Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk yangsangat
kompleks. Proses mempelajari manusia tidak cukup hanya ditinjau dari segikeilmuan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa untuk mengembangkanergonomi
diperlukan dukungan dari berbagai disiplin, antara lain psikologi,antropologi, faal
kerja, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, fisika, dan lain-lain. Perubahan waktu,
walaupun secara perlahan-lahan, telah merubah manusia dari keadaan primitif menjadi
manusia yang berbudaya. Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan
peralatan-peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi
batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut.
Perubahan pada alat sederhana inimenunjukkan bahwa manusia telah sejak awal
kebudayaannya berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan
pemakaiannya. Hal ini terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya
dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan dan menggerakan
pemakaiannya.
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah
menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan
teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan
produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi
dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang
mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai resiko yang
mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai resiko tersebut adalah kemungkinan
terjadinya Penyakit Akibat Kerja. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan
Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian.
Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara
pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan
ergonomi. 
Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang

1
ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-
ketentuan pokok tenaga kerja merupakan subyek dan obyek pembangunan. Ergonomik
yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja memiliki arti penting bagi tenaga
kerja, baik sebagai subyek maupun obyek.  Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja
mengesampingkan aspek ergonomi bagi para pekerjanya, hal ini tentunya sangat
merugikan para pekerja itu sendiri.
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan
hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Di era globalisasi menuntut pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamaan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor
kesehatan. Untuk itu perlu kita mengembangkan dan meningkatkan K3 di sektor
kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin  risiko kecelakaan dan penyakit
yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
      Pada umumnya ergonomi belum diterapkan secara merata pada sektor kegiatan
ekonomi. Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsur hygiene perusahaan
dan kesehatan kerja, tetapi sampai saat ini kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf
pengenalan oleh khususnya pada pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya
baru pada tingkat perintisan. Fungsi pembinaan ergonomi secara teknis merupakan
tugas pemerintah. Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi
pembinaan ini melalui pembinaan keahlian dan pengembangan penerapannya. Namun
begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-kegiatannya baru diselenggarakan dan
masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima ergonomi dan penerapannya.
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan
hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Di era globalisasi menuntut pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamaan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor
kesehatan. Untuk itu perlu kita mengembangkan dan mingkatkan K3 di sektor
kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin  risiko kecelakaan dan penyakit
yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

1.2 Rumusan Masalah

2
Berikut rumusan masalah yang kami susun di dalam makalah ini.

1. Apakah yang dimaksud dengan ergonomi ditempat kerja?


2. Apakah tujuan, manfaat pelaksanaan dan ruang lingkup dari ergonomi di tempat
kerja?
3. Bagaimana aplikasi, metode, dan pengembangan ergonomi ditempat kerja?
4. Apa saja prinsip ergonomi di tempat kerja?
5. Apa saja masalah yang dapat ditimbulkan oleh faktor ergonomi di tempat kerja?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.

1. Mampu menjelaskan definisi dari ergonomi.


2. Mampu menjelaskan tujuan, manfaat, dan ruang lingkup ergonomi.
3. Mampu menjelaskan metode-metode ergonomi.
4. Mampu menjelaskan potensi-potensi bahaya ergonomi di tempat kerja.

1.4 Manfaat
Manfaat yang penulis harapkan dari laporan hasil ini adalah:
1. Menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai mengenai masalah ergonomi di
tempat kerja.
2. Sebagai sarana informasi bagi pekerja dan perusahaan untuk lebih memperhatikan
tentang masalah ergonomi di tempat kerja.

1.5 Profil Perusahaan

Perusahaan Gas Negara (PGN) adalah perusahaan nasional Indonesia terbesar di


bidang transportasi dan distribusi gas bumi yang berperan besar dalam pemenuhan gas bumi
domestik. PGN telah bertransformasi menjadi perusahaan yang berdedikasi pada satu tujuan

3
yakni memberikan keahliannya, energi dan infrastruktur yang diperlukan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia secara jangka panjang.
Pada tanggal 1 Januari1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN
(Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas
dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari1965. Pada saat yang sama, dua
perusahaan negara yaitu PLN sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan PGN sebagai
pengelola gas diresmikan. Selanjutnya pada tanggal 13 Mei1965 berubah menjadi
Perusahaan Gas Negara. Tanggal inilah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi PGN
pada tiap tahunnya.
Perusahaan ini yang semula mengalirkan gas buatan dari batu bara dan minyak dengan
teknik Catalytic Reforming yang tidak ekonomis mulai menggantinya dengan mengalirkan
gas alam pada tahun 1974 di kota Cirebon. Konsumennya adalah sektor rumah tangga,
komersial dan industri. Penyaluran gas alam untuk pertama kali dilakukan di Cirebon tahun
1974, kemudian disusul berturut-turut di wilayah Jakarta tahun 1979, Bogor tahun 1980,
Medan tahun 1985, Surabaya pada 14 Februari 1994, dan Palembang tahun 1996.
Berdasarkan kinerjanya yang terus mengalami peningkatan, maka pada tahun 1984
statusnya berubah menjadi Perusahaan Umum Gas Negara dan kemudian pada tahun
1994statusnya ditingkatkan lagi menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) dengan
penambahan ruang lingkup usaha yang lebih luas yaitu selain di bidang distribusi gas bumi
juga di bidang yang lebih ke sektor hulu yaitu di bidang transmisi, dimana PGN berfungsi
sebagai transporter.
Bidang usaha PGN adalah pengangkutan dan niaga gas bumi. Untuk kepentingan
manajemen perusahaan, dalam menjalankan kegiatan usahanya, PGN membagi empat
segmen usaha pokok, yaitu transmisi dan transportasi gas bumi, usaha niaga dan gas bumi,
usaha minyak dan gas bumi, usaha lain (telekomunikasi, konstruksi, LNG, pengelolaan
konstruksi, sewa (financial lease)).
PGN terus memperkuat pondasi dan bertransformasi dari perusahaan transmisi dan
distribusi gas bumi menjadi penyedia solusi energi terintegrasi, yang mendorong
pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan masyarakat dan industri. Jumlah total karyawan di
PGN adalah 1.452 orang yang terdiri dari 1.086 karyawan berjenis kelamin laki-laki dan
366 berjenis kelamin perempuan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Egronomi

5
Ergonomi ialah ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan
dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas
dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimal-
optimalnya. Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang
antara lain meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbal balik
untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.

Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergon dan Nomos. Ergon memiliki arti
kerja dan Nomos memiliki arti hukum; jadi pengertian Ergonomik itu sendiri secara
garis besar adalah “Studi tentang manusia untuk menciptakan system kerja yang lebih
sehat, aman dan nyaman”.
Pusat dari ergonomi adalah manusia. Konsep ergonomi adalah berdasarkan
kesadaran, keterbatasan kemampuan, dan kapabilitas manusia. Sehingga dalam usaha
untuk mencegah cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kenyamanan
dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan manusia yang terlibat
dengan pekerjaan tersebut.
Konsep ergonomi serta keselamatan kesehatan kerja merupakan konsep penting
untuk diterapkan dalam suatu industri, khususnya dalam perancangan stasiun kerjanya.
Kecenderungan yang ada saat ini adalah, pada industri skala kecil menengah. Konsep
tersebut kurang begitu diperhatikan, sehingga dapat menimbulkan resiko kerja baik dari
segi bahaya kondisi lingkungan fisik, sikap dan cara kerja (Laksmiwaty, 2009).
Tujuan penerapan ergonomi adalah untuk peningkatan kualitas kehidupan yang
lebih baik. Dengan penerapan ergonomi ini, maka akan tercipta lingkungan kerja aman,
sehat dan nyaman sehingga kerja menjadi lebih produktif dan efisien serta adanya
jaminan kualitas kerja.
Definisi ergonomi juga dapat dilakukan dengan cara menjabarkannya dalam fokus,
tujuan dan pendekatan mengenai ergonomi dimana dalam penjelasannya disebutkan
sebagai berikut:
a. Secara fokus
Ergonomi menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan produk,
peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana sehari-hari manusia hidup dan
bekerja.

6
b. Secara tujuan
Tujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta
peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti peningkatan keselamatan kerja,
pengurangan rasa lelah dan sebagainya.
c. Secara pendekatan
Pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai keterbatasan-
keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik tingkah laku dan motivasi untuk
merancang prosedur dan lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut sehari-hari.

Berdasarkan ketiga pendekatan tersebut diatas, definisi ergonomi dapat


terangkumkan, yaitu ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan
informasi-informasi mengenai perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan
karakteristik manusia lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan
lingkungan untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas
pekerjaan manusia.
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi-informasi
mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat
sistem kerja yang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien). Ergonomi dan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan.Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas
kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan kerja merupakan
salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan
pekerja kepada perusahaan, yang berujung kepada produktivitas dan kualitas kerja.2
      Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan
manusia. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress atau tekanan
yang akan dihadapi. Salah satu upaya yang dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran
tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembapan. Hal ini bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada salah
satu definisi yang menyebutkan bahwa ergonomi bertujuan untuk “fitting the job to the

7
worker”. Ergonomi juga bertujuan  sebagai ilmu terapan biologi manusia dan
hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya.
Contohnya antara lain yaitu suatu perusahaan kerajinan mengubah cara kerja duduk
di lantai dengan bekerja di meja kerja, mengatur tata ruangan menjadi lebih baik,
mengadakan ventilasi, menambah penerangan, mengadakan ruang makan,
mengorganisasi waktu istirahat, menyelenggarakan pertandingan olahraga, dan lain-lain.
Dengan usaha ini, keluhan-keluhan tenaga kerja berkurang dan produksi tidak pernah
terganggu oleh masalah-masalah ketenagakerjaan. Dengan begitu, produksi dapat
mengimbangi perluasan dari pemasaran.

2.1.1 Perkembangan Ergonomi


Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos
(aturan/prinsip/kaidah). Istilah ergonomi digunakan secara luas di Eropa. Di
Amerika Serikat dikenal istilah human factor atau human engineering. Kedua
istilah tersebut (ergonomic dan human factor) hanya berbeda pada penekanannya.
Intinya kedua kata tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan
perilaku manusia. Untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan
sebagai referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak
4000 tahun yang lalu. Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia
merancang benda-benda sederhana, seperti batu untuk membantu tangan dalam
melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau perubahan pada
alat bantu tersebut untuk memudahkan penggunanya. Pada awalnya
perkembangan tersebut masih tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-
kadang terjadi secara kebetulan.
Penggunaan ergonomi secara nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk
mengoptimasikan interaksi antara produk dengan manusia. Pada tahun 1924
sampai 1930 Hawthorne Works of Wertern Electric (Amerika) melakukan suatu
percobaan tentang ergonomi yang selanjutnya dikenal dengan “Hawthorne
Effects” (Efek Hawthorne). Hasil percobaan ini memberikan konsep baru tentang

8
motivasi ditempat kerja dan menunjukan hubungan fisik dan langsung antara
manusia dan mesin.Kemajuan ergonomi semakin terasa setelah Perang Dunia II
dengan adanya bukti nyata bahwa penggunaan peralatan yang sesuai dapat
meningkatkan kemauan manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut banyak
dilakukan pada perusahaan-perusahaan senjata perang.

2.1.2 Pengelompokan Bidang Kajian Egronomi


2.1.2.1 Faal Kerja
Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi
manusia yang dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang
kajian ini adalah untuk perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi
konsumsi energi yang dikeluarkan saat bekerja.
Bekerja merupakan suatu kegiatan manusia merubah keadaan-keadaan
tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan
memelihara kelangsungan hidupnya. Studi ergonomi yang kaitannya
dengan kerja manusia dalam hal ini ditunjukan untuk mengevaluasi dan
merancang kembali tata cara kerja yang harus diaplikasikan, agar dapat
memberikan peningkatan efektivitas dan efesiensi selain juga kenyamanan
ataupun keamanan bagi manusia sebagai pekerjanya
Secara faal, bekerja adalah hasil kerjasama dalam koordinasi yang
sebaikbaiknya dari dria (mata, telinga, peraba, perasa dan lain-lain), otak
dan susunan saraf-saraf di pusat dan perifer, serta otot-otot. Selanjutnya
untuk petukaran zat yang diperlukan dan harus dibuang masih diperlukan
peredaran darah ked an dari otot-otot. Dalam hal ini, jantung, paru-paru.
hati, usus, dan lain-lainnya menunjang kelancaran proses pekerjaan.
Mula-mula koordinasi indera, susunan saraf, otot. dan alat-alat lain
berjalan secara sukar dan masih harus disertai upaya-upaya yang
diperlukan. Kenyataan ini terlihat pada seorang tenaga kerja baru yang
sedang menjalani latihan. Lambat laun gerakan menjadi suatu ref1eks,
sehingga bekerja menjadi automatis. Semakin cepat sifat refleks dan
automatis tersebut yang disertai semakin baik koordinasi serta hasil kerja,

