Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KEPERAWATAN JIWA II

ASKEP JIWA PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA

RESIKO BUNUH DIRI

DISUSUN OLEH :

NAMA : OSAINA PUTRI KHARIM

NIM : 1914201003

PRODI : SI KEPERAWATAN

KELAS : 4C

DOSEN PEMBIMBING : Ns. AMELIA SUSANTI, M.Kep, S. Kep. J

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES ALIFAH PADANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan Karunianya
kepada kita semua, sehingga berkat karunianya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“ASKEP JIWA PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA RESIKO BUNUH DIRI”.Dalam
penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembacanya. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kelebihan dan kekurangannya sehingga
kami mengharap kritik dan saran yang dapat memperbaiki untuk penulisan makalah selanjutnya.

Padang, 1 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………1

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………1

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………2


B. Tujuan ………………………………………………………………………………………3

BAB II TINJAUAN TEORITIS …………………………………………………………4

A. Konsep dasar ……………………………………………………………………………5


a. Pengertian ……………………………………………………………….…………6
b. Rentang Respon ……………………………………………………………… 7
c. Faktor Penyebab ………………………….……………………………………8
d. Tanda Gejala ……………………………………………………….……………9
e. Proses Terjadinya ……………………….……………………………………10
f. Mekanisme Koping ……………….…………………………………………11
g. Penatalaksanaan ………………………..…………………………………… 12
h. Prinsip Tindakan Keperawatan …………………………………………13
B. Asuhan Keperawatan Teoritis …………………………………………………14
a. Pengkajian ………………………………………………………………….………15
1) Identitas ……………………………………………………………….………16
2) Alasan masuk ……………………………….………………………………17
3) Faktor predisposisi …………….…………………………………………18
4) Pemeriksaan fisik …………….……………………………………………19
5) Psikososial ……………………………….……………………………………20
6) Hubungan sosial ……………………………………………………………21
7) Spiritual …………………………………………………………………………22
8) Status mental …………………………..………………………….…………23
9) Kebutuhan persiapan pulang …….…………………….……………24
10) Masalah psikososial …………………………………………...…………25
11) Mekanisme koping ……………………………….………….……………26

3
12) Pengetahuan ……………………………………………………………………27
13) Aspek medis ……………………………………………………………………28
b. Daftar masalah ………………………………………………………………………29
c. Pohon masalah ………………………………………………………………………30
d. Kemungkinan diagnosa yang muncul ………………………….………31
e. Rencana keperawatan ………………………..…………………………………32
f. Implementasi …………………………………………………..……………………32
g. Evaluasi …………………………………………………………………………………34

ASUHAN  KEPERAWATAN  JIWA ……………….………………………35

a. Engkajian ………………………………………………………………………………36
1) Identitas ……………………………………………………………………………37
2) Alasan masuk ………………………………………….……………………….38
3) Faktor predisposisi ………………………..…………………………………39
4) Pemeriksaan fisik ……………………………………………………………40
5) Psikososial ………………………………………………………………………41
6) Hubungan sosial ………………………………………………………………42
7) Spiritual ……………………………………………………………………………43
8) Status mental …………………………………………………..………………44
9) Kebutuhan persiapan pulang ……………………………………….…45
10) Masalah psikososial ………………………………………..………….…46
11) Mekanisme koping …………………………………………………………47
12) Pengetahuan ……………………………………………………………………48
13) Aspek medis ……………………………………………………………………49
b. Daftar masalah ………………………………………………………………………50
c. Pohon masalah ………………………………………………………………………51
d. Kemungkinan diagnosa yang muncul ……………………………………52
e. Rencana keperawatan ……………………………………………………………53
f. Implementasi dan Evaluasi ……………………………………………………54

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain
dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika
tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup
setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal
ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita,
2009.
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian
(Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez, Delicious, 2009).
B. Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian resiko bunuh diri
b. Mahasiswa mampu mengetahui rentang respon resuki bunuh diri
c. Mahasiswa mampu mengetahui faktor penyebab resiko bunuh diri
d. Mahasiswa mampu mengetahui tanda gejala resiko bunuh diri
e. Mahasiswa mampu mengetahui proses terjadinya resiko bunuh diri
f. Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme koping resiko bunuh diri
g. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan resiko bunuh diri
h. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip tindakan keperawatan resiko bunuh diri

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
a. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009).
Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati.
Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang
akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri. (Clinton, 1995, hal.
262).
Bunuh diri dan percobaan bunuh diri atau membahayakan diri sendiri dengan
sengaja (DSH = deliberate self-harm), istilah yang terakhir ini, menjadi topik besar
dalam psikiatri. Di dunia, lebih dari 1000 bunuh diri terjadi tiap hari. Percobaan
bunuh diri 10 kali lebih sering, sekarang peracunan diri sendiri bertanggung jawab
bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah 40
tahun menjadi penyebab terbanyak.
Bunuh diri cenderung terjadi pada usia diatas 45 tahun, pria, tidak pandang kelas
sosial disertai depresi besar dan telah direncanakan. Percobaan bunuh diri cenderung
dilakukan oleh wanita muda dari kelas sosial bawah, jarang disertai dengan depresi
besar dan bersifat impulsif.

