Anda di halaman 1dari 6

UNSUR INTRINSIK

.
1. Tema

Tema dari cerpen yang berjudul Ibu ini ialah kesombongan seorang pria bernama
Amir yang telah kaya raya, namun setelah ia kaya ia melupakan ibunya, namun di balik
kesibukannya ia kembali teringat akan ibunya, ia ingin bertemu dengan ibunya tersebut
sehingga ia menyuruh anak buahnya untuk menegluarkan mobil barunya yang akan dia
kendarai untuk bertemu ibunya. Namun belum sampai ke tujuan ia bertemu dengan
ibunya di kantor tepat saat Amir keluar dari lif, belum sempat ia mencerna kedataan
ibunya tersebut sebuah pisau mendarat ditubuhnya, pisau itu milik ibu amir dan ia telah
membunuh anaknya sendiri akibat kesombongan dan tidak ingat lagi akan ibunya.

2. Alur dan plot

Alur atau jalan cerita yang digunakan dalam cerita ini yakni alur maju,mengapa
menggunakan alur maju karena dalam cerita ini mengisahkan tentang perjalanan kisah
yang tidak memutar kembali kejadian masa lampau dalam arti kata tidak mengulang
kejadian lama yang menyebabkan perpindahan latar atau waktu,cerita tetap saja berjalan
maju dan tidak menggunakan flasback.

a. Pengenalan

Pada tahap ini pembaca dikenalkan baik dengan tokoh maupun latar seperti
dalam salah satu kutipan “Ya robi adalah seorang pria yang ku kenal beberapa bulan
lalau dari salah satu media sosial dan menurutku ia cukup sempurna,dengan tinggi
sekitar 170 cm bebadan tegap bermata coklat dan berbulu mata lentik,sunggu pria
yang membuat semua wanita tergila-gila ,belum lagi saat ia tersenyum yang
menampakkan deretan giginya yang rapi dan putih,sungguh aku tergila-gila
dengannya.”

b. Konflik
Pada tahap ini pembaca akan dihadapkan pada masalah utama dari cerita ini
seperti dalam kutipan “Tampak pula raut wajah ibu berubah memerah,seperti gejolak
emosi yang tak tersampaikan,kurasa ada sesuatu yang mengganjal dari pertemuan ini.
Ini bukan seperti biasanya. Sikap ibu tiba-tiba berubah,ia melihat mata ku lekat-lekat
kemudian meningalkan aku,kak nando dan robi yang mengisaratkan tanda tanya besar
diantara semuanya, “sekarang kamu pergi dari rumah ini, dan jangan sekali-kali kamu
dekati adik saya,saya tidak sudi adik saya berdekatan dengan seorang anak pembunuh
seperti kamu” dalam kutipan tersebut mengisaratkan tentang kemarahan seorang
kakak yang mengetahui adiknya sedang menjalin hubungan dengan Robi,anak
seorang pembunuh.

c. Klimaks

Klimaks ialah saat masalah sudah mencapai puncaknya,ditahap ini pembaca


memdapatkan ketegangan dari ceritanya dan merupakan lanjutan dari konflik seperti
dalam kutipan “Air mata ku tak mampu lagi terbendung,teringat semua apa yang saat
ini sedang terjadi,aku baru sadar apa perkataan kak Nando dulu bahwasannya Robi
adalah anak pembunuh dan yang membunuh ayah ku adalah ayah Robi,kini ia
membalas dendam akan segalanya, oh tuhan cobaan apa lagi ini
Aku berlari secepat yang aku bisa,namun genangan air mata ini hampir menutup
seluruh pandangan ku, ku lempar barang yang kutemui kehadapan Robi berharap
mengenainya dan berhenti mengejar ku,namun aku terlaru terburu-buru dan
gusar,namun Robi justru lebih cekatan aku terkepung di sudut ruang yang tak lagi
mungkin untuk lepas dari cengramannya”

d. Leraian
Setelah mencapai puncak,persoalan akan menemui titik balik yang cenderung
menurut dan kalau pun ada sedikit ketegangan namun dapat diselesaikan dengan cepat
masalah pun menuju tahap akhir seperti dalam kutipan “ Ku raih vas bunga yang
terbuat dari kaca yang terletak diatas meja dan jaraknya tidak jauh dari suduh
ruangan itu dengan sekuat tenaga kulayangkan hantaman keras ke kepala robi hingga
mengakibatkan vas itu pecah dan kepala robi mengeluarkan banyak darah,robi
tersungkur seperti berlutut dihadapanku,kembali kuangkat tinggi-tinggi sisa pecahan
vas itu dan kuteriakkan “ demi keluarga ku yang sudah mati” dan kemudian hening.
3. Latar/ setting

(Latar waktu)
latar waktu dalam cerita tersebut menunjukkan beberapa waktu yakni malam
dan pagi seperti dalam kutipan ”jerit malam begitu pelik,takkala hawa dingin
melesap dibalik baju tebal yang ku kenakan malam itu” dan latar waktu pagi seperti
dalam kutipan “mulai menunjukkan pukul lima pagi”

(latar tempat)
Latar tempat pada cerita tersebut yakni berada di ruang tamu seperti dalam
kutipan “Sesampai dirumah aku melihat ibu dan kak Nando sedang duduk santai
diruang tamu” dan latar tempat di kama seperti dalam kutipan “Aku pun segera
menuju kamar”

(latar suasana)
Latar suasana dalam cerita tersebut menunjukkan beberapa suasana sepeerti
sedang sedih (berkabung ) seperti dala kutipan “didalam suasana yang berkabung
seperti ini bagaimana mungkin aku bisa mengingat hari ulang tahunku” dan suasana
mencengkam seperti dalam kutipan “Seluruh tubuhku gemetaran. Robi melihatku, dia
sepertinya sudah tahu kalau aku mendengar semuanya. Dia mendekat dan
mengeluarkan pisau”

4. Tokoh dan penokohan

1. Citra (sebagai tokoh utama) citra ialah seorang gadis yang patuh dan taat kepada
orang tua namun karena cina ia tidak mau mendengarkan perkataan
keluarganya,ia pun berbohong dan akhirnya ia mendapatkan balasannya sepeerti
dalam kutipan “aku memang cewek bodoh dan lugu yang tidak bisa memahai
kata-kata kak Nando dari dulu dan sekarang aku yang menanggung beban itu” dan
seperti dalam kutipan “aku hanya tak ingin ibu tau bahwa aku masih menjalin
hubungan dengannya, untuk itu aku terpaksa berbohong”
2. Robi( tokoh antagonis ) ialah tokoh yang berwatak jahat robi ialah seorang anak
yang tumbuh dewasa dan ingin membalaskan dendam terhadap keluarga yang
membuat hidpnya sengsara, ia juga termasuk pria yang bersifat psikopat yakni
yang awalnya menunjukkan sikap manis dan perhatian namun ada niat jahat yang
tersembunyi dari kebaikannya tersebut seperti dalam kutipan ““kamu sudah tau
semuanya sayang ? sekarang aku tidak susah payah lagi meberitahumu,selama ini
aku sudah muak bersikap baik dengan mu ya semata-mata untuk mengancurkan
kalian, lihat semuanya sudah mati sayang, dan sekarang kamu akan menyusul
mereka.” Ucap Robi kepadaku dengan wajah penuh dendam
3. Ibu Citra ,seorang wanita yang berprofesi sebagai seorang dokter,ia memiliki
watak lembut dan penuh pengertian kepada anak-anaknya namun sayang sikapnya
kepada ibu Robi yang tidak mau menolongnya dengan alasan dendam kepada
suaminya membuat ibu citra gelap mata dan membiarkan ibu robi meninggal
dengan sakit-sakitan tanpa penanganan dokter itulah yang menyebabkan robi
membunuhnya seperti dalam kutipan “ “oh begitu ya sudah kamu kerjakan
tugasnya dengan baik ya,ibu pergi dengan kak nando saja” ujar ibu begitu
memahami.
Dan seperti yang tersirat dalam kutipan “Ibu mu yang seorang dokter itu tidak mau
mengobati ibuku sampai akhirnya ibu ku mati,dan kau pasti tau hutang nyawa
dibayar nyawa”
4. Kak nando ,ialaha seorang kakak dari Citra yang memiliki sikap tegas dan keras
seperti dalam kutipan ““diam kamu citra” bentak kak Nando,aku kembali melihat
gejolak emosi untuk yang kedua kalinya setelah yang pertama ku lihat ibu dan
sekarang kak Nando,sebuah keadaan yang bisa kupahami “sekarang kamu pergi
dari rumah ini, dan jangan sekali-kali kamu dekati adik saya,saya tidak sudi adik
saya berdekatan dengan seorang anak pembunuh seperti kamu” ujar kak Nando
kembali dengan kasarnya kearah Robi “ keluar kamu dari sini sekarang!!” kembali
kak Nando menghardik.

5. Sudut pandang

Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen ini ialah sudut pandang orang pertama
pelaku utama hal ini dibuktikan dengan kata “aku” sebagai penulis sekaligus tokoh yang
menjalankan cerita tersebut
6. Gaya bahasa
Majas personifikasi ( yakni gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati seolah-
olah hidup ) seperti dalam kutipan “Jeritan malam begitu terasa pelik,tak kala hawa
dingin melesap dibalik baju tebal yang ku kenakan malam itu”

7. Amanat

Amanat yang terkandung didalam cerita ini ialah jangan sesekali membantah
perkataan orang tua dan ikuti nasihat yang mereka katakan agar kita senantiasa jauh dari
keadaan yang dapat merugikan baik diri sendiri maupun orang lain,jangan selalu
mementingkan kepentingan pribadi dan berpikirlah sebelum bertindak karena kita tidak
tau dampak yang bagaimana yang akan terjadi dengan diri kita,sebab penyesalan akan
datang belakangan dan mau tidak mau kita harus siap untuk mengadapinya.
Dan jika kita mempunyai dendam,berusahalah untuk mengiklaskannya, sebab jika
berhubungan dengan kematian,membalaskandendam itu tidak akan membuat seseorang
itu hidup kembali, maka dari itu cobalah untuk menerima semua keadaaa dan intropeksi
diri sehingga menjadi insani yang lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai