Krismira Psikologi Komunikasi
Krismira Psikologi Komunikasi
KRISMIRA 1870101001
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan segala
Rahmat, Taufiq, dan Hidayah, serta inayahNya kepada kita semua. Sholawat serta salam
juga kami haturkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW, sehingga pada
kesempatan ini kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Psikologi
Komunikasi.
Ucapan terima kasih tidak lupa kamihaturkan kepada Bapak Eko Purwanto
M.Ikom selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Komunikasi dan teman-teman
yang membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari di dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal lain.
Oleh karena itu, kami meminta maaf atas ketidaksempurnaannya dan juga
memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat makalah
ini. Harapan kami mudah-mudahan apa yang kami susun memberikan manfaat untuk
diri sendiri, teman-teman, serta orang lain.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Negara kita Indonesia merupakan Negara
demokrasi, dimana semua orang bebas berpendapat, beropini untuk menyampaikan
gagasan-gagasannya yang terbaik untuk kemajuan Negara mengenai hal-hal tertentu.
Kemudian jadilah pendapat-pendapat tersebut menjadi opini publik. Istilah opini publik
berasal dari bahasa Inggris Public Opinionsesuai dengan kata asalnya opini dan publik.
Opini merupakan pendapat dari seseorang mengenai hal tertentu, sedangkan publik
merupakan sekumpulan banyak orang atau umum. Yang nanti akan dibahas lebih
mendalam lagi dalam makalah ini.
Komunikasi adalah peristiwa sosial, peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi
dengan manusia lain. Psikologi komunikasi sangat berperan dalam perubahan perilaku
manusia, terutama saat manusia berkomunikasi dengan manusia lain, baik yang sifatnya
interpersonal, kelompok maupun massa.
Ruang publik adalah ruang di mana warganegara bisa berunding mengenai hubungan
bersama mereka sehingga merupakan sebuah arena institusi untuk berinteraksi pada
hal-hal yang berbeda (Habermas). Ruang Publik Secara Ideal Menurut Carr, ruang publik
harus memiliki tiga hal yaitu responsif, demokratis, dan bermakna. Ada tiga aspek yang
menjadi pembentuk kualitas ruang publik meliputi aspek kebutuhan (needs), aspek hak
(right) dan aspek makna (meanings). Peningkatan kualitas ruang publik tidak cukup
hanya dengan menambahkan atau memperbaiki fasilitas pendukung. Akan tetapi ada
beberapa faktor lain yang mendasari perencanaan peningkatan kualitas seperti:
kenyamanan, vitalitas, dan Image.
Kerangka pemikiran media pers dan civil society dimulai dengan proses untuk
mengembangkan pemahaman dan pendapat tentang masalah publik di kalangan warga
masyarakat. Keberadaan pers berada dalam landasan menjamin hak publik untuk
mendapat informasi bebas dan benar. Maka diperlukan suatu ketentuan yaitu
perundang-undangan kebebasan informasi, maka hukum harus jelas batasan dan makna
informasi publik yang sudah menjadi hak warga tersebut.
PEMBAHASAN
Ruang Public dan Psikologi Komunikasi
Henry Lefebvre lahir pada tahun 1901 di Hagetmau, Landes, Prancis. Ia belajar
filsafat di University of Paris (Sorbonne), lulus pada 1920. Pada tahun 1924 ia bekerja
dengan Paul Nizan, Norbert Guterman dkk untuk Kelompok Filsafat, tujuannya mencari
"revolusi filsafat". Pekerjaan ini membawanya berkenalan dengan kelompok Surrealis
dan kelompok-kelompok pergerakan lainnya, sebelum ia masuk ke Partai Komunis
Prancis (PCF). Lefebvre bergabung dengan PCF pada 1928 dan publikasi terakhirnya
menyerang lawan-lawannya salah satunya Nizan (rekannya dulu).
Sejak 1930-1940 Lefebvre menjadi professor filsafat, pada 1940 bergabung
dengan Gerakan Perlawanan. Dari 1944-1949 ia menjadi direktur Radiodiffusion
Française, siaran radio prancis di Toulouse. Idenya mengenai "keseharian" (everyday
live) kali pertama dipublikasikan pada 1947, menjadi landasan intelektual dibalik
berdirinya "COBRA" dan "Situationist International".
Dalam The Production of Space, Lefebvre berpandangan bahwa ada beberapa
level dari ruang, dari yang paling abstrak, kasatmata, ruang alamiah (ruang absolut)
menuju ruangan yang lebih kompleks yang maknanya diproduksi secara sosial (sosial
space).
Argumen Lefebvre dalam bukunya, The Production of Space adalah ruang sebagai
produk sosial, atau konstruksi sosial yang kompleks (berdasar nilai dan produksi sosial
atas makna) yang mempengaruhi praktik ruang dan persepsi atas ruang. Sebagai filsuf
marxis (namun sangat kritis pada strukturalisme yang menjadi wacana dominan masa
itu), Lefebvre berpendapat bahwa produksi sosial atas ruang – kota adalah dasar bagi
reproduksi masyarakat yang disebabkan oleh kapitalisme.
Ruang (sosial) adalah produksi social – ruang diproduksi sebagai cara tertentu yang
menjadi alat berpikir dan bertindak. Ruang tidak hanya berarti sebagai produksi namun
juga sebagai alat kontrol dan untuk kemudian mendominasi (kekuasaan).
Lefebvre berpendapat bahwa seluruh masyarakat-dan semua model produksi-
menghasilkan ruang tertentu, ruang tersendiri. Kota pada masa lampau tak bisa
dipahami hanya sebagai aglomerasi sederhana dari manusia dan benda-benda dalam
suatu ruang-Kota itu memiliki praktik ruangnya sendiri (yang Sesuai bagi kota itu-
Lefebvre menyatakan iklim intelektual yang ada pada kota masa lampau terkait erat
dengan produksi sosial pada keruangannya).Lalu,jika tiap masyarakat memproduksi
ruangnya sendiri, tiap "eksistensi sosial" memberi harapan atau mentahbiskan diri
secara utuh, tetapi yang tak memproduksi ruangnya sendiri akan menjadi kelompok
terasing, komunitas ganjil yang abstrak yang tidak mampu keluar dari belenggu ideologi
maupun budaya. Berdasar argumen ini, Lefebvre mengkritik Perencana Kota Soviet,
yang gagal memproduksi ruang sosialis, hanya mereproduksi model rancang kota
modern (intervensi pada ruang fisik, yang tak cukup untuk menjangkau ruang sosial) dan
diaplikasikan pada konteks.
Lefebvre mengatakan bahwa ruang pertama (ruang fisik atau ruang persepsi), adalah
praktis spasial dari:
1. Ruang Pertama (ruang fisik atau ruang yang dipersepsikan) “ruang praktis dari
dirahasiakan masyarakat, yang memiliki ruang itu; mengusulkan dan menyangka
tentang ruang, di dalam interaksi dialektikal; ruang diproduksi secara pelan dan
dijamin sebagai ruang utama dan dimiliki secara tidak sah”
2. Ruang Kedua (Ruang Mental atau ruang yang diterimakan) ruang
dikonseptualisasikan, sebagai ruang keilmuan, perencanaan, urbanisasi,
teknokratik, dibagi – bagi dan sosial engineering, sebagai tipe penting dengan
suatu keilmuan yang diarahkan – seluruh dari yang memiliki identitas apa yang
dihidupkan dan apa yang dipersepsi dengan apa yang diterima”.
