MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Sejarah Kebudayaan Indonesia
Dosen Pengampu: Dra. Dewi Salindri M.Si.
Oleh
Satria Gading Pamungkas (190110301034)
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN ILMU SEJARAH
MARET 2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14
ii
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Barat
Terhadap Bahasa Indonesia” untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Maritim dengan tepat
waktu.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Sejarah
Maritim ibu Dra. Dewi Salindri M.Si. karena tanpa bimbingannya penulis tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Atas kerja keras dan ketekunan dalam
mencari sumber serta analisis maka penulis berharap agar hasil makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi siapapun yang membutuhkan dan membacanya.
Dengan segala kerja makalah ini dibuat secara teratur agar memiliki hasil semaksimal
mungkin. Dengan demikian atas kesediaan diri maka penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun dari siapapun, karena penulis memaklumi masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Penulis berharap dengan adanya masukan berupa
saran maupun kritikan maka akan dapat membantu penulis untuk kembali membuat makalah
dengan sebaik-baiknya di masa yang akan mendatang.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana bangsa Portugis memberikan pengaruhnya dalam bidang kebahasaan
Indonesia?
2. Bagaimana bangsa Belanda memberikan pengaruhnya dalam bidang kebahasaan
Indonesia?
3. Bagaiamana perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaiamana bangsa Portugis memberikan pengaruhnya dalam bidang
kebahasaan Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaiamana bangsa Belanda memberikan pengaruhnya dalam bidang
kebahasaan Indonesia.
3. Untuk mengetahui perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Apriyanti Wulandari, Magnet Indonesia Bagi Eropa,( Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan
Keaksaraan dan Kesetaraan- Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat-Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2018), hlm. 5.
2
M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950,
(Makassar: Nala Cipta Litera, 2007), hlm. 148.
3
pribumi setempat, sekolah Katolik yang lain juga didirikan di Solor3. Para murid-murid yang
mampu mengikuti pembelajaran dengan baik untuk selanjutnya dpat dikirim ke Goa, India yang
merupakan pusat kekuasaan Portugis di Asia untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Pada tahun-tahun berikutnya pertumbuhan agama kristen katolik semakin
meningkat, pada tahun 1546 diperkirakan sudah terdapat tujuh kampung pemeluk agama kristen
katolik.
Sekolah Katolik ini mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung, namun hingga saat
ini masih belum diketahui bahasa apa yang dijadikan sebagai bahasa pengantarnya. Setdaknya
ada tiga kemungkinan penggunaan bahasa yakni bahasa Melayu, bahasa daerah, dan bahasa
Portugis4. Bahasa Portugis sendiri menggunakan bahasa latin sebagai induk bahasanya yang
didalamnya mengandung konsep-konsep dalam ilmu pengetahuan dan ilmu keagamaan, di
Indonesia sendiri khususnya penyerpan bahasa Latin kedalam bahasa Indonesia paling banyak
digunakan untuk memenuhi istilah-istilah hukum5.
Sejak awal kedatangan Portugis di Nusantara tidak hanya sebatas demi kepentingan
ekonomi perdagangan rempah-rempah, namun juga memiliki maksud untuk menyebarkan agama
Katolik. Dibangunnya sekolah-sekolah kristen katolik ini tidak hanya memberikan dampak pada
sisi keagamaan dimana saat ini masih terdapat penduduk beragama Katolik di Maluku,. Selain
berdampak pada keagamaan juga berdampak penggunaan bahasa di tengah masyarakat itu
sendiri khususnya di Maluku dan Ambon. Dalam perkembangannya hingga saat ini, bahasa
Indonesia memiliki berbagai macam kata serapan yang diambil dari bahasa Potugis. Kata
serapan adalah kata asing yang masuk kedalam kosa kata bahasa Indonesia dan telah digunakan
dalam kehiduan sehari-hari oleh masyarakat.
Didalam istilah kata serapan, serapan yang terdapat dalam bahasa Indonesia ini disebut
sebgai kata serapan budaya atau cultural borrowing . Disebut demikian karena kata asing yang
berasal dari bahasa Portugis ini masuk kedalam kosakata bahasa Indonesia karena adanya kontak
perdagangan, ilmu pengetahuan, dan penyebaran keagamaan6.
Adapun kata-kata serapan itu adalah sebagai berikut:
3
Djohan Makmur, et.al., Sejarah Pendidikan Indonesia Zaman Penjajahan, (Jakarta: Proek
Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1993), hlm. 8-9.
4
Ibid.
5
Litta Meysitta, “Perkembangan Kosakata Serapan Bahasa Asing Dalam KBBI”, dalam JUrnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (BAPALA), Vol. 5, No. 2, 2018, hlm. 4.
6
Indiyah Imran, “Kata Serapan Dalam Bahasa Indonesia” dalam Prosiding, Seminar Nasional
PESAT, 2005, hlm. 18.
4
Bentuk Serapan Bentuk Asal Keterangan
Bendera Bandaire Panji-Panji
Sumber: Anonim, Senarai Kata Serapan Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Dapertemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1995), hlm.
73-74.
Hingga saat ini kata-kata diatas masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari di
Indonesia baik secara formal maupun non-formal, keseluruhannya sudah tercatat secara resmi
didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata serapan dari bahasa Portugis tersebut telah
menjadikan bukti perkembangan bahasa Indonesia yang tidak lepas dari pengaruh kedatangan
bangsa barat yang sejak dahulu kala berlomba-lomba menuju ke Indonesia untuk kepentingan
ekonomi maupun penyebaran agama kristen.
5
para pedagang yang tergabung dalam Compagnie van Verre te Amsterdam. Ekspedisi ini
dipimpin oleh Cornelis de Houtman dan berhasil tiba di nusantara khususnya Banten pada
pertama kalinya pada tahun 1596. Keberhasilan ekspedisi ini berkat peta yang di kerjakan
oleh Jan Huygen van Linschoten, seorang Belanda yang pernah bekerja pada kapal
Portugis yang pernah berlayar menuju nusantara7.
Keberhasilan Compagnie van Verre te