A. PENDAHULUAN terjadi resistensi insulin. c. Diabetes Melitus Tipe Lain Diabetes Mellitus atau biasa disingkat DM tipe ini terjadi karena etiologi dengan DM adalah salah satu penyakit lain, misalnya pada defek genetik yang banyak terjadi di kalangan fungsi sel beta, defek genetik kerja masyarakat. Data Riskesdas tahun 2007 insulin, penyakit eksokrin menunjukan 6,9% masyarakat indonesia pankreas, penyakit metabolik terserang diabetes dengan 30,4% nya endokrin lain, iatrogenik, infeksi terdiaknosis dan 69,6% nya hanya virus, penyakit autoimun dan mengalami gejalanya atau prediabetes kelainan genetik lain. (Kemenkes RI, 2014). DM Tipe-2 d. Diabetes Melitus Gestasional merupakan tipe DM yang paling sering DM tipe ini terjadi selama masa terjadi yaitu 90% dari semua kasus DM kehamilan, dimana intoleransi (Dipiro, 2008). Pengertian dari DM sendiri glukosa didapati pertama kali pada adalah suatu kelompok penyakit metabolik masa kehamilan yang mempunyai karakteristik (ADA, 2011) hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi dalam darah) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau C. PATOFISIOLOGI DIABETES keduanya (Perkeni, 2015). MELLITUS TIPE 2
B. PENGGOLONGAN DIABETES Secara garis besar DM tipe 2 disebabkan
MELLITUS oleh delapan hal atau yang biasa disebut dengan Omnius Octet. Berikut adalah Berdasarkan ADA (2011) penyakit DM delelapan hal yang menyebabkan dm tipe 2 atau Diabetes Mellitus digolongkan secara patofisiologi : menjadi 4 yaitu : 1. Kegagalan sel beta pankreas. a. Diabetes Melitus Tipe 1 atau 2. Produksi glukosa dalam keadaan Insulin Dependent Diabetes basal oleh liver meningkat. Mellitus/IDDM 3. Peningkatan lipolysis dan kadar Pada DM tipe ini terdapat sedikit asam lemak bebas yang atau tidak sama sekali sekresi merangsang proses insulin. glukoneogenesis dan mencetuskan b. Diabetes Melitus Tipe 2 atau resistensi insulin. Insulin Non-dependent Diabetes 4. Gangguan transport glukosa dalam Mellitus/NIDDM. sel otot. Pada penderita DM tipe ini terjadi 5. Penyerapan karbohidrat melalui hiperinsulinemia tetapi insulin kerja enzim alfa-glukosidase yang tidak bisa membawa glukosa memecah polisakarida menjadi monosakarida yang diserap oleh yang diimpor glukosa ke dalam sel. usus sehingga terjadi peningkatan Pengikatan insulin ke IR mengaktifkan glukosa darah. PI3-k yang menghasilkan PI4, 5P2 dan 6. Peningkatan sel-α pancreas dalam PI3, 4, 5P3. Ini berfungsi sebagai situs dok sintesis glukagon. untuk PDK1 yang kemudian menjadi 7. Peningkatan ekspresi gen SGLT-2 perantara aktivasi PKB. PKB yang aktif sebagai penyerap glukosa dapat mengatur transkripsi gen target- 8. Terjadi hiperinsulinemia karena PEPCK dan G6Pase melalui Foxo-1 adanya resistensi insulin yang sehingga menurunkan efek glukogenesis di membuat peningkatan asupan Liver dan terbukanya GLUT4 dan glukosa makanan. masuk ke sel (Saini, 2010). Gambar dari (Perkeni, 2015) mekanisme aksi dapat dilihat di Gambar 1. Dimana gambar tersebut merupakan D. MEKANISME DM TIPE-2 SECARA mekanisme dari mekanisme normal dalam MOLEKULER tubuh, tapi pada DM Tipe-2 ini tidak Jalur sinyal insulin menunjukkan adanya terjadi ikatan insulin dengan reseptor ikatan insulin dengan reseptor insulin yang sehingga tidak masuknya glukosa dalam mengarah ke aktivasi transporter glukosa 4 sel.