9
semakin tinggi pulalah ketrampilan seseorang.
Otot-otot adalah salah satu organ yang terpenting terutama untuk
pekerjaan fisik. Otot bekerja dengan jalan kontraksi dan melemas.
Kekuatan ditentukan oleh jumlah yang besar serat-seratnya, daya
kontraksi dan cepatnya berkontraksi. Sebelum kontraksi (mengerut), darah
diantara serat-serat otot atau di luar pembuluh-pembuluh ototnya terjepit,
sehingga peredaran darah, jadi juga pertukaran zat terganggu dan hal
demikian menjadi sebab kelelahan otot. Maka dari itu, kerutan yang selalu
diselingi pelemasan, disebut kontraksi dinamis, sangat tepat bagi
bekerjanya otot-otot.
Pekerjaan-pekerjaan demikian misalnya mengayuh pedal, sepeda,
memutar. roda, memukul lonceng, mencangkul dan lain.lain. Kerja terus-
menerus dari suatu otot, sekalipun bersifat dinarnik, selalu diikuti dengan
kelelahan, yang perlu istirahat untuk pemulihan. Atas dasar kenyataan itu,
waktu istirahat dalam kerja atau sesudah kerja sangat penting. Kelelahan
otot secara fisik antara lain akibat zat-zat sisa metabolisme seperti asam
laktat, CO2, dan sebagainya. Namun kelelahan, sesuai dengan mekanisme
kerja, tidak saja ditentukan oleh keadaan ototnya sendiri, melainkan
terdapat komponen mental psikologis yang sering-sering juga besar
pengaruhnya. Otot-otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan
dari padanya, bertambah panjangnya waktu later kontraksi dan waktu
melemas, berkurangnya koordinasi, serta otot gemetar (tremor).
Otot dan tulang merupakan dua alat yang sangat penting dalam bekerja.
Kerutan dan pelemasan otot dipindahkan kepada tulang menjadi gerakan-
gerakan fleksi, abduksi, rotasi, supinasi dan lain.lain. Demikian pentingnya
kedua alat ini sebagai suatu kesatuan, maka berkembanglah ilmu
biomekanik,yaitu ilmu tentang gerakan otot dan tulang, yang dengan
pengetrapannya diharapkan, agar dengan tenaga sekecil-kecilnya dapat
dicapai hasil kerja sebesar-besarnya. Biomekanika memberikan
pengetahuan-pengetahuan tentang gerakan-gerakan dan kekuatan pada
penggunaan leher dan kepala, tulang belakang, lengan, tangan, kaki, jari-

10
jari dan sebagainya.
Otot dan tulang merupakan faktor-faktor terpenting bagi ukuran-
ukuran tubuh, ukuran tinggi dan besar dari tubuh ataupun bagian-
bagiannya. Ukuran-ukuran ini menentukan pula kemampuan fisik tenaga
kerja. Peralatan kerja dan mesin perlu serasi dengan ukuran-ukuran
demikian untuk hasil kerja sebesar-besarnya. Maka berkembanglah ilrnu
yang disebut Antropometri, yaitu ilmu tentang ukuran-ukuran tubuh, baik
dalam keadaan statis, ataupun dinamis.
Yang sangat penting bagi pekerjaan adalah ukuran-ukuran:
 Tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, depan
dan panjang lengan.
 Tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan,
tinggi lutut, jarak lekuk lutut-garis punggung, jarak lekuk lutut telapak
kaki.

1.      Pembagian Kerja


Pembagian kerja adalah suatu sistem pengaturan pekerjaan atau bisa
disebut juga sebagai pembagian kerja. Secara umum jenis kerja
dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik dan kerja mental.
a. Kerja fisik
Pengeluaran energi relatif lebih banyak, dibandingkan kerja
mental membutuhkan usaha dan energi yang cukup besar dan
kerja fisik dibedakan atau dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1). Kerja statis
• Tidak menghasilkan gerak
• Kontraksi otot bersifat isometris
• Kelelahan lebih cepat terjadi
2). Kerja dinamis
• Menghasilkan gerak
• Kontraksi otot bersifat isotonos
• Kontraksi otot bersifat ritmis

11
• Kelelahan relatif lebih lama terjadi

b. Kerja mental
Pengeluaran energi relatif sedikit dan kerja pun relatif
lebih ringan dibandingkan dengan kerja fisik yang
membutuhkan energi lebih besar dan cukup sulit untuk
mngukur kelelahannya. Hasil kerja manusia dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain:
• Faktor-faktor dari individu, meliputi sikap, fisik,motivasi, jenis
kelamin, pendidikan, keterampilan, pengalaman, dan
sebagainya.
• Faktor-faktor situasional, meliputi lingkungan fisik, mesin,
peralatan, metode kerja, dan sebagainya.
Selain pembagian kerja, juga terdapat kriteria-kriteria yang dapat
digunakan untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap manusia
dalam suatu sistem kerja. Kriteria-kriteria tersebut adalah:

1. Kriteria Faal
Meliputi kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen, tekanan
darah, tingkat penguapan, temperatur tubuh, komposisi kimia dalam
darah dan air seni, dst. Tujuannya adalah untuk mengetahui perubahan
fungsi alat-alat tubuh selama bekerja.

2. Kriteria Fisiologis kerja


Meliputi kejenuhan, emosi, motivasi, sikap, dan seterusnya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul
selama berkerja.

3. Kriteria Hasil kerja


Meliputi pengukuran hasil kerja yang diperoleh dari pekerja
selama berkerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh

12
kondisi kerja dengan melihat hasil kerja yang diperoleh dari kerja.1

2.1.2.2 Antropometri
Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri
berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran.
Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada
dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dll. Yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan
digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses
perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan
interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan
diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:
 Perancangan areal kerja ( work station, interior mobil, dll )
 Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools)
dan sebagainya.
 Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja
komputer dll.
 Perancangan lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antropometri adalah bidang
kajian ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh
manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas
sehingga sesuai dengan pemakainya.Beberapa faktor yangmempengaruhi
ukuran tubuh manusia, yaitu:
1. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir
sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk
wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan
bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan
menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40
tahunan.

