Anda di halaman 1dari 3

Disini Penelitian saya berjudul analisis kekuatan saksi testimonium de bahwa saksi harus mengetahui secara langsung peristiwa

ristiwa yang
auditu dalam perkara perceraian di pengadilan agama kota malang, latar dialami para pemohon. hakim kedua yaitu bpk abdul kholik
belakang saya memilih judul ini karena, pada saat kegiatan PPL di pengadilan berpendapat bahwa kekuatan saksi tersebut tidak berkekuatan dalam
Agama kota malang, saya menemukan adanya fenomena dimana pemeriksaan pembuktian karena tidak memenuhi syarat materil. Selanjutnya
saksi di beberapa perkara. saksi tersebut tidak mengetahui secara langsung menurut hakim mashikur roshih memberikan pendapatnya bahwa
peristiwa yang dialami oleh para pihak yang berperkara tersebut yang bisa saksi testimonium de auditu digunakan sebagai bukti persangkaan
dikatakan hanya mendengar dari pihak ketiga, dan hakim menerima kesaksian saja tidak digunakan sebagai alat bukti langsun, dan harus bercocokan
yang dihadirkan para pihak serta perkara tersebut dapat diputus. hal ini berbeda dengan bukti lain yang telah dihadirkan,
menurut pasal 171 HIR, dan pasal 1907 KUHperdata, yang menyatakan bahwa Jadi disini ketiga hakim sepakat bahwa saksi testimonium de
keterangan yang diberikan saksi harus berdasarkan dari pengetahuannya sendiri. auditu tidak dapat digunakan sebagai alat bukti karena tidak
Maka dari itu saksi yang di bawa oleh para pihak tersebut tidak memenuhi syarat berhubungan dengan peristiwa yang dialami, karena dikhawatirkan
materil seorang saksi. keterangan yang diberikan oleh saksi adalah hasil dari pendapat dan
simpulan saksi dan tidak menutup kemungkinan saksi tersebut
Untuk itu rumusan masalah yang terdapat di dalam penelitian ini adalah :
menambahi cerita. namun hakim tidak serta merta untuk menolak
bagaimana analisis kekuatan alat bukti saksi testimonium de auditu dalam
kesaksian tersebut melainkan hakim dapat menggunakan
perkara perceraian di pengadilan agama kota mlanag, dan bagaimana
kesaksiannya untuk Menyusun alat bukti persangkaan, dengan
pertimbangan hakim dalam perkara perceraian dengan saksi testimonium de
pertimbangan yang objektif serta rasional.
auditu.
Untuk itu agar dapat digunakan sebagai persangkaan, harus
untuk jenis penelitian yang saya gunakan ini adalah studi kasus dengan dibantu dengan landasan dari sumber lain, dari akta maupun
pendekatan kualitatif yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis bantahan. Selain itu saksi testimonium de auditu bisa digunakan
fenomena, peristiwa, dan pemikiran orang yang tujuannya untuk mendapatkan untuk memperkuat alat bukti yang telah dihadirkan dan
data yang lebih lengkap dan mendalam. Adapun kehadiran peneliti sebagai mendapatkan bukti yang lain.
instrument pengambilan data yang pengumpulannya berupa wawancara dengan karena fokus utama dipakainya saksi de auditu bukan hanya
3 orang hakim, observasi yang dilakukan dengan mengikuti persidangan selama 1 sebatas bisa digunakan atau tidak melainkan adalah sejauh mana
minggu, dan dokumentasi yang berupa data-data struktur organosasi, sejaarah keterangan saksi tersebut dapat dipercaya. Berdasarkan
pengadilan agama kota malang, dan data percerraian tahun 2018-2019. diperbolehkannya saksi tersebut di dalam putusan mahkamah agung
tanggal 15 maret 1972 No 547K/SIP/1959, menyatakan bahwa
Selanjutnya disini akan membahas menegnai hasil temuan dan meskipun saksi terstimonium tidak dapat digunakan sebagai alat
pembahasan yang diperoleh sesuai rumusan permasalahannya : bukti langsung, namun penggunaanya tidak dilarang sebagai
1. Dari temuan hasil wawancara dengan 3 orng hakim yaitu tentang persangkaan.
kekuatan pembuktian saksi testimonium de auditu bahwa menurut
hasil wawancara dengan hakim mashudi memberikan pendapatnya 2. Pertimbangan hakim
bahwa saksi testimonium tidak bisa berdiri sendiri dan tidak Dari hasil pertimbangan hakim dalam menggunakan saksi
mempunyai nilai dalam membuktikan. Disini mashudi berpedoman testimonium de auditu mempunyai dasar yang berbeda-beda dalam
kepada pasal 171 HIR dan pasal 1907 KUHPerdata yang menyebutkan
menangani permasalahan ini, Adapun bertimbangan hakim antara tersebut dapat diterima. Karena walaupun tanpa
