Anda di halaman 1dari 19

BAB II

MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

2.1 Manajemen Proyek

Manajemen proyek merupakan suatu pekerjaan dalam suatu kegiatan agar


tujuan kegiatan dapat tercapai secara efektif. Yang efektif dalam hal ini adalah
hasil penggunaan sumber daya dan kegiatan memenuhi tujuan antara lain kualitas,
biaya, waktu, dan tujuan lainnya. Pada saat yang sama, efektif berarti penggunaan
sumber daya dan pemilihan sub kegiatan yang sesuai, termasuk penggunaan
sumber lain dan jumlah, jenis, dan waktu sumber lain. Oleh karena itu,
pengelolaan proyek suatu proyek konstruksi tidak dapat diabaikan, karena tanpa
pengelolaan proyek, pembangunan akan sulit dilaksanakan sesuai dengan biaya,
waktu dan kualitas yang diharapkan. Pengelolaan proyek meliputi proses
perencanaan (planning) kegiatan, penataan (pengorganisasian), dan implementasi
dan kontrol (control). Proses perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan
pengendalian.

2.1.1 Fungsi-fungsi Manajemen

Perlu diingat fungsi-fungsi manajemen di dalam unsur manajemen merupakan


perangkat lunak (prosedur operasi), manajer merupakan perangkat SDM
(brainware) serta organisasi berikut merupakan perangkat kerasnya yang
merupakan perangkat pendukungnya. Lebih lanjut akan di uraikan fungsi-fungsi
manajemen menurut George R. Terry dalam Widiasanti dan Lenggogeni (2013).

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan planning merupakan suatu tindakan pengambilan


keputusan data, informasi, asumsi atau fakta kegiatan yang dipilih dan
akan dilakukan pada masa mendatang. Bentuk tindakan tersebut antara
lain:
a. Menetapkan tujuan dan sasaran usaha;
b. Menyusun rencana induk jangka panjang dan pendek;

8
c. Menyumbang strategi dan prosedur operasi;
d. Menyiapkan pendanaan serta standar kualitas yang diharapkan.
Manfaat dari fungsi perencanaan diatas adalah sebagai alat pengawas
maupun pengendalian kegiatan, atau pedoman pelaksanaan kegiatan, serta
sarana untuk memilih dan menetapkan kegiatan yang diperlukan.

PMBOK (Project Management Body of Knowledge) membuat area


ilmu manajemen bagi perencanaan yaitu:

a. Perencanaan Lingkup Proyek


Perencanaan lingkup proyek merupakan suatu proses penggambaran
proyek dan batas-batasnya secara tertulis. Misalnya, untuk proyek
konstruksi, perencanaan lingkup proyek didapat dari tahap awal siklus
proyek yang mencakup studi kelayakan, terutama yang mencakup biaya
dan manafaat proyek, jadwal serta mutu, agar diperoleh alternatif lingkup
yang terbaik.

b. Perencanaan Mutu

Perencanaan mutu proyek merupakan proses penentuan standar dan


kriteria mutu yang akan dipakai oleh proyek, serta usaha untuk dapat
memenuhinya. Ketentuan standar mutu akan besar pengaruhnya terhadap
biaya proyek terutama pada waktu desain engineering, seleksi peralatan,
dan material.

c. Perencanaan Waktu

Perencanaan waktu meliputi hal-hal mengenai penyelesaian proyek


yang tepat waktu yang ditetapkan. Perencanaan ini memberikan masukan
kepada perencanaan sumber daya agar sumber daya tersebut siap pada
waktu yang diperlukan.

d. Perencanaan Biaya

Perencanaan biaya merupakan rangkaian langkah untuk perkiraan


besarnya biaya dari sumber daya yang diperlukan oleh proyek. Langkah-

9
langkah tersebut termasuk juga mempertimbangkan berbagai alternative
yang mungkin dalam mendapatkan biaya yang paling ekonomis bagi
kinerja atau material. Hal ini menyebabkan perencanaan biaya baru dapat
diselesaikan apabila telah tersedia perencanaan keperluan sumber daya.

e. Perencanaan Sumber Daya

Perencanaan sumber daya proyek dapat dikelompokkan menjadi dua


golongan, yaitu perencanaan sumber daya manusia (SDM) yang meliputi
rancangan organisasi, pengisian personel untuk kantor pusat, mobilisasi
dan pelatihan tenanga kerja untuk lapangan, serta sumber daya non
manusia yang meliputi pengadaan material, peralatan yang akan menjadi
bagian permanen proyek serta peralatan konstruksi, (PMBOK).