13
2. Jenis kelamin (sex),
Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang
lebih besar kecuali dada dan pinggul.
3. Suku bangsa (etnik),
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik tertentu akan
memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang
lainnya.
4. Sosio ekonomi,
Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh
manusia. Pada negara-negara maju dengan tingkat sosio
ekonomi tinggi, penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang
besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang.
5. Posisi tubuh (posture),
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap
ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar
harus diterapkan untuk survei pengukuran.

 Alat Ukur Antropometri


Peralatan yang digunakan untuk mendapatkan data-data
antropometri adalah sebagai berikut:
a. Goniometer
Goniometer ini dipakai untuk mengukur sudut/ lekukan-lekukan
tubuh manusia.

14
Gambar 2.1 Goniometer

b. Macam-macam antropometer
Alat ini dipakai untuk mengukur bagianbagian tubuh manusia.

15
Gambar 2.2 Macam-macam antropometer

c. Kursi antropometri
Dipakai untuk mengukur data-data antropometri manusia dalam
posisi duduk. Data yang diperoleh biasanya dipakai untuk merancang
kursi dan ketinggian meja kerja serta untuk perancangan fasilitas
kerja yang berhubungan dengan manusia pemakainya. Orang yang
akan diukur data antropometrinya harus duduk di kursi ini.

16
Gambar 2.3 Kursi Antropometri
 Cara Pengukuran
Secara umum deskripsi dari pengukuran data antropometrik terdiri dari
setidaknya tiga buah tipe terminology dasar yaitu :
1. Locator yang mengidentifikasikan suatu titik atau daerah dari
tubuh yang menjadi dasar pengukuran titik atau bidang.
2. Orientator yang mengidentifikasikan arah atau tujuan dari
suatu dimensi tubuh.
3. Potensioner yang menandakan asumsi dari posisi tubuh
subyek dalam pengukuran, seperti posisi duduk.
Berikut ini cara-cara pengukuran yang sering digunakan:

17
Gambar 2.4 Mengukur Lebar Telapak Tangan

Gambar 2.5 Penggunaan Antropometer Papan Kepala Bergeser


(Sliding Head Board)

18
Gambar 2.6 Penggunaan Antropometer Dengan Sistem Grid dan
Board di Sudut
 Data Antropometri
Dimensi tubuh manusia untuk perancangan produk terdiri dari dua
jenis, yaitu struktural dan fungsional. Dimensi tubuh struktural yaitu
pengukuran tubuh manusia dalam keadaan tidak bergerak. Sedangkan
dimensi tubuh fungsional adalah pengukuran tubuh manusia dalam
keadaan bergerak. Secara umum data antropometri yang sering
digunakan untuk merancang produk dan stasiun kerja ada pada gambar
2.7.
A. Antropometri Struktural
Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan
tubuh. Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya
representative. Disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh
dimana tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak

19
(tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi
tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi
berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada
saat berdiri atau duduk, panjang lengan, dan sebagainya.

20
Gambar 2.7 Ukuran Tubuh Manusia yang Sering Digunakan Untuk Merancang Produk

21
Gambar 2.8 Antropometri Struktural Posisi Berdiri dan Duduk

Gambar di atas memperlihatkan antropometri struktural.


Antropometri struktural ini diantaranya: tinggi selangkang, tinggi siku,
tinggi mata, rentang bahu, tinggi pertengahan pundak pada posisi
duduk, jarak pantat-ibu jari kaki, dan tinggi mata pada posisi duduk.
Penerapan data ini untuk merancang terali untuk keamanan, jeruji,
panel visual dan pencapaian panel, peralatan rekreasi, pengaturan dan
peralatan tempat penyimpanan sepatu di rumah, dan sebagainya.

22
Gambar 2.9 Antropometri Struktural Kepala, Wajah, Tangan dan Kaki

B. Antropometri Fungsional
Antropometri fungsional adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri
fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-
gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan
kegiatannya. Hasil yang diperoleh merupakan ukuran tubuh yang
nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang
diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang
dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas
ataupun ruang kerja.

23
Gambar 2.10 Antropometri Fungsional/dinamis

 Posisi Kerja
Data ini berfungsi untuk merancang ruang mekanik dan utilitas, ruang
latihan fisik, ruang terapi fisik, dan area sejenis lainnya.

24
Gambar 2.11 Antropometri Fungsional Posisi Kerja
 Antropometri pada Posisi Duduk
Dinamika posisi duduk dapat lebih mudah digambarkan dengan
mempelajari mekanika sistem penyangga dan keseluruhan struktur
tulang yang terlibat di dalam geraknya. Sumbu penyangga dari
batang tubuh yang diletakkan dalam posisi duduk adalah sebuah
garis pada bidang datar koronal, melalui titik terendah dari tulang
duduk (ischial tuberosities) di atas permukaan tempat duduk.

25
Gambar berikut memperlihatkan tuberosities.

Gambar 2.12 Tulang Duduk (Ischial Tuberosities) dalam Posisi Duduk

26
Gambar 2.13 Potongan Tulang Duduk Pada Bagian Posterior
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sekitar 75% dari
keseluruhan berat badan hanya disangga oleh daerah seluas 4 inci
persegi atau 26 cm persegi dari tulang duduk ini. Kondisi ini
memperjelas bahwa berat badan yang diterima, disebarkan hanya
pada daerah yang kecil saja. Akibatnya, terjadi tegangan yang sangat
besar pada daerah pantat di bawahnya.
Tekanan-tekanan ini menimbulkan perasaan lelah dan tidak
nyaman. Bertahan pada posisi duduk dalam jangka waktu yang lama
tanpa mengubah-ubah posisinya, di bawah kondisi tekanan kompresi
yang terjadi, dapat menyebabkan kurangnya aliran darah pada suatu
daerah, gangguan pada sirkulasi darah, menyebabkan nyeri, sakit dan
rasa kebal. Suatu perancangan tempat duduk harus diupayakan
sedemikian rupa sehingga berat badan yang disangga oleh tulang
duduk tersebar pada daerah yang cukup luas. Alas yang tepat pada
landasan tempat duduk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Harus
diupayakan agar subyek yang sedang duduk di atas tempat duduk
tersebut dapat mengubah-ubah posisi atau postur tubuhnya untuk
mengurangi rasa ketidaknyamanannya. Kondisi ini mendasari
diperlukannya data antropometri yang tepat. Berikut ini data-data
antropometri untuk perancangan kursi.