6
b. Rentang Rspon

Rentang Respons, YoseP, Iyus (2009)


1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri
secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai
contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai 
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja
ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan
pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang
tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya
yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau
bekerja seenaknya dan tidak optimal.
4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan
diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.

7
c. Faktor Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-
diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
a) Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b) Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
c) Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
d) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
e) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotinin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
2. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor
lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi
individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
a) Perilaku Koping

8
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan
dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar
memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri
berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya.
b) Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada
seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif. Perilaku
bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri
mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar
dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan
koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.
d. Tanda Gejala
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).

9
14. Pekerjaan.
15. Konflik interpersonal.
16. Latar belakang keluarga.
17. Orientasi seksual.
18. Sumber-sumber personal.
19. Sumber-sumber social.
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

e. Proses Terjadinya

Isyarat Bunuh Diri

Verbal / Non Verbal

Pertimbangn untuk
nelakukan bunuh diri

Ancaman Bunuh
Diri

Ambivalensi Kematian Kurangnya


Respon Positif

Upaya Bunuh Diri


10
Bunuh Diri

f. Mekanisme Koping
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang berhubungan
dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah penyangkalan, rasionalisasi,
intelektualisasi, dan regresi.

g. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah orang
mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak ditemukan atau
melakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada kasus bunuh diri membutuhkan obat
penenang saat mereka bertindak kekerasan pada diri mereka atau orang lain, dan
pasien juga lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
1) Tujuan :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
b) Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
c) Klien dapat mengekspresikan perasaannya
d) Klien dapat meningkatkan harga diri
e) Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
2) Tindakan keperawatan
a) Membina Hubungan Saling percaya kepada pasien
1. Perkenalkan diri dengan klien
2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.

11
4. Bersifat hangat dan bersahabat.
5. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
b) Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
1. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
3. Awasi klien secara ketat setiap saat.
c) Membantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya
1. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
2. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan
dan keputusasaan.
3. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
4. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
d) Membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya
1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
2. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
3. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
e) Membantu pasien untuk menggunakan koping individu yang adaptif
1. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.)
2. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
3. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah

12
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) Tujuan :
a) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah rasa
ingin bunuh diri
2) Tindakan keperawatan
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang ingin bunuh diri
adalah :
a) Membina hubungan saling percaya
1. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
2. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

b) Membantu pasien untuk mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif


yang dimiliki
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
3. Utamakan pemberian pujian yang realitas
c) Membantu pasien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk
diri sendiri dan keluarga
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
d) Melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
e) Memanfaatkan sistem pendukung yang ada
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

13
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

h. Prinsip Tindakan Keperawatan


1. BENEFICENCE ( BERBUAT BAIK)
2. JUSTICE ( KEADILAN)
3. NON-MALEFICENCE ( TIDAK MERUGIKAN)
4. VERACITY ( KEJUJURAN)
5. FIDELITY ( MENEPATI JANJI)
6. CONFEDENTIALITY ( KERAHASIAAN)
7. ACCOUNTABILITY (AKUNTABILITASI)

B. Asuhan Keperawatan Teoritis


a. Pengkajian
1) Identitas
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No
Rumah Sakit dan alamat klien.
2) Alasan masuk
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah, dan perkembangan yang dicapai.
3) Faktor predisposi
Beberapa faktor prediposisi perilaku bunuh diri meliputi :
 Diagnosa Medis Gangguan Jiwa: Diagnosa medis gangguan jiwa
yang beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif,
penyalahgunaan zat dan schizophrenia. Lebih dari 90% orang
dewasa mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mengalami
gangguan jiwa.