lain adalah pembuktianpun perkara itu dapat diputus, namun hakim
tidak semata mata menerima karena pihak termohon tidak
a. Hakim berpedoman kepada pasal 16 ayat 1 UU No.14 Tahun
hadir yang menandakan bahwa pihaknya mengakui dalil
1970 Junco UU N0 4 tahun 2004 tentang pokok-pokok
gugatannya.
kekuasaan kehakiman yang menyatakan bahwa pengadilan
ataupun hakim tidak bolek menolak untuk memeriksa dan
Adapun pertimbangan lain adalah hakim akan melihat isi
memutus perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
gugatan dan keterangan saksi tersebut bersesuaian atau
tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib memeriksa dan
tidak, jika dirasa hakim belum yakin dengan saksi tersebut
memutusnya. Maka dari itu hakim tetap memberikan
maka hakim akan menyuruh saksi tersebut bersumpah
kesempatan bagi saksi untuk menerangkan apa yang dia
sebagai sumpah pelengkap, dan selanjutnya hakim akan
ketahuinya, karena saksi de auditu memang tidak dapat
melihat apakah kondisi rumah tangga para pihak itu masih
digunakan sebagai alat bukti langsung, tetapi kesaksiannya
bisa di rukunkan Kembali atau tidak, jika dirasa tidak dapat di
bisa di jadikan sebagai alat bukti persangkaan.
rukunkan Kembali, hakim akan memutuskan perkara tersebut
b. dalam memriksa saksi testimonium de auditu, hakim
dengan mengambil dasar yurisprudensi tanggal 18 juni 1996
berlandaskan kepada Yurisprudensi putusan MA Nomor
No.543/K/PDT/1996 yang disebutkan bahwa perceraian tidak
308K/SIP/1959 tanggal 11 November 1959 bahwa didalam
perlu di lihat siapa yang memulai pertengkatannya, namum
putusan tersebut adalah
perlu diingat bahwa apakah hubungan rumah tangga tersebut
1. testimonium tidak dapat digunakan sebagai alat bukti
dapat dipertahankan atau tidak. Dan yurisprudensi No.
langsung
379/K/Ag/1995 tanggal 26 maret 1997 yang menyatakan
2. tetapi kesaksian itu dapat diterapkan sebagai alat bukti
bahwa jika suami istri tidak serumah dan tidak ada harapan
persangkaan, dan persangkaan itu dapat dijadkan sebagai
rukum maka rumah tangganya retak dan memenuhi alasan
dasar untuk membuktikan sesuatu
perceraian. Dan perkara tersebut dapat diputus.
dalam ranah hukum perdata, tujuan dari peradilan adalah
untuk menegakkan kebenran dan keadilan, dan seorang Namun dalam hal saksi testimonium de auditu tidak semua
hakim tidak boleh berperan sebagai makhluk yang tidak perkara dapat di pergunakan, tugas hakim akan menilai
berjiwa yang akan menolak, melainkan sikap yang tepat apakah saksi tersebut dapat digunakan sebagai bukti
adalah menerima dulu kemudian dipertimbangan dan persangkaan atau tidak.
dianalisa secara hati-hati untuk mengetahui sejauh mana nilai
kekuatan yang melekat kepadanya Jadi kesimpulan dari penelitian ini sesuai rumusan masalah
diatas adalah :
c. karena perkara tersebut masuk kedalam perkara verstek 1. bahwa kekuatan saksi testimonium de auditu sebagai alat
perkara verstek adalah perkara yang salah satu pihak tidak bukti di pengadilan agama masih tetap diterima dan tidak
hadir didalam persidangan yang sudah dipanggil secara patut harus ditolak, namun penggunaannya bukan sebagai alat
oleh juru sita tanpa alasan yang jelas. bukti langsung melainkan digunakan sebagai bukti
untuk itu perkara yang menggunakan saksi testimonium persangkaan yang didampingi dengan alat bukti lain, dan
tidak semua perkara bisa menggunakan saksi tersebut,
hakim akan menilai sejauh mana keteranganya dapat
diterima dan di percaya
2. dalam pertimbagnannya ada beberapa pendapat antara
lain :
a. Pasal 16 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970
junco Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 terkait
dengan pokok pokok kekuasaan kehakiman,
b. Yurisprudensi MA No.308/K/1959 tanggal 11
November 1959
c. Perkara tersebut merupakan perkara verstek yang
pihaknya tidak hadir selama persidangan, dan tidak ada
sanggahan terhadap bukti yang dihadirkan.
Dan point utamanya dari pendapat ketiga hakim
tersebut, bahwa keterangannya dapat diterima karena
bercocokan dengan bukti lain dan telah memenuhi alasan
perceraian dimana hubungan keluarga para pihak tidak
bisa di satukan kembali. Jadi bisa dikatakan bahwa alat
bukti bukan hanya saksi saja, melainkan ada bukti surat,
saksi, persangkaan, pengakuan, dan sumpah.

Anda mungkin juga menyukai