27
Gambar 2.14 Dimensi Antropometri untuk Perancangan Kursi
Keterangan:
A = Tinggi lipatan dalam lutut F = Rentang antar siku
B = Jarak pantat-lipatan dalam lutut G = Rentang panggul
C = Tinggi siku posisi istirahat H = Rentang bahu
D = Tinggi bahu I = Tinggi lumbar
E = Tinggi duduk normal

 Tinggi Tempat Duduk


Salah satu pertimbangan dasar dalam perancangan suatu tempat
duduk adalah tinggi permukaan bagian atas dari landasan tempat
duduk diukur dari permukaan lantai. Jika suatu landasan tempat
duduk terlalu tinggi letaknya, bagian bawah paha akan tertekan

28
seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.15 Tempat Duduk Terlalu Tinggi


Landasan tempat duduk yang letaknya terlalu tinggi dapat
menyebabkan paha tertekan dan peredaran darah terhambat. Sebagai,
tambahan pula, telapak kaki tidak dapat menapak dengan baik di atas
permukaan lantai yang mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh.
Jika, letak suatu landasan tempat duduk terlalu rendah
seperti gambar berikut ini.

29
Gambar 2.16 Tempat Duduk Terlalu Rendah
Landasan tempat duduk yang letaknya terlalu rendah dapat
menyebabkan kaki condong terjulur ke depan, menjauhkan tubuh
dari keadaan stabil. Sebagai tambahan pula, pergerakan tubuh ke
depan akan menjauhkan punggung dari sandaran sehingga
penopangan lumbar tidak terjaga dengan tepat. Bagi orang yang
bertubuh tinggi akan dapat lebih merasa nyaman walau
menggunakan kursi dengan landasan tempat duduk yang rendah
dibandingkan dengan seseorang yang bertubuh pendek menggunakan
kursi yang landasan duduknya terlalu tinggi. Secara antropometrik,
tinggi lipatan dalam lutut haruslah menjadi ukuran pada data yang
digunakan untuk menentukan tinggi landasan tempat duduk. Rentang
data terkecil, misal data persentil ke-5, akan menjadi pedoman yang
tepat karena data ini mencakup bagian populasi mereka yang
berukuran tubuh paling kecil. Alasannya jelas, bahwa tinggi duduk
yang dapat mengakomodasi mereka dengan ukuran tinggi lipatan
lutut paling pendek, juga dapat mengakomodasi mereka dengan
ukuran tinggi lipatan lutut yang lebih tinggi. Kedalaman Tempat
Duduk Pertimbangan dasar lain dari perancangan sebuah kursi
adalah kedalaman landasan tempat duduk (jarak yang diukur dari
bagian depan sampai bagian belakang sebuah tempat duduk). Bila
kedalaman landasan tempat duduk terlalu besar, bagian depan dari
permukaan atau ujung dari tempat duduk tersebut akan menekan
daerah tepat di belakang lutut, memotong peredaran darah di bagian
kaki, seperti pada gambar berikut ini.

30
Gambar 2.17 Landasan Tempat Duduk Terlalu Lebar
Tekanan pada jaringan-jaringan akan menyebabkan iritasi dan
ketidaknyamanan. Bahaya lebih besar ialah terjadinya penggumpalan
darah jika subyek tidak mengubah posisi tubuhnya. Untuk
menghindarkan ketidaknyamanan pada bagian kaki, subyek akan
memajukan posisi pantatnya dan hal ini menyebabkan bagian
punggungnya tidak dapat bersandar sehingga stabilitas tubuh
melemah dan tenaga otot yang diperlukan menjadi semakin besar
sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan. Hasilnya adalah
kelelahan, ketidaknyamanan dan sakit di bagian punggung.
Bila kedalaman landasan tempat duduk terlalu sempit, seperti
pada gambar di bawah ini, akan menimbulkan situasi yang buruk.
Kondisi ini dapat menimbulkan perasaan terjatuh atau terjungkal dari
kursi. Sebagai akibatnya, kedalaman landasan tempat duduk yang
terlalu sempit akan menyebabkan berkurangnya penopangan pada

31
bagian bawah paha.

Gambar 2.18 Landasan Tempat Duduk Terlalu Sempit


Secara antropometri, jarak dari pantat ke lipatan dalam lutut
merupakan pedoman penentuan kedalaman tempat duduk yang
tepat.
 Sandaran Punggung
Fungsi utama dari sandaran punggung adalah untuk mengadakan
penopangan bagi daerah lumbar, atau bagian kecil dari punggung,
yaitu bagian bawah yang berbentuk cekung dimulai dari bagian
pinggang sampai pertengahan punggung.
Konfigurasi dari sandaran punggung harus dapat menyokong
sesuai profil dari tulang belakang, terutama pada daerah lumbar
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.19, namun harus
diperhatikan supaya tidak membuatnya terlalu pas untuk
menghindarkan pemakai mengubah-ubah posisinya. Keseluruhan
tinggi sandaran punggung dapat bervariasi sesuai dengan jenis dan
32
maksud pemakaian suatu kursi. Sebuah kursi untuk sekertaris lebih
cocok bila penopang lumbarnya hanya pada suatu daerah kecil saja.
Kursi santai akan lebih cocok bila sandarannya mencapai bagian
belakang kepala ataupun tengkuk. Perlu diingat untuk menyediakan
ruang tambahan bagi penonjolan daerah pantat. Jarak bersih ini dapat
berupa daerah terbuka berbentuk ceruk antara permukaan tempat
duduk dan penopang lumbar. Bantalan yang empuk pada bagian ini
akan mengakomodasi penonjolan bagian pantat ini.

