Anda di halaman 1dari 41

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Disusun Guna Memenuhi: UAS

Mata Kuliah : Psikologi Komunikasi

Dosen Pembimbing : Eko Purwanto M.Ikom

KRISMIRA 1870101001

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan segala
Rahmat, Taufiq, dan Hidayah, serta inayahNya kepada kita semua. Sholawat serta salam
juga kami haturkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW, sehingga pada
kesempatan ini kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Psikologi
Komunikasi.           
Ucapan terima kasih tidak lupa kamihaturkan kepada Bapak Eko Purwanto
M.Ikom selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Komunikasi dan teman-teman
yang membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari di dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal lain.
Oleh karena itu, kami meminta maaf atas ketidaksempurnaannya dan juga
memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat makalah
ini. Harapan kami mudah-mudahan apa yang kami susun memberikan manfaat untuk
diri sendiri, teman-teman, serta orang lain.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Seperti yang telah kita ketahui bahwa Negara kita Indonesia merupakan Negara
demokrasi, dimana semua orang bebas berpendapat, beropini untuk menyampaikan
gagasan-gagasannya yang terbaik untuk kemajuan Negara mengenai hal-hal tertentu.
Kemudian jadilah pendapat-pendapat tersebut menjadi opini publik. Istilah opini publik
berasal dari bahasa Inggris Public Opinionsesuai dengan kata asalnya opini dan publik.
Opini merupakan pendapat dari seseorang mengenai hal tertentu, sedangkan publik
merupakan sekumpulan banyak orang atau umum. Yang nanti akan dibahas lebih
mendalam lagi dalam makalah ini.

Melihat begitu bebas dan leluasanya masyarakat Indonesia untuk berpendapat,


maka kelompok kami tertarik untuk mengetahui seluk beluk tentang opini publik,
bentuk-bentuk opini publik. Bagaimana proses pembnukan opini publik jika ditinjau dari
sudut psikologi komunikasi. Oleh karena itu kelompok kami mengambil judul makalah “
Opini Publik dalam Bingkai Psikologi Komunikasi”.

Komunikasi adalah peristiwa sosial, peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi
dengan manusia lain. Psikologi komunikasi sangat berperan dalam perubahan perilaku
manusia, terutama saat manusia berkomunikasi dengan manusia lain, baik yang sifatnya
interpersonal, kelompok maupun massa.

Ruang publik adalah ruang di mana warganegara bisa berunding mengenai hubungan
bersama mereka sehingga merupakan sebuah arena institusi untuk berinteraksi pada
hal-hal yang berbeda (Habermas). Ruang Publik Secara Ideal Menurut Carr, ruang publik
harus memiliki tiga hal yaitu responsif, demokratis, dan bermakna. Ada tiga aspek yang
menjadi pembentuk kualitas ruang publik meliputi aspek kebutuhan (needs), aspek hak
(right) dan aspek makna (meanings). Peningkatan kualitas ruang publik tidak cukup
hanya dengan menambahkan atau memperbaiki fasilitas pendukung. Akan tetapi ada
beberapa faktor lain yang mendasari perencanaan peningkatan kualitas seperti:
kenyamanan, vitalitas, dan Image.

Kerangka pemikiran media pers dan civil society dimulai dengan proses untuk
mengembangkan pemahaman dan pendapat tentang masalah publik di kalangan warga
masyarakat. Keberadaan pers berada dalam landasan menjamin hak publik untuk
mendapat informasi bebas dan benar. Maka diperlukan suatu ketentuan yaitu
perundang-undangan kebebasan informasi, maka hukum harus jelas batasan dan makna
informasi publik yang sudah menjadi hak warga tersebut.
PEMBAHASAN
Ruang Public dan Psikologi Komunikasi
Henry Lefebvre lahir pada tahun 1901 di Hagetmau, Landes, Prancis. Ia belajar
filsafat di University of Paris (Sorbonne), lulus pada 1920. Pada tahun 1924 ia bekerja
dengan Paul Nizan, Norbert Guterman dkk untuk Kelompok Filsafat, tujuannya mencari
"revolusi filsafat". Pekerjaan ini membawanya berkenalan dengan kelompok Surrealis
dan kelompok-kelompok pergerakan lainnya, sebelum ia masuk ke Partai Komunis
Prancis (PCF). Lefebvre bergabung dengan PCF pada 1928 dan publikasi terakhirnya
menyerang lawan-lawannya salah satunya Nizan (rekannya dulu).
Sejak 1930-1940 Lefebvre menjadi professor filsafat, pada 1940 bergabung
dengan Gerakan Perlawanan. Dari 1944-1949 ia menjadi direktur Radiodiffusion
Française, siaran radio prancis di Toulouse. Idenya mengenai "keseharian" (everyday
live) kali pertama dipublikasikan pada 1947, menjadi landasan intelektual dibalik
berdirinya "COBRA" dan "Situationist International".
Dalam The Production of Space, Lefebvre berpandangan bahwa ada beberapa
level dari ruang, dari yang paling abstrak, kasatmata, ruang alamiah (ruang absolut)
menuju ruangan yang lebih kompleks yang maknanya diproduksi secara sosial (sosial
space).
Argumen Lefebvre dalam bukunya, The Production of Space adalah ruang sebagai
produk sosial, atau konstruksi sosial yang kompleks (berdasar nilai dan produksi sosial
atas makna) yang mempengaruhi praktik ruang dan persepsi atas ruang. Sebagai filsuf
marxis (namun sangat kritis pada strukturalisme yang menjadi wacana dominan masa
itu), Lefebvre berpendapat bahwa produksi sosial atas ruang – kota adalah dasar bagi
reproduksi masyarakat yang disebabkan oleh kapitalisme.
Ruang (sosial) adalah produksi social – ruang diproduksi sebagai cara tertentu yang
menjadi alat berpikir dan bertindak. Ruang tidak hanya berarti sebagai produksi namun
juga sebagai alat kontrol dan untuk kemudian mendominasi (kekuasaan).
Lefebvre berpendapat bahwa seluruh masyarakat-dan semua model produksi-
menghasilkan ruang tertentu, ruang tersendiri. Kota pada masa lampau tak bisa
dipahami hanya sebagai aglomerasi sederhana dari manusia dan benda-benda dalam
suatu ruang-Kota itu memiliki praktik ruangnya sendiri (yang Sesuai bagi kota itu-
Lefebvre menyatakan iklim intelektual yang ada pada kota masa lampau terkait erat
dengan produksi sosial pada keruangannya).Lalu,jika tiap masyarakat memproduksi
ruangnya sendiri, tiap "eksistensi sosial" memberi harapan atau mentahbiskan diri
secara utuh, tetapi yang tak memproduksi ruangnya sendiri akan menjadi kelompok
terasing, komunitas ganjil yang abstrak yang tidak mampu keluar dari belenggu ideologi
maupun budaya. Berdasar argumen ini, Lefebvre mengkritik Perencana Kota Soviet,
yang gagal memproduksi ruang sosialis, hanya mereproduksi model rancang kota
modern (intervensi pada ruang fisik, yang tak cukup untuk menjangkau ruang sosial) dan
diaplikasikan pada konteks.
Lefebvre mengatakan bahwa ruang pertama (ruang fisik atau ruang persepsi), adalah
praktis spasial dari:
1. Ruang Pertama (ruang fisik atau ruang yang dipersepsikan) “ruang praktis dari
dirahasiakan masyarakat, yang memiliki ruang itu; mengusulkan dan menyangka
tentang ruang, di dalam interaksi dialektikal; ruang diproduksi secara pelan dan
dijamin sebagai ruang utama dan dimiliki secara tidak sah”
2. Ruang Kedua (Ruang Mental atau ruang yang diterimakan) ruang
dikonseptualisasikan, sebagai ruang keilmuan, perencanaan, urbanisasi,
teknokratik, dibagi – bagi dan sosial engineering, sebagai tipe penting dengan
suatu keilmuan yang diarahkan – seluruh dari yang memiliki identitas apa yang
dihidupkan dan apa yang dipersepsi dengan apa yang diterima”.
3. Ruang Ketiga (Ruang Sosial atau ruang yang dihidupkan) “Ruang yang secara
langsung diterima sebagai image yang diasosiasi dan yang disimbolkan”.

Selanjutnya, hubungan dengan marxis, di mana ruang sosial berhubungan dengan


produksi yang diproduksi kembali dan yang dialetik kontradiktif dengan interaksi 3
faktor hingga memunculkan jenis-jenis ruang. Ruang, dinyatakan:
1. Oleh “Ruang Praktis” diartikan ruang sebagai direproduksi setiap saat dalam
kehidupan sehari – hari.
2. Oleh “Representasi Ruang”, diartikan ruang sebagai membangun secara kognitif.
3. Dan oleh “Ruang Representasi,” oleh Lefebvre diartikan sebagai simbolisasi yang
kompleks dan ruang idealisasi”.

Konsep Ruang publik Jurgen Habermas


Konsep — yang dimaksud dengan public sphere (ruang publik) yaitu ranah
kehidupan sosial dalam bentuk ruang/tempat/arena/ untuk kepentingan publik. Setiap
orang atau semua warga negara dijamin aksesnya untuk memanfaatkan ruang publik.
Ruang publik ini tidak sama dengan konsep “publik”, yaitu individu yang berkumpul atau
dalam kerumunan orang. Konsep ruang publik ini fokus pada lembaga/institusi sebagai
media berpartisipasi masyarakat. Ruang publik ini biasa disebut badan publik yang
pemanfaatannya tunduk pada aturan konstitusi dan hukum. Ruang publik tidak hanya
berbentuk bagunan fisik tetapi juga berupa media massa (cetak dan elektronik), seperti
surat kabar, majalah, radio, televisi adalah media dari ruang publik. Ruang publik dapat
digunakan untuk berkumpul, berdiskusi, dan berekspresi secara bebas dalam melayani
kepentingan umum, termasuk untuk bisnis, birokrasi, politik, dsb. Ruang publik politik
yang membahas ruang diskusi publik dengan objek aktivitas negara. Negara sebagai
pemilik otoritas kebijakan dan pelaksana ruang publik politik, memiliki tugas untuk
kesejahteraan rakyat melalui sistem demokrasi. Negara berperan sebagai pengontrol
aktivitas pemanfaatan ruang publik politik dan penerima kritik dari penyelenggara
badan publik baik secara informal maupun formal, misalnya melalui aktivitas
persidangan di pengadilan yang menyelenggarakannya secara terbuka. Negara
mengontrol dan memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk menyampaikan
pendapatnya dan memperjuangkan haknya sebagai warga negara dalam hukum dan
pemerintahan sehingga berjalan secara demokratis. Ruang publik berperan sebagai
media opini publik (muncul abad ke-18). Meskipun opini publik ini bersifat asumsi
budaya, sikap normatif, prasangka dan nilai-nilai kolektif, namun keberadaannya tetap
bertahan dan diakui sebagai realitas.

Psikologi komunikasi dan Ruang publik kini


Komunikasi adalah peristiwa sosial, peristiwa yang terjadi ketika manusia
berinteraksi dengan manusia lain. Psikologi komunikasi sangat berperan dalam
perubahan perilaku manusia, terutama saat manusia berkomunikasi dengan manusia
lain, baik yang sifatnya interpersonal, kelompok maupun massa.
Ruang publik adalah ruang di mana warganegara bisa berunding mengenai hubungan
bersama mereka sehingga merupakan sebuah arena institusi untuk berinteraksi pada
hal-hal yang berbeda (Habermas).

Kehadiran komunikasi internasional di tengah perkembangan zaman tentunya sangat


membantu perkembangan negara di seluruh penjuru dunia khususnya negara
berkembang. Namun sebelum itu, terdapat pendekatan teori yang membantu
kemunculan komunikasi internasional yang menghubungkan tiap negara-negara ini
dalam menjalin kerja sama.

Hingga kini, hampir setiap negara di dunia memiliki hubungan diplomatik


dengan negara - negara lain yang cenderung lebih maju, karena dengan begitu negara
tersebut bisa berkembang lebih baik dari sebelumnya. Selain adanya komunikasi
internasional yang menghubungkan mereka, tentunya terdapat sebuah ruang dan
situasi yang menyatukan mereka. Sebut saja ruang publik (public sphere).

Ruang publik di era sekarang semakin lama semakin meluas jangkauannya, mulai
dari ruang publik yang luas (seperti negara, antar negara, dll), hingga ada pula ruang
publik kecil di sekitar kita seperti ruang kelas saat mendiskusikan sesuatu. 

Meskipun hanya terdiri oleh beberapa anak saja, tetapi ruang yang tercipta
dapat memfasilitasi tiap-tiap pandangan dan pola pikir  anak tersebut untuk dapat
diutarakan di forum diskusi. Ruang publik ini nantinya akan menghasilkan sebuah pola
pikir hingga pengetahuan baru bagi mereka.Selain itu, ruang publik bukanlah ruang yang
hanya bisa diakses oleh kaum borjuis atau kaum atas saja, namun para kalangan bawah
pun memiliki hak untuk dapat menyampaikan aspirasi dan keluh kesahnya terkait
fenomena maupun isu yang sedang booming di masyarakat.
PEMBAHASAN
Opini Publik
A.       Pengertian Opini Publik

Opini Publik terdiri atas dua kata, yaitu opini dan publik. Opini diambil dari kata
opinion (Inggris) yang berarti pendapat, demikian juga kata publik berasal dari kata
public (Inggris) yang diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berarti publik/umum,
dengan demikian Opini Publik sama dengan pendapat umum, karena kedua istilah
tersebut sama-sama dipakai di Indonesia.

Beberapa formulasi yang berbeda terhadap opini maupun publik dalam perspektif
ilmu komunikasi yang merupakan sebagian dari ilmu sosial.

Rober E. Lane dan David O. Sears (1965:8): “... an opinion is an answer that is given
to a question in given situation”.

Kimbal Young (Hartono,1966: 44) menambahkan bahwa “opinion means a belief or


conviction more variable and stronger in intensity than a mere hunch or impression but
less valid than truly verifiable or positive knowledge”

William Albig (1939:6): “opinion is any expression on a controversial topic”.


Selanjutnya Albig memberikan perumpamaan, bahwa sesuatu yang sudah jelas/nyata
tidak dapat dipertentangkan untuk melahirkan opini.

Berdasarkan rumusan di atas, opini dapat dipahami sebagai pernyataan yang di


komunikasikan sebagai jawaban atas pertanyaan atau permasalahan yang kontroversial.

Selanjutnya publik diartikan sebagai sekelompok orang yang menaruh perhatian


terhadap masalah yang dilontarkan melalui media massa, dan ikut serta dalam proses
diskusi yang intensif untuk mencari cara memecahkan masalah yang dihadapi untuk
kepentingan umum/orang banyak. Kimbal Young (Hartono, 1966: 45): publik tidak mesti
selalu bertemu muka atau berhubungan langsung, ditambahkan bahwa yang dimaksud
publik adalah sejumlah orang yang terpencar dan memberikan reaksi terhadap suatu
stimuli.

Publik diartikan sebagai kelompok orang yang menaruh perhatian terhadap masalah
yang dilontarkan melalui mass media dan ikut serta dalam proses diskusi yang intensif
untuk mencari cara memecahkan masalah yang dihadapi untuk kepentingan umum atau
orang banyak. Dalam hal ini publik diartikan tidak sama dengan massa, melainkan
diartikan sebagai individu-individu di dalam kelompok yang memiliki atau diharapkan
memiliki opini.

Kimbal Young menyatakan “ The public is not held together by face or shoulder to
shoulder contacts; a number of people scatter in space react to stimulus, which is
provided by indirect and mechanical means of communication”. Jadi publik tidak harus
bertemu muka atau berhubungan langsung.
Hartono Menjelaskan publik adalah kelompok yang abstrak dan orang-orang yang
menaruh minat pada suatu persoalan atau kepentingan yang sama, dimana mereka
terlibat dalam suatu pertukaran pikiran melalui komunikasi tidak langsung untuk
mencari penyelesaian atau kepuasan atas persoalan atau kepentingan mereka itu.

Oey Hong Lee menjelaskan bahwa bagian-bagian massa yang tertarik oleh masalah-
masalah dan persoalan-persoalan kemasyarakatan yang diteruskan oleh alat-alat
komunikasi massa, secara spontan mempersatukan diri dalm kelompok-kelompok yang
dinamakan publik. Jumlah publik-publik secara keseluruhan dinamakan dengan Publik
(huruf P besar). Selai n itu publik (huruf p kecil) dijelaskan sebagai orang banyak yang
terhimpun dalm kelompok-kelompok yang sedang menghadapi suatu masalah yang sulit
dan kontoversial, serta berusaha untuk mencari solusi dengan melakukan diskusi-diskusi
secara tidak langsung.

Dalam publik itu terdapat individu-individu yang mengerti masalah, rasional, kritis,
bahkan spesialis dan memiliki kepentingan yang perlu dijaga. Kelompok ini dapat juga
dikatakan sebagai kelompok kepentingan.

A. Lowrence Lowell menyebutkan bahwa publik atau umum hanyalah golongan


yang memiliki perhatian besar dan pengetahuan cukup terhadap suatu masalah dan
tidak mutlak merupakan pendapat mayoritas. John Stuard Mill hanya mengartikan
publik sebagai golongan intelektual saja. Rousseau mengartikan publik adalah seluruh
masyarakat (volente generale) dengan berpegang pada prinsip demokrasi langsung.

Sehingga dapat diartikan bahwa Opini Publik adalah pendapat yang sama dan
dinyatakan oleh banyak orang yang diperoleh melalui diskusi yang intensif sebagai
jawaban atas pertanyaan dan permasalahan yang menyangkut kepentingan umum.
Whyte menyebutkan bahwa Opini Publik adalah sikap dari rakyat mengenai suatu
masalah yang menyangkut kepentingan umum.

Hennesy menyatakan Opini Publik adalah referensi yang diekspresikan oleh


sejumlah orang penting tentang suatu isu yang menyangkut kepentingan umum.
Kompleks referensi yang dimaksud adalah pertentangan keinginan dari sejumlah orang.
Sejalan dengan itu, Arifin menulis bahwa Opini Publik adalah pendapat rata-rata individu
dalam masyarakat sebagai hasi diskusi tidak langsung yang dilakukan untuk
memecahkan persoalan sosial, terutama yang disebarkan oleh media massa, oleh sebab
itu Opini Publik hanya akan terbentuk jika ada isu yang dikembangkan oleh media massa
yang menyangkuit kepentingan umum.

Emory Bogardus menyatakan Opini Publik adalah hasil integrasi pendapat


berdasarkan diskusi yang dilakukan dalam masyarakat demokratis. Alan D. Monroe
merumuskan bahwa opini publik adalah distribusi pilihan individu-individu di dalam
masyarakat. R.O Tambunan menuliskan bahwa Opini Publik adalah pendapat yang hidup
dan berkembang sebagai bentuk interaksi nilai dan lambang di dalm masyarakat.William
Albig menyatakan bahwa Opini Publik adalah hasil daripada interaksi atara orang-orang
dalam suatu kelompok.
Kruger Reckless mengemukakan bahwa Opini Publik adalah suatu pendapat hasil
pertimbangan seseorang tentang suatu hal yang telah diterima sebagai pikiran politik.
L.W Doob menyatakan bahwa Opini Publik itu menunjukan sikap orang-orang yang
menjadi anggota suatu golongan terhadap suatu masalah.

Bernard Bereleson mengatikan Opini Publik dengan politik dan sosial. Ia menuliskan
bahwa Opini Publik adalah tanggapan orang-orang terhadap masalah- masalah politik
dan sosial yang mengandung pertentangan dan meminta perhatian umum seperti
hubungan internasional, kebijakan pemerintah, pemilihan umum, dan hubungan antar
etnis.

Opini Publik yang disimpulkan oleh Arifin:

Opini Publik adalah pendapat, sikap, perasaan, ramalan, pendirian, dan harapan
rata-rata individu kelompok dalam masyarakat tentang suatu hal yang berhubungan
dengan kepentingan umumatau persoalan-persoalan sosial.

Opini publik adalah hasil interaksi, diskusi atau penilaian sosial antar individu
tersebut yang berdasarkan pertukaran pikiran yang sadar dan rasional yang dinyatakan
baik lisan maupun tulisan.

Isu atau masalah yang didiskusikan itu adalah hasil dari apa yang disebarkan oleh
media massa.

Opini Publik hanya dapat berkembang pada negara-negara yang menganut faham
demokrasi (faham yang memberikan kebebasan pada warganya untuk menyatakan
pendapat dan sikap)

Arifin menyatakan bahwa Opini Publik paling kurang memilki tiga unsur. Pertama,
harus ada isu yang aktuaal, penting, dan menyangkut kepentingan pribadi kebanyakan
orang dalam masyarakat atau kepentingan umum, yang disiarkan melalui media massa.
kedua, harus ada sejumlah orang yang mediskusikan isu tersebut, yang kemudian
menghasilkan kata sepakat mengenai sikap, pendapat, dan pandangan mereka. Ketiga,
pendapat tersebut selanjutnya diekspresikan atau dinyatakan dalam bentuk lisan,
tulisan, dan gerak-gerik.

Blumler mengingatkan bahwa Opini Publik tidaklah berarti harus merupakan


pendapat bulat dari semua orang, melainkan merupakan pendapat mayoritas, tetapi
mungkin hanya pendapat minoritas, dan bahkan mungkjin hanya pendapat seseorang
dalm arti ruling elite atau influential minority.

A. Proses Terbentuknya Opini Public


a. Hypodemic Needle Theory: teori yang dipergunakan dalam pembentukan
publik dengan memanfaatkan media, seperti jarum yang menyuntikkan
informasi secara berulang-ulang kepada khalayak agar terbentuk opini publik.
Model komunikasi adalah one way system dengan secara kuat melakukan
terpaan isi media. Diharapkan agenda media menjadi agenda publik dalam
bentuk opini.

b. The Spiral of Silence Theory (E. Noelle-Neumann): yang dibangun dengan


empat unsur pokok; (a) media massa, (b) komunikasi antarpribadi dan jalinan
interaksi sosial, (c) statemen individu tentang suatu hal dan persepsi orang
lain/kecenderungan pendapat tentang suatu persoalan yang dilontarkan, (d)
penerimaan atas opini publik sebagai akibat kuatnya kecenderungan orang-
orang disekitarnya.

c. Bandwagon Effect Theory: menjelaskan sebuah situasi yang menunjukkan


ketika seseorang berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan pendapat
mayoritas orang disekitarnya. Pendapat  umum disekitarnya akibat terpaan
media kuat dan kontinu sehingga dipercaya kebenarannya. Seseorang berfikir
agar tida terisolasi atau dianggap asing pendapat dan sikapnya maka ia memilih
ikut maenstream pendapat umum orang-orang disekitarnya. Sarana utama
pembentukan opini publik dalam teori ini adalah media yang dianggap powefull
effect of media. Kecenderungan orang-orang yang memiliki pendapat berbeda
tidak mampu menghadapi kuatnya dominasi politik sekitarnya. Rakhmat
Jalaluddin (1999:130-131)

Jika dilihat dari psikologis Moree berpendapat akar dari proses pembentukan opini
adalah sikap (attitude). Sikap adalah perasaan atau suasana hati seseorang mengenai
orang lain, organisasi, persoalan, atau objek. Sikap menggambarkan predisposisi
seseorang untuk mengevaluasi masalah kontroversional dengan cara-cara tertentu. 
Secara singkat, sikap adalah suatu cara untuk melihat situasi, dan sikap yang
diungkapkan adalah opini.Latarbelakang kebudayaan, ras, dan agama seringkali
menentukan sikap seseorang. Sama halnya dengan R. P. Abelson bahwa untuk
memahami proses pembentukan opini seseoang dan Publik berkaitan erat dengan
sikap mental (Attitude),persepsi (persepstion) yaitu proses pemberian makna dan
hingga kepercayaan tentang sesuatu (belief).

Menurut Sunarjo (1984) opini, sikap, perilaku, tidak dapat untuk dipisahkan.