DM Tipe-2 : Tidak terjadi
ikatan antar Insululin dan reseptor
Gambar 1. Mekanisme DM Tipe-2 secara molekuler
E. FAKTOR RESIKO DM Tipe-2 1. Riwayat sebelumnya : keluarga,
DM gestasional, melahirkan bayi Terdapat 7 faktor resiko untuk DM Tipe-2 dengan BB > 4 kg, kista ovarium, yaitu : Impaired fasting glucose, Impaired glucose tolerance 2. Obesitas : > 120% berat badan terhadap kerja insulin pada tingkat ideal seluler, distal reseptor insulin, dan 3. Umur : 20-59 tahun (8,7%) dan menurunkan produksi glukosa hati. > 65 tahun (18%) Metformin merupakan pilihan 4. Etnik/Ras utama untuk penderita diabetes 5. Hipertensi gemuk, disertai dislipidemia, dan 6. Hiperlipidemia disertai resistensi insulin. 7. Faktor lain : kurang olahraga, pola b. Tiazolidindion makan rendah serat Menurunkan resistensi insulin (Depkes RI, 2005) dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa G. TERAPI FARMAKOLOGI DM sehingga meningkatkan ambilan Tipe-2 glukosa perifer. Berdasarkan efeknya, terapi dari DM tipe- Tiazolidindion dikontraindikasikan 2 digolongan menjadi 4, yaitu : pada gagal jantung karena meningkatkan retensi cairan. 1. Pemicu sekresi insulin: Contoh tiazolidindion : a. Sulfonilurea Pioglitazon, rosiglitazon Efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas 3. Penghambat glukoneogenesis: Pilihan utama untuk pasien berat Biguanid (Metformin) badan normal atau kurang Selain menurunkan resistensi Contoh sulfonilurea : insulin, Metformin juga Klorpropamid, Glikazid, mengurangi produksi glukosa hati. Glibenklamid, Glipizid, Glikuidon, Metformin dikontraindikasikan Glimepirid, Tolbutamid pada gangguan fungsi ginjal b. Glinid dengan kreatinin serum > 1,5 Terdiri dari repaglinid dan mg/dL, gangguan fungsi hati, serta nateglinid pasien dengan kecenderungan Cara kerja sama dengan hipoksemia seperti pada sepsis sulfonilurea, namun lebih Metformin tidak mempunyai efek ditekankan pada sekresi insulin samping hipoglikemia seperti fase pertama. golongan sulfonylurea. Obat ini baik untuk mengatasi Metformin mempunyai efek hiperglikemia Postprandial samping pada saluran cerna (mual) namun bisa diatasi dengan 2. Peningkat sensitivitas insulin: pemberian sesudah makan. a. Biguanid Golongan biguanid yang paling 4. Penghambat glukosidase alfa : banyak digunakan adalah Acarbose Metformin. Bekerja dengan mengurangi Metformin menurunkan glukosa absorbsi glukosa di usus halus. darah melalui pengaruhnya Acarbose juga tidak mempunyai yang bersifat aerobik seperti berjalan efek samping hipoglikemia seperti santai, jogging, bersepeda dan berenang. golongan sulfonilurea. Latihan jasmani selain untuk menjaga Acarbose mempunyai efek kebugaran juga dapat menurunkan berat samping pada saluran cerna yaitu badan dan meningkatkan sensitifitas kembung dan flatulens. insulin. Penghambat dipeptidyl peptidase-4 (Ndraha, 2014) (DPP-4) Glucagon-like peptide-1 (GLP-1) merupakan suatu hormone I. KESIMPULAN peptide yang dihasilkan oleh sel L Penyakit DM merupakan salah satu di mukosa usus. Peptida ini penyakit yang banyak terjadi disekresi bila ada makanan yang dimasyarakat, dimana 90% nya merupakan masuk. GLP-1 merupakan DM Tipe-2. DM tipe ini multi faktor jika perangsang kuat bagi insulin dan ditinjau dari segi patofisiologinya. Pada penghambat glukagon. Namun DM Tipe-2 tidak terjadi ikatan antara GLP-1 secara cepat diubah menjadi insulin dengan reseptor sehingga kadar metabolit yang tidak aktif oleh glukosa dalam darah tetep tinggi meskipun enzim DPP-4. Penghambat DPP-4 terbentuk insulin oleh tubuh. Faktor resiko dapat meningkatkan penglepasan dari DM Tipe-2 beragam, salah satunya insulin dan menghambat adalah gaya hidup, dimana faktor ini penglepasan glukagon. merupakan faktor yang sering dijumpai. (Ndraha, 2014) Pada pasien dengan DM Tipe-2 dapat diberikan obat-obat oral dengan H. TERAPI NON FARMAKOLOGI mekanisme yang beragam dan dapat juga DM Tipe-2 diberikan terapi non farmakologi untuk menunjang kualitas hidup pasien. 1. Edukasi Edukasi pada penyandang diabetes DAFTAR PUSTAKA meliputi pemantauan glukosa mandiri, American Diabetes Association, 2011. perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat- Diagnosis And Classification Of obatan, berhenti merokok, meningkatkan Diabetes Mellitus. Diabetes Care. aktifitas fisik, dan mengurangi asupan Vol 34:s62-9. kalori dan diet tinggi lemak. Depkes RI, 2005, Pharmaceutical Care 2. Terapi gizi medis Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Prinsip pengaturan makan pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta penyandang diabetes yaitu makanan yang Dipiro, Joseph T. et. Al, 2006, seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori Pharmacotherapy Handbook, masing-masing individu, dengan Sixth edition, Mc Graw Hill memperhatikan keteraturan jadwal makan, Kemenkes RI, 2014. Infodatin Situasi dan jenis dan jumlah makanan. Analisis Diabetes. Kementrian 3. Latihan Jasmani Kesehatan Republik Indonesia. Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali Jakarta Ndraha, 2014, Diabetes Melitus Tipe 2 seminggu, masing-masing selama kurang Dan Tatalaksana Terkini, lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan Medicinus, Vol. 27(2) Perkeni, 2015, Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2015, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Jakarta Saini, 2010, Molecular mechanisms of insulin resistance in type 2 diabetes mellitus, World J Diabetes, Vol 1(3): 68-75