2. Organizing/Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah suatu tindakan mempersatukan kumpulan


kegiatan manusia, yang mempunyai pekerjaan masing-masing, saling
berhubungan satu sama lain dengan tata cara tertentu. Tindakan tersebut
antara lain:
a. Membagi pekerjaan ke dalam tugas operasional;
b. Menggabungkan jabatan kedalam unit yang terkait;
c. Memilih dan menempatkan orang-orang pada pekerjaan yang sesuai;
d. Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab masing-masing

personel.

Manfaat dari fungsi organisasi merupakan pedoman pelaksanaan


fungsi, pembagian tugas serta hubungan tanggung jawab serta delegasi
kewenangan terlihat jelas.
Organisasi yang dibentuk akan berhasil jika setiap anggota mampu
bekerja sama dengan tujuan mencapai tujuan bersama. Proses
pembentukan organisasi atau siklus hidup organisasi pada umumnya
mengikuti tahap-tahap sebagai berikut (Ravianto, 2002).

10
a. Prestage, bahwa setiap individu memiliki tujuan dan keterkaitan yang
berbeda-beda. Keinginan ini sering dituangkan dalam visi dan misi.
b. Forming, tahap pertama, berupa pengamatan antara sesama anggota
dengan anggapan bahwa setiap anggota adalah bagian dari grup.
c. Storming, merupakan tahap kedua. Pada tahap ini setiap anggota
dengan berbagai ketertarikan, mulai melakukan pengelompokan.
d. Norming, adalah tahap ketiga yang memberikan sebuah aturan main
yang disebut regulasi. Tujuannya untuk membawa grup tetap berfokus
pada tujuan grup, bukan individu.
e. Performing, merupakan tahap keempat. Pada tahap ini, grup sudah
berfungsi dan mengarah pada tujuan grup. Masing-masing anggota
melaksanakan tugas sesuai perannya. Ukuran kinerja dapat dilihat dan
dievaluasi setiap saat.

f. Adjourning, adalah tahap akhir setelah tujuan tercapai, masing-masing


anggotanya mulai berhenti memainkan fungsi dan perannya.

3. Actuating/Pelaksanaan

Dari keseluruhan proses manajemen, fungsi pelaksanaan adalah yang


terpenting diantara fungsi lainnya, karena fungsi ini ditekankan pada
hubungan dan kegiatan langsung para anggota organisasi, sementara
perencanaan dan pengorganisasian lebih bersifat abstrak atau tidak
langsung. George R. Terrry menguraikan bahwa pelaksanaan adalah
upaya untuk menggerakkan anggota organisasi sesuai dengan keinginan
dan usaha mereka untuk mencapai tujuan perusahaan serta anggota di
organisasi karena setiap anggota pasti memiliki tujuan pribadi.

Tindakan yang dilakukan dalam fungsi actuating antara lain:

a. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan;


b. Berkomunikasi secara efektif
c. Mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab;
d. Memberikan pengarahan, penguasaan dan motivasi;

11
e. Berusaha memperbaiki pengarahan sesuai petunjuk pengawasan.

Manfaat dari fungsi pelaksanaan ini adalah terciptanya keseimbangan


tugas, hak dan kewajiban masing-masing bagian dalam organisasi, dan
mendorong tercapainya efisiensi serta kebersamaan dalam bekerja sama
untuk tujuan bersama. Selain itu, karyawan menjadi termotivasi jika
merasa percaya diri dapat melakukan pekerjaan tersebut, yakin bahwa
pekerjaan tersebut akan menambah nilai diri mereka, dan hubungan
antara sesama karyawan menjadi harmonis dalam organisasi.