3. Ruang Ketiga (Ruang Sosial atau ruang yang dihidupkan) “Ruang yang secara
langsung diterima sebagai image yang diasosiasi dan yang disimbolkan”.
Ruang publik di era sekarang semakin lama semakin meluas jangkauannya, mulai
dari ruang publik yang luas (seperti negara, antar negara, dll), hingga ada pula ruang
publik kecil di sekitar kita seperti ruang kelas saat mendiskusikan sesuatu.
Meskipun hanya terdiri oleh beberapa anak saja, tetapi ruang yang tercipta
dapat memfasilitasi tiap-tiap pandangan dan pola pikir anak tersebut untuk dapat
diutarakan di forum diskusi. Ruang publik ini nantinya akan menghasilkan sebuah pola
pikir hingga pengetahuan baru bagi mereka.Selain itu, ruang publik bukanlah ruang yang
hanya bisa diakses oleh kaum borjuis atau kaum atas saja, namun para kalangan bawah
pun memiliki hak untuk dapat menyampaikan aspirasi dan keluh kesahnya terkait
fenomena maupun isu yang sedang booming di masyarakat.
PEMBAHASAN
Opini Publik
A. Pengertian Opini Publik
Opini Publik terdiri atas dua kata, yaitu opini dan publik. Opini diambil dari kata
opinion (Inggris) yang berarti pendapat, demikian juga kata publik berasal dari kata
public (Inggris) yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berarti publik/umum,
dengan demikian Opini Publik sama dengan pendapat umum, karena kedua istilah
tersebut sama-sama dipakai di Indonesia.
Beberapa formulasi yang berbeda terhadap opini maupun publik dalam perspektif
ilmu komunikasi yang merupakan sebagian dari ilmu sosial.
Rober E. Lane dan David O. Sears (1965:8): “... an opinion is an answer that is given
to a question in given situation”.
Publik diartikan sebagai kelompok orang yang menaruh perhatian terhadap masalah
yang dilontarkan melalui mass media dan ikut serta dalam proses diskusi yang intensif
untuk mencari cara memecahkan masalah yang dihadapi untuk kepentingan umum atau
orang banyak. Dalam hal ini publik diartikan tidak sama dengan massa, melainkan
diartikan sebagai individu-individu di dalam kelompok yang memiliki atau diharapkan
memiliki opini.
Kimbal Young menyatakan “ The public is not held together by face or shoulder to
shoulder contacts; a number of people scatter in space react to stimulus, which is
provided by indirect and mechanical means of communication”. Jadi publik tidak harus
bertemu muka atau berhubungan langsung.
Hartono Menjelaskan publik adalah kelompok yang abstrak dan orang-orang yang
menaruh minat pada suatu persoalan atau kepentingan yang sama, dimana mereka
terlibat dalam suatu pertukaran pikiran melalui komunikasi tidak langsung untuk
mencari penyelesaian atau kepuasan atas persoalan atau kepentingan mereka itu.
Oey Hong Lee menjelaskan bahwa bagian-bagian massa yang tertarik oleh masalah-
masalah dan persoalan-persoalan kemasyarakatan yang diteruskan oleh alat-alat
komunikasi massa, secara spontan mempersatukan diri dalm kelompok-kelompok yang
dinamakan publik. Jumlah publik-publik secara keseluruhan dinamakan dengan Publik
(huruf P besar). Selai n itu publik (huruf p kecil) dijelaskan sebagai orang banyak yang
terhimpun dalm kelompok-kelompok yang sedang menghadapi suatu masalah yang sulit
dan kontoversial, serta berusaha untuk mencari solusi dengan melakukan diskusi-diskusi
secara tidak langsung.
Dalam publik itu terdapat individu-individu yang mengerti masalah, rasional, kritis,
bahkan spesialis dan memiliki kepentingan yang perlu dijaga. Kelompok ini dapat juga
dikatakan sebagai kelompok kepentingan.
Sehingga dapat diartikan bahwa Opini Publik adalah pendapat yang sama dan
dinyatakan oleh banyak orang yang diperoleh melalui diskusi yang intensif sebagai
jawaban atas pertanyaan dan permasalahan yang menyangkut kepentingan umum.
Whyte menyebutkan bahwa Opini Publik adalah sikap dari rakyat mengenai suatu
masalah yang menyangkut kepentingan umum.
Bernard Bereleson mengatikan Opini Publik dengan politik dan sosial. Ia menuliskan
bahwa Opini Publik adalah tanggapan orang-orang terhadap masalah- masalah politik
dan sosial yang mengandung pertentangan dan meminta perhatian umum seperti
hubungan internasional, kebijakan pemerintah, pemilihan umum, dan hubungan antar
etnis.
Opini Publik adalah pendapat, sikap, perasaan, ramalan, pendirian, dan harapan
rata-rata individu kelompok dalam masyarakat tentang suatu hal yang berhubungan
dengan kepentingan umumatau persoalan-persoalan sosial.
Opini publik adalah hasil interaksi, diskusi atau penilaian sosial antar individu
tersebut yang berdasarkan pertukaran pikiran yang sadar dan rasional yang dinyatakan
baik lisan maupun tulisan.
Isu atau masalah yang didiskusikan itu adalah hasil dari apa yang disebarkan oleh
media massa.
Opini Publik hanya dapat berkembang pada negara-negara yang menganut faham
demokrasi (faham yang memberikan kebebasan pada warganya untuk menyatakan
pendapat dan sikap)
Arifin menyatakan bahwa Opini Publik paling kurang memilki tiga unsur. Pertama,
harus ada isu yang aktuaal, penting, dan menyangkut kepentingan pribadi kebanyakan
orang dalam masyarakat atau kepentingan umum, yang disiarkan melalui media massa.
kedua, harus ada sejumlah orang yang mediskusikan isu tersebut, yang kemudian
menghasilkan kata sepakat mengenai sikap, pendapat, dan pandangan mereka. Ketiga,
pendapat tersebut selanjutnya diekspresikan atau dinyatakan dalam bentuk lisan,
tulisan, dan gerak-gerik.
Jika dilihat dari psikologis Moree berpendapat akar dari proses pembentukan opini
adalah sikap (attitude). Sikap adalah perasaan atau suasana hati seseorang mengenai
orang lain, organisasi, persoalan, atau objek. Sikap menggambarkan predisposisi
seseorang untuk mengevaluasi masalah kontroversional dengan cara-cara tertentu.
Secara singkat, sikap adalah suatu cara untuk melihat situasi, dan sikap yang
diungkapkan adalah opini.Latarbelakang kebudayaan, ras, dan agama seringkali
menentukan sikap seseorang. Sama halnya dengan R. P. Abelson bahwa untuk
memahami proses pembentukan opini seseoang dan Publik berkaitan erat dengan
sikap mental (Attitude),persepsi (persepstion) yaitu proses pemberian makna dan
hingga kepercayaan tentang sesuatu (belief).
