Anda di halaman 1dari 40

PENDIDIKAN HOLISTIK (IKK-323)

TEORI-TEORI PEMBELAJARAN :
BEHAVIORISM & COGNITIVISM
Oleh:

MELLY LATIFAH

MAYOR ILMU KELUARGA & KONSUMEN


DEPT. ILMU KELUARGA & KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA - IPB
PENGERTIAN BELAJAR
Belajar :
 Kunci penting pendidikan Tanpa belajar tidak pernah
ada pendidikan
 Merubah kemampuan manusia berkembang lebih jauh
dari makhluk Tuhan lainnya
Definisi Belajar :
 Suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang
berlangsung secara progresif (B.F. Skinner)
 Perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap
sebagai akibat latihan dan pengalaman; Proses
memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan
khusus (Chaplin, 1972)
 Suatu perubahan dalam diri organisme, disebabkan
pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah lakunya
(Hintzman, 1978) 2
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN

1. Pendekatan Behaviorisme
2. Pendekatan Kognitif
3. Pendekatan Pembelajaran
Sosial (Social Learning)
4. Pendekatan Konstruksivisme
(Constructivism)

Teori Prinsip
Pembelajaran Pembelajaran 3
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Pendekatan Behaviorisme

Asumsi : pembelajar adalah pihak yang pasif dan


melakukan respon terhadap stimuli dari lingkungan
(prinsip “stimulus-response”)
Semua perilaku disebabkan oleh stimuli eksternal
(operant conditioning)
Tokoh utama : John B. Watson, Ivan Pavlov, B.F.
Skinner, E. L. Thorndike (connectionism), Tolman
(moving toward cognitivism)
Kondisi awal pembelajar : seperti kertas putih (Teori
Tabula Rasa) → perilaku dibentuk melalui “possitive
reinforcement” dan “negative reinforcement” 4
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Possitive reinforcement dan negative reinforcement
yang diterima akan mempengaruhi perluang
seseorang dalam melakukan sesuatu

Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku


dalam proses pembelajaran yang dialami seseorang

Awal muncul paradigma ini sebagian besar


dihasilkan dari penelitian pada binatang yang
kemudian digeneralisasikan pada manusia
(ex : Pavlov’s dog)

5
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Teori-teori yang termasuk kelompok
Pendekatan Behaviorism :

Connectionism

Classical conditioning

Operant conditioning

6
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
1. CONNECTIONISM
Ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike
(1874-1949)  dari eksperimen tahun 1980-an
Eksperimen dilakukan pada kucing untuk mengetahui
fenomena belajar
Seekor kucing lapar ditempatkan dalam sangkar (puzzle box)
yang dilengkapi pengungkit, gerendel pintu dan tali yang
menghubungkan pengungkit dengan gerendel pintu. Makanan
diletakkan di depan pintu kotak
Puzzle box merupakan stimulus yang merangsang kucing untuk
bereaksi melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di
depan pintu
Mula-mula kucing mengeong, mencakar, melompat, berlarian
namun gagal membuka pintu
Akhirnya tanpa sengaja kucing menekan pengungkit dan
terbukalah pintu sangkar
7
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
8
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Eksperimen puzzle box disebut instrumental conditioning
Instrumental conditioning : tingkah laku yang dipelajari berfungsi
sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil yang
dikehendaki (Hintzman, 1978)
Menurut Thorndike :
– Belajar = hubungan antara stimulus dan respon
– Dasar belajar = asosiasi antara kesan panca indera (sense
impresion) dg impuls untuk bertindak (impulse to action) 
Bond atau Connection
Teori koneksionism : S-R Bond Theory dan S-R Psychology of
Learning atau Trial and Error Learning
Dua hal pokok yang mendasari fenomena belajar :
– Keadaan kucing yang lapar sehingga termotivasi untuk berusaha
keluar dari puzzle box
– Tersedianya makanan di depan pintu puzzle box
– Makanan ini merupakan efek positif atau memuaskan yang
dicapai oleh respon dan kemudian menjadi dasar timbulnya
hukum law of effect 9
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Edward L. Thorndike (1874-1949)

10
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
3 hukum pokok belajar yang
dikemukakan Thorndike:
– Law of Effect
– Law of Exercises
– Law of Readiness