Ada beberapa konsep yang dikemukakan oleh Sunarjo (1984) tentang opini yaitu:

a.    Opini atau pendapat merupakan jawaban terbuka (overt) terhadap suatu


persoalan atau issu ataupun jawaban yang dinyatakan berdasarkan kata-
kata yang diajukan secara tertulis ataupun lisan.

b.    Sikap atau attitude adalah reaksi seseorang yang mungkin sekali


terbuka/terlihat, akan tetapi tidak selalu dimaksudkan untuk dinyatakan/
diperlihatkan, karena itu tidak selalu dimaksudkan untuk dinyatakan atau
diperlihatkan, karena itu dinyatakan bahwa sikap atau attitude reaksi
yang tertutup (covert).
c.    Biasanya sikap seseorang mencerminkan sekaligus pendapatnya secara
implisit (dari bahasa latin implicite artinya meskipun belum atau tidak
disebut, sudah termasuk didalamnya).

d.   Opini merupakan pernyatan yang diucapkan atau tertulis/tulisan, maka


sikap atau attitude merupakan kecenderungan untuk merespon secara
positif atau negatif kepada seseorang yang tertentu, objek atau situasi
yang tertentu pula.

e.    Opini dianggap sebagai jawaban lisan pada individu yang memberi


respon (tanggapan) kepada stimulus dimana dalam situasi/keadaan yang
pada umumnya diajukan suatu pertanyaan.

f.     Keyakinan merukan sikap dasar seseorang yang biasanya bertujuan


mencapai cita-citanya, memecahkan suatu persoalan ataupun
mewujudkan suatu rencana.

Kesimpulan

Opini publik adalah sikap seseorang mengenai suatu hal, dimana mereka
merupakan anggota sebuah masyarakat yang sama, sehingga opini publik berhubungan
dengan sikap manusia, baik sikap secara pribadi maupun sikap manusia secara
kelompok.

Ada tiga teori dalam membentuk opini publik, yaitu :

1.    Hypodemic Needle Theory

2.    The Spiral of Silence Theory

3.    Bandwagon Effect Theory

Dalam psikologi opini publik berkaitan erat dengan sikap


mental (Attitude),persepsi (persepstion) yaitu proses pemberian makna dan
hingga kepercayaan tentang sesuatu (belief).
PEMBAHASAN
Definisi Manajemen Konflik
1. Definisi Manajemen Konflik
Manajemen konflik adalah langkah-langkah penyelesaian permasalahan didalam konflik.
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak
luar dalam suatu konflik, termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada
proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku
maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan
interpretasi.

Menurut Ross (1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para
pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu
yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik
dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif,
bermufakat, atau agresif.

Jika tidak ditangani dengan baik konflik dapat menimbulkan perpecahan dalam
kelompok karena keegoisan masing masing individu dalam menetapkan pendiriannya.
Karena itu konflik tidak selamanya perlu dihindari karena konflik tidak berujung selalu ke
arah negatif. Karena konflik dapat membuat hubungan antar individu dan kelompok
menjadi lebih erat dan mempunyai rasa solidaritas setelah adanya konflik. Manajemen
konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah
(dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak
ketiga.

Dapat disimpulkan bahwa Manajemen Konflik adalah suatu cara atau proses mengambil
langkah-langkah oleh para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan
perselisihan ke arah hasil yang positif dengan melakukan pendekatan, komunikasi dan
evaluasi untuk mendapatkan penyempurnaan untuk mendukung tujuan yang telah
ditetapkan.

2. Jenis- Jenis Konflik


Menurut Stoner dan Wankel (1993) terdapat lima jenis konflik, yaitu:

a. Konflik Intrapersonal.
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila
pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi
sekaligus. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak
menyenangkan. Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu:

· Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua


pilihan yang sama-sama menarik.

· Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua


pilihan yang sama menyulitkan.
· Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu
hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.

b. Konflik Interpersonal.
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan
suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam
ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa
tidak akan memengaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.

c. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok.


Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk
mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh
kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas
kelompok dimana ia berada.

d. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama.


Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi.
Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam
bidang konflik antar kelompok.

e. Konflik antara organisasi


Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain
dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan.
Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya
pengembangan produkproduk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah
dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.[2]

3. Penyebab Konflik
Penyebab terjadinya konflik biasanya diakibatkan karena adanya misscommunication.
Misscommunication terjadi biasanya dikarenakan salah satu pihak tidak mengerti
dengan pesan yang disampaikan oleh pihak yang lain, bisa juga dikarenakan kesalahan
memaknai pesan. Mungkin bahasanya verbal maupun non verbalnya, atau ejaan
kalimatnya atau mungkin juga pengetahuan kedua pihak tersebut tidak sama atau bisa
juga karena media yang digunakan.

Misscommunication atau lebih sering disebut Miss Komunikasi merupakan adanya


kesalahpahaman antara kedua belah pihak dalam mencerna proses komunikasi,
sehingga antara pesan yang disampaikan dengan pesan yang diterima berbeda
penafsiran atau arti. Miss komunikasi dapat menyebabkan tidak tercapainnya tujuan
atau misi yang hendak dicapai. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya Miss
komunikasi, bisa disebabkan dari faktor luar rangkaian unsur proses komunikasi,
ataupun tidak lengkapnya pesan komunikasi itu disampaikan.
Selain miss komunikasi ada juga penyebab lainnya, yaitu :

a. Perbedaan individu, meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.


Karena setiap individu memiliki pandangan dan pendirian, terakadang tiap semua nya
dapat diterima. Contoh saat mengadakan hajat, orang sekitar rumah bisa saja terganggu
karena berisik namun ada juga yang senang karena itu adalah momen bahagia.

b. Perbedaan latar belakang budaya


Indonesia memiliki beragam kebudayaan, keragaman budaya ini harus di sikapi dengan
sikap toleransi, jika tidak akan menimbulkan konflik.

c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok


Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang
berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.

d. Perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat


Perubahan adalah sesuatu yang pasti terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung
cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik
sosial. Contoh orang kota yang pindah ke desa dalam bersosialisasi nya bisa
menimbulkan konflik karena orangkota terbiasa cuek dengan likungan sekitar mereka,
berbanding terbalik dengan orang di desa.[3]

4. Pengelolaan Konflik
Sepanjang kehidupan manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik baik
itu secara individu maupun organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindarkan. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi, setiap anggota organisasi
senantiasa dihadapkan pada konflik. Agar konflik tidak jadi berlarut-larut maka konflik
dapat dicegah atau dikelola.Menurut Suzne c.de Janasz, Karen and Beth (2006) Cara
untuk mengelola konflik:

a) Kontrol marah Anda dan respons emosional. Menunjukkan rasa hormat Anda
untuk perasaan pihak lain. Memvalidasi bahwa konflik adalah nyata bagi mereka
tidak peduli seberapa sepele mungkin tampaknya Anda. Konflik merangkul
membangun hubungan yang jujur. Dengan memvalidasi perasaan kedua belah
pihak tentang situasi Anda kemudian dapat pindah ke mode pemecahan
masalah.

b) Memahami masalah. Luangkan waktu yang dibutuhkan untuk sepenuhnya


menilai lingkup situasi: sumber konflik, isu yang terlibat, tujuan, dan dinamika
hubungan yang terlibat. Menerima kesalahan dari pihak yang terlibat dan
bersedia untuk mengakui mereka. Fokus pada perilaku yang berubah, bukan
orang.
c) Pilih strategi Anda. Tidak semua konflik dapat dikelola. Dapatkan semua fakta
sebelum membuat penilaian apapun. Pilih waktu dan tempat dengan hati-hati.
Manajer yang baik akan hati-hati dalam memilih layak penanganan dan pilih
strategi yang tepat untuk menangani mereka.

d) Cari untuk tujuan bersama. Tahu pilihan Anda, dan pilih pilihan terbaik Anda.
Mencoba untuk bekerja untuk solusi menang-menang yang akan diterima oleh
kedua belah pihak. Lakukan ini dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan
menunjukkan Anda pernah mendengar dan mengerti tujuan atau tujuan lain.
Ketika hal ini tidak mungkin atau waktunya singkat, cobalah untuk menampung
banyak kepentingan orang lain mungkin dan kemudian membuat keputusan
yang akhirnya paling adil dan membantu bagi organisasi. Kadang-kadang solusi
kompromi harus cukup.[4]

5. Penanganan Konflik
Untuk menangani konflik dengan efektif, kita harus mengetahui kemampuan diri

sendiri dan juga pihak-pihak yang mempunyai konflik. Ada beberapa cara untuk

menangani konflik antara lain :

1. Introspeksi diri
Bagaiman kita biasanya menghadapi konflik ? Gaya pa yang biasanya digunakan?

Apa saja yang menjadi dasar dan persepsi kita. Hal ini penting untuk dilakukan

sehingga kita dapat mengukur kekuatan kita.

2. Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat.


Sangat penting bagi kita untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat. Kita dapat

mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka miliki, bagaimana nilai dan

sikap mereka atas konflik tersebut dan apa perasaan mereka atas terjadinya

konflik. Kesempatan kita untuk sukses dalam menangani konflik semakin besar

jika kita meliha konflik yang terjadi dari semua sudut pandang.

3. Identifikasi sumber konflik


Seperti dituliskan di atas, konflik tidak muncul begitu saja. Sumber konflik

sebaiknya dapat teridentifikasi sehingga sasaran penanganannya lebih terarah

kepada sebab konflik.

4. Mengetahui pilihan penyelesaian atau penanganan konflik yang ada dan memilih

yang tepat.[5]

6. Metode dalam mengatasi konflik


Untuk menangani konflik dengan efektif, kita harus mengetahui kemampuan diri sendiri
dan juga pihak-pihak yang mempunyai konflik. Spiegel (dalam Juanita) menjelaskan ada
lima tindakan dalam penanganan konflik:

a. Berkompetisi

Tindakan ini dilakukan jika kepentingan sendiri lebih diutamakan di atas kepentingan
pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi membutuhkan
pengambilan keputusan dengan cepat. Tentu saja situasi menang–kalah (win-
loseorientation) akan terjadi dalam tindakan ini.

Win-Lose Orientation terdiri dari lima orientasi sebagai berikut:

1) Win-Lose (Menang – Kalah)

Paradigma ini mengatakan jika “saya menang, anda kalah “. Dalam gaya ini seseorang
cenderung menggunakan kekuasaan, jabatan, mandat, barang milik, atau kepribadian
untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan mengorbankan orang lain. Dengan
paradigma ini seseorang akan merasa berarti jika ia bisa menang dan orang lain kalah. Ia
akan merasa terancam dan iri jika orang lain menang sebab ia berpikir jika orang lain
menang pasti dirinya kalah. Jika menang pun sebenarnya ia diliputi rasa bersalah karena
ia menganggap kemenangannya pasti mengorbankan orang lain. Pihak yang kalah pun
akan menyimpan rasa kecewa, sakit hati, dan merasa diabaikan.

Sikap Menang-Kalah dapat muncul dalam bentuk

a. Menggunakan orang lain , baik secara emosional atau pun fisik, untuk kepentingan
diri.

b.Mencoba untuk berada di atas orang lain.

c. Menjelek-jelekkan orang lain supaya diri sendiri nampak baik.

d. Selalu mencoba memaksakan kehendak tanpa memperhatikan perasaan orang lain.

e. Iri dan dengki ketika orang lain berhasil

2) Lose-Win

Dalam gaya ini seseorang tidak mempunyai tuntutan, visi, dan harapan. Ia cenderung
cepat menyenangkan atau memenuhi tuntutan orang lain. Mereka mencari kekuatan
dari popularitas atau penerimaan. Karena paradigma ini lebih mementingkan
popularitas dan penerimaan maka menang bukanlah yang utama. Akibatnya banyak
perasaan yang terpendam dan tidak terungkapkan sehingga akan menyebabkan
penyakit psikosomatik seperti sesak napas, saraf, gangguan sistem peredaran darah
yang merupakan perwujudan dari kekecewaan dan kemarahan yang mendalam.[6]

3) Lose-Lose (Kalah-Kalah)

Biasanya terjadi jika orang yang bertemu sama-sama punya paradigma Menang-Kalah.
Karena keduanya tidak bisa bernegosiasi secara sehat, maka mereka berprinsip jika tidak
ada yang menang , lebih baik semuanya kalah. Mereka berpusat pada musuh, yang ada
hanya perasaan dendam tanpa menyadari jika orang lain kalah dan dirinya kalah sama
saja dengan bunuh diri.