Gambar 2.19 Sandaran Punggung

 Sandaran Lengan
Sandaran lengan ini memiliki beberapa fungsi. Sandaran
ini menopang berat dari lengan dan membantu pemakai ketika akan
duduk atau bangkit dari tempat duduknya. Jika suatu kursi digunakan

33
untuk suatu kegiatan tertentu, misalnya bagi seseorang yang bertugas
dengan putaran-putaran tuts yang sensitif atau panel kontrol, maka
sandaran tangan tersebut dapat berfungsi untuk menjaga agar lengan
tetap stabil sepanjang pelaksanaan pekerjaannya. Tinggi siku pada
posisi istirahat adalah pengukuran antropometri yang tepat sebagai
pedoman bagi penentuan tinggi sandaran lengan. Bantalan Tujuan
dari pemberian bantalan pada dasarnya adalah sebagai upaya
penyebaran tekanan, sehubungan dengan berat badan pada titik
persinggungan antar permukaan dengan daerah yang lebih luas.
Bahayanya, seorang perancang seringkali beranggapan bahwa makin
empuk, dalam, dan lembut suatu bantalan, akan semakin besar
kenyamanan yang dihasilkannya. Padahal bukan demikian
kenyataannya. Seringkali justru sebuah kursi yang tampaknya terlalu
empuk justru dapat menyebabkan kelelahan, ketidaknyamanan dan
rasa sakit.

2.2 Aplikasi, Metode dan Pengembangan Ergonomi di Tempat Kerja


2.2.1 Aplikasi/ Penerapan Ergonomi di Tempat Kerja
Terdapat beberapa aplikasi / penerapan dalam pelaksanaan ilmu ergonomik,
antara lain:
a.    Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan
posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan
tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
(a) Posisi Kerja Duduk
 Keuntungan:
1. Mengurangi kelelahan
pada kaki.
2. Terhindarnya sikap yg
tidak alamiah.

34
3. Berkurangnya pemakaian energi.

Gambar 2.20 Posisi Kerja Duduk

 Kerugian:
1. Melembeknya otot perut.
2. Melengkungnya punggung.
3. Efek buruk bagi organ bagian dalam

(b) Posisi Kerja Berdiri


 Keuntungan:
Otot perut tidak kendor, sehingga
vertebra (ruas tulang belakang) tidak
rusak bila mengalami pembebanan.
 Kerugian: Otot kaki cepat lelah.

Gambar 2.21: Posisi Kerja Berdiri


b.   Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur.

35
Gambar 2.22 Jangkauan

c.   Tata Letak Tempat Kerja


Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada
kata-kata.
d.   Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,
bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan
cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang
berlebihan.

Gambar 2.23 Cara Mengangkat Beban

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam mengangkat beban

1. Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat


badan operator.
2. Jarak horizontal dari beban relatif terhadap operator.

36
Gambar 2.24 Jarak antara benda terhadap operator

3. Ukuran beban yang harus diangkat (beban yang berukuran besar) akan
memiliki pusat massa (centre of gravity ) yang letaknya jauh dari
operator, hal tersebut juga akan mempengaruhi pandangan operator.
4. Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban
(mengangkat beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit daripada
mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan pinggang).
5. Beban puntir (twisting load) pada operator selama aktivitas angkat beban.
6. Prediksi terhadap berat beban yang akan diangkat. Hal ini adalah untuk
mengantisipasi beban yang lebih berat dari yang diperkirakan.
7. Stabilisasi beban yang akan diangkat.
8. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja.
9. Frekuensi angkat, yaitu banyaknya aktifitas angkat.

Ada 4 batasan yang dalam pengangkatan yaitu :

1. Batasan angkatan secara legal ( Legal Limitation )


Batasan ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional yaitu :
 Pria di bawah usia 16 th, maksimum angkat 14 kg.
 Pria usia diantara 16 th dan 18 th, maksimum angkat 18 kg.
 Pria usia lebih dari 18 th, tidak ada batsan angkat.
 Wanita usia diantara 16  th dan 18 th, maksimum angkat 11 kg.
 Wanita usia lebih dari 18 th, maksimum angkat adalah 16 kg.

37
Batasan ini dapat membantu mengurangi rasa nyeri, ngilu pada tulang
belakang bagi para wanita. Batasan angkat ini akan mengurangi
ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagi operator untuk
pekerjaan berat.

2. Batasan angkat dengan menggunakan biomekanika (Biomechanical


Limitation)
Nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisis
aktifitas kerja,  ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi.
3. Batasan angkat secara fisiologis
Metode pendekatan ini dengan mempertimbangkan rata–rata beban
metabolisme dari aktifitas angkat yang berulang, sebagaimana dapat juga
ditentukan dari jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar–benar
diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batasan angkat.
Kelelahan kerja yang terjadi akibat dari aktifitas yang berulang–ulang
akan meningkatkan resiko nyeri pada tulang belakang.
4. Batasan angkat secara psiko–fisik
Metode ini didasarkan pada sejumlah eksperimen yang berupaya
untuk mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian beban
yang berbeda-beda. Ada tiga macam posisi angkat :
 Dari permukaan lantai ke ketinggian genggaman tangan.
 Dari ketinggian genggaman tangan dan ke ketinggian bahu.
 Dari ketinggian bahu ke maksimuman jangkauan tangan vertikal.

2.2.2 Metode – metode Ergonomi


Terdapat beberapa metode dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Metode-
metode tersebut antara lain:
1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja,
penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomi checklist dan pengukuran
lingkungan kerja lainnya. variasi akan sangat luas mulai dari yang sederhana
sampai kompleks.
38
2. Treatment
Dapat dilakukan dengan cara perubahan posisi meubel, letak pencahayaan
atau jendela yang sesuai, Membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik
pekerja
3. Follow up
Bisa dilakukan dengan cara menanyakan kenyamanan, bagian badan yang
sakit, nyeri bahu  dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain.