Kesimpulan
Opini publik adalah sikap seseorang mengenai suatu hal, dimana mereka
merupakan anggota sebuah masyarakat yang sama, sehingga opini publik berhubungan
dengan sikap manusia, baik sikap secara pribadi maupun sikap manusia secara
kelompok.
Menurut Ross (1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para
pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu
yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik
dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif,
bermufakat, atau agresif.
Jika tidak ditangani dengan baik konflik dapat menimbulkan perpecahan dalam
kelompok karena keegoisan masing masing individu dalam menetapkan pendiriannya.
Karena itu konflik tidak selamanya perlu dihindari karena konflik tidak berujung selalu ke
arah negatif. Karena konflik dapat membuat hubungan antar individu dan kelompok
menjadi lebih erat dan mempunyai rasa solidaritas setelah adanya konflik. Manajemen
konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah
(dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak
ketiga.
Dapat disimpulkan bahwa Manajemen Konflik adalah suatu cara atau proses mengambil
langkah-langkah oleh para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan
perselisihan ke arah hasil yang positif dengan melakukan pendekatan, komunikasi dan
evaluasi untuk mendapatkan penyempurnaan untuk mendukung tujuan yang telah
ditetapkan.
a. Konflik Intrapersonal.
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila
pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi
sekaligus. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak
menyenangkan. Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu:
b. Konflik Interpersonal.
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan
suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam
ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa
tidak akan memengaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
3. Penyebab Konflik
Penyebab terjadinya konflik biasanya diakibatkan karena adanya misscommunication.
Misscommunication terjadi biasanya dikarenakan salah satu pihak tidak mengerti
dengan pesan yang disampaikan oleh pihak yang lain, bisa juga dikarenakan kesalahan
memaknai pesan. Mungkin bahasanya verbal maupun non verbalnya, atau ejaan
kalimatnya atau mungkin juga pengetahuan kedua pihak tersebut tidak sama atau bisa
juga karena media yang digunakan.
4. Pengelolaan Konflik
Sepanjang kehidupan manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik baik
itu secara individu maupun organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindarkan. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi, setiap anggota organisasi
senantiasa dihadapkan pada konflik. Agar konflik tidak jadi berlarut-larut maka konflik
dapat dicegah atau dikelola.Menurut Suzne c.de Janasz, Karen and Beth (2006) Cara
untuk mengelola konflik:
a) Kontrol marah Anda dan respons emosional. Menunjukkan rasa hormat Anda
untuk perasaan pihak lain. Memvalidasi bahwa konflik adalah nyata bagi mereka
tidak peduli seberapa sepele mungkin tampaknya Anda. Konflik merangkul
membangun hubungan yang jujur. Dengan memvalidasi perasaan kedua belah
pihak tentang situasi Anda kemudian dapat pindah ke mode pemecahan
masalah.
d) Cari untuk tujuan bersama. Tahu pilihan Anda, dan pilih pilihan terbaik Anda.
Mencoba untuk bekerja untuk solusi menang-menang yang akan diterima oleh
kedua belah pihak. Lakukan ini dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan
menunjukkan Anda pernah mendengar dan mengerti tujuan atau tujuan lain.
Ketika hal ini tidak mungkin atau waktunya singkat, cobalah untuk menampung
banyak kepentingan orang lain mungkin dan kemudian membuat keputusan
yang akhirnya paling adil dan membantu bagi organisasi. Kadang-kadang solusi
kompromi harus cukup.[4]
5. Penanganan Konflik
Untuk menangani konflik dengan efektif, kita harus mengetahui kemampuan diri
sendiri dan juga pihak-pihak yang mempunyai konflik. Ada beberapa cara untuk
1. Introspeksi diri
Bagaiman kita biasanya menghadapi konflik ? Gaya pa yang biasanya digunakan?
Apa saja yang menjadi dasar dan persepsi kita. Hal ini penting untuk dilakukan
mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka miliki, bagaimana nilai dan
sikap mereka atas konflik tersebut dan apa perasaan mereka atas terjadinya
konflik. Kesempatan kita untuk sukses dalam menangani konflik semakin besar
jika kita meliha konflik yang terjadi dari semua sudut pandang.
4. Mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan konflik yang ada dan memilih
yang tepat.[5]
a. Berkompetisi
Tindakan ini dilakukan jika kepentingan sendiri lebih diutamakan di atas kepentingan
pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi membutuhkan
pengambilan keputusan dengan cepat. Tentu saja situasi menang–kalah (win-
loseorientation) akan terjadi dalam tindakan ini.
Paradigma ini mengatakan jika “saya menang, anda kalah “. Dalam gaya ini seseorang
cenderung menggunakan kekuasaan, jabatan, mandat, barang milik, atau kepribadian
untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan mengorbankan orang lain. Dengan
paradigma ini seseorang akan merasa berarti jika ia bisa menang dan orang lain kalah. Ia
akan merasa terancam dan iri jika orang lain menang sebab ia berpikir jika orang lain
menang pasti dirinya kalah. Jika menang pun sebenarnya ia diliputi rasa bersalah karena
ia menganggap kemenangannya pasti mengorbankan orang lain. Pihak yang kalah pun
akan menyimpan rasa kecewa, sakit hati, dan merasa diabaikan.
a. Menggunakan orang lain , baik secara emosional atau pun fisik, untuk kepentingan
diri.
2) Lose-Win
Dalam gaya ini seseorang tidak mempunyai tuntutan, visi, dan harapan. Ia cenderung
cepat menyenangkan atau memenuhi tuntutan orang lain. Mereka mencari kekuatan
dari popularitas atau penerimaan. Karena paradigma ini lebih mementingkan
popularitas dan penerimaan maka menang bukanlah yang utama. Akibatnya banyak
perasaan yang terpendam dan tidak terungkapkan sehingga akan menyebabkan
penyakit psikosomatik seperti sesak napas, saraf, gangguan sistem peredaran darah
yang merupakan perwujudan dari kekecewaan dan kemarahan yang mendalam.[6]
3) Lose-Lose (Kalah-Kalah)
Biasanya terjadi jika orang yang bertemu sama-sama punya paradigma Menang-Kalah.
Karena keduanya tidak bisa bernegosiasi secara sehat, maka mereka berprinsip jika tidak
ada yang menang , lebih baik semuanya kalah. Mereka berpusat pada musuh, yang ada
hanya perasaan dendam tanpa menyadari jika orang lain kalah dan dirinya kalah sama
saja dengan bunuh diri.
4) Win (Menang)
Orang bermentalitas menang tidak harus menginginkan orang lain kalah. Yang penting
adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang bermentalitas menang
menjadi egois dan akan mencapai tujuannya sendiri. Jika hal ini menjadi pola hidupnya
maka ia tidak akan bisa akrab dengan orang lain, merasa kesepian, dan sulit kerja sama
dalam tim.
