuasan dalam kehidupan, harga diri, locus of

control internal dan rendahnya rasa depresi.

Hal ini karena Fakultas Hukum Universitas Diponegoro memberikan berbagai

kesempatan bagi mahasiswa dan mahasiswinya untuk berkembang melalui beragamnya

kegiatan organisasi yang ada serta beragamnya kegiatan yang diselenggarakan oleh

organisasi-organisasi tersebut, salah satu kegiatan menurut subjek penelitian yang baru saja

terlaksana ialah acara sharing senior-junior dengan ikatan alumni Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro dan lomba debat.

2
Hasil penelitian menggambarkan bahwa tingkat kecenderungan pembelian impulsif

berada pada kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari kategorisasi subjek yaitu, sebesar

11,62% berada pada kategori sangat rendah, dan sejumlah 74,41% subjek sampel berada pada

kategori rendah. Selanjutnya 13,62% subjek sampel berada pada golongan kategori tinggi dan

0,332% subjek sampel berada pada tingkat kecenderungan impulsif dalam kategori sangat

tinggi.

Berdasarkan hasil wawancara mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

menyatakan bahwa salah satu faktor rendahnya kecenderungan pembelian impulsif pada

mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro ialah sebagian besar dari mahasiswa

adalah anak kost yang harus berusaha memaksimalkan uang saku bulanan yang dikirimkan

oleh keluarga.

Hasil temuan pada penelitian ini, sejalan dengan hasil dari penelitian sebelumnya

yang dilaksanakan oleh Lee, Schellhase, Koo, dan Lee (2009) yang berjudul The Impact of

Need Cognitive Closure, Psychological Wellbeing, and Social Factors on Impulse

Purchasing yang menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis memiliki andil dalam

kecenderungan pembelian impulsif. Kemudian Lee, dkk (2009) menlanjutkan penjelasannya

bahwa konstruk kesejahteraan psikologis yaitu kemampuan untuk mengatur lingkungannya

dan adanya tujuan hidup memiliki andil dalam terjadinya kecenderungan pembelian impulsif.

Hasil dari penelitian ini adalah sumbangan efektif dari variabel kesejahteraan

psikologis terhadap kecenderungan pembelian impulsif sebesar 3,8% sedangkan sisanya

sebesar 96,2% ditentukan oleh faktor lain yang tidak dihitung dalam penelitian. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kesejahteraan psikologis maka semakin rendah

tingkat kecenderungan pembelian impulsif pada individu, berlaku juga sebaliknya.

3
B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tentunya tidak luput dari keterbatasan. Keterbatasan pada penelitian ini

antara lain ialah pembagian jumlah sampel pada penelitian ini tidak merata dikarenakan

banyaknya mahasiswa pada angkatan 2015-2016 yang sulit untuk ditemui karena sudah tidak

aktif mengikuti jadwal kelas dan sedang sibuk menyusun skripsi. Selain itu ketika melakukan

uji coba skala memakan waktu yang cukup lama hal ini disebabkan mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Diponegoro sedang memasuki waktu liburan dan KKN, sehingga untuk

mendapatkan akses kepada subjek cukup sulit dan menyebabkan panjangnya waktu yang

dibutuhkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.

4
C. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesmpulan bahwa

terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kesejahteraan psikologis dengan

kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiwa dan mahasiswi Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro. Artinya semakin tinggi tingkat kesejahteraan psikologis maka

semakin rendah tingkat kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiswa dan mahasiswi.

Hal ini berlaku juga sebaliknya, yakni apabila tingkat kesejahteraan psikologis rendah maka

tingkat kecenderungan pembelian impulsif tinggi. Selanjutnya pada penelitian ini ditemukan

bahwa kesejahteraan psikologis memberikan sumbangan efektif sebesar 3,8% pada

kecenderungan pembelian impulsif.

D. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran berupa:

1. Bagi Subjek Penelitian

Peneliti menyarankan bagi mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan psikologis yang

dimiliki, sehingga dapat menjauhi individu untuk cenderung melakukan pembelian

impulsif.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi

untuk peneliti lain yang ingin menangkat topik yang serupa namun dengan sampel

penelitian dari profesi yang berbeda dengan kemapuan finansial, usia atau pendidikan

yang lebih beragam.

Anda mungkin juga menyukai