2.2.3 Pengembangan penerapan ergonomi


1. Pengorganisasian kerja
 Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah
harus dihindari. Fleksi tubuh atau kepala ke arah samping lebih
melelahkan dari sedikit membungkuk ke depan. Sikap tubuh yang disertai
paling sedikit kontraksi otot statis dirasakan paling nyaman.
 Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun ke
samping harus dihindari. Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan
seperti itu sangat mengurangi ketepatan kerja dan ketrampilan aktivitas
tangan.
 Selalu diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap kerja dan
kemungkinan duduk dan berdiri silih berganti juga dianjurkan.
 Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang
berlawanan. Bila hanya satu lengan saja yang bergerak terus-menerus,
maka otot-otot tubuh yang lainnya akan berkontraksi statis. Gerakan
berlawanan memungkinkan pula pengendalian saraf yang lebih cermat
terhadap kegiatan pekerjaan tangan.
2. Bangku atau meja kerja
Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin sering-sering
adalah penyebab kerja otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka
syarat-syarat bangku kerja yang benar adalah sebagai berikut :
 Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan
mudah dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil

39
ukuran benda, makin dekat jarak lihat optimal dan makin tinggi area kerja.
 Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus
ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-
gerakan yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.
 Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian
penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan
tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di stel, sehingga sesuai bagi
pemakainya.
3. Sikap  kerja
 Tempat duduk
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang bekerja
dengan sikap duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami
penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi
darah.
 Meja kerja
Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan
sikap tubuh pada saat bekerja.
 Luas pandangan
Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur dari
tinggi mata adalah 0-30° vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan
dan ke kiri
4. Proses kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur.
5. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada
kata-kata.
6. Mengangkat beban
Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan,

40
punggung , dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan
mengangkut adalah sebagai berikut :
1. Beban yang diperkenakan,  jarak angkut dan intensitas pembebanan.
2. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik
turun dll.
3. Keterampilan bekerja
4. Peralatan kerja beserta keamanannya

2.3 Tujuan, Manfaat Pelaksanaan dan Ruang Lingkup dari Ergonomi di Tempat
Kerja

Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang sederhana
dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat
meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan
sistem serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan sehat.

2.3.1 Tujuan Ergonomi

Adapun tujuan penerapan ergonomik adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja


tambahan(fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan
meningkatkan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas
kontak sesame pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan
system kebersamaan dalam tempat kerja.
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,
ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan
meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.

2.3.2 Manfaat Penerapan Egronomi di Tempat Kerja

41
Manfaat dari penerapan ergonomik adalah sebagai berikut :
1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2. Menurunnya kecelakaan kerja.
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8. Kepuasan kerja meningkat
2.3.3 Ruang Lingkup Egronomi
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:
1. Teknik
2. Fisik, berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri, karakteristik
fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan dnegan aktifitas fisik. Topik-
topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara lain: postur kerja, pemindahan
material, gerakan berulan-ulang, MSD, tata letak tempat kerja, keselamatan
dan kesehatan.
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian
5. Sosiologi
6. Fisiologi, kaitanya dengan temperature tubuh, oxygen up take, dan aktifitas
otot
7. Desain
8. Ergonomi Kognitif: berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di
dalamnya: persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia
terhadap pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi
kognitif antara lain: beban kerja, pengambilan keputusan, performance,
human-computer interaction, keandalan manusia, dan stres kerja.
9. Ergonomi Organisasi, berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk
sturktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang relevan dalam

42
ergonomi organisasi antara lain: komunikasi,perancangan kerja, perancangan
waktu kerja, timwork, perancangan partisipasi, komunitas ergonomi, kultur
organisasi, organisasi virtual, dll.
10. Ergonomi Lingkungan, berkaitan dengan pencahayaan, temperatur,
kebisingan, dan getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi
lingkungan antara lain: perancangan ruang kerja, sistem akustik,dll.

2.4 Prinsip – prinsip Ergonomi


Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau
pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan
teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi
adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja, menurut Baiduri dalam
diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi yaitu:
a.       Bekerja dalam posisi atau postur normal;
b.       Mengurangi beban berlebihan;
c.        Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;
d.       Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;
e.        Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;
f.        Minimalisasi gerakan statis;
g.        Minimalisasikan titik beban;
h.       Mencakup jarak ruang;
i.         Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;
j.         Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;
k.       Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;
l.         Mengurangi stres.

2.5 Kasus Ergonomi


Terdapat beberapa kasus dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Kasus-kasus tersebut

43
antara lain:
a) Dalam pengukuran performansi atlet. Pengukuran jangkauan ruang yang
dibutuhkan saat kerja. Contohnya: jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif
pada saat bekerja, yang dilakukan dengan berdiri atu duduk.
b) Pengukuran variabilitas kerja. Contohnya: analisis kinematika dankemampuan jari-
jari tangan dari seseorang juru ketik atau operator komputer.
c) Antropometri dan Aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas Kerja
Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan
ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia.
d) Kasus bekerja sambil duduk: Seorang pekerja yang setiap hari menggunakan
komputer dalam bekerja dengan posisi yang tidak nyaman, maka sering kali ia
merasakan keluhan bahwa tubuhnya sering mengalami rasa sakit/nyeri, terutama
pada bagian bahu, pergelangan tangan, dan pinggang.
e) Kasus manual material handling: Kuli panggul di pasar sering sekali mengalami
penyakit herniadan juga low back pain akibat mengangkut beban di
luar recommended weighting limit (RWL).
f) Kasus information ergonomic  atau kognitive ergonomic: Operator reaktor sulit
untuk membedakan beraneka macam informasi yang disampaikan
oleh display terutama pada saat situasi darurat/emergency. Hal ini disebabkan
karena informasi tersebut sulit dimengerti oleh operator tersebut. Kejadian yang
serupa sering juga dialami oleh pilot, dimana harus menghadapi
banyak display  pada waktu yang bersamaan.

Kondisi berikut menunjukkan beberapa tanda-tanda suatu sistem kerja yang tidak
ergonomik:

 Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan


 Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan
 Pekerja sering melakukan kesalahan (human error)
 Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau
pinggang

44
 Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja
 Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang
 Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau jongkok
 Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup
 Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan
 Komitmen kerja yang rendah
 Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap
kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan

Dengan ergonomi, sistem-sistem kerja dalam semua lini departemen dirancang


sedemikian rupa memperhatikan variasi pekerja dalam hal kemampuan dan keterbatasan
(fisik, psikis, dan sosio-teknis) dengan pendekatan human-centered design (HCD). 
Konsep evaluasi dan perancangan ergonomi adalah dengan memastikan bahwa tuntutan
beban kerja haruslah dibawah kemampuan rata-rata pekerja (task demand < work
capacity).  Dengan inilah diperoleh rancangan sistem kerja yang produktif, aman, sehat,
dan juga nyaman bagi pekerja (Laksmiwaty, 2009).