5) Win-Win (Menang-Menang)
Menang-Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari
keuntungan bersama dalam semua interaksi. Menang-Menang berarti mengusahakan
semua pihak merasa senang dan puas dengan pemecahan masalah atau keputusan yang
diambil. Paradigma ini memandang kehidupan sebagai arena kerja sama bukan
persaingan. Paradigma ini akan menimbulkan kepuasan pada kedua belah pihak dan
akan meningkatkan kerja sama kreatif.
b. Menghindari konflik
Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menginginkan untuk menghindari konflik
baik secara fisik ataupun psikologis. Menghindari konflik dapat dilakukan jika masing-
masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana ataupun membekukan konflik
untuk sementara. Contoh nya dalam suatu kelompok ada perbedaan pendapat dari
individu keindividu yang lain, merekaberadusuara agar pendapatnya diterima dalam
suatu kelompok tersebut karena ada salahin dividu yang tidak bisamenerima pendapat
orang lain maka timbullah suatu konflik yang membuat suasana menjadi buruk. Ketika
kondisi yang memburuk itu harus ada salah seorang yang bias merubah suasana
tersebut berubah menjadi baik lagi agar saling bias menghargai satu sama lain dalam
suatu kelompok tersebut.
c. Akomodasi
Usaha untuk mencapai penyelesaian dari suatu pertikaian ataupun konflik oleh pihak
pihak yang bertikan dan mengarah pada kondisi ataupun keadaan selesainnya suatu
konflik atau pertikaian tersebut. Apabila akomodasi diawali dengan upaya upaya oleh
pihak pihak yang bertikai untuk saling mengurangi sumber pertentangan antara dua
belah pihak, sehingga intensitas konflik. Contohnya ketika ada dua orang yang bertikai
dan mereka tidak bisa menyelesaikanya, pertentangan antara dua pihak tanpa
menghancurkan salah satu pihak, sehingga kepribadian masing-masing pihak tetap
terpelihara upaya yang dilakukan adalah bermusyawarah bersama agar kedua belah
pihak tersebut bisa saling memahami dan saling berbaikan agar konflik yang mereka
alami selesai dengan cara yang baik dan tidak timbul pertikaian kembali.
d. Kompromi
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa menjaga hubungan
baik sangat penting. Masing-masing pihak akan mengorbankan sebagian
kepentingannya untuk mendapatkan kemenangan. Kompromi merupakan bentuk
komunikasi untuk mencari penyelesaian atau jalan tengah antara pihak-pihak yang
berselisihsehinggatidakadapihak yang dirugikan.Agar tercapai kesepakatan maka pihak
pihak terkait harus bersedia mengurangi tuntutannya sehingga seluruh pihak dapat
diuntungkan. Contohnyadalamkeluarga ayah danibuakanmenontonsaluran TV yang
disukai. Misalnya, ayah inginmenonton bola tetapiibuinginmelihattayangan film
kelanjutan yang disukai, karena adanya pertentangan itu maka timbulah konflik.
Untukituuapaya yang dilakukan ayah danibu adalah harus bisa menonton TV secara
bergantian ketika ada jeda iklan.
7. Dampak Konflik
Konflik dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah sebagai berikut :
B. Dampak Negatif
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Manajemen Konflik adalah suatu cara atau proses mengambil
langkah-langkah oleh para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan
perselisihan ke arah hasil yang positif dengan melakukan pendekatan, komunikasi dan
evaluasi untuk mendapatkan penyempurnaan untuk mendukung tujuan yang telah
ditetapkan.
PEMBAHASAN
Komunikasi antarbudaya ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor di antaranya :
Mobilitas
Perjalanan dari negara satu ke negara lain sudah bukan menjadi hal yang khusus lagi,
alias, kegiatan ini sudah menjadi kegiatan umum yang kerap kali dilakukan oleh
masyarakat. Hal itu terjadi karena adanya peluang-peluang bisnis yang menggiurkan dan
pendidikan yang menjamin. Sehingga terjadilah mobilitas yang luas dan terjadilah
berbagai budaya yang menyatu pada satu wilayah.
Ekonomi
Faktor ekonomi pun juga mempengaruhi adanya komunikasi antarbudaya. Seperti pada
contohnya, negara Indonesia yang memiliki ekonomi berkembang akan mengalami
ketergantungan dengan negara yang memiliki tingkat perekonomian tinggi. Sehingga,
terjadilah perpindahan pekerjaan dan terjadilah penyatuan budaya dalam satu tempat.
Teknologi
Teknologi akhir-akhir ini tumbuh semakin pesat. Sehingga teknologi pun mampu
membawa kultur luas masuk ke suatu wilayah yang dapat mempengaruhi budaya
bangsa. Oleh karena itu, teknologi pun mampu membuat komunikasi antarbudaya ini
menjadi lebih mudah dan praktis. Bahkan cepat atau lambat, teknologi dapat
memberikan dampak akan terjadinya pertukaran budaya secara besar-besaran.
Imigrasi
Sudah tidak aneh lagi, ketika kita berjalan di rumah sendiri, kita melihat orang asing di
sekeliling kita. Hal itu terjadi karena adanya kegiatan imigrasi untuk suatu kepentingan.
Sehingga, terjadilah penyatuan budaya atau biasa disebut dengan akulturasi. Akulturasi
tersebut menyebabkan terjadinya komunikasi antarbudaya
Politik
Kepentingan politik pun juga ikut andil memberikan dampak munculnya komunikasi
antarbudaya. Seperti halnya saat Raja Arab berkunjung ke Indonesia, atau sebaliknya,
saat Presiden Jokowi berkunjung ke Negara Australia. Kunjungan negara inilah yang
mendatangkan komunikasi antar budaya.
PEMBAHASAN
Bidang yang mempelajari bahasa tubuh tersebut yaitu kinesika (kinesics). Setiap
anggota tubuh dapat digunakan sebagai isyarat simbolik, macamnya :
1. Isyarat tangan
a. Sering dipakai untuk menyertai ucapan
b. Masing-masing daerah / negara berbeda meskipun ada gerakan yang sama
c. Dapat terjadi mispersepsi jika tidak memahami makna kultural
2. Gerakan kepala
Misalnya, menggeleng, mengangguk
3. Postur tubuh dan posisi kaki
Sering bersifat simbolik. Misalnya : orang yang bertubuh tinggi besar. Posisi kaki
(duduk) sering dimaknai berbeda.
Menurut Willian Sheldon, postur tubuh mengomunikasikan
a. Endomorph (gemuk); malas dan tenang
b. Mesomoph (atletik/ideal); asertif dan percaya diri
c. Ectomorph (kurus); introvert
Asertif:
Perilaku sesesorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut emosi, perasaan,
pikiran serta keinginan dan kebutuhan secara terbuka, tegas dan jujur tanpa perasaan
cemas atau tegang terhadap orang lain, tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain.
Menurut Suterlinah Sukaji (1983), perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam
hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relative
terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain.
Sementara menurut Lange dan Jukubowski (1976) perilaku asertif merupakan perilaku
sesorang dalam mempertahankan hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran,
perasaan, dan keyakinan secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat.