4. Controlling/Pengendalian

Pengendalian manajemen merupakan usaha yang tersistematis dari


perusahaan untuk mencapai tujuannya dengan cara membandingkan
prestasi kerja dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat untuk
mengkoreksi perbedaan yang penting.

Pengendalian merupakan tindakan pengukuran kualitas dan evaluasi


kinerja. Tindakan ini juga diikuti dengan perbaikan yang harus diambil
terhadap penyimpangan yang terjadi, khususnya di luar batas-batas
toleransi. Tindakan tersebut meliputi, antara lain:

a. Mengukur kualitas hasil;


b. Membandingkan hasil terhadap standar kualitas;
c. Mengevaluasi penyimpangan yang terjadi;
d. Memberikan saran-saran perbaikan;
e. Menyusun laporan kegiatan.

Manfaat dari fungsi pengendalian adalah memperkecil kemungkinan


kesalahan yang terjadi dari segi kualitas, kuantitas, biaya maupun waktu.

Dalam proyek konstruksi, pengendalian diperlukan untuk menjaga agar


pelaksanaan tidak menyimpang dari perencanaan. Tiap pekerjaan yang
dilaksanakan harus benar-benar diinspeksi dan dicek oleh pengawas
lapangan, apakah sudah sesuai dengan spesifikasi atau belum. Misalnya,

12
penangkutan bahan harus diatur dengan baik danbahan-bahan yang
dipesan harus diuji terlebih dahulu di masing-masing pabriknya. Jika
pengendalian dilaksanakan dengan baik, maka keterlambatan jadwal dan
pembengkakan biaya proyek dapat dihindari. Pengendalian jadwal dan
biaya merupakan bagian dari divisi manajemen proyek yang mencakup
pemantauan kemajuan pekerjaan, reduksi biaya, optimasi, model, dan
analisis.

Di samping pengendalian waktu dan biaya, pengendalian mutu fisik juga harus
dijalankan. Divisi pengendalian mutu fisik konstruksi terpisah dengan divisi
pengendalian jadwal dan biaya. Pengendalian terhadap mutu fisik konstruksi
dilakukan secara tersendiri oleh pengawas teknik melalui gambar-gambar rencana
dan spesifikasi teknik.

2.1.2 Tahapan Manajemen Proyek

Manajemen proyek memiliki beberapa tahapan didalamnya, antara lain:

1. Project Definition (Pendefinisian Proyek), adalah mendefinisikan tujuan


proyek dan factor yang menjadi pertimbangan supaya proyek yang
dilakukan bisa berhasil dengan kualitas yang dikehendaki.
2. Project Initation (Inisiasi Proyek), adalah perencanaan awal terhadap
sumber daya yang akan dipakai sebelum sebuah proyek dimulai.
3. Project Planning (Perencanaan Proyek), adalah penguaraian dengan jelas
bagaimana suatu proyek harus dikerjakan. Pada perencanaan proyek ini,
akan terlihat dengan jelas betapa pentingnya waktu, biaya dan ruang
lingkup proyek.
4. Project Execution (Pelaksanaan Proyek), adalah melaksanakan pekerjaan
supaya proyek yang diinginkan tersebut bisa berhasil dan sesuai dengan
yang diharapkan.

13
5. Project Monitoring and Control (Pemantauan dan Pengendalian Proyek),
adalah pengambilan langkah-langkah yang dibutuhkan sehingga
pengoperasian proyek berjalan lancer
6. Project Closure (Penutupan Proyek), adalah menerima hasil akhir dari
proyek dan menghentikan seluruh pemakaian sumber daya.