4) Win (Menang)

Orang bermentalitas menang tidak harus menginginkan orang lain kalah. Yang penting
adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang bermentalitas menang
menjadi egois dan akan mencapai tujuannya sendiri. Jika hal ini menjadi pola hidupnya
maka ia tidak akan bisa akrab dengan orang lain, merasa kesepian, dan sulit kerja sama
dalam tim.

5) Win-Win (Menang-Menang)

Menang-Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari
keuntungan bersama dalam semua interaksi. Menang-Menang berarti mengusahakan
semua pihak merasa senang dan puas dengan pemecahan masalah atau keputusan yang
diambil. Paradigma ini memandang kehidupan sebagai arena kerja sama bukan
persaingan. Paradigma ini akan menimbulkan kepuasan pada kedua belah pihak dan
akan meningkatkan kerja sama kreatif.

b. Menghindari konflik

Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menginginkan untuk menghindari konflik
baik secara fisik ataupun psikologis. Menghindari konflik dapat dilakukan jika masing-
masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana ataupun membekukan konflik
untuk sementara. Contoh nya dalam suatu kelompok ada perbedaan pendapat dari
individu keindividu yang lain, merekaberadusuara agar pendapatnya diterima dalam
suatu kelompok tersebut karena ada salahin dividu yang tidak bisamenerima pendapat
orang lain maka timbullah suatu konflik yang membuat suasana menjadi buruk. Ketika
kondisi yang memburuk itu harus ada salah seorang yang bias merubah suasana
tersebut berubah menjadi baik lagi agar saling bias menghargai satu sama lain dalam
suatu kelompok tersebut.

c. Akomodasi

Usaha untuk mencapai penyelesaian dari suatu pertikaian ataupun konflik oleh pihak
pihak yang bertikan dan mengarah pada kondisi ataupun keadaan selesainnya suatu
konflik atau pertikaian tersebut. Apabila akomodasi diawali dengan upaya upaya oleh
pihak pihak yang bertikai untuk saling mengurangi sumber pertentangan antara dua
belah pihak, sehingga intensitas konflik. Contohnya ketika ada dua orang yang bertikai
dan mereka tidak bisa menyelesaikanya, pertentangan antara dua pihak tanpa
menghancurkan salah satu pihak, sehingga kepribadian masing-masing pihak tetap
terpelihara upaya yang dilakukan adalah bermusyawarah bersama agar kedua belah
pihak tersebut bisa saling memahami dan saling berbaikan agar konflik yang mereka
alami selesai dengan cara yang baik dan tidak timbul pertikaian kembali.

d. Kompromi
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa menjaga hubungan
baik sangat penting. Masing-masing pihak akan mengorbankan sebagian
kepentingannya untuk mendapatkan kemenangan. Kompromi merupakan bentuk
komunikasi untuk mencari penyelesaian atau jalan tengah antara pihak-pihak yang
berselisihsehinggatidakadapihak yang dirugikan.Agar tercapai kesepakatan maka pihak
pihak terkait harus bersedia mengurangi tuntutannya sehingga seluruh pihak dapat
diuntungkan. Contohnyadalamkeluarga ayah danibuakanmenontonsaluran TV yang
disukai. Misalnya, ayah inginmenonton bola tetapiibuinginmelihattayangan film
kelanjutan yang disukai, karena adanya pertentangan itu maka timbulah konflik.
Untukituuapaya yang dilakukan ayah danibu adalah harus bisa menonton TV secara
bergantian ketika ada jeda iklan.

7. Dampak Konflik

Konflik dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah sebagai berikut :

A. Dampak Positif Konflik

1) Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu

2) Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif.

3) Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar


pribadi maupun antar kelompok dalam organisasi.

4) Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat stress


bahkan produktivitas kerja semakin meningkat.

5) Dapat mengembangkan prestasi sesuai dengan potensinya melalui


pelayananpendidikan (education), pelatihan (training) dan konseling (counseling)
dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

B. Dampak Negatif

1) Banyakorangyang mengeluh karena sikap atau perilaku teman yang


dirasakankurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab.

2) sulit untuk konsentrasi dalam organisasi, muncul perasaan-perasaan kurang


aman, merasa tertolak oleh temanmerasa tidak dihargai hasil pekerjaannya,
timbul stres yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan darah tinggi,
maag ataupun yang lainnya.

3) pertahanan diri bila memperoleh teguran.

Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Manajemen Konflik adalah suatu cara atau proses mengambil
langkah-langkah oleh para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan
perselisihan ke arah hasil yang positif dengan melakukan pendekatan, komunikasi dan
evaluasi untuk mendapatkan penyempurnaan untuk mendukung tujuan yang telah
ditetapkan.

Penyebab terjadinya konflik biasanya diakibatkan karena adanya misscommunication.


Misscommunication terjadi biasanya dikarenakan salah satu pihak tidak mengerti
dengan pesan yang disampaikan oleh pihak yang lain, bisa juga dikarenakan kesalahan
memaknai pesan. Mungkin bahasanya verbal maupun non verbalnya, atau ejaan
kalimatnya atau mungkin juga pengetahuan kedua pihak tersebut tidak sama atau bisa
juga karena media yang digunakan.

PEMBAHASAN

Faktor Budaya Dalam Proses Interaksi dan Komunikasi


Ketika adanya komunikasi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan
yang berbeda-beda, di situlah terjadinya komunikasi antarbudaya. Stewart L.
Tubis mengatakan bahwa komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang-
orang yang berbeda budaya. Pernyataan ini beranggapan bahwa perbedaan cara
hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari
generasi ke generasi.

Komunikasi Antar Budaya menurut Para Ahli


Selain Stewart, Hamid Mowland juga berpendapat bahwa komunikasi antar
budaya sebagai human flow across national boundaries. Asumsi tersebut merupakan
sekelompok manusia yang menyebrangi lintas budaya. Seperti adanya keterlibatan
suatu konferensi internasional di mana bangsa-bangsa dari berbagai negara
berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. 
Dengan kata lain, komunikasi antarbudaya ini akan terjadi ketika adanya
komunikasi antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda demi
mencapainya suatu tujuan komunikasi yang sama serta terjalin interaksi yang lancar
pada hakekatnya.
Sedangkan menurut para ahli yang lain ada yang berpendapat
seperti Sitaram (1970) yang mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya merupakan
seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda
kebudayaan. 
Berbeda halnya dengan Srnover dan Porter (1972) yang berpendapat bahwa
komunikasi antarbudaya terjadi manakala bagian yang terlibat dalam kegiatan
komunikasi tersebut mempunyai latar belakang budaya dan pengalaman yang
berbeda. Latar belakang tersebut mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya
berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai.
Kemudian, Rich (1974) menyimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi
ketika orang-orang yang berbeda kebudayaan dipertemukan. Sehingga, dapat ditarik
kesimpulan, bahwa komunikasi antar budaya ini merupakan komunikasi yang terjadi
ketika kedua orang atau lebih sedang proses berkomunikasi, untuk mencapai
pemahaman, maupun pengertian yang terjadi di antara khalayak yang berbeda
kebudayaan. Oleh karena itu, kegiatan inilah yang membawa keselarasan dalam
berkomunikasi.

Fungsi Komunikasi Antar Budaya

Adapun beberapa fungsi dari komunikasi antarbudaya di antaranya :

 Menyatakan Identitas Sosial: Dengan adanya komunikasi antarbudaya, individu


tersebut dapat menunjukkan identitas sosialnya sendiri.
 Menyatakan Intergasi Sosial: Komunikasi antarbudaya dapat menyatukan dan
mempersatukan antar pribadi dalam interaksi tersebut. (Baca juga: Komunikasi
Pertanian)
 Menambah Pengetahuan: Komunikasi antarbudaya pun dapat memberikan
wawasan yang baru, bahkan wawasan yang belum pernah diketahui oleh individu
tersebut.
 Hubungan Interaksi: Selain itu, komunikasi antarbudaya juga dapat menciptakan
hubungan yang komplementer serta hubungan yang selaras.

Faktor Terjadinya Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antarbudaya ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor di antaranya :
Mobilitas
Perjalanan dari negara satu ke negara lain sudah bukan menjadi hal yang khusus lagi,
alias, kegiatan ini sudah menjadi kegiatan umum yang kerap kali dilakukan oleh
masyarakat. Hal itu terjadi karena adanya peluang-peluang bisnis yang menggiurkan dan
pendidikan yang menjamin. Sehingga terjadilah mobilitas yang luas dan terjadilah
berbagai budaya yang menyatu pada satu wilayah. 
Ekonomi
Faktor ekonomi pun juga mempengaruhi adanya komunikasi antarbudaya. Seperti pada
contohnya, negara Indonesia yang memiliki ekonomi berkembang akan mengalami
ketergantungan dengan negara yang memiliki tingkat perekonomian tinggi. Sehingga,
terjadilah perpindahan pekerjaan dan terjadilah penyatuan budaya dalam satu tempat.
Teknologi
Teknologi akhir-akhir ini tumbuh semakin pesat. Sehingga teknologi pun mampu
membawa kultur luas masuk ke suatu wilayah yang dapat mempengaruhi budaya
bangsa. Oleh karena itu, teknologi pun mampu membuat komunikasi antarbudaya ini
menjadi lebih mudah dan praktis. Bahkan cepat atau lambat, teknologi dapat
memberikan dampak akan terjadinya pertukaran budaya secara besar-besaran.
Imigrasi
Sudah tidak aneh lagi, ketika kita berjalan di rumah sendiri, kita melihat orang asing di
sekeliling kita. Hal itu terjadi karena adanya kegiatan imigrasi untuk suatu kepentingan.
Sehingga, terjadilah penyatuan budaya atau biasa disebut dengan akulturasi. Akulturasi
tersebut menyebabkan terjadinya komunikasi antarbudaya
Politik
Kepentingan politik pun juga ikut andil memberikan dampak munculnya komunikasi
antarbudaya. Seperti halnya saat Raja Arab berkunjung ke Indonesia, atau sebaliknya,
saat Presiden Jokowi berkunjung ke Negara Australia. Kunjungan negara inilah yang
mendatangkan komunikasi antar budaya.

Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang


dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu
yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok
lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat
simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan
kepadanya oleh mereka yang menggunakannya.
Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia
bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi
manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara
seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap
namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses
penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu.
Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat
kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari
terjadinya hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi
dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan.