4. Ekspresi wajah dan tatapan mata
a. Perilakunon verbal yang paling banyak berbicara adalah: ekspresi wajah, mimik
muka, guratan air muka.
b. Andil wajah dalam komunikasi: 55%.
c. Sehingga ada yang mengatakan bahaw ekspresi wajah dapat diketahui emosi
seseorang.
d. Ada7 hal universal yang dapat dikumonikasikan melewati ekspresi wajah, yaitu:
kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, kejutan, kemarahan, menjijikkan dan ketertarikan.
5. Tatapan mata, kontakmata:
Mata adalah alat untuk kita menerima pesan-pesan visual sehingga kita cenderung
menggunakan mata sebagai alat untuk mengumpulkan informasi dari pada sebagai
alat pengirim informasi.
Ada 4 fungsi kontak mata:
a. Fungsi kognitif, karen dapat memberi informasi tentang pikiran orang lain.
Contoh jika pasangan kita memutuskan kontak mata setelah kita menanyakan sesuatu
padanya, maka kita tahu bahaw mungkin dia sedang memikirkan sesuatu untuk
dikatakan.
b. Untuk memonitor tingkah laku orang lain, “ketika kita melihat kedalam mata
seseorang, kita dapat melihat sebuah miniatur refleksi diri kita sendiri”
c. Alat pengatur isyarat.
d. Fungsi ekspresi : berkedip, menangis, membelalak, menyipitkan. Dll
B. Komunikasi Simbolik
George Herbert Mead memiliki pemikiran yang mempunyai sumbangan besar
terhadap ilmu social dalam perspektif teori yang dikenal dengan interaksionisme
simbolik, yang menyatakan bahwa komunikasi manusia berlangsung melalui
pertukaran symbol serta pemaknaan symbol – symbol tersebut. Mead menempatkan
arti penting komunikasi dalam konsep tentang perilaku manusia, serta
mengembangkan konsep interaksi simbolik bertolak pada pemikiran Simmel yang
melihat persoalan pokok sosiologi adalah masalah sosial. Seperti yang telah diuraikan
diatas, Mead adalah salah satu pelopor dalam Filsafat Pragmatisme dinama
pragmatism adalah menekankan hubungan yang sangat erat antara pengetahuan dan
tindakan untuk mengatasi masalah social. George Herbert Mead adalah orang yang
sederhana dan rendah hati, dan dia merasa sangat nyaman di tengah – tengah
lingkungan kota Chicago yang dinamis. Seperti para penganut pragmatism lainnya,
Mead yakin akan kemungkinan – kemungkinan perubahan social. Oleh karena itu,
George Herbert Mead juga melibatkan dirinya dalam reformasi social karena dia
mempercayai bahwa ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk mengatasi masalah –
masalah sosial tersebut. Dan Mead juga menentang gagasan bahwa insting adalah
sebagai dasar dari kepribadian manusia, karena dia melihat bahwa komunikasi antar
individu adalah sebagai inti dari pembentukan kepribadian manusia itu. Dengan kata
lain, kepribadian individu dibentuk melalui komunikasi dengan orang lain serta citra
diri dibangun melalui sarana interaksi dengan orang lain.
George Herbert Mead mengembangkan teori atau konsep yang dikenal sebagai
Interaksionisme Simbolik. Berdasar dari beberapa konsep teori dari tokoh – tokoh yang
mempengaruhinya beserta pengembangan dari konsep – konsep atau teori – teori
tersebut, Mead mengemukakan bahwa dalam teori Interaksionisme Simbolik, ide
dasarnya adalah sebuah symbol, karena symbol ini adalah suatu konsep mulia yang
membedakan manusia dari binatang. Simbol ini muncul akibat dari kebutuhan setiap
individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Dan dalam proses berinteraksi tersebut
pasti ada suatu tindakan atau perbuatan yang diawali dengan pemikiran. Dalam
tinjauannya di buku Mind, Self and Society, Mead berpendapat bahwa bukan pikiran
yang pertama kali muncul, melainkan masyarakatlah yang terlebih dulu muncul dan
baru diikuti pemikiran yang muncul pada dalam diri masyarakat tersebut. Dan analisa
George Herbert Mead ini mencerminkan fakta bahwa masyarakat atau yang lebih
umum disebut kehidupan social menempati prioritas dalam analisanya, dan Mead
selalu memberi prioritas pada dunia social dalam memahami pengalaman social
karena keseluruhan kehidupan social mendahului pikiran individu secara logis maupun
temporer. Individu yang berpikir dan sadar diri tidak mungkin ada sebelum kelompok
social . Kelompok social hadir lebih dulu dan dia mengarah pada perkembangan
kondisi mental sadar – diri.
Karya tunggal Mead yang amat penting dalam hal ini terdapat dalam bukunya yang
berjudul Mind, Self, and Society. Mead mengambil tiga konsep kritis yang diperlukan
dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk menyusun sebuah teori
interaksionisme simbolik. Interaksionisme simbolis secara khusus menjelaskan tentang
bahasa, interaksi sosial, dan refleksifitas.
1. Mind (pikiran)
Pikiran yang didefinisikan Mead sebaga Proses percakapan seseorang dengan dirinya
sendiri, tidak ditemukan d di dalam diri individu, pikiran adalah fenomena sosial.
Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan merupakan bagian integral
dari proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran, proses sosial bukanlah produk dari
pikiran. Jadi pikiran juga didefinisikan secara fungsional ketimbang secara substantif.
Karakteristik Istimewa dari pikiran adalah kemampuan individu untuk memunculkan
dalam dirinya sendiri tidak hanya satu respon saya, tetapi juga respon komunitas
secara kedeluruhan. Itulah yang kita namakan pikiran. Melakukan sesuatu berarti
memberi respon terorganisir tertentu, dan bila seseorang mempunyai respon itu
dalam dirinya. ia mempunyai apa yang kita sebut pikiran.
Berfikir menurut Mead adalah suatu proses dimana individu berinteraksi dengan
dirinya sendiri dengan mempergunakan simbol-simbol yang bermakna. Melalui proses
interaksi dengan diri sendiri itu, individu memilih yang mana diantara stimulus yang
tertuju kepadanya itu akan ditanggapinya.
Simbol juga digunakan dalam (proses) berpikir subyektif, terutama simbol-simbol
bahasa. Hanya saja simbol itu tidak dipakai secara nyata, yaitu melalui percakapan
internal. Serupa dengan itu, secara tidak kelihatan individu itu menunjuk pada dirinya
sendiri mengenai diri atau idenditas yang terkandung dalam reaksi-reaksi orang lain
terhadap perilakunya. Maka, kondisi yang dihasilkan adalah konsep diri yang
mencakup kesadaran diri yang dipusatkan pada diri sebagai obyeknya.