2.2 Organisasi Proyek

Pengertian bentuk organisasi yang paling sederhana adalah bersatunya


kegiatan-kegiatan dari dua individu atau lebih dibawah satu koordinasi, dan
berfungsi mempertemukan mereka yang menjadi satu tujuan. Semakin banyak
individu atau kelompok yang terlibat dengan macam kegiatan atau jenjang
kewenangan yang beragam, bentuk organisasi akan menjadi semakin kompleks.
Fungsi organisasi yang kompleks adalah mengubah sesuatu (dapat berupa
material, infomasi, ataupun masyarakat) melalui suatu tatanan terkoordinasi yang
mampu memberikan nilai tambah, sedemikian rupa sehingga memungkinkan
organisasi mencapai tujuannya dengan baik.

Pada proyek Rekonstruksi / Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Dukuh –


Teras Bendung Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Serang, pemiliki proyek
didukung oleh beberapa pihak, antara lain pengawas dan pelaksana. Adapun
unsur-unsur yang disebut diatas dapat dilihat dibawah ini:

a. Pemilik Proyek : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


Bidang Bina Marga Kabupaten Serang
b. Pengawas Proyek : PT. Parindo Raya Engineering
c. Kontraktor Proyek : CV. Cahaya Putera Mandiri

Dibawah ini adalah hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek
Rekonstruksi / Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Dukuh – Teras Bendung
Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Serang yang terbentuk dalam sebuah skema
berikut ini:

14
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Rekonstruksi / Peningkatan Kapasitas
Struktur Jalan Dukuh – Teras Bendung Kecamatan Lebakwangi
Kabupaten Serang
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Bidang Bina Marga
Kabupaten Serang (2021)

2.2.1 Pengguna Jasa / Pemilik (Owner)

Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang/badan
yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan
yang membayar pekerjaan tersebut. Pengguna jasa dapat berupa perseorangan,
badan/instansi/lembaga pemerintah maupun swasta (Ervianto, 2005;44).

Pada proyek Rekonstruksi / Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Dukuh –


Teras Bendung Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Serang yang menjadi pemilik
(owner) proyek adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Bidang Bina
Marga Kabupaten Serang.

Hak dan kewajiban pengguna jasa adalah:

1. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor)


2. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
telah dilakukan oleh penyedia jasa.

15
3. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan
oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
4. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
5. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
6. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan
dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk
bertindak atas nama pemilik.
7. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
8. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan
oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang
dikehendaki.

Wewenang pemberi tugas adalah:

1. Memberi tahu hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing


kontraktor.
2. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara
memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal
diluar kontrak yang ditetapkan.

Bagan Struktur organisasi pemilik (owner) proyek:

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Bidang Bina Marga Kabupaten Serang

16
Sumber: Dokumen Kontrak

2.2.2 Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk


membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai awal
hingga berakhirnya pekerjaan tersebut.

Pada proyek Rekonstruksi / Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Dukuh –


Teras Bendung Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Serang yang menjadi
konsultan pengawas adalah PT. Parindo Engineering.

Hak dan kewajiban pengawas adalah:

1. Menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan


2. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3. Melakukan perhitungan dalam pekerjaan
4. Mengoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran
informasi antara berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan
lancer.
5. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta
menghindari pembengkakan biaya
6. Mengatasi dan memecahkan permasalahan yang timbul di lapangan agar
dicapai hasil akhir sesuai kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang
telah ditentukan
7. Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor
8. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang
berlaku
9. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan)
10. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan
tambah/kurang.

17
Bagan struktur organisasi Konsultan Pengawas:

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas


Sumber: PT. Parindo Engineering (2021)

Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawabnya adalah:

1. Supervisi engineer

a. Mengawasi dan meliputi ketetapan dari semua pengukuran/rekayasa


lapangan yang di lakukan oleh kontraktor dengan maksud agar pimpro
memungkinkan untuk menentukan hal-hal yang diperlukan menyangkut
pekerjaan pengembalian kondisi dan memonitor terperinci.
b. Melalukan pengawasan yang terus menerus atas pelaksanaan pekerjaan,
termasuk secara teratur memeriksa pekerjaan pada semua lokasi
dilapangan. Dimana pekerjaan konturksi sedang dilaksanakan serta
memberi penjelasan tertulis kepada kontaktor dengan maksud agar
menjadi jelas apa yang sebenarnya dituntut dalam pekerjaan tersebut
bila dalam kontrak hanya dinyatakan secara umum.
c. Menjamin bahwa kontraktor memahami isi Dokumen Kontrak secara
benar, melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan spesifikasi serta