1.2 Komunikasi Lintas Budaya Dalam Psikologi Komunikasi


Seringkali, prilaku komunikasi antar individu tampak asing, bahkan gagal
untuk memenuhi tujuan komunikasi tertentu, sebab mereka tidak memiliki
pengetahuan yang mendalam mengenai latar belakang budaya pihak lain. Akibat ke
gagalan tersebut memaksa ilmuan mengawinkan “budaya” dan “komunikasi” serta
menjadikan komu nikasi lintas budaya sebagai suatu bidang studi. Inheren dalam per
paduan ini adalah gagasan bahwa komunikasi lintas budaya memerlukan penelitian
tentang budaya dan kesulitan-kesulitan komunikasi dengan pihak-pihak yang
berbeda budaya.1 Maletzke, mendefenisikan komuni kasi lintas budaya sebagai
proses perubahan mencari dan menemukan makna antarmanusia yang berbeda
budaya.2 Komunikasi lintas budaya adalah terjadinya pengiriman pesan dari
seseorang yang berasal dari satu budaya yang berbeda dengan pihak penerima
pesan.3 Bila disederhanakan, komunikasi lintas budaya ini memberi penekanan pada
aspek perbedayaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan bagi
keberlangsungan proses komunikasi. Kendatipun studi komunikasi lintas budaya ini
membicarakan tentang perasamaan-persamaan maupun perbedaan karakteristik
kebudayaan antara pelaku-pelaku komunikasi, namun titik perhatian utamanya
adalah proses komunikasi antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang
berbeda kebudayaan, yang mencoba untuk saling berinteraksi. Maka konsep
terpenting dalam studi ini adalah menyangkut adanya “kontak” dan “komunikasi”
antar pelaku-pelaku komunikasi.
Komunikasi dalam semua konteks merupakan persamaan dalam hal unsur-
unsur dasar dan proses-proses komunikasi manusia (transmitting, receiving,
processing), tetapi adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar
belakang pengalaman individu membentuk pola-pola persepsi, pemikiran,
penggunaan pesan-pesan verbal/ nonverbal serta hubungan-hubungan dasarnya.
Maka variasi kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang mempengaruhi proses
komunikasi lintas budaya.
Komunikasi lintas budaya terjadi bila pemberi pesan 4 Ilya Sunarwinadi,
Komunikasi Antar Budaya (Jakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial
Indonesia, tt.), 11. adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah
anggota suatu budaya lainnya. Dengan demikian, penyampaian pesan dari sumber
komunikasi harus diberi sandi sehingga penerima pesan sebagai anggota budaya
yang berbeda tersebut dapat menyandi ulang informasi yang diterimanya. Untuk
mencapai interaksi budaya yang efektif, maka perlu melihat konteks keseluruhan
tempat berlangsungnya komunikasi tersebut. Dalam konteks ini, Saral
mengemukakan bahwa lingkungan kontekstual (contextual environment) secara
terus menerus berubah, yang disebut kenyataan bukanlah suatu yang tunggal, pasti
atau mutlak dan tidak ada cara melihat, menyadari, berpikir dan berkomunikasi yang
berlaku secara universal. Oleh karenanya menurut Saral, kita harus mengakui
kemungkinan dianutnya serta disebarluaskannya kenyataankenyataan komunikasi
yang berbeda oleh lingkungan komunikasi yang berlainan. Selain itu studi
komunikasi lintas budaya juga harus dapat melihat kemungkinan atau tidaknya tercipta
suatu wilayah pertemuan dari unsur-unsur kebudayaan yang berbeda tersebut. Dalam
kerangka ini, maka setiap kebudayaan harus dilihat dari pemahaman terhadap
lingkungannya. Dengan pendekatan demikian maka diharapkan dapat dikembangkan
prosedur penilaian yang secara relatif bebas dari paksaan polapola atau bias kebudayaan
tertentu. Berdasarkan metode, pendekatan dan paradigma komunikasi lintas budaya
sebagaimana dijelaskan di atas, maka dapatlah dikemukakan tujuan studi komunikasi lintas
budaya ini, meminjam pendapat Litvin yang mengklasifikasikan tujuan tersebut bersifat
kognitif dan afektif sebagai berikut:
1. Komuikasi lintas budaya bertujuan untuk menyadari bias budaya sendiri.
2. Lebih peka secara budaya.
3. Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya
lain untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan dengan orang
tersebut.
4. Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri.
5. Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang.
6. Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu
menerima gaya dan isi komunikasi sendiri.
7. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara
semesta wacana dan makna bagi para anggotanya.
8. Membantu memahami kontak lintas budaya sebagai suatu cara memperoleh
pandangan ke dalam budaya sendiri: asumsiasumsi, nilai-nilai,
kebebasankebebasan dan keterbatasanketerbatasannya.
9. Membantu memahami modelmodel, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi bidang
komunikasi lintas budaya.
10. Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari
secara sistematis, dibandingkan, dan dipahami. Melalui paradigma psikologi,
komunikasi lintas budaya selanjutnya akan membuka weltenschaung. Ahli
psikologi menyebutnya sebagai subjective experience world atau frame of
referrence seseorang terhadap pandangan dunia orang lain. Pandangan
dunia ini dikondisikan oleh lingkungan dan pengalaman historis yang
dimiliki oleh anggota suatu budaya, seterusnya akan dapat merubah
pandangan individu dari yang monokultural menuju pandangan yang
multikultural.

Perspektif Psikologi Komunikasi


Perspektif psikologis merupakan sebuah sintesis dari banyak pandangan keilmuan
terutama dari psikologi prilaku dan psikologi kognitif. Fisher, menggambarkan perspektif
ini sebagai suatu bentuk dari perspektif prilaku PostSkinnerian dengan kekuatan
tekanan berkisar pada penjelasan kognisi. Pandangan ini mengemukakan bahwa
keadaan manusia sebagai suatu organisme yang aktif mencari dan menerima proses
stimulus yang baru masuk, dan prilaku manusia merupakan akibat dari hasil respon yang
ia pelajari.
Menurut ahli komunikasi, terdapat beberapa dalil mengenai perhatian selektif
yang perlu diperhatian. Paling tidak dalam menentukan persepsi dibagi pada dua faktor,
yakni faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan,
pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-
faktor personal. Dalam hal ini yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk
stimuli, tapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Faktor-faktor
fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan.
Dalam perspektif psikologi, komunikasi dilihat sebagai alat dalam membentuk
prilaku. Tolman, menganggap bahwa ucapan manusia tidak lain adalah suatu alat yang
sebetulnya tidak berbeda dengan alat-alat lain. Untuk memahami dunia dan tindakan-
tindakan orang lain, kita harus memahami kerangka persepsinya. Oleh karenanya, kita
harus belajar memahami bagaimana mempersepsi dunia. Dalam komunikasi lintas
budaya secara ideal diharapkan banyak persamaan dalam pengalaman dan persepsi.
Tetapi karakter budaya cenderung memperkenalkan kita kepada pengalaman-
pengalaman yang tidak sama, oleh karenanya, membawa kita pada persepsi yang
berbeda-beda atas dunia eksternal.

1.3 Ragam Permasalahan Budaya Dalam Kajian Psikologi Komunikasi


Fungsi kebudayaan adalah memberikan tuntunan dan tuntutan kepada
masyarakat. Budaya menuntun masyarakat untuk bertingkah laku sesuai adat
istiadat, dan menuntutnya jika ia bertentangan atau menyimpang dari norma-norma
sosial yang berlaku.
Jika perilakunya sesuai dengan norma sosial yang berlaku maka ia akan
mendapatkan penghargaan, sebaliknya jika ia tidak mengikuti tuntutan aturan sosial
tersebut, maka ia akan mendapatkan sanksi.

Dalam kajian kebudayaan, dikenal istilah culture expectation, yaitu harapan


masyarakat dari suatu kebudayaan kepada anggotanya untuk berperilaku sesuai
adat istiadat yang berlaku.

PEMBAHASAN

Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat bukan kata-kata.
Menurut larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup
semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang
dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai
nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi non verbal adalah komunikasi yang keluar
dari diri seseoarang karena adanya rangsangan pada saat berkomunikasi meskipun
tanpa bersuara (komunikasi verbal) yang mempunyai arti atau maksud tertentu. Dan
baisanya komunikasi non berbal selalu diiringi oleh komunikasi verbal (komunikasi
yang menggunakan kata-kata) untuk memberikan dukungan atau penguat pada saat
berkomunikasi.
Nonverbal juga bisa diartikan sebagai tindakan-tindakan manusia yang secara sengaja
dikirimkan dan diinterpretasikan seperti tujuannya dan memiliki potensi akan adanya
umpan balik (feed back) dari penerimanya. Dalam arti lain, setiap bentuk komunikasi
tanpa menggunakan lambang-lambang verbal seperti kata-kata, baik dalam bentuk
percakapan maupun tulisan. Komunikasi non verbal dapat berupa lambang-lambang
seperti gesture, warna, mimik wajah dll.
Komunikasi nonverbal (nonverbal communicarion) menempati porsi penting. Banyak
komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan
komunikasi nonverbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi
nonverbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan
tentang berbagai macam perasaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan
berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non
verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan
sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.
Bentuk komunikasi nonverbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah,
sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi suara.
Beberapa contoh komunikasi nonverbal:
1. Sentuhan, Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman,
sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain.
2. Gerakan Tubuh, Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi
kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan
untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk
mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan.
3. Vokalik, Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu
cara berbicara. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemah- nya suara,
kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lainlain.
4. Kronemik, Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam
komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang
dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam
jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).

Fungsi Komunikasi non verbal


1. Komunikasi non verbal tidak dapat dipisahkan dengan komunikasi verbal, contohnya :
apa yang anda lakukan ketika mengucapkan “tidak”
2. Perilaku non verbal berfungsi mengulangi perilaku verbal (repetition), contoh :
mengangguk ketika mengucapkan ya
3. Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal atau ucapan yang
dianggap belom sempurna, contoh : melambaikan tangan saat mengucapkan selamat jalan
4. Menggantikan perilaku verbal, contoh : menggoyangkan kepala atau tangan ketika
menolak, atau melambaikan tangan ketika memanggil
5. Meregulasi perilaku verbal, contoh : melihat jam tangan sehingga orang lain mengerti
bahwa komunikasi harus diakhiri
6. Membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal, contoh : ketika seorang istri
memamerkan baju pada suaminya, suaminya komentar bagus tetapi tetap membaca koran
7. Menunjukan jati diri (identity) contoh : tunjuk jari ketika bertanya atau dipanggil

A. Gestur / Bahasa Tubuh


Gestur adalah bentuk perilaku non verbal pada gerakan tangan, habu, dan jari-jari.
Gestur juga merupakan kombinasi dari bentuk tangan, orientasi dan gerakan tangan,
lengan atau tubuh dan ekspresi wajah untuk menyampaikan pesan dari seseorang.
Gestur menurut Kendon adalah suatu bentuk komunikasi non verbal dengan aksi
tubuh yang terlihat mengkomunikasikan pesan-pesan tertentu, baik sebagai pengganti
wicara atau bersamaan dan paralel dengan kata-kata. Gestur beda dengan komunikasi
fisik non verbal yang tidak mengkomunikasikan pesan tertentu, seperti tapilan
ekspresif, proksemik, atau memperlihatkan atensi bergabung.
Menurut ahli komunikasi, ada 2 dari cara orang berkomunikasi dengan tubuh mereka,
yaitu; postur tubuh dan gerakan tubuh.
Kategorinya terdiri dari 5 jenis, yaitu;
1. Emblems (lambang-lambang), yaitu tingkah laku yang spesifik yang secara umum
dipahami maknanya. Misalnya; ketika kita minta orang untuk tidak berisik maka kita
akan meletakan jari dibibir.
2. Ilustrator (ilustrasi), isyarat yang mendampingi pesan-pesan verbal dan memberi
arti pada sebuah pesan verval. Contohnya : melakukan kekuatan pada meja untuk
menekankan maksud.
3. Affect display (peragaan), sebuah ekspresi emosi, misalnya : memeluk seseorang
untuk mengekspresikan rasa sayang.
4. Regulator (pengatur), isyarat-isyarat yang mengontrol dan mengatur jalannya
sebuah komunikasi antara kita dengan pihak lain. Misalnya : kita memandang
seseorang sebagai isyarat ketika kita ingin bicara pada orang tersebut.
5. Adaptors (adaptor), perilaku non verbal dapat menolong kita untuk
menyesuaikan kebutuhan personal dan situasi yang ada. Dalam arti kata, tingkah laku
kita dapat membantu kita untuk beradaptasi dengan lingkungan. Contohnya : kita
memakai jaket sebagai tanda kedinginan.