Isyarat sebagai simbol-simbol signifikan tersebut muncul pada individu yang membuat
respons dengan penuh makna. Isyarat-isyarat dalam bentuk ini membawa pada suatu
tindakan dan respon yang dipahami oleh masyarakat yang telah ada. Melalui simbol-
simbol itulah maka akan terjadi pemikiran. Esensi pemikiran dikonstruk dari
pengalaman isyarat makna yang terinternalisasi dari proses eksternalisasi sebagai
bentuk hasil interaksi dengan orang lain. Oleh karena perbincangan isyarat memiliki
makna, maka stimulus dan respons memiliki kesamaan untuk semua partisipan.
2. Self (Diri)
The self atau diri, menurut Mead merupakan ciri khas dari manusia. Yang tidak dimiliki
oleh binatang. Diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah
objek dari perspektif yang berasal dari orang lain, atau masyarakat. Tapi diri juga
merupakan kemampuan khusus sebagai subjek. Diri muncul dan berkembang
melalui aktivitas interaksi sosial dan bahasa. Menurut Mead, mustahil membayangkan
diri muncul dalam ketiadaan pengalaman sosial. Karena itu ia bertentangan dengan
konsep diri yang soliter dari Cartesian Picture. The self juga memungkinkan orang
berperan dalam percakapan dengan orang lain karena adanya sharing of simbol.
Artinya, seseorang bisa berkomunikasi, selanjutnya menyadari apa yang dikatakannya
dan akibatnya mampu menyimak apa yang sedang dikatakan dan menentukan atau
mengantisipasi apa yang akan dikatakan selanjutnya.
Mead menggunakan istilah significant gestures (isyarat-isyarat yang bermakna) dan
significant communication dalam menjelaskan bagaimana orang berbagi makna
tentang simbol dan merefleksikannya. Ini berbeda dengan binatang, anjing yang
menggonggong mungkin akan memunculkan reaksi pada anjing yang lain, tapi reaksi
itu hanya sekedar insting, yang tidak pernah diantisipasi oleh anjing pertama. Dalam
kehidupan manusia kemampuan mengantisipasi dan memperhitungkan orang lain
merupakan cirikhas kelebihan manusia.
Jadi the self berkait dengan proses refleksi diri, yang secara umum sering disebut
sebagai self control atau self monitoring. Melalui refleksi diri itulah menurut Mead
individu mampu menyesuaikan dengan keadaan di mana mereka berada, sekaligus
menyesuaikan dari makna, dan efek tindakan yang mereka lakukan. Dengan kata lain
orang secara tak langsung menempatkan diri mereka dari sudut pandang orang lain.
Dari sudut pandang demikian orang memandang dirinya sendiri dapat menjadi individu
khusus atau menjadi kelompok sosial sebagai suatu kesatuan.
Seperti namanya, teori ini berhubungan dengan media simbol dimana interaksi terjadi.
Tingkat kenyataan sosial sosial yang utama yang menjadi pusat perhatian
interaksionisme simbolik adalah pada tingkat mikro, termasuk kesadaran subyektif dan
dinamika interaksi antar pribadi.
Ternyata kita tidak hanya menanggapi orang lain, kita juga mempersepsi diri kita. Diri
kita bukan lagi personal penanggap, tetapi personal stimuli sekaligus. Bagaimana bisa
terjadi, kita menjadi subjek dan objek persepsi sekaligus? Diri (self) atau kedirian
adalah konsep yang sangat penting bagi teoritisi interaksionisme simbolik. Rock
menyatakan bahwa “diri merupakan skema intelektual interaksionis simbolik yang
sangat penting. Seluruh proses sosiologis lainnya, dan perubahan di sekitar diri itu,
diambil dari hasil analisis mereka mengenai arti dan organisasi.
3. Society (Masyarakat)
Pada tingkat paling umum, Mead menggunakan istilah masyarakat (society) yang
berarti proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Masyarakat penting
perannya dalam membentuk pikiran dan diri. Di tingkat lain, menurut Mead,
masyarakat mencerminkan sekumpulan tanggapan terorganisir yang diambil alih oleh
individu dalam bentuk “aku” (me). Menurut pengertian individual ini masyarakat
mempengaruhi mereka, memberi mereka kemampuan melalui kritik diri, untuk
mengendalikan diri mereka sendiri. Sumbangan terpenting Mead tentang masyarakat,
terletak dalam pemikirannya mengenai pikiran dan diri.
Pada tingkat kemasyarakatan yang lebih khusus, Mead mempunyai sejumlah
pemikiran tentang pranata sosial (social institutions). Secara luas, Mead
mendefinisikan pranata sebagai “tanggapan bersama dalam komunitas” atau
“kebiasaan hidup komunitas”. Secara lebih khusus, ia mengatakan bahwa, keseluruhan
tindakan komunitas tertuju pada individu berdasarkan keadaan tertentu menurut cara
yang sama, berdasarkan keadaan itu pula, terdapat respon yang sama dipihak
komunitas. Proses ini disebut “pembentukan pranata”.
Pendidikan adalah proses internalisasi kebiasaan bersama komunitas ke dalam diri
aktor. Pendidikan adalah proses yang esensial karena menurut pandangan Mead, aktor
tidak mempunyai diri dan belum menjadi anggota komunitas sesungguhnya sehingga
mereka tidak mampu menanggapi diri mereka sendiri seperti yang dilakukan
komunitas yang lebih luas. Untuk berbuat demikian, aktor harus menginternalisasikan
sikap bersama komunitas.
Dalam konsep teori Herbert Mead tentang interaksionisme simbolik terdapat prinsip-
prinsip dasar yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. manusia dibekali kemampuan berpikir, tidak seperti binatang
b. kemampuan berpikir ditentukan oleh interaksi sosial individu
c. dalam berinteraksi sosial, manusia belajar memahami simbol-simbol beserta
maknanya yang memungkinkan manusia untuk memakai kemampuan berpikirnya.
d. makna dan simbol memungkinkan manusia untuk bertindak (khusus dan sosial)
dan berinteraksi
e. manusia dapat mengubah arti dan simbol yang digunakan saat berinteraksi
berdasar penafsiran mereka terhadap situasi
f. manusia berkesempatan untuk melakukan modifikasi dan perubahan karena
berkemampuan berinteraksi dengan diri yang hasilnya adalah peluang tindakan dan
pilihan tindakan
g. pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok
bahkan masyarakat. Pada intinya perhatian utama dari teori interaksi simbolik adalah
tentang terbentuknya kehidupan bermasyarakat
h. melalui proses interaksi serta komunikasi antar individu dan antar kelompok
dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami melalui proses belajar.
Sebagian besar komunikasi manusia bersifat simbolis, yaitu ada beberapa tingkat
kesewenang-wenangan antara konsep dan bagaimana konsep itu
dikomunikasikan. Baik komunikasi simbolik verbal maupun nonverbal
mengkomunikasikan makna yang bukan merupakan tanda itu sendiri kepada penafsir
tanda.
Contoh asrama (interaksi santri dengan kiyai dalam pola Pendidikan islam di
ponpes)
Perkataan ngaji digunakan untuk merujuk pada kegiatan santi yang belajar agama
kepada kiyai. Biasanya yang digunakan oleh pak kiyai biasanya kitab-kitab Bahasa arab.
