1. Perubahan sosial adalah perubahan lembaga sosial dalam masyarakat yang mempengaruhi
sistem sosial, nilai, sikap, serta perilaku individu dan kelompoknya.
2. Teori siklus melihat pola perubahan sosial menyerupai spiral. artinya, perubahan adalah
suatu proses yang terulang-ulang. Apa yang terjadi sekarang pada dasarnya memiliki
kesamaan atau kemiripan dengan apa yang telah terjadi sebelumnya. Teori perkembangan
melihat bahwa perubahan akan berkembang menuju suatu titik tujuan tertentu. Teori ini
berbagi atas teori evolusi dan teori revolusi.
4. Menurut teori gerakan sosial, ketidakpuasan terhadap kondisi tertentu yang ada di dalam
masyarakat adakalanya menimbulkan gerakan sosial, di mana sejumlah bear orang
mengorganisasikan diri untuk memperjuangkan perubahan.
5. Terhadap tujuh bentuk perubahan sosial yakni bentuk perubahan lambat, perubahan cepat,
perubahan kecil, perubahan besar, perubahan yang dikehendaki atau direncanakan,
perubahan yang tidak direncanakan, perubahan structural, dan perubahan proses.
10. Proses disintegrasi sebagai akibat perubahan sosial dalam masyarakat dapat berbentuk
pergolakan daerah, aksi protes dan demonstrasi, kriminalitas, dan kenakalan remaja.
11. Dampak positif perubahan sosial ini antara lain semakin mudah dan cepatnya manusia
menyelesaikan segala aktivitas, semakin baiknya kualitas individua tau masyarakat, seiring
dengan perkembangan teknologi sosial, dan semakin berkembannya pola pikir manusia
melalui pertukaran budaya serta pertukaran informasi yang dapat dilakukan kapan saja dan
di mana saja.
12. Modernisasi merupakan suatu proses perubahan sosial di mana masyarakat yang sedang
memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki
masyarakat modern.
13. Untuk mencapai perubahan diperlukan adanya saluran-saluran perubahan sosial budaya
(chanel of change). Saluran-saluran perubahan tersebut meliputi Lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, Pendidikan, agama, rekreasi, dan
sebagainya.
14. Agar kesinambungan masyarakat Indonesia berjalan terus, kita perlu menjaga keutuhan
masyarakat majemuk dan mempercepat proses integrase sosial budaya.
Rangkuman Bab II
1. Globalisasi menurut Anthony Giddens adalah suatu proses radikalisasi dan universalisasi
nilai – nilai modernitas peradaban barat ke seluruh penjuru dunia, yang kemudian
berkembang menjadi modernitas global.
3. Robin Cohen dan Paul Kennedy berpendapat bahwa karakteristik globalisasi meliputi hal-
hal berikut.
a. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu
b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung.
c. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi,
film, music, serta transmisi berita dan olahraga internasional).
d. Meningkatnya masalah bersama, misalnya dalam aspek ekonomi, lingkungan, dan
permasalahan lainnya seperti AIDS, flu babi, flu burung, perdagangan obat terlarang
internasional, dan terorisme internasional.
1. Ketimpangan sosial ditandai oleh ketidaksetaraan peluang dan penghargaan untuk posisi
sosial atau status yang berbeda dalam kelompok atau masyarakat. Menurut Naidoo dan
Wills, ketimpangan sosial adalah perbedaan-perbedaan dalam pemasukan (income), sumber
daya (resources), kekuasaan (power), dan status di dalam dan antara masyarakat.
2. Dalam ketimpangan sosial dikenal teori fungsionalis dan teori konflik. Teori fungsionalis,
yaitu percaya bahwa ketidaksetaraan tidak bisa dihindari dan memainkan fungsi penting
dalam masyarakat. Teori ini berpendapat bahwa ketimpangan sosial dan stratifikasi sosial
merupakan penyebab meritokrasi berdasarkan kemampuan. Adapun menurut teori konflik
bahwa ketimpangan sebagai akibat dari kelompok yang memiliki kekuatan (power)
mendominasi kelompok yang kurang kuat. Akibatnya, mereka yang berkuasa akan menindas
orang-orang tak berdaya untuk mempertahankan status quo.
3. Menurut sosiolog, kesenjangan sosial yang merupakan bagian dari masalah sosial mencakup
tiga dimensi, yaitu kondisi structural objektif, dukungan ideologis, dan reformasi sosial.
4. Kondisi structural objektif terdiri dari hal-hal yang dapat diukur secara objektif dan
berkontribusi terhadap ketimpangan sosial, seperti tingkat pendidikan, kekayaan,
kemiskinan, pekerjaan, dan kekuasaan menyebabkan kesenjangan sosial antara individu dan
kelompok – kelompok masyarakat.
5. Ada dua faktor penyebab ketimpangan sosial, yaitu faktor structural dan faktor kultural.
Faktor structural, yaitu tata kelola yang merupakan kebijakan pemerintah dalam menangani
masyarakat,baik yang bersifat legal formal maupun kebijakan-kebijakan dalam
pelaksanaannya. Adapun faktor kultural, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai yang
dianut oelh suatu masyarakat.
7. Untuk mengatasi ketimpangan sosial di masyarakat dibutuhkan upaya bersama dari berbagai
kalangan, baikk oleh pemerintah maupun dari anggota masyarakat. Di samping itu,
diperlukan adanya identifikasi awal dari penyebab munculnya ketimpangan sosial tersebut
sehingga dapat dicari solusi dari permasalahan tersebut.
8. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi munculnya keimpangan sosial dalam
masyarakat adalah menentukan masalah yang akan dicari solusinya, mengidentifikasi faktor-
faktor penyebab masalah itu timbul, mencari beberapa solusi, an dilanjutkan ke solusi
berikutnya.
Rangkuman Bab IV
1. Indonesia memiliki keragaman etnis, suku, dan adat istiadat dengan karakteristik yang khas
dan unik sehingga melahirkan sebuah kearifan lokal yang menjadi ciri khas masing-masing
daerah.
2. Kearifan lokal merupakan hasil dari proses adaptasi secara turun-temurundalam periode
yang sangat lama terhadap suatu lingkungan alam tempat tinggal. Kearifan lokal umumnya
berbentuk lisan atau tulisan dalam suatu sistem sosial masyarakat.
3. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, kearifan lokal adlah nilai-nilai luhur yang
berlaku dalam tata kehidupan masyarakat di antaranya untuk melindungi dan menggelola
lingkungan hidup secara lestari.
4. Kearifan lokal berkaitan erat dengan kondisi geografis atau lingkungan alam dengan nilai-
nilai yang dapat menjadi modal utama dalam membangun masyarakat.
5. Ciri-ciri dari kearifan lokal di antaranya adalah dapat bertahan terhadap budaya luar,
memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar, mempunyai kemampuan
mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli, mempunyai kemampuan
mengendalikan, dan mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
6. Fungsi kearifan lokal adlaah untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam,
pengembangan sumber daya manusia, dan pengembangan kebudayaan serta ilmu
pengetahuan.
7. Ada dua bentuk kearifan lokal, yaitu kearifan lokal berwujud nyata (tangible) dan kearifan
lokal yang tidak berwujud (intangible).
8. Bentuk kearifan lokal yang berwujud nyata meliputi beberapa aspek, di antaranya adalah
aspek tekstualberupa sistem nilai, tata cara, dan aturan yang dituangkan dalam bentuk
catatan tertulis; bangunan/arsitektural berupa seni arsitektur rumah adat suku-suku du
Indonesia; dan benda cagar budaya seperti patung, senjata,alat musik, dan tekstil.
9. Bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud (intangible) dapat berupa petuah yang
disampaikan secara verba dan seni suara, seperti nyanyian, pantun, dan cerita yang sarat
nilai-niai ajaran tradisional.
10. Beberapa contoh kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat Indonesia di antaranya
adalah berupa karya-karya masyarakat pada seni tekstil seperti batik, kain tenun, dan
lainnya; kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam, misalnya pada masyarakat
Dayak di Kalimantan yang telah mengenal konsep konservasi lingkungan dengan istilah
Tana’ Ulen; kearifan lokal dalam mitos masyarakat, seperti mitos terhadap pohon-pohon
keramat, mitos terhadap hewan yang dianggap, dan lainnya; kearifan lokal dalam bidang
pertanian, seperti pengembangan sistem pertanian yang ramah lingkungan dan
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan; dan kearifan lokal dalam cerita budaya, petuah,
dan sastra yang terdapat dalam seni sastra.
11. Komunitas adalah sekelompok masyarakat yang terikat dalam suatu identitas yang sama. Di
Indonesia banyak sekali terdapat komunitas yang memiliki ciri unik yang memegang teguh
kearifan lokal sebagai pedoman hidup dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, seperti
komunitas suku badui, pecinta lingkungan alam, masyarakat kampung baga, komunitas suku
kajang dan sebagainya.
12. Tujuan dari pemberdayaan komunitas adalah untuk membentuk individu dan masyarakat
menjadi mandiri, yang meliputi kemandirian bertindak, berfikir, dan mengendalikan apa
yang dilakukan.
13. Pemberdayaan komunitas diarahkan untuk memberikan kekuatan kepada suatu komunitas
sehingga menjadi komunitas yang lebih baik, seperti mampu mengidentifikasi masalah dan
kebutuhan komunitas, mampu mencapai kesempatan tentang sasaran yang hendak dicapai
dan skala prioritas, mampu menemukan dan menyepakati cara dan alat untuk mencapai
sasaran yang telah disetujui, dan mampu bekerja sama rasional dalam bertindak mencapai
tujuan.
14. Beberapa contoh tindakan yang bisa dilakukan untuk tetap melestarikan kearifan lokal
adalah menjaga keotentikan berbagai kearifan lokal yang masih asli pada suku-suku
pedalaman, seperti suku Baduy dan Dayak; untuk sektor pertanian kearifan lokal dapat
dijadikan sebagai karakter masyarakat setempat dalam bertani; dalam penanggulangan
kemiskinan berbagai kearifan lokal, seperti kerja keras, gotong royong, dan penghormatan
terhadap orang lain dapat diintegrasikan dengan berbagai kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan; dalam sektor ekonomi, kearifan lokal dapat mendorong
terbentuknya ekonomi kerakyatan yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat.
15. Berikut prinsip – prinsip sederhana dalam pelestarian lingkungan, yaitu mengurangi
eksploitasi (reduce), menggunakan kembali (reuse), mendaur ulang (recycle), memulihkan
kembali (recovery), dan memperbaiki kembali (reserve).
16. Beberapa usaha pelestarian lingkungan yang dapat dilakukan di anataranya adalah
pelestarian hutan, pelestarian tanah guna mempertahankan kesuburannya, pelestarian udara,
dan pelestarian laut dan pantai.