Bidang yang mempelajari bahasa tubuh tersebut yaitu kinesika (kinesics). Setiap
anggota tubuh dapat digunakan sebagai isyarat simbolik, macamnya :
1. Isyarat tangan
a. Sering dipakai untuk menyertai ucapan
b. Masing-masing daerah / negara berbeda meskipun ada gerakan yang sama
c. Dapat terjadi mispersepsi jika tidak memahami makna kultural
2. Gerakan kepala
Misalnya, menggeleng, mengangguk
3. Postur tubuh dan posisi kaki
Sering bersifat simbolik. Misalnya : orang yang bertubuh tinggi besar. Posisi kaki
(duduk) sering dimaknai berbeda.
Menurut Willian Sheldon, postur tubuh mengomunikasikan
a. Endomorph (gemuk); malas dan tenang
b. Mesomoph (atletik/ideal); asertif dan percaya diri
c. Ectomorph (kurus); introvert

Asertif:
Perilaku sesesorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut emosi, perasaan,
pikiran serta keinginan dan kebutuhan secara terbuka, tegas dan jujur tanpa perasaan
cemas atau tegang terhadap orang lain, tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain.
Menurut Suterlinah Sukaji (1983), perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam
hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relative
terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain.
Sementara menurut Lange dan Jukubowski (1976) perilaku asertif merupakan perilaku
sesorang dalam mempertahankan hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran,
perasaan, dan keyakinan secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat.
4. Ekspresi wajah dan tatapan mata
a. Perilakunon verbal yang paling banyak berbicara adalah: ekspresi wajah, mimik
muka, guratan air muka.
b. Andil wajah dalam komunikasi: 55%.
c. Sehingga ada yang mengatakan bahaw ekspresi wajah dapat diketahui emosi
seseorang.
d. Ada7 hal universal yang dapat dikumonikasikan melewati ekspresi wajah, yaitu:
kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, kejutan, kemarahan, menjijikkan dan ketertarikan.
5. Tatapan mata, kontakmata:
Mata adalah alat untuk kita menerima pesan-pesan visual sehingga kita cenderung
menggunakan mata sebagai alat untuk mengumpulkan informasi dari pada sebagai
alat pengirim informasi.
Ada 4 fungsi kontak mata:
a. Fungsi kognitif, karen dapat memberi informasi tentang pikiran orang lain.
Contoh jika pasangan kita memutuskan kontak mata setelah kita menanyakan sesuatu
padanya, maka kita tahu bahaw mungkin dia sedang memikirkan sesuatu untuk
dikatakan.
b. Untuk memonitor tingkah laku orang lain, “ketika kita melihat kedalam mata
seseorang, kita dapat melihat sebuah miniatur refleksi diri kita sendiri”
c. Alat pengatur isyarat.
d. Fungsi ekspresi : berkedip, menangis, membelalak, menyipitkan. Dll

B. Komunikasi Simbolik
George Herbert Mead memiliki pemikiran yang mempunyai sumbangan besar
terhadap ilmu social dalam perspektif teori yang dikenal dengan interaksionisme
simbolik, yang menyatakan bahwa komunikasi manusia berlangsung melalui
pertukaran symbol serta pemaknaan symbol – symbol tersebut. Mead menempatkan
arti penting komunikasi dalam konsep tentang perilaku manusia, serta
mengembangkan konsep interaksi simbolik bertolak pada pemikiran Simmel yang
melihat persoalan pokok sosiologi adalah masalah sosial. Seperti yang telah diuraikan
diatas, Mead adalah salah satu pelopor dalam Filsafat Pragmatisme dinama
pragmatism adalah menekankan hubungan yang sangat erat antara pengetahuan dan
tindakan untuk mengatasi masalah social. George Herbert Mead adalah orang yang
sederhana dan rendah hati, dan dia merasa sangat nyaman di tengah – tengah
lingkungan kota Chicago yang dinamis. Seperti para penganut pragmatism lainnya,
Mead yakin akan kemungkinan – kemungkinan perubahan social. Oleh karena itu,
George Herbert Mead juga melibatkan dirinya dalam reformasi social karena dia
mempercayai bahwa ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk mengatasi masalah –
masalah sosial tersebut. Dan Mead juga menentang gagasan bahwa insting adalah
sebagai dasar dari kepribadian manusia, karena dia melihat bahwa komunikasi antar
individu adalah sebagai inti dari pembentukan kepribadian manusia itu. Dengan kata
lain, kepribadian individu dibentuk melalui komunikasi dengan orang lain serta citra
diri dibangun melalui sarana interaksi dengan orang lain.
George Herbert Mead mengembangkan teori atau konsep yang dikenal sebagai
Interaksionisme Simbolik. Berdasar dari beberapa konsep teori dari tokoh – tokoh yang
mempengaruhinya beserta pengembangan dari konsep – konsep atau teori – teori
tersebut, Mead mengemukakan bahwa dalam teori Interaksionisme Simbolik, ide
dasarnya adalah sebuah symbol, karena symbol ini adalah suatu konsep mulia yang
membedakan manusia dari binatang. Simbol ini muncul akibat dari kebutuhan setiap
individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Dan dalam proses berinteraksi tersebut
pasti ada suatu tindakan atau perbuatan yang diawali dengan pemikiran. Dalam
tinjauannya di buku Mind, Self and Society, Mead berpendapat bahwa bukan pikiran
yang pertama kali muncul, melainkan masyarakatlah yang terlebih dulu muncul dan
baru diikuti pemikiran yang muncul pada dalam diri masyarakat tersebut. Dan analisa
George Herbert Mead ini mencerminkan fakta bahwa masyarakat atau yang lebih
umum disebut kehidupan social menempati prioritas dalam analisanya, dan Mead
selalu memberi prioritas pada dunia social dalam memahami pengalaman social
karena keseluruhan kehidupan social mendahului pikiran individu secara logis maupun
temporer. Individu yang berpikir dan sadar diri tidak mungkin ada sebelum kelompok
social . Kelompok social hadir lebih dulu dan dia mengarah pada perkembangan
kondisi mental sadar – diri.
Karya tunggal Mead yang amat penting dalam hal ini terdapat dalam bukunya yang
berjudul Mind, Self, and Society. Mead mengambil tiga konsep kritis yang diperlukan
dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk menyusun sebuah teori
interaksionisme simbolik. Interaksionisme simbolis secara khusus menjelaskan tentang
bahasa, interaksi sosial, dan refleksifitas.
1. Mind (pikiran)
Pikiran yang didefinisikan Mead sebaga Proses percakapan seseorang dengan dirinya
sendiri, tidak ditemukan d di dalam diri individu, pikiran adalah fenomena sosial.
Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan merupakan bagian integral
dari proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran, proses sosial bukanlah produk dari
pikiran. Jadi pikiran juga didefinisikan secara fungsional ketimbang secara substantif.
Karakteristik Istimewa dari pikiran adalah kemampuan individu untuk memunculkan
dalam dirinya sendiri tidak hanya satu respon saya, tetapi juga respon komunitas
secara kedeluruhan. Itulah yang kita namakan pikiran. Melakukan sesuatu berarti
memberi respon terorganisir tertentu, dan bila seseorang mempunyai respon itu
dalam dirinya. ia mempunyai apa yang kita sebut pikiran.
Berfikir menurut Mead adalah suatu proses dimana individu berinteraksi dengan
dirinya sendiri dengan mempergunakan simbol-simbol yang bermakna. Melalui proses
interaksi dengan diri sendiri itu, individu memilih yang mana diantara stimulus yang
tertuju kepadanya itu akan ditanggapinya.
Simbol juga digunakan dalam (proses) berpikir subyektif, terutama simbol-simbol
bahasa. Hanya saja simbol itu tidak dipakai secara nyata, yaitu melalui percakapan
internal. Serupa dengan itu, secara tidak kelihatan individu itu menunjuk pada dirinya
sendiri mengenai diri atau idenditas yang terkandung dalam reaksi-reaksi orang lain
terhadap perilakunya. Maka, kondisi yang dihasilkan adalah konsep diri yang
mencakup kesadaran diri yang dipusatkan pada diri sebagai obyeknya.
Isyarat sebagai simbol-simbol signifikan tersebut muncul pada individu yang membuat
respons dengan penuh makna. Isyarat-isyarat dalam bentuk ini membawa pada suatu
tindakan dan respon yang dipahami oleh masyarakat yang telah ada. Melalui simbol-
simbol itulah maka akan terjadi pemikiran. Esensi pemikiran dikonstruk dari
pengalaman isyarat makna yang terinternalisasi dari proses eksternalisasi sebagai
bentuk hasil interaksi dengan orang lain. Oleh karena perbincangan isyarat memiliki
makna, maka stimulus dan respons memiliki kesamaan untuk semua partisipan.
2. Self (Diri)
The self atau diri, menurut Mead merupakan ciri khas dari manusia. Yang tidak dimiliki
oleh binatang. Diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah
objek dari perspektif yang berasal dari orang lain, atau masyarakat. Tapi diri juga
merupakan kemampuan khusus sebagai subjek. Diri muncul dan berkembang
melalui aktivitas interaksi sosial dan bahasa. Menurut Mead, mustahil membayangkan
diri muncul dalam ketiadaan pengalaman sosial. Karena itu ia bertentangan dengan
konsep diri yang soliter dari Cartesian Picture. The self juga memungkinkan orang
berperan dalam percakapan dengan orang lain karena adanya sharing of simbol.
Artinya, seseorang bisa berkomunikasi, selanjutnya menyadari apa yang dikatakannya
dan akibatnya mampu menyimak apa yang sedang dikatakan dan menentukan atau
mengantisipasi apa yang akan dikatakan selanjutnya.
Mead menggunakan istilah significant gestures (isyarat-isyarat yang bermakna) dan
significant communication dalam menjelaskan bagaimana orang berbagi makna
tentang simbol dan merefleksikannya. Ini berbeda dengan binatang, anjing yang
menggonggong mungkin akan memunculkan reaksi pada anjing yang lain, tapi reaksi
itu hanya sekedar insting, yang tidak pernah diantisipasi oleh anjing pertama. Dalam
kehidupan manusia kemampuan mengantisipasi dan memperhitungkan orang lain
merupakan cirikhas kelebihan manusia.
Jadi the self berkait dengan proses refleksi diri, yang secara umum sering disebut
sebagai self control atau self monitoring. Melalui refleksi diri itulah menurut Mead
individu mampu menyesuaikan dengan keadaan di mana mereka berada, sekaligus
menyesuaikan dari makna, dan efek tindakan yang mereka lakukan. Dengan kata lain
orang secara tak langsung menempatkan diri mereka dari sudut pandang orang lain.
Dari sudut pandang demikian orang memandang dirinya sendiri dapat menjadi individu
khusus atau menjadi kelompok sosial sebagai suatu kesatuan.
Seperti namanya, teori ini berhubungan dengan media simbol dimana interaksi terjadi.
Tingkat kenyataan sosial sosial yang utama yang menjadi pusat perhatian
interaksionisme simbolik adalah pada tingkat mikro, termasuk kesadaran subyektif dan
dinamika interaksi antar pribadi.
Ternyata kita tidak hanya menanggapi orang lain, kita juga mempersepsi diri kita. Diri
kita bukan lagi personal penanggap, tetapi personal stimuli sekaligus. Bagaimana bisa
terjadi, kita menjadi subjek dan objek persepsi sekaligus? Diri (self) atau kedirian
adalah konsep yang sangat penting bagi teoritisi interaksionisme simbolik. Rock
menyatakan bahwa “diri merupakan skema intelektual interaksionis simbolik yang
sangat penting. Seluruh proses sosiologis lainnya, dan perubahan di sekitar diri itu,
diambil dari hasil analisis mereka mengenai arti dan organisasi.
3. Society (Masyarakat)
Pada tingkat paling umum, Mead menggunakan istilah masyarakat (society) yang
berarti proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Masyarakat penting
perannya dalam membentuk pikiran dan diri. Di tingkat lain, menurut Mead,
masyarakat mencerminkan sekumpulan tanggapan terorganisir yang diambil alih oleh
individu dalam bentuk “aku” (me). Menurut pengertian individual ini masyarakat
mempengaruhi mereka, memberi mereka kemampuan melalui kritik diri, untuk
mengendalikan diri mereka sendiri. Sumbangan terpenting Mead tentang masyarakat,
terletak dalam pemikirannya mengenai pikiran dan diri.
Pada tingkat kemasyarakatan yang lebih khusus, Mead mempunyai sejumlah
pemikiran tentang pranata sosial (social institutions). Secara luas, Mead
mendefinisikan pranata sebagai “tanggapan bersama dalam komunitas” atau
“kebiasaan hidup komunitas”. Secara lebih khusus, ia mengatakan bahwa, keseluruhan
tindakan komunitas tertuju pada individu berdasarkan keadaan tertentu menurut cara
yang sama, berdasarkan keadaan itu pula, terdapat respon yang sama dipihak
komunitas. Proses ini disebut “pembentukan pranata”.
Pendidikan adalah proses internalisasi kebiasaan bersama komunitas ke dalam diri
aktor. Pendidikan adalah proses yang esensial karena menurut pandangan Mead, aktor
tidak mempunyai diri dan belum menjadi anggota komunitas sesungguhnya sehingga
mereka tidak mampu menanggapi diri mereka sendiri seperti yang dilakukan
komunitas yang lebih luas. Untuk berbuat demikian, aktor harus menginternalisasikan
sikap bersama komunitas.
Dalam konsep teori Herbert Mead tentang interaksionisme simbolik terdapat prinsip-
prinsip dasar yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. manusia dibekali kemampuan berpikir, tidak seperti binatang
b. kemampuan berpikir ditentukan oleh interaksi sosial individu
c. dalam berinteraksi sosial, manusia belajar memahami simbol-simbol beserta
maknanya yang memungkinkan manusia untuk memakai kemampuan berpikirnya.
d. makna dan simbol memungkinkan manusia untuk bertindak (khusus dan sosial)
dan berinteraksi
e. manusia dapat mengubah arti dan simbol yang digunakan saat berinteraksi
berdasar penafsiran mereka terhadap situasi
f. manusia berkesempatan untuk melakukan modifikasi dan perubahan karena
berkemampuan berinteraksi dengan diri yang hasilnya adalah peluang tindakan dan
pilihan tindakan
g. pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok
bahkan masyarakat. Pada intinya perhatian utama dari teori interaksi simbolik adalah
tentang terbentuknya kehidupan bermasyarakat
h. melalui proses interaksi serta komunikasi antar individu dan antar kelompok
dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami melalui proses belajar.