11
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Law of Effect :
Responses just prior to a satisfying state of affairs are more
likely to be repeated. Responses just prior to an annoying state
of affairs are more likely not to be repeated. (Lefrancois 2000)

Law of Effect :
– Jika sebuah respon menghasilkan efek yg memuaskan, mk
hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat
– Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai
oleh respon, semakin lemah pula hubungan stimulus dan
respon tersebut
– Hadiah atau kesuksesan akan berakibat dilanjutkannya atau
diulanginya perbuatan yang membawa sukses tsb.
– Hukuman atau kegagalan akan mengurangi kecenderungan
untuk mempertahankan atau mengulangi tingkah laku yang
menimbulkan kegagalan
12
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Law of Exercise:
Bonds between stimuli and responses are
strengthened through being exercised frequently,
recently and vigorously (Lefrancois 2000).

Law of Exercises :
Generalisasi atas law of use dan law of disuse
– Law of use : jika perilaku (perubahan hasil
belajar) sering dilatih atau digunakan maka
eksistensi perilaku tersebut akan semakin kuat
– Law of disuse : jika perilaku (perubahan hasil
belajar) tidak sering dilatih atau
tidak digunakan maka eksistensi
perilaku tersebut akan semakin
lemah 13
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Law of Readiness:
Certain behaviours are more likely to be learned than
others are. When a conduction unit is ready to conduct…to
do so is satisfying and not to do so is annoying…when a
conduction unit is not ready to conduct being forced to do
so is annoying (Lefrancois 2000)
Law of Readiness (Hukum Kesiapsiagaan):
– Asumsi bahwa kepuasan organisme berasal dari kesiapan
dan pendayagunaan perantara ( conduction units) yang
menimbulkan kecenderungan mendorong organisme
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
– Hukum ini menunjukkan keadaan-keadaan dimana
pelajar cenderung untuk mendapatkan kepuasan atau
ketidakpuasan, menerima atau menolak sesuatu terkait
dengan kesiapan alat bantunya.
14
2. CLASSICAL CONDITIONING
Dikembangkan oleh Ivan Pavlov (1849-1936)
Classical conditioning : prosedur penciptaan refleks baru
dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya
refleks tersebut (Terrace, 1973)
Classical conditioning (pembiasaan klasik) disebut juga
respondent conditioning (pembiasaan yang dituntut)
Dalam eksperimennya, Pavlov menggunakan anjing untuk
mengetahui hubungan-hubungan antara conditioned stimulus
(CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response
(CR), unconditioned response (UCR).
CS = rangsangan yg mampu mdatangkan respon yg dipelajari
CR = respon yg dipelajari
UCS = rangsangan yg menimbulkan respon yg tidak dpelajari
UCR = respon yg tidak dipelajari 15
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Classical Conditioning Experiment
1 2
Bunyi bel (CS) Pemberian makan (UCS)
Sebelum
respon respon
eksperimen
Tidak ada air liur keluar (UCR)

Bunyi bel (CS) diiringi dengan


eksperimen pemberian makanan
(UCS) (CS+UCS)

Bunyi bel tanpa pemberian


Makanan (CS-UCS)
Setelah
Respon
eksperimen
Air liur keluar (UCR)
16
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
17
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
18
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Ivan Petrovich Pavlov (1849-…)

19
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Kesimpulan hasil eksperimen Pavlov :
Belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya
hubungan antara stimulus dan respon
Apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai dengan
stimulus penguat (UCS), stimulus tadi (CS) cepat atau
lambat akhirnya dapat menimbulkan respon atau
perubahan yang dikehendaki (CR)
Skiner berpendapat bahwa eksperimen Pavlov tunduk pada
2 hukum yang berbeda yaitu :
Law of respondent conditioning (hukum pembiasaan yang dituntut)
→ dua stimulus diberikan secara simultan (salah satu merupakan
reinforcer = CS & UCS) → respon atas penguatan refleks dan stimulus
lainnya meningkat = hubungan CS-CR (Hintzman, 1978)
Law of respondent extinction (hukum pemusnahan yang dituntut) →
refleks yang sudah diperkuat dalam respondent conditioning muncul
kembali tanpa kekuatan reinforcer → kekuatannya akan menurun20
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
3. OPERANT CONDITIONING
Dikenal sebagai Teori Pembiasaan Perilaku Respons
Dikembangkan oleh Burrhus Frederic Skinner
Tema pokok : tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi-
konsekuensi yang ditimbulkan tingkah laku itu sendiri
Operant : sejumlah perilaku atau respon yang membawa
efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat
Respon dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului
oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh
reinforcer
Reinforcer : stimulus yang meningkatkan kemungkinan
timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja
diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya 21
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Burrhus Frederic Skinner
(March 20, 1904 – August 18, 1990)