14
 Sifat Kepribadian: Sifat kepribadian yang meningkatkan resiko
bunuh diri yaitu suka bermusuhan, impulsif, kepribadian anti sosial
dan depresif.
 Lingkungan Psikososial: Individu yang mengalami kehilangan
dengan proses berduka yang berkepanjangan akibat perpisahan dan
bercerai, kehilangan barang dan kehilangan dukungan sosial
merupakan faktor penting yang mempengaruhi individu untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
 Riwayat Keluarga: Keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
dan konflik yang terjadi dalam keluarga merupakan faktor penting
untuk melakukan bunuh diri. Menurunnya neurotransmitter
serotonin, opiate dan dopamine dapt menimbulkan perilaku
destruktif-diri.
4) Pemeriksaan Fisik
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5) Psikosoial
6) Hubungan Sosial
Tanyakan Menurut klien orang yang paling dekat dengannya siapa
,ataukah teman sekamar yg satu agama. Apakah Klien adalah orang
yang kurang perduli dengan lingkungannya atau sangat peduli dengan
lingkugannya, apakah klien sering diam, menyendiri, murung dan tak
bergairah ,apakah klien merupakan orang yg jarang berkomunikasi
dan slalu bermusuhan dengan teman yang lain, ataukah sangat
sensitive.

7) Spiritual
 Nilai dan keyakinan: Tanyakan apakah pasien percayaakan
adanya Tuhan atau dia sering mempersalahkan Tuhan atas hal
yang menimpanya.

15
 Kegiatan ibadah: Tanyakan apakah Klien sering,selalu atau
jarang beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

8) Status Mental
 Penampilan:
pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian
harus di suruh, rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit
bau, Perubahan kehilangan fungsi, tak berdaya seperti tidak
intrest, kurang mendengarkan.
 Pembicaraan:
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban
yang diberikan pendek, afek datar, lambat dengan suara yang
pelan, tanpa kontak mata dengan lawan bicara kadang tajam,
terkadang terjadi blocking.
 Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas
melakukan aktivitas
 Interaksi selama wawancara:
Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang
lawan bicara saat berkomunikasi.
 Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.

9) Kebutuhan Persiapan Pulang


 Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat
makan kembali.
 Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan
WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.
 Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
 Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

16
 Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah
diminum

10) Mekanisme Koping


Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak diri
tak langsung adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi.
Seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri adalah indiviidu telah
gagal menggunakan mekanisme pertahanan diri sehingga bunuh diri
sebagai jalan keluar menyelesaikan masalah hidupnya.

11) Masalah Psikososial

b. Daftar Masalah
c. Pohon masalah
d. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
e. Renacana Keperawatan
f. Implementasi
g. evaluasi

ASUHAN  KEPERAWATAN  JIWA

A. Pengkajian

17
1. Identitas Klien
Nama Lengkap             : Tn. B
Usia                              : 45 tahun
Jenis Kelamin               : Laki-laki
Status : Kawin
Alamat                         : Kombos Timur
2. Alasan Masuk
Klien dibawa kerumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di kamar mandi
rumah pasien
3. Faktor Predisposisi
Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan pekerjaan/di PHK oleh
perusahaan tempat ia bekerja dan di tinggal oleh istrinya. Ada anggota keluarga
yang juga mengalami gangguan jiwa
4. Pemeriksaan Fisik
Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tanggan, BB pasien
menurun dan klien tampak lemas tak bergairah, sensitive, mengeluh sakit perut,
kepala sakit. N: 80x/mnt, TD 120/90 mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 56 Kg dan
TB 170cm.
5. Psikososial
6. Hubungan Sosial
Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M teman sekamar yg
satu agama. Klien adalah orang yang kurang perduli dengan lingkungannya, klien
sering diam, menyendiri, murung dan tak bergairah, jarang berkomunikasi dan slalu
bermusuhan dengan teman yang lain, sangat sensitive.

7. Spritual
 Nilai dan keyakinan: pasien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia
sering mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya.
 Kegiatan ibadah: Klien mengaku jarang beribadah dan
mendekatkan diri kepada Tuhan.
8. Status Mental

18
Penampilan:
pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di suruh, rambut
tidak pernah tersisir rapi dan sedikit bau, Perubahan kehilangan fungsi, tak
berdaya seperti tidak intrest, kurang mendengarkan.
Pembicaraan:
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan
pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata dengan
lawan bicara kadang tajam, terkadang terjadi blocking.
Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan aktivitas
Interaksi selama wawancara:
Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan bicara saat
berkomunikasi.
Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.
9. Kebutuhan persiapan pulang
10. Mekanisme koping
Mal adaptif : Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak
menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak
berdaya, klien tidak mau melakukan aktifitas.
11. Masalah psikososial
12. Pengetahuan
13. Aspek Medis
b. Daftar Masalah
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan resiko bunuh diri adalah
1) Resiko bunuh diri
DS: menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO: ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.
2) Resiko mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan
DS: mengatakan ingin membakar rumah, mencederai orang lain atau dirinya sendiri,
Memberi kata-kata ancaman