BAB III
PEMBAHASAN

N Aktivitas dan Durasi Potensi


Identifikasi Hazard Penjelasan Risiko Pengendalian Risiko
o lokasi Pekerjaan PAK
1 Membersihkan 7 jam/hari, Bekerja di ketinggian Kaku Otot Kontrol teknik:
kaca jendela istirahat 1 sambil membersihkan kaki dan Mengganti access rope
bergantungan jam/hari kaca, gerakan tangan tangan dengan gondola
dengan access yg berulang2 selama Kontrol administrasi:
rope 4-5 jam dengan kaki memastikan kondisi fit
menggantung setiap sebelum memulai

45
kerja
2 Membersihkan 4-5 Posisi janggal. LBP, CTS, Kontrol teknik:
lantai luar jam/hari Membungkuk ke GOTRAK Gunakan alat bantu pel
gedung salah satu sisi tubuh dengan panjang gagang
dan duduk jongkok yg sesuai
dalam bekerja

3 Petugas pengisi 4 jam/hari Kerja sendirian. Mudah Kontrol teknik:


BBG di SPBG, Berdiri dalam waktu lelah otot penggunaan
antrian moda cukup lama. Selalu kaki, dingklik/bangku pendek
cukup panjang. menjinjit untuk varises untuk membantu
menghidupkan tungkai, menjangkau pompa
pompa BBG GOTRAK, BBG
sakit Kontrol administrasi:
kepala Bergantian dengan
pekerja lain per 1 jam
4 Penjaga 8 jam/hari Tempat kerja tidak Cervical Kontrol teknik: meja
perpustakaan ergonomis dan posisi pain tingkat diganti dengan
mengoperasikan janggal. Letak layar syndrome, meja yang ergonomis
komputer di komputer terlalu sefalgia, (contoh: meja customer
meja pintu rendah dan sulit LBP, eye service bank pada
masuk dijangkau pandangan strain, umumnya). Penempatan
karena terhalang fatigue layar monitor yang ideal
papan di atasnya. adalah 2 - 5 cm lebih
Pekerja harus rendah dari mata, diukur
membungkukan saat kondisi duduk
leher. Meja tingkat tegak.
atas terlalu tinggi Kontrol administrasi:
sehingga petugas Edukasi istirahatkan
harus sering mata setiap 20 menit
mendongakkan melihat sejauh ± 20 kaki
kepala. selama minimal 20
detik.

46
5 Petugas kasir di 5 jam/hari Sikap kerja kurang GOTRAK Kontrol administrasi:
kantin melayani ergonomis. Duduk edukasi pentingnya
pembayaran dalam waktu lama. peregangan otot

6 Penjamu 4 jam/hari Posisi janggal dan LBP, Kontrol teknik: dapur


makanan tempat kerja kurang GOTRAK, diperluas
memasak dan ergonomis. Dimensi pusing, Kontrol administrasi:
menyiapkan di ruang dapur kurang kurang edukasi untuk tidak
dapur kantin lebar dan banyak nyaman di meletakkan baran-
barang-barang tempat barang di ruang gerak
diletakkan di ruang kerja tubuh di dalam dapur
gerak pekerja
sehingga pekerja
agak kesulitan untuk
bergerak.

Adapun beberapa hal yang positif dalam aspek ergonomi di tempat kerja yang kami
temukan antara lain sebagai berikut.
1) Budaya peregangan otot setiap pukul 10.00 dan 14.00 yang diingatkan melalui
penayangan video secara otomatis di setiap komputer.
2) Kursi dan meja ruang rapat di ruang perpustakaan sangat ergonomis.
3) Tersedianya kursi untuk resepsionis di setiap pintu masuk gedung sehingga resepsionis
tidak mudah lelah.
4) Penggunaan dispenser dengan posisi peletakan galon air di lemari bawah dispenser
menurunkan risiko LBP pada pengangkutnya.

47
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Ergonomi ialah ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi
yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya. Ergonomi
adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian
pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbal balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.
Tujuan penerapan ergonomi adalah untuk peningkatan kualitas kehidupan yang lebih
baik. Dengan penerapan ergonomi ini, maka akan tercipta lingkungan kerja aman, sehat dan
nyaman sehingga kerja menjadi lebih produktif dan efisien serta adanya jaminan kualitas kerja.
Adapun tujuan penerapan ergonomik adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja
tambahan(fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan
kerja.

48
2) Meningkatkan kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesame
pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan system kebersamaan dalam
tempat kerja.
3) Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi,
antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi
sistem manusia-mesin.

Pada saat penulis melakukan walk through survey pada hari Jumat tanggal 29 November
2019, pukul 09.00 s.d. 10.00, didapatkan informasi mengenai health hazards ergonomis, antara
lain aspek posisi, cara kerja, dan tempat kerja. Hazard ini apabila tidak segera ditangani akan
membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Penulis juga menemukan bahwa secara umum PT. PGN, Tbk, telah melakukan
pengendalian risiko hazard ergonomi dengan baik. Terdapat beberapa terobosan budaya
ergonomi yang patut diterapkan di tempat lain, seperti peregangan otot dua kali per hari melalui
multimedia.

4.2 Saran
Untuk mencegah dan menangani hazard yang ada, disarankan kepada perusahaan untuk
melakukan pengendalian risiko berupa substitusi, kontrol teknik, dan kontrol administrasi. Selain
itu perusahaan disarankan untuk kembali menilai health risk assessment untuk mengurangi risiko
kesehatan.

49
DAFTAR PUSTAKA

Atin. 2015. Masalah ergonomi ditempat kerja. (Online). (http://atin-


kuliahku.blogspot.co.id/2012/05/makalah-masalah-ergonomi-di-tempat.html?m=1,
diakses tanggal 03 September 2015)

Dias.2009.Definisidanruanglingkupergonomi. (Online).
(http://diasrw.blogspot.com/2009/01/difinisi-dan-ruang-lingkup.html, diakses tanggal
11 September 2015)

Mangapan, Tobi. 2015. Pengenalan Ergonomi dan Faal Kerja. (Online),


(file:///E:/ergonomi/FKM%20UNHAS%202013%28REMPS%29%20%20makalah
%20k3%20ergonomi%20dan%20faal%20kerja.htm, diakses tanggal 03 September
2015)

Suma’mur. 1987. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV. Haji
Masagung,.

Sutalaksana. 2010. Pengertian ergonomi. (Online).


(http://sobatbaru.blogspot.com/2010/03/pengertian-ergonomi.html, diakses tanggal 11
September 2015)

Tresnaningsih. 2007. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan. (Online).


(www.depkes.go.id, diakses tanggal 11 September 2015)

50

Anda mungkin juga menyukai