18
gambar-gambar dan kontraktor menetapkan teknik pelaksanaan
kontruksi yang tepat/cocok dengan keadaan lapangan untuk berbagai
macam kegiatan pekerjaan.
d. Membuat rekomendasi kepada pimpro untuk menerima atau menolak
pekerjaan dan material yang mutunya di ragukan.
e. Mencatat kemajuan pekerjaan setiap hari yang di capai kontraktor pada
lembaran rencana kemajuan pekerjaan (progress schedule) yang telah di
setujui.
f. Memonitor dengan teliti semua kuantitas hasil pengukuran yang
disampaikan oleh inspector dan ikut serta dalam pelaksanaan
pengukuran kuantitas akhir dari setiap pekerjaan yang telah selesai.
g. Memberi rekomendasi kepada pimpro yang menyangkut mutu dari
jumlah pekerjaan yang telah selesai dan memeriksa kebenaran dari
setiap spesifikasi pembayaran bulanan kontraktor (Monthly Payment
Certificate)
h. Memeriksa AS Built drawing yang akurat dan terbaru serta
mengawasi/memeriksa pembuatan gambar-gambar lainnya yang di
perlukan.
i. Menyusun / memelihara arsip korespondensi proyek, laporan
mingguan, bagan, kemajuan pekerjaan, pengukuran dan lain lain.
j. Membuat laporan bulanan mengenai kemajuan fisik dan keuangan dari
proyek yang ada di bawah wewenangnya dan menyerahkan kepada
pimpro serta kepada instansi terkait tepat pada waktunya.

2. Operator Komputer
Tugas dan tanggung jawabnya adalah pembuatan dokumen dan surat-
surat yang dibutuhkan, memasukkan/mengarsipkan ke dalam komputer
serta sesuai dengan petunjuk personil.

3. Quantity Engineering

19
a. Setiap saat mengikuti petunjuk teknis dan nasihat dari Site Engineer
dalam melaksanakan tugas-tugasnya serta bekerjasama dengan Quality
Engineer untuk menyesuaikan metode pelaksanaan di lapangan dengan
di laboratorium.
b. Melakukan pengawasan di lapangan secara terus menerus pada semua
lokasi pekerjaan konstruksi yang sedang dilaksanakan, dan
memberitahu dengan segera kepada Site Engineer tentang semua
pekerjaan yang tidak memenuhi/sesuai dokumen kontrak
c. Semua hasil pengamatan tersebut dilaporkan secara tertulis kepada Site
Engineer pada hari itu juga.
d. Secara terus menerus mengawasi, membuat catatan dan memeriksa
semua hasil pengukuran, perhitungan kuantitas dan sertiflkat
pembayaran serta menjamin bahwa pembayaran terhadap Kontraktor
sudah benar dan sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak.
e. Bersama-sama Kontraktor setiap hari membuat ringkasan/risalah
tentang kegiatan konstruksi, keadaan cuaca, pengadaan material, jumlah
dan keadaan tenaga kerja, peralatan yang digunakan, jumlah pekerjaan
yang telah diselesaikan, pengukuran dilapangan, kejadian-kejadian
khusus dan sebagainya dengan menggunakan formulir laporan standar
(laporan harian) yang harus diserahkan/dikirim kepada Site Engineer
dan satuan kerja fisik tiap hari setelah selesai kerja.
f. Melakukan pengawasan dilapangan secara terus menerus terhadap
semua pekerjaan harian (day work), termasuk membuat catatan
mengenai peralatan, tenaga kerja dan bahan-bahan yang digunakan
Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan harian tersebut.
g. Mengevaluasi prosedur kerja yang diajukan oleh Kontraktor dan
evaluasi hasil pekerjaan (performa pekerjaan) dilapangan.
h. Membantu Site Engineer mengadakan pengukuran akhir secara
keseluruhan dari bagian.