22
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Eksperimen Skinner : OPERANT CONDITIONING

Skinner menggunakan tikus dan ditempatkan dalam sebuah peti


sangkar yang kemudian dikenal dengan SKINNER BOX
Peti ini mempunyai 2 komponen pokok: manipulandum dan alat
pemberi reinforcement (wadah makanan)
Mula-mula tikus mengeksplorasi peti sangkar dengan lari kesana
kemari, mencium benda-benda di sekitarnya, mencakar dinding, dsb
 emitted behavior (tingkah laku yang terpancar tanpa
mempedulikan stimulus tertentu)
Salah satu dari emitted behavior (cakaran kaki atau sentuhan
moncong)  menekan pengungkit  muncul butir-butir makanan
ke dalam wadahnya  reinforcer bagi penekanan pengungkit
Menekan pengungkit  tingkah laku operant yang akan terus
meningkat apabila diiringi reinforcement (penguatan berupa butir-
butir makanan yang muncul ke wadah makanan)
23
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
24
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
25
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Eksperimen Skinner mirip dengan trial and error learning yang
dikembangkan Thorndike
Thorndike : tingkah laku belajar melibatkan satisfaction/
kepuasan
Skinner: tingkah laku belajar melibatkan reinforcement
/penguatan
Teori Operant Conditioning juga tunduk pada
2 hukum operant:
Law of Operant Conditioning  jika timbulnya tingkah laku
operant diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan
tingkah laku tersebut akan meningkat
Law of Operant Extinction  jika timbulnya tingkah laku
operant yang telah diperkuat melalui proses conditioning itu
tidak diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah
laku tersebut akan menurun bahkan musnah (Hintzman, 1978)
26
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Pendekatan Kognitif
Pada era 1960-an paradigma kognitif berkembang pesat
menentang paradigma behaviorisme
Fokus : aktivitas “inner mental”  membuka “black
box” dalam pikiran manusia merupakan upaya yg baik
dalam memahami bagaimana orang belajar
“Inner mental”  “mental process” : thinking-memory-
knowing-problem solving
Tokoh utama : Piaget (Cognitive Development),
Merrill-Component Display Theory (CDT), Reigeluth
(Elaboration Theory), Gagne, Briggs, Wager, Bruner
(Moving toward Cognitive Constructivism), Schank
(Scripts), Scandura (structural learning), dll 27
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Pengetahuan dipandang sebagai schema (simbol-
simbol) atau konstruksi simbolik dari mental
Pembelajaran (Learning) dipandang sebagai
perubahan dari schemata pembelajar
Respon terhadap behaviorism  manusia tidak
diprogram seperti binatang untuk memberikan
respon terhadap lingkungan
Manusia adalah makhluk rasional yang
membutuhkan partisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, dan tindakan adalah sebuah
konsekuensi dari proses berpikir
Informasi diterima  diproses dalam otak 
tindakan tertentu 28
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Teori-teori yang termasuk kelompok
Pendekatan Cognitivism :

Cognitive Development

Attribution Theory

Elaboration Theory

29
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
1. COGNITIVE DEVELOPMENT
Dikembangkan oleh Jean Piaget (1896 – 1980)
Piaget melakukan observasi kepada anaknya (dan juga
pembentukan perasaan thd lingkungan di sekitarnya)
Menemukan 4 tahapan perkembangan kognitif:
Sensorimotor stage (lahir – 2 th):
bayi membangun pengertian tentang dirinya dan
realitas lingkungan melalui interaksi dg lingkungan.
Proses belajar pada tahapan ini melalui asimilasi
(mengorganisasikan informasi dan menyerapnya ke
dalam schema yang ada) dan akomodasi (ketika objek
tidak dapat diasimilasi dan schemata harus
dimodifikasi untuk memahami objek tsb.)
30
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Preoperational stage (2-7 th):
Anak belum bisa mengkonseptualisasi secara abstrak
dan membutuhkan situasi fisik yang konkret
Concrete stage (7-11 th):
Sebagai akumulasi pengalaman fisik, akomodasi akan
meningkat, anak mulai berpikir abstrak dan konsep,
menciptakan struktur logis untuk menerangkan
pengalaman fisiknya
Formal stage (awal 11-15 th):
Kognisi mencapai bentuk final. Pada tahapan ini, anak
tidak lagi membutuhkan objek yang konkret untuk
untuk membuat justifikasi rasional. Anak sudah
mampu mengembangkan deductive and hypothetical
reasoning. Kemampuannya dalam berpikir abstrak
sudah mirip dengan orang dewasa 31
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Jean William Fritz Piaget (1896-1980)

32
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
2. ATTRIBUTION THEORY
Dikembangkan oleh Bernard Weiner (lahir 1935)
Asumsi : manusia mencari faktor-faktor yang
menyebabkan orang melakukan apa yang mereka
lakukan, yang diinterpretasikan sebagai penyebab dari
sebuah tindakan
Tiga tahapan dalam teori ini:
Tingkah laku (behavior) harus diobservasi/dimengerti
Tingkah laku (behavior) harus ditetapkan secara sengaja dg
pertimbangan
Tingkah laku (behavior) merupakan atribut untuk penyebab
internal maupun eksternal
Attribute theory merupakan proses pencapaian
achievement, yang dipengaruhi oleh faktor kemampuan,
usaha, kesulitan yang dihadapi, dan keberuntungan 33
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Attribution diklasifikasi dalam 3 dimensi penyebab:
Locus of control (dua kutub: internal vs eksternal)
Stability (penyebab berubah atau tidak)
Contrallability (penyebab yang dapat mengontrol
seperti keterampilan vs penyebab yang tidak dapat
mengontrol seperti keberuntungan)
Kecenderungan manusia dalam teori ini:
Ketika diri kita sukses maka yang berperan adalah
atribut internal (kemampuan kita). Ketika orang lain
sukses maka yang berperan adalah atribut eksternal
(keberuntungan)
Ketika diri kita gagal maka penyebabnya adalah atribut
eksternal (faktor situasi). Ketika orang lain gagal maka
penyebabnya adalah faktor kepribadian internalnya
34
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Bernard Weiner (born 1935)

35
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
3. ELABORATION THEORY
Dikembangkan oleh Charles Reigeluth
Berkembang pada tahun 1970-an
Landasan berpikir : pergeseran paradigma teacher-centric
instruction menjadi learner-centered instruction membutuhkan
cara pengajaran yang runtut (sequence instruction)
Elaboration Theory mempunyai 4 nilai:
Sekuen pengajaran seharusnya seholistik mungkin agar makna
dan motivasi belajar tetap terjaga.
Mengijinkan pembelajar membuat beberapa ruang lingkup
dan keputusan yang sekuen selama proses pembelajaran
Merupakan pendekatan yang memfasilitasi pembuatan model
secara cepat di dalam proses pembuatan instruksional
Mengintegrasikan pendekatan ruang lingkup dan sekuen
36
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Charles M. Reigeluth

37
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Elaboration theory mempunyai 3 pendekatan
utama:
Conceptual Elaboration Sequence
 digunakan ketika ada banyak konsep yang
saling berhubungan untuk dipelajari
Theoritical Elaboration Sequence
 digunakan ketika ada banyak prinsip yang
saling berhubungan untuk dipelajari
Simplifying Conditions Sequence
 digunakan ketika ada kompleksitas suatu
fenomena untuk dipelajari
38
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
Pendidik memegang peranan penting:
1. Pendidik harus mengajar lebih luas dengan lebih
banyak konsep dan prinsip yg inklusif
2.Pendidik memberikan “supporting content” seperti
prinsip, prosedur, informasi, keterampilan berpikir
yang lebih tinggi tingkatannya, atau sikap yang
berhubungan dg apa yang diajarkan
3.Pembelajar akan menerima konsep dan prinsip
serta “supporting content” dalam “learning
episodes”
4.Pada akhirnya, pendidik harus mengijinkan
pembelajar untuk memilih sendiri konsep, prinsip,
dan versi yang akan mereka elaborasi 39
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB
40
Melly Latifah, Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA-IPB

Anda mungkin juga menyukai