19
DO: tampak menyerang orang lain/menyentuh orang lain dengan cara menakutkan,
memecahkan perabot dan lain sebagainya, memperlihatkan permusuhan
3) Harga diri rendah
DS: menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan dan tak
berguna, malu
DO: nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
c. Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Resiko Bunuh Diri

Harga Diri Rendah

d. Diagnosa
1. Resiko bunuh diri
2. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan
3. Harga diri rendah

Diagnosa Data mayor Data minor


Resiko Subyektif: Subyektif:
bunuh diri           Mengatakan hidupnya tak           Mengatakan ada yang
berguna lagi menyuruh bunuh diri
          Inggin mati           Mengatakan lebih baek mati
          Menyatakan pernah mencoba saja
bunuh diri           Mengatakan sudah bosan
          Mengancam bunuh diri hidup
Obyektif:               Obyektif:
          Ekspresi murung           Perubahan kebiasaan hidup
          Tak bergairah           Perubahan perangai

20
          Ada bekas percobaan bunuh diri

Masalah Keperawatan

1. Perilaku bunuh diri

DS: menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.

DO: ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.

2.Koping maladaptif

DS: menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.DO: nampak
sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

e. Rencana Keperawatan
1. Mengidentifikasi benda – benda yang dapat membahayakan pasien
2. Mengamankan benda – benda yang dapat membahayakan pasien
3. Melakukan kontrak pelaksanaan
4. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

Pasien:
 Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
 Tujuan khusus
i. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
 Perkenalkan diri dengan klien 
 Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
 Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
 Bersifat hangat dan bersahabat.
 Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
ii. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri

21
Tindakan:
 Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan (pisau, silet,
gunting, tali, kaca, dan lain-lain).
 Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
 Awasi klien secara ketat setiap saat.
iii. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
 Dengarkan keluhan yang dirasakan.
 Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan
 Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
 Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti  penderitaan,
kematian,  dan lain-lain.
 Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan
untuk hidup.
iv. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
 Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
v. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
 Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan  setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.).
 Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayang,
danpentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.

22
 Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai
suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman
positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif.
vi. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
 Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat,
tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
 Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama).
 Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling  pemuka agama).
vii. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
 Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat).
 Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis,
cara, waktu).
 Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
 Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

g. implementasi dan evaluasi

Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas pasien,
keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat respon
pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Nettina, 2002)

Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan dan dilakukan terus menerus untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan evaluasi dapat di
bagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

23
1) Evaluasi proses (formatif) yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan
keperawatan
2) Evaluasi hasil (sumatif) dilakukan dengan cara membandingkan respon klien
dengan tujuan yang telah di tentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP sebagai pola piker

NO TGL/JAM DIAGNOSA TINDAKAN EVALUASI


KEP
1. 10/10/2015 Resiko Bunuh Sp I Pasien S:
PK.10.00 Diri  Membina hubungan saling Klien mengatakan
WITA percaya dengan klien sudah mencoba
 Mengidentifikasi benda-benda belajar berkenalan
yang dapat membahayakan namun masih
pasien enggan untuk
 Mengamankan benda-benda dilakukan
yang dapat membahayakan
pasien. O:

 Melakukan kontrak treatment Klien aktif dan

 Mengajarkan cara memperhatikan

mengendalikan dorongan bunuh selama latihan


diri berkenalan

Sp II Pasien dengan perawat

 Mengidentisifikasi aspek positif A:

pasien Klien sudah tahu


cara berkenalan
 Mendorong pasien untuk
dengan
berfikir positif terhadap diri
menyebutkan
sendiri
nama,asal,hobi
 Mendorong pasien untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga
P:

24
Lanjutkan
Sp III Pasien berkenalan
 Mengidentisifikasi pola koping dengan orang
yang biasa diterapkan pasien lain.
 Menilai pola koping yng biasa
dilakukan
 Mengidentifikasi pola koping
yang konstruktif
 Mendorong pasien memilih
pola koping yang konstruktif
 Menganjurkan pasien
menerapkan pola koping
konstruktif dalam kegiatan
harian

Sp IV Pasien
 Membuat rencana masa
depan yang realistis
bersama pasien
 Mengidentifikasi cara
mencapai rencana masa
depan yang realistis
 Memberi dorongan pasien
melakukan kehiatan dalam
rangka meraih masa depan
yang realistis
.

25
DAFTAR PUSTAKA

Captain. 2008. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.


Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasaoleh
Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tidakan Keperawatan (LP dan SP) revisi 2012. Jakarta: Salemba
Medika.Keliat, B.A. 2006.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.Jakarta: EGC.
NANDA. (2012).Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.Philadelphia:
NANDA International.
Maramis. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press : Surabaya
Keliat , Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa . EGC. Jakarta.
Stuart dan sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. EGC.Jakarta .

26

Anda mungkin juga menyukai