4. Inspector

20
a. Memeriksa gambar kerja Kontraktor berdasarkan gambar rencana.

b. Memeriksa dan memberi izin pelaksanaan pekerjaan Kontraktor.


c. Mengawasi dan memberikan pengarahan pelaksanaan pekerjaan agar
sesuai dengan prosedur berdasarkan spesifikasi teknis.
d. Menerima dan menolak hasil pekerjaan Kontraktor berdasarkan
spesifikasi teknis.
e. Memonitoring dan membuat laporan kemajuan pelaksanaan Kontraktor.
f. Mengecek semua bahan/material yang dikirim ke lapangan apakah
sudah sesuai dengan spesifikasi atau tidak.
g. Setiap hari senantiasa meringkas semua kegiatan konstruksi, mencatat
cuaca, material yang dikirim ke lapangan, perubahan dan kebutuhan
tenaga kerja peralatan di lapangan, jumlah pekerjaan yang telah selesai,
dan pengukuran lapangan, hal-hal khusus dan sebaginya, dengan
formulir laporan yang standart dan dikirim ke Supervision Engineer.
h. Memeriksa gambar terlaksana (as built drawing).

2.2.3 Kontraktor Pelaksana / Penyedia Jasa

Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan


menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan
berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang ditetapkan.
Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau
sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan.

Pada proyek Rekonstruksi / Peningkatan Kapasitas Struktur Jalan Dukuh –


Teras Bendung Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Serang yang menjadi
Kontraktor adalah CV. Cahaya Putera Mandiri.

Adapun hak dan kewajiban kontraktor adalah sebagai berikut:

21
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan dan syarat-
syarat, risalah penjelasan pekerjaan (aanvullings) dan syarat-syarat
tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.
2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan
pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
3. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam
peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
4. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan, dan
bulanan
5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya
sesuai ketetapan yang berlaku.

Bagan struktur organisasi Kontraktor:

Gambar 2.4 Sturktur Organisasi Kontraktor Pelaksana


Sumber: CV. Cahaya Putera Mandiri (2021)
Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawabnya adalah:

1. Direktur
a. Menandatangani dokumen kontrak dan addendumnya dengan pengguna
jasa.
b. Mempelajari dan memahami kontrak kerja yang akan dilaksanakan.

22
c. Memimpin dan mengarahkan proses pelaksanaan pekerjaan guna
mendapatkan hasil yang sesuai dengan persyaratan yang diterapkan.
d. Melakukan monitoring dan pemeliharaan serta melakukan perbaikan bila
terjadi kerusakan.
e. Bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan baik kualitas dan
kuantitas, personil serta hasil pekerjaan.

2. Generan Superindent

General Superintendent yaitu unit organisasi kontraktor pelaksanaan


yang berada di lapangan. General Independent merupakan wakil mutlak dari
perusahaan.
Adapun tugas dari General Superintendent:
a. Mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
b. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan proyek dari awal sampai
akhir.
c. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan kontrak.
d. Memotivasi seluruh stafnya agar bekerja dengan ketentuan dan sesuai
tugasnya masing-masing.

3. Quality Control

a. Memeriksa kualitas hasil pekerjaan yang telah selesai.


b. Memberikan saran kepada pelaksana agar hasil pekerjaan tersebut
sesuai dengan dokumen.

c. Memeriksa kualitas material yang akan digunakan dalam pelaksanaan


pekerjaan.

4. Surveyor

a. Membuat gambar – gambar kerja yang diperlukan dalam proyek.


b. Bertanggung jawab atas data-data pengukuran di lapangan.

c. Melakukan pengukuran sebelum dan sesudah proyek.

5. Pelaksana Lapangan

23
a. Merencanakan efisiensi pengunaan sumber daya di proyek.
b. Merencanakan pengelolaan dan pengoperasian peralatan.
c. Merencanakan terselengaranya pengawasan kepada sub-kontraktor.
d. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode kerja dan spesifikasi
teknis yang ditentukan.
e. Menyusun laporan perkembangan posisi proyek secara periodik.
f. Menyusun dokumen pelaksanaan pekerjaan secara prodik.
g. Menguji permintaan pembayaran: tenaga kerja, alat dan sub-kontraktor
sesuai dengan progress dilapangan.
h. Memeriksa permintaan matrial dan pemakaian matrial dilapangan.

i. Menilai bawahan langsung.