Dalam pengajian biasanya pak kiyai duduk lebih tinggi dari para santri. Fenomena
demikian menunjukkan bahwa para santri diharapkan bersikap lebih hormat dan
sopan Ketika mendengarkan pesan-pesan yang disampaikan oleh pak kiyai.
sikap semacam ini merupakan implikasi dari adanya simbol-simbol yang melekat, baik
dalam suasana pengajian maupun lebih-lebih sosok Kyai disebut. Pembentukan
perilaku dan kepribadian sehingga menghasilkan tindakan tertentu para santri terjadi
karena intensitas interaksi dengan kyainya, juga. Hal ini tidak terlepas dari pemaknaan
para santri terhadap simbol-simbol yang ada dalam diri Kyai di pondok pesantren.
Pada santri akan selalu memandang kyainya sebagai orang yang mutlak harus
dihormati, Bahkan dianggap memiliki kekuatan gaib yang bisa mendatangkan berkah
atau celaka titik karena itu para santri berusaha untuk menunjukkan rasa hormat
kepada kyainya agar ilmu yang diperoleh bermanfaat, dan sejauh mungkin
menghindarkan diri .
KESIMPULAN
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk tanpa
kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai
daripada komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi
nonverbal ikut terpakai. Karena itu, komunakasi nonverbal bersifat tetap dan selalu
ada. Komunikasi nonverbal lebih bersifat jujur mengungkapkan hal yang mau
diungkapkan karena spontan
PEMBAHASAN
Psikologi Pesan Linguistik
Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu. Setiap cara
berkata memberikan maksud tersendiri. Psikologi linguistik adalah psikologi yang
mempelajari bagaimana maksud komunikator diubah menjadi pesan dalam lambang yang
diterima secara kultural dan bagaimana signal-signal ini di ubah menjadi penafsiran
komunikate (Osgood dan Sebeok,967:20).
Dalam ilmu psikologi pesan terdapat konsep yang berupa teknik pengendalian
perilaku orang lain yang disebut bahasa. Bahasa adalah pesan dalam bentuk kata-kata dan
kalimat, yang disebut linguistik. Manusia mengucapkan kata-kata atau kalimat dengan cara-
cara tertentu. Setiap cara berkata memberikan maksud tersendiri. Cara-cara tersebut adalah
pesan paralinguistic. Tetapi manusia juga menyampaikan pesan dengan cara-cara lain selain
dengan bahasa, misalnya dengan isyarat: ini kita sebut sebagai pesan ekstralinguistik. Kita
akan membicarakan pesan linguistik dengan menguraikan ihwal bahasa, hubungan bahasa
dengan persepsi dan berfikir, makna dari teori general sematic dari Korzyski yang
menganalisa proses penyandian (encoding).
Linguistik berarti ilmu bahasa. Kata linguistik berasal dari kata Latin lingua yang
berarti bahasa. Orang yang ahli dalam ilmu linguistik disebut linguis. Ilmu linguistik sering
juga disebut linguistik umum (general linguistic) karena tidak hanya mengkaji sebuah bahasa
saja.
Ferdinand De Saussure seorang sarjana Swiss dianggap sebagai pelopor linguistik
modern. Bukunya yang terkenal adalah Cours de linguistique generale (1916). Buku tersebut
dianggap sebagai dasar linguistik modern. Beberapa istilah yang digunakan olehnya menjadi
istilah yang digunakan dalam linguistik. Istilah tersebut adalah langue, language, dan parole.
Langue berarti bahasa tertentu seperti pada frase bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan
sebagainya. Langguage berarti bahasa pada umumnya, seperti termuat dalam kalimat
manusia mempunyai bahasa, binatang tidak mempunyai bahasa. Sedangkan parole adalah
bahasa dalam wujudnya yang nyata, konkret, yaitu berbentuk ujaran.
Langue mengacu pada suatu sistem bahasa tertentu yang ada dalam benak
seseorang yang disebut competence oleh Chomsky. Contoh sebagai orang Indonesia, kita
memiliki langue Indonesia. Langue ini akan muncul dalam bentuk parole, yaitu ujaran yang
diucapkan atau yang didengar oleh kita. Jadi, parole merupakan performance dari langue,
Parole inilah yang dapat diamati langsung oleh para linguis.
Sedangkan language adalah satu kemampuan berbahasa yang ada pada setiap
manusia yang sifatnya pembawaan. Pembawaan ini pun harus dikembangkan melalui
stimulus-stimulus. Orang bisu sebenarnya memiliki language namun karena ada gangguan
fisik maka mereka tidak bisa berbicara secara normal (Alwasilah, 1985).
Jadi, sudah jelas bahwa objek linguistik adalah bahasa. Jika dikaitkan dengan istilah-
istilah dari de Saussure, maka yang menjadi objek dalam linguistik adalah hal-hal yang dapat
diamati dari bahasa yakni parole dan yang melandasinya yaitu langue.
Psikolingustik adalah psikologi yang mempelajari bagaimana maksud komunikator
diubah menjadi pesan dalam lambang yang diterima secara cultural dan bagaimana signal-
signal ini diubah menjadi penafsiran komunikator.Pesan paralinguistik adalah pesan non
verbal yang berhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal.pesan paralinguistik
terdiri atas nada yang yang dapat mengungkapkan gairah,ketakutan,kesedihan dan
sebagainya.
Ada dua cara untuk mendefinisikan bahasa yaitu:
Fungsional : melihat bahasa dari segi fungsinya bahasa dapat diartikan sebagai alat
yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan.
Formal: dalam definisi ini menyatakan bahwa bahasa merupakan sebagai semua
kalimat yang terbayangkan yang dapat dibuat menurut peraturan kata bahasa.
Pesan merupakan salah satu unsur yang penting dalam berkomunikasi, sehingga
makna dari pesan itu sendiri memperlancar interaksi sosial antar manusia. Sementara
tujuan dari komunikasi akan tercapai bila makna pesan yang disampaikan komunikator
sama dengan makna yang diterima komunikan. Maka mencapai tujuan itu, pesan yang
disampaikan biasanya diungkapkan melalui 2 bentuk, yaitu:
a. Pesan Verbal
Pesan verbal atau pesan linguistik adalah pesab yang digunakan dalam komunikasi
yang menggunakan bahasa sebagai media. Pesan verbal di transmisikan melalui kombinasi
bunyi-bunyi bahasa dan di gunakan untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan maksud.
Dengan kata lain, pesan verbal adalah pesan yang di ungkapkan melalui bahasa yang
menggunakan kata-kata sebagai media penyimpanan gagasan, ide, dan informasi.
Bahasa memecahkan persoalan, dan menarik kesimpulan. Bahasa memungkinkan
kita untuk menjadi (code) peristiwa-peristiwa dan objek – objek dalam bentuk kata-kata.
Dengan bahasa, kita dapat mengabstraksikan pengalaman kita, dan mengomunikasikan
kebanyakan pemikiran kita kepada orang lain dan menerima pemikiran lainnya.
b. Pesan Non Verbal
Pesan non verbal yaitu pesan yang menggunakan isyarat sebagai media komunikasi.