Komunikasi simbolik pada manusia dapat didefinisikan sebagai penggunaan yang


diatur oleh aturan dari sistem simbol sewenang-wenang yang definisi dan
penggunaannya disepakati oleh komunitas pengguna. 
Simbol dianggap sebagai penanda yang merepresentasikan makna (the signified). Tidak
hanya ucapan auditori, kata-kata, dan karakter dalam bentuk visual tercetak, benda
fisik, mode dan pakaian, individu manusia, dan peristiwa dapat diklasifikasikan sebagai
simbol. Entitas apa pun, alam atau sosial, fisik atau mental, berwujud atau tidak
berwujud, dapat menjadi simbol selama mereka dapat digunakan untuk mewakili
sesuatu yang lain. 

Sebagian besar komunikasi manusia bersifat simbolis, yaitu ada beberapa tingkat
kesewenang-wenangan antara konsep dan bagaimana konsep itu
dikomunikasikan. Baik komunikasi simbolik verbal maupun nonverbal
mengkomunikasikan makna yang bukan merupakan tanda itu sendiri kepada penafsir
tanda.

Komunikasi simbolik nonverbal


Komunikasi simbolik nonverbal menggunakan sistem sinyal yang dipelajari dan
dibagikan secara sosial.  Seperti komunikasi simbolik verbal, hubungan antara tanda
dan konsep yang ditandakan adalah sewenang-wenang. Tidak seperti komunikasi
simbolik verbal, komunikasi simbolik nonverbal tidak menggunakan kata-
kata. Sebaliknya, ikon , indeks, atau simbol dapat digunakan. 
Komunikasi simbolik nonverbal tidak sama dengan komunikasi nonverbal (NVC) , yang
merupakan kategori yang lebih luas yang mencakup komunikasi non-simbolik dan juga
komunikasi simbolik.
Contoh komunikasi simbolik
 Contoh Pembelajaran/siswa sekolah (interaksi pengajar dan siswa) :
Simbol yang dipertukarkan meliputi simbol verbal dan simbol nonverbal dalam
interaksi di sekolah. Simbol verbal pada interaksi pengajar dan siswa meliputi interaksi
yang dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sedangkan simbol nonverbal
meliputi kegiatan serta kebiasaan yang dilakukan siswa dan pengajar di sekolah ini.
Pertukaran simbol terjadi melalui interaksi dengan bahasa formal maupun tidak
formal. Simbol-simbol tersebut yang mempengaruhi interaksi yang dilakukan pengajar
dan siswa dalam memahami suatu makna yang sama.
Dalam interaksi di kelas, terdapat simbol verbal dan nonverbal di dalamnya. Simbol
verbal meliputi interaksi pengajar dan siswa di kelas seperti pemberian materi
pembelajaran, proses tanya jawab, sharing session pengajar dan siswa, hingga
pemberian nasehat kepada siswa yang diselipkan dalam proses belajar mengajar
apabila siswa melakukan kesalahan ataupun sebagai arahan bagi siswa.
Sedangkan simbol nonverbal meliputi kebiasaan yang dilakukan di kelas untuk
membentuk suatu karakter yang mempengaruhi sikap dan perilaku siswa. Simbol
nonverbal dalam interaksi tidak dapat dibangun sendiri, melainkan dibangun bersama
dengan simbol verbal.
Simbol nonverbal di dalam kelas meliputi bahasa tubuh pengajar dalam mengajar,
bahasa tubuh siswa dalam memahami pembelajaran di kelas, berdoa sebelum belajar,
cium tangan kepada pengajar, seragam yang digunakan dalam pembelajaran hingga
saling senyum, sapa, salam kepada satu sama lain di sekolah. Simbol tersebut tidak
disampaikan secara langsung pada siswa namun melalui makna tersirat dalam proses
pertukaran simbol secara verbal melalui interaksi. Simbol-simbol nonverbal tertanam
pada siswa dan pengajar serta dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya sehari-hari.

 Contoh kampus (interaksi dosen dengan mahasiswa)


Bagi seseorang dosen untuk hanya mengutamakan teknik dan metode interaksi. Tidak
banyak gunanya mengetahui ciri-ciri sebuah metode diskusi yang baik atau teknik atau
syarat– syarat ceramah, apabila ia tidak mengetahui apa yang akan diajarkan. Diskusi
dilakukan bukan sekedar berdiskusi, ceramah dan lain-lain teknik interaksi. Diskusi
diadakan untuk membahas sesuatu persoalan, suatu bahan pelajaran. Dengan
demikian seorang dosen harus mengetahui dan memahami apa yang akan diajarkan
kepada mahasiswanya.
Interkasi simbolik ini diusahakan antara individu dengan individu yang melakukan
interkasi memahami akan makna simbol-simbol yang ada sehingga penafsiran akan
situas serta apa yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Sebagai contoh: lampu
jalan, orang paham akan warna merah itu menandakan bahwa semua kendaraan
berhenti untuk mendahulu jalur lain dalam melintasi jalan hal ini berlaku untuk yang
jalannya lurus dan belok kanan. lampu kuning sebagai tanda berhati-hati dan mau
datangnya lampu merah kurang lebih lamanya 10 detik selang waktu tersebut. Lampu
hijau petanda untuk pengguna jalan boleh melintasi jalan tersebut. Contoh lain ketika
pembicara sedang mengisi suatu acara dia batuk-batuk kecil dan kita lihat air minum
yang disajikan sudah habis maka itu secara tidak langsung si pembicara tersebut minta
tambah air minum atau minta disediakan air minum lagi.

 Contoh asrama (interaksi santri dengan kiyai dalam pola Pendidikan islam di
ponpes)
Perkataan ngaji digunakan untuk merujuk pada kegiatan santi yang belajar agama
kepada kiyai. Biasanya yang digunakan oleh pak kiyai biasanya kitab-kitab Bahasa arab.
Dalam pengajian biasanya pak kiyai duduk lebih tinggi dari para santri. Fenomena
demikian menunjukkan bahwa para santri diharapkan bersikap lebih hormat dan
sopan Ketika mendengarkan pesan-pesan yang disampaikan oleh pak kiyai.
sikap semacam ini merupakan implikasi dari adanya simbol-simbol yang melekat, baik
dalam suasana pengajian maupun lebih-lebih sosok Kyai disebut. Pembentukan
perilaku dan kepribadian sehingga menghasilkan tindakan tertentu para santri terjadi
karena intensitas interaksi dengan kyainya, juga. Hal ini tidak terlepas dari pemaknaan
para santri terhadap simbol-simbol yang ada dalam diri Kyai di pondok pesantren.
Pada santri akan selalu memandang kyainya sebagai orang yang mutlak harus
dihormati, Bahkan dianggap memiliki kekuatan gaib yang bisa mendatangkan berkah
atau celaka titik karena itu para santri berusaha untuk menunjukkan rasa hormat
kepada kyainya agar ilmu yang diperoleh bermanfaat, dan sejauh mungkin
menghindarkan diri .

KESIMPULAN

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk tanpa
kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai
daripada komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi
nonverbal ikut terpakai. Karena itu, komunakasi nonverbal bersifat tetap dan selalu
ada. Komunikasi nonverbal lebih bersifat jujur mengungkapkan hal yang mau
diungkapkan karena spontan
PEMBAHASAN
Psikologi Pesan Linguistik
Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu. Setiap cara
berkata memberikan maksud tersendiri. Psikologi linguistik adalah psikologi yang
mempelajari bagaimana maksud komunikator diubah menjadi pesan dalam lambang yang
diterima secara kultural dan bagaimana signal-signal ini di ubah menjadi penafsiran
komunikate (Osgood dan Sebeok,967:20).
Dalam ilmu psikologi pesan terdapat konsep yang berupa teknik pengendalian
perilaku orang lain yang disebut bahasa. Bahasa adalah pesan dalam bentuk kata-kata dan
kalimat, yang disebut linguistik. Manusia mengucapkan kata-kata atau kalimat dengan cara-
cara tertentu. Setiap cara berkata memberikan maksud tersendiri. Cara-cara tersebut adalah
pesan paralinguistic. Tetapi manusia juga menyampaikan pesan dengan cara-cara lain selain
dengan bahasa, misalnya dengan isyarat: ini kita sebut sebagai pesan ekstralinguistik. Kita
akan membicarakan pesan linguistik dengan menguraikan ihwal bahasa, hubungan bahasa
dengan persepsi dan berfikir, makna dari teori general sematic dari Korzyski yang
menganalisa proses penyandian (encoding).
Linguistik berarti ilmu bahasa. Kata linguistik berasal dari kata Latin lingua yang
berarti bahasa. Orang yang ahli dalam ilmu linguistik disebut linguis. Ilmu linguistik sering
juga disebut linguistik umum (general linguistic) karena tidak hanya mengkaji sebuah bahasa
saja.
Ferdinand De Saussure seorang sarjana Swiss dianggap sebagai pelopor linguistik
modern. Bukunya yang terkenal adalah Cours de linguistique generale (1916). Buku tersebut
dianggap sebagai dasar linguistik modern. Beberapa istilah yang digunakan olehnya menjadi
istilah yang digunakan dalam linguistik. Istilah tersebut adalah langue, language, dan parole.
Langue berarti bahasa tertentu seperti pada frase bahasa Indonesia, bahasa Jawa, dan
sebagainya. Langguage berarti bahasa pada umumnya, seperti termuat dalam kalimat
manusia mempunyai bahasa, binatang tidak mempunyai bahasa. Sedangkan parole adalah
bahasa dalam wujudnya yang nyata, konkret, yaitu berbentuk ujaran.
Langue mengacu pada suatu sistem bahasa tertentu yang ada dalam benak
seseorang yang disebut competence oleh Chomsky. Contoh sebagai orang Indonesia, kita
memiliki langue Indonesia. Langue ini akan muncul dalam bentuk parole, yaitu ujaran yang
diucapkan atau yang didengar oleh kita. Jadi, parole merupakan performance dari langue,
Parole inilah yang dapat diamati langsung oleh para linguis.
Sedangkan language adalah satu kemampuan berbahasa yang ada pada setiap
manusia yang sifatnya pembawaan. Pembawaan ini pun harus dikembangkan melalui
stimulus-stimulus. Orang bisu sebenarnya memiliki language namun karena ada gangguan
fisik maka mereka tidak bisa berbicara secara normal (Alwasilah, 1985).
Jadi, sudah jelas bahwa objek linguistik adalah bahasa. Jika dikaitkan dengan istilah-
istilah dari de Saussure, maka yang menjadi objek dalam linguistik adalah hal-hal yang dapat
diamati dari bahasa yakni parole dan yang melandasinya yaitu langue.
Psikolingustik adalah psikologi yang mempelajari bagaimana maksud komunikator
diubah menjadi pesan dalam lambang yang diterima secara cultural dan bagaimana signal-
signal ini diubah menjadi penafsiran komunikator.Pesan paralinguistik adalah pesan non
verbal yang berhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal.pesan paralinguistik
terdiri atas nada yang yang dapat mengungkapkan gairah,ketakutan,kesedihan dan
sebagainya.
Ada dua cara untuk mendefinisikan bahasa yaitu:
 Fungsional : melihat bahasa dari segi fungsinya bahasa dapat diartikan sebagai alat
yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan.
 Formal: dalam definisi ini menyatakan bahwa bahasa merupakan sebagai semua
kalimat yang terbayangkan yang dapat dibuat menurut peraturan kata bahasa.
Pesan merupakan salah satu unsur yang penting dalam berkomunikasi, sehingga
makna dari pesan itu sendiri memperlancar interaksi sosial antar manusia. Sementara
tujuan dari komunikasi akan tercapai bila makna pesan yang disampaikan komunikator
sama dengan makna yang diterima komunikan. Maka mencapai tujuan itu, pesan yang
disampaikan biasanya diungkapkan melalui 2 bentuk, yaitu:
a. Pesan Verbal
Pesan verbal atau pesan linguistik adalah pesab yang digunakan dalam komunikasi
yang menggunakan bahasa sebagai media. Pesan verbal di transmisikan melalui kombinasi
bunyi-bunyi bahasa dan di gunakan untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan maksud.
Dengan kata lain, pesan verbal adalah pesan yang di ungkapkan melalui bahasa yang
menggunakan kata-kata sebagai media penyimpanan gagasan, ide, dan informasi.
Bahasa memecahkan persoalan, dan menarik kesimpulan. Bahasa memungkinkan
kita untuk menjadi (code) peristiwa-peristiwa dan objek – objek dalam bentuk kata-kata.
Dengan bahasa, kita dapat mengabstraksikan pengalaman kita, dan mengomunikasikan
kebanyakan pemikiran kita kepada orang lain dan menerima pemikiran lainnya.
b. Pesan Non Verbal
Pesan non verbal yaitu pesan yang menggunakan isyarat sebagai media komunikasi.
Fungsi pesam non verbal antara lain sebagai berikut:

 Repetisi mengulang kembali gagasan yang sudah di sajikan secara verbal.


