TB2 Kewarganegaraan Stella Angelica 43218110099
TB2 Kewarganegaraan Stella Angelica 43218110099
Disusun oleh:
Stella Angelica - 43218110099
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2021
KATA PENGANTAR
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Hal tersebut telah jelas bahwa pemberian otonomi kepada daerah pada
intinya adalah untuk memberikan keleluasaan daerah dalam menyelenggarakan
urusan Pemerintahan yang tumbuh, hidup, dan berkembang di daerah demi
terciptanya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, pegembangan
kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta keserasian hubungan antara
pusat dan daerah sesuai dengan prakarsa dan aspirasi masyarakat di daerah.
Sungguhpun demikian, selama kurun waktu hampir satu dasa warsa pelaksanaan
otonomi daerah pasca Reformasi 1998, masih saja ditemui kesenjangan posisi,
kewenangan dan tanggung jawab serta implementasi dari regulasi‐regulasi yang
telah ditetapkan.
Dalam perkembangannya, konsepsi mengenai otonomi daerah yang pada
dasarnya merupakan sistem Pemerintahan desentralisasi atau tidak dari pusat
sering terjadi kesalahpahaman dalam menjalankannya. Apakah hal tersebut
dikarenakan masih minimnya pengetahuan mengenai konsep desentralisasi, atau
mungkin karena kurang siapnya baik itu masyarakat atau pemimpin daerah dalam
menjalankan proses otonomi daerah. Berangkat dari kenyataan‐kenyataan
tersebut, tulisan ini berusaha untuk menelaah kembali makna otonomi daerah,
baik sebagai sebuah konsep maupun sebagai sebuah sistem yang dilaksanakan
berdasarkan Undang-Undang yang berlaku. Hal inilah yang menjadi ketertarikan
penulis untuk mengkaji lebih dalam mengenai hal tersebut, dengan mengangkat
judul “Otonomi Daerah di Indonesia Pada Masa Reformasi”.
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan
makalah ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun yang menjadi
tujuan umumnya yaitu bermaksud untuk memperoleh informasi mengenai
pelaksanaan otonomi daerah pada masa Reformasi. Sedangkan tujuan khusus dari
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya Otonomi Daerah.
2. Untuk mengidentifikasi implikasi kebijakan otonomi daerah di bidang politik,
ekonomi dan pendidikan pada masa Reformasi.
3. Untuk menganalisis permasalahan dan upaya mengatasi masalah yang terjadi
dalam otonomi daerah pada masa Reformasi.
D. Manfaat Penulisan
Dengan adanya penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun yang membacanya. Bagi penulis
sendiri sebagai sarana untuk memperluas ilmu, wawasan serta pengalaman dalam
melakukan suatu penulisan. Selain itu juga dapat digunakan sebagai landasan awal
untuk penulisan selanjutnya. Bagi pembaca dapat memberikan informasi
mengenai otonomi daerah yang terjadi di indonesia baik dalam bidang politik,
ekonomi maupun pendidikan pada masa era Reformasi. Bagi Jurusan Pendidikan
Sejarah, dapat memperkaya referensi tentang penulisan sejarah. Dan lebih luasnya
bagi Universitas Pendidikan Indonesia, sebagai pelengkap dalam memperkaya
khasanah keilmuan dan melengkapi kepustakaan karya tulis ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Asas Dekonsentrasi
Menurut Laica Marzuki, dekonsentrasi merupakan ambtelijke
decentralisastie atau delegatie van bevoegdheid, yakni pelimpahan
kewenangan dari alat perlengkapan Negara di pusat kepada instansi bawahan,
guna melaksanakan pekerjaan tertentu dalam penyelenggaraan Pemerintahan.
Pemerintah pusat tidak kehilangan kewenangannya karena instansi bawahan
melaksanakan tugas atas nama Pemerintah pusat.
Sedangkan menurut Bagir Manan, dekonsentrasi hanya bersangkutan
dengan penyelenggaraan administrasi negara, karena itu bersifat kepegawaian
(ambtelijk). Kehadiran dekonsentarsi semata-mata untuk ”melancarkan”
penyelenggaraan Pemerintahan sentral di daerah. Penerapan asas dekonsentrasi
dalam penyelenggaraan Pemerintahan mendapat legitimasi yang kuat,
mengingat keberadaannya telah diatur di dalam Pasal 1 ayat (8) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, yang berbunyi
“Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang Pemerintahan oleh Pemerintah
Pusat kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi
vertikal di wilayahnya. (UU No. 32 Tahun 2004, ps 1 ayat 8).
mailto:https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/download/143/pdf
mailto:http://ejournal.politik.lipi.go.id/index.php/jpp/article/view/575
mailto:http://180.250.247.102/conference/index.php/knia/article/view/197