Fungsi pesam non verbal antara lain sebagai berikut:
b. Struktur Pesan
Bayangkan kita harus menyampaikan informasi di hadapan khalayak yang tidak
sefaham dengan kita. Kita harus menentukan apakah bagian penting dari argumentasi yang
harus didahulukan atau bagian yang kurang penting. Ataukah kita harus membiarkan hanya
argument-argument yang menunjang kita saja atau harus membicarakan yang pro dan
kontra sekaligus.
Struktur pesan adalah pesan yang disampaikan kepada khalayak dimana pesan tidak
sepaham dengan kita, dan sebagai komunikator kita harus bisa menentukan bagian bagian
yang penting dari pesan yang dapat kita terima tersebut. Berikut ini kesimpulan dari Koehler
et al (1978: 170-171), dengan mengutip Cohen penelitian tersebut sebagai berikut:
1) Bila pembicara menyajikan dua sisi persoalan,tidak ada keuntungan untuk pembicara
yang pertama karena berbagai kondisi yang akan menentukan pembicara yang
paling berpengaruh.
2) Penempatan persoalan
3) Penempatan gagasan
4) Mengubah posisi yang akan membuat orang kelihatan tidak kosisten,mudah
dipengaruhi dan bahkanbisa dibilang tidak jujur.
5) Urutan pro-kontra lebih efektif daripada urutan kontra pro bila digunakan oleh
sumber yang dimiliki otoritas dan dihormati oleh khalayak.
6) Argumen yang didengar akan lebih efektif bila ada jangka waktu yang cukup lama
diantara dua pesan dan penguji segera terjadi setelah pesan kedua.
c. Imbauan Pesan
Pesan yang disampaikan untuk mempengaruhi orang lain, sehingga pesan yang
dibuat harus menyentuh motif yang menggerakkan atau mendorong perilaku. Dengan kata
lain secara psikologis menghimbau khalayak untuk menerima dan melaksanakan gagasan
itu, Imbauan pesan tersebut terdiri dari beberapa macam yaitu sebagai berikut:
1) Imbauan rasional artinya meyakinkan orang lain dengan pendekatan logis atau
penyajian bukti-bukti.
2) Imbauan emosional biasanya menggunakan bahasa yang menyentuh emosi
komunikan dari pengalaman sebelumnya.
3) Imbauan takut biasanya menggunakan pesan yang mencemaskan,mengancam atau
meresahkan.
4) Imbauan ganjaran pesan yang biasanya menggunakan rujukan yang menjanjikan
komunikate sesuatu yang mereka perlukan atau yang mereka inginkan.
5) Imbauan motivasional pesan yang menggunakan imbauan motif yang menyentuh
kondisi intern dalam diri manusia.
2. STRUKTUR TULISAN
Struktur tulisan adalah struktur utama dalam penulisan sebuah struktur ilmiah dan
struktur popular.
Judul
Lead
Tubuh
Ending
3. PRAKTEK MENGORGANISIR PESAN DAN MENYUSUN TULISAN
Dalam mengorganisir pesan, ada 4 hal yang haruss diperhatikan dengan baik, yaitu :
Perencanaan
Komposisi
Revisi
4. Manfaat Linguistik
Bagi linguistik sendiri pengetahuan yang luas mengenai linguistik tentu akan sangat
membantu dalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya. Bagi peneliti, kritikus, dan
peminat sastra linguistik akan membantunya dalam memahami karya-karya sastra dengan
lebih baik, sebab bahasa, yang menjadi objek penelitian linguistik itu, merupakan wadah
pelahiran karya sastra.
Bagi peminat sastra, linguistik akan membantu merekaa dalam memahami karya-
karya sastra dengan baik. Karya sastra yang akan mereka teliti dankritis pastilah
menggunakan bahasa sebagai sarana ekspresinya. Kemampuan mereka dalam linguistik
akan sangat membantu dalam meneliti karya-karya tersebut.
Bagi guru bahasa, pengetahuan tentang seluruh subdisiplin linguistik (fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik) akan sangat diperlukan. Mengapa demikian? Sebagai
guru bahasa, selain dituntut untuk mampu berbahasa dengan baik dan benar mereka juga
dituntut untuk dapat menjelaskan masalah dan gejala-gejala bahasa. Pengetahuan tentang
linguistik akan menjadi bekal untuk melaksanakan tugas tersebut.
Pagi penyusun kamus, pengetahuan tentang linguistik akan sangat membantu dalam
menjalankan tugasnya. Penyusun kamus yang baik harus dapat memahami fenom-fenom
bahasa yang akan dikamuskan, penulisan fenom tersebut, makna seluruh fenom yang akan
di kamuskan, dan lain sebagainya.
Para penyusun buku pelajaran tentu banyak membutuhkan konsep-konsep linguistik
dalam benaknya. Buku pelajaran yang akan disusun harus menggunakan kalimat yang sesuai
dengan tingkat pemahaman siswa yang akan membaca buku tersebut. Disamping itu
mereka harus mampu menyajikan materi dengan kosakata dan kalimat yang tepat sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman. Linguistik akan sangat bermanfaat bagi mereka.
Manfaat linguistik bagi para negarawan dan politikus: pertama, sebagai negarawan
atau politikus yang harus memperjuangkan ideologi dan konsep-konsep kenegaraan atau
pemerintahan, secara lisan dia harus menguasai dengan baik. Kedua, jika politikus atau
negaw=rawan itu menguasai masalah linguistik dan sosiolinguistik, khususnya dalam
kaitannya dengan masyarakat, maka tentu dia akan dapat meredam dan menyelesaikan
gejolak sosial yang terjadi dalam masyarakat akibat dari perbedaan dan pertentangan
bahasa. Dan masih bayak lagi manfaat linguistik dalam komunikasi.
Kesimpulan
Dalam konsep psikologi komunikasi akan berhasil menjadi sumber kepercayaan bagi
komunikan. Apabila seorang komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan
dengan menggunakan struktur pesan, organisasi pesan dam menyampaikan pesan kepada
khalayak agar pesan tersebut dapat diterima dengan baik.
Pesan merupakan salah satu unsur yang penting dalam berkomunikasi, sehingga
sehingga makna dari pesan itu sendiri memperlancar interaksi sosial antara manusia.
Karakteristik makna pesan meliputi: makna ditentukan oleh komunikator, makna yang
disampaikan lewat pesan verbal dan nonverbal tidak lengkap, makna bersifat unik, makna
yang mencangkup makna dekoratif dan konotatif, makna harus didasarkan pada konteks.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com/amp/sebuahkisah/psikolinguistik-
psikologi-dan-linguistik_5529181bf17e61a9378b456d
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Linguistik
https://www.google.co.id/amp/s/semutmanis.wordpress.com/2009/10/30/psikologi-pesan-
komunikasi/amp/
https://id.scribd.com/doc/68740882/struktur-linguistik
https://www.google.co.id/amp/s/mrlungs.wordpress.com/2011/01/02/psikologi-pesan/amp/
http://jefrinepaarian.blogspot.com/2014/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html?
m=1
KARTU UJIAN