 Substitusi adalah menggantikan lambang lambang verbal
 Kontradiksi memberikan makna lain terhadap pesan verbal
 Komplement yaitu melengkapi dan memperkarya pesan non verbal
 Aksentuasi menegaskan pesan non verbal
1. Organisasi, Struktur dan Imbauan Pesan
a. Organisasi Pesan
Aristoteles, dalam buku klasik tentang komunikasi De Arte Rhetorica, menerangkan
peranan taxsis dalam memperkuat efek pesan persuasive. Yang dimaksud dengan taxsis
adalah pembagian atau rangkaian penyusunan pesan. Ia menyarankan agar setiap
pembicaraan disusun menurut urutan: pengantar, pertanyaan, argument, dan kesimpulan.
Pada tahun 1952, Beighley meninjau kembali berbagai penelitian yang
membandingkan efek pesan yang tersusun dengan pesan yang tidak tersusun. Ia
menemukan bukti yang nyata yang menunjukkan bahwa pesan yang diorganisasikan dengan
baik lebih mudah dimengerti dari pada pesan yang tidak tersusun dengan baik.
Organisasi pesan adalah pesan yang memiliki struktur lengkap mulai dari pesan
Deduktif-induktif, kronologis, spasial, topikal dan psikologis.
a. Pesan yang diorganisasikan dengan baik lebih mudah dimengerti daripada pesan yang
tidak tersusun baik (Beighley)
b. Orang lebih mudah mengingat pesan yang tersusun,walaupun organisasi pesan
kelihatan tidak mempengaruhi kadar perubahan sikap(Thompson)
Menurut para peneliti menyimpulkan bahwa penyajian pesan tersusun lebih efektif
daripada penyajian pesan yang tidak tersusun,dengan kata lain,tidak ada satu penelitian pun
yang membuktikan bahwa pesan yang tidak tersusun baik mempunyai pengaruh yang lebih
efektif dari pesan yang tersusun baik .
Sejak lama retorika menunjukkan cara cara menyusun pesan mengikuti pola yang
disarankan aristoteles retorika mengenal enam macam organisasi pesan yaitu:
a. Deduktif: Gagasan utama yang menjelaskan dengan keterangan panunjang,
penyimpulan dan bukti.
b. Induktif: Pesan yang disampaikan dengan mengemukakan rincian yang dapat
menarik kesimpulan.
c. Kronologis: Pesan yang disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa.
d. Logis: Pesan yang disusun berdasarkan sebab ke akibat atau sebalikya.
e. Spasial: Pesan yang disusun berdasarkan tempat.
f. Topikal: Pesan yang disusun berdasarkan pembicara:klasifikasinya dari yang penting
kepada yang kurang penting,dari yang mudah kepada yang sukar,dari yang dikenal
kepada yang asing.
Alan H. Monroe pada akhir tahun 1930-an menyarankan Lima langkah dalam
penyusunan atau yang lebih dikenal dengan motivated sequence ,adapun lima langkah
dalam penyususnan pesan yaitu:
a. Attention (perhatian)
b. Need (kebutuhan)
c. Satisfaction (pemuasan)
d. Visualization (visualisasi)
e. Action (tindakan)
Bila ingin mempengaruhi orang lain,rebutlah terlebih dahulu perhatianya,bangkitkan
kebutuhanya,brikan petunjuk bagaimana cara memuaskan kebutuhan itu,gambarkan dalam
pikiranya kerugian dan keuntungan apa yang akan diperolehnya bila ia menerapkan atau
tidak menerapkan gagasan tersebut, dan akhirnya doronglah ia untuk bertindak.

b. Struktur Pesan
Bayangkan kita harus menyampaikan informasi di hadapan khalayak yang tidak
sefaham dengan kita. Kita harus menentukan apakah bagian penting dari argumentasi yang
harus didahulukan atau bagian yang kurang penting. Ataukah kita harus membiarkan hanya
argument-argument yang menunjang kita saja atau harus membicarakan yang pro dan
kontra sekaligus.
Struktur pesan adalah pesan yang disampaikan kepada khalayak dimana pesan tidak
sepaham dengan kita, dan sebagai komunikator kita harus bisa menentukan bagian bagian
yang penting dari pesan yang dapat kita terima tersebut. Berikut ini kesimpulan dari Koehler
et al (1978: 170-171), dengan mengutip Cohen penelitian tersebut sebagai berikut:
1) Bila pembicara menyajikan dua sisi persoalan,tidak ada keuntungan untuk pembicara
yang pertama karena berbagai kondisi yang akan menentukan pembicara yang
paling berpengaruh.
2) Penempatan persoalan
3) Penempatan gagasan
4) Mengubah posisi yang akan membuat orang kelihatan tidak kosisten,mudah
dipengaruhi dan bahkanbisa dibilang tidak jujur.
5) Urutan pro-kontra lebih efektif daripada urutan kontra pro bila digunakan oleh
sumber yang dimiliki otoritas dan dihormati oleh khalayak.
6) Argumen yang didengar akan lebih efektif bila ada jangka waktu yang cukup lama
diantara dua pesan dan penguji segera terjadi setelah pesan kedua.

c. Imbauan Pesan
Pesan yang disampaikan untuk mempengaruhi orang lain, sehingga pesan yang
dibuat harus menyentuh motif yang menggerakkan atau mendorong perilaku. Dengan kata
lain secara psikologis menghimbau khalayak untuk menerima dan melaksanakan gagasan
itu, Imbauan pesan tersebut terdiri dari beberapa macam yaitu sebagai berikut:
1) Imbauan rasional artinya meyakinkan orang lain dengan pendekatan logis atau
penyajian bukti-bukti.
2) Imbauan emosional biasanya menggunakan bahasa yang menyentuh emosi
komunikan dari pengalaman sebelumnya.
3) Imbauan takut biasanya menggunakan pesan yang mencemaskan,mengancam atau
meresahkan.
4) Imbauan ganjaran pesan yang biasanya menggunakan rujukan yang menjanjikan
komunikate sesuatu yang mereka perlukan atau yang mereka inginkan.
5) Imbauan motivasional pesan yang menggunakan imbauan motif yang menyentuh
kondisi intern dalam diri manusia.

2. STRUKTUR TULISAN

Struktur tulisan adalah struktur utama dalam penulisan sebuah struktur ilmiah dan
struktur popular.

strukur tulisan itu terdiri atas

 Judul
 Lead
 Tubuh
 Ending
3. PRAKTEK MENGORGANISIR PESAN DAN MENYUSUN TULISAN

Dalam mengorganisir pesan, ada 4 hal yang haruss diperhatikan dengan baik, yaitu :

 Subjek dan tujuan yang jelas


 Informasi berhubungan dengan subjek dan tujuan
 Logis
 Mencakup keseluruhan

Ada 3 tahapan dalam menyusun sebuah tulisan, yaitu :

 Perencanaan
 Komposisi
 Revisi
4. Manfaat Linguistik
Bagi linguistik sendiri pengetahuan yang luas mengenai linguistik tentu akan sangat
membantu dalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya. Bagi peneliti, kritikus, dan
peminat sastra linguistik akan membantunya dalam memahami karya-karya sastra dengan
lebih baik, sebab bahasa, yang menjadi objek penelitian linguistik itu, merupakan wadah
pelahiran karya sastra.
Bagi peminat sastra, linguistik akan membantu merekaa dalam memahami karya-
karya sastra dengan baik. Karya sastra yang akan mereka teliti dankritis pastilah
menggunakan bahasa sebagai sarana ekspresinya. Kemampuan mereka dalam linguistik
akan sangat membantu dalam meneliti karya-karya tersebut.
Bagi guru bahasa, pengetahuan tentang seluruh subdisiplin linguistik (fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik) akan sangat diperlukan. Mengapa demikian? Sebagai
guru bahasa, selain dituntut untuk mampu berbahasa dengan baik dan benar mereka juga
dituntut untuk dapat menjelaskan masalah dan gejala-gejala bahasa. Pengetahuan tentang
linguistik akan menjadi bekal untuk melaksanakan tugas tersebut.
Pagi penyusun kamus, pengetahuan tentang linguistik akan sangat membantu dalam
menjalankan tugasnya. Penyusun kamus yang baik harus dapat memahami fenom-fenom
bahasa yang akan dikamuskan, penulisan fenom tersebut, makna seluruh fenom yang akan
di kamuskan, dan lain sebagainya.
Para penyusun buku pelajaran tentu banyak membutuhkan konsep-konsep linguistik
dalam benaknya. Buku pelajaran yang akan disusun harus menggunakan kalimat yang sesuai
dengan tingkat pemahaman siswa yang akan membaca buku tersebut. Disamping itu
mereka harus mampu menyajikan materi dengan kosakata dan kalimat yang tepat sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman. Linguistik akan sangat bermanfaat bagi mereka.
Manfaat linguistik bagi para negarawan dan politikus: pertama, sebagai negarawan
atau politikus yang harus memperjuangkan ideologi dan konsep-konsep kenegaraan atau
pemerintahan, secara lisan dia harus menguasai dengan baik. Kedua, jika politikus atau
negaw=rawan itu menguasai masalah linguistik dan sosiolinguistik, khususnya dalam
kaitannya dengan masyarakat, maka tentu dia akan dapat meredam dan menyelesaikan
gejolak sosial yang terjadi dalam masyarakat akibat dari perbedaan dan pertentangan
bahasa. Dan masih bayak lagi manfaat linguistik dalam komunikasi.

Kesimpulan
Dalam konsep psikologi komunikasi akan berhasil menjadi sumber kepercayaan bagi
komunikan. Apabila seorang komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan
dengan menggunakan struktur pesan, organisasi pesan dam menyampaikan pesan kepada
khalayak agar pesan tersebut dapat diterima dengan baik.
Pesan merupakan salah satu unsur yang penting dalam berkomunikasi, sehingga
sehingga makna dari pesan itu sendiri memperlancar interaksi sosial antara manusia.
Karakteristik makna pesan meliputi: makna ditentukan oleh komunikator, makna yang
disampaikan lewat pesan verbal dan nonverbal tidak lengkap, makna bersifat unik, makna
yang mencangkup makna dekoratif dan konotatif, makna harus didasarkan pada konteks.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com/amp/sebuahkisah/psikolinguistik-
psikologi-dan-linguistik_5529181bf17e61a9378b456d

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Linguistik

https://www.google.co.id/amp/s/semutmanis.wordpress.com/2009/10/30/psikologi-pesan-
komunikasi/amp/

https://id.scribd.com/doc/68740882/struktur-linguistik

https://www.google.co.id/amp/s/mrlungs.wordpress.com/2011/01/02/psikologi-pesan/amp/

http://jefrinepaarian.blogspot.com/2014/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html?
m=1

KARTU UJIAN

Anda mungkin juga menyukai