6. Pelaksana K3

a. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan


terkait K3 Konstruksi.
b. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi
c. Merencanakan dan menyusun program K3.
d. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3.
e. Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan
program, prosedur kerja dan instruksi kerja K3.
f. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan
pedoman teknis K3 konstruksi.
g. Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis
K3, jika diperlukan.

h. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja


serta keadaan darurat.

2.2.4 Hubungan Kerja

24
Maksud dari hubungan kerja adalah hubungan yang terjadi dalam suatu
kontrak kerja yang di dalamnya terdapat penjelasan mengenai pemberian tugas,
kewajiban, wewenang, hak dan tanggung jawab dalam suatu proyek terutama
pada proyek-proyek yang berskala besar sangatlah perlu adanya ketegasan dan
pembagian kerja sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing dimana satu
dengan lainnya dapat bekerja dengan baik. Dengan adanya pola hubungan kerja
yang tegas maka diharapkan masing-masing pihak menjalankan peran serta
kewajibannya tanpa terjadi over lapping. Untuk lebih jelasnya hubungan pihak-
pihak yang terkait dengan proyek akan dijelaskan dibawah ini.

Gambar 2.5 Hubungan Kerja Unsur-unsur Pelaksanaan Pembangunan


Sumber: Wulfram I. Ervianto (2005)

1. Pemilik Proyek dan Kontraktor Pelaksana

Hubungan kerja proyek antara pemilik proyek dengan kontraktor pelaksana


terikat dalam suatu garis intruksi. Kontraktor pelaksana melaksanakan pekerjaan
hingga proyek selesai secara keseluruhan. Hasil pekerjaan kontraktor pelaksanaan
akan dilaporkan kepada konsultan pengawas, lalu dari konsultan pengawas
diserahkan kepada pemilik proyek. Berikut merupakan tugas dan wewenang dari
hubungan kerja antara pemilik proyek (owner) dengan konsultan pengawas:

1. Ada ikatan kerja berdasarkan kontrak;

25
2. Kontraktor memberikan layanan jasa berupa hasil dari pembangunan sebagai
bentuk realisasi pekerjaan dari pemilik proyek yang telah dibuat dalam
gambar rencana;
3. Kontraktor melaksanakan proyek kemudian menyerahkan hasilnya kepada
pemilik proyek;
4. Pemilik proyek membayar biaya pelaksanaan dan imbalan jasa konstruksi
kepada kontraktor sesuai dengan perjanjian yang disetujui dalam tender.

2. Pemilik Proyek dan Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas merupakan tim dari owner lapangan yang bertugas untuk
mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor
pelaksanaan. Konsultan pengawas bertanggung jawab kepada pemilik proyek,
berupa pelaporan hasil pengawasan kegiatan pelaksanaan di lapangan dan juga
melaporkan hasil dari kerja kontraktor pelaksana dan juga konsultan perencana.
Berikut merupakan tugas dan wewenang dari hubungan kerja antara pemilik
proyek (owner) dengan konsultan pengawas:

1. Hubungan dalam ikatan kontrak kerja dan hubungan fungsional;


2. Pengawas menyerahkan hasil pengawasannya kepada pemilik proyek;
3. Pengawas menyampaikan perubahan-perubahan yang terjadi berkaitan
dengan pelaksanaan di lapangan.

3. Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Perencana

Hubungan kerja antara kontraktor pelaksana dengan konsultan perencana pada


proyek ini tidak terikat suatu kontrak kerja, namun memiliki garis koordinasi.
Koordinasi ini dibutuhkan terikat dengan perubahan desain, ketidaksesuaian
kondisi di lapangan dengan perencanaan dan agar terlaksananya proyek sesuai
dengan keinginan owner.

26

Anda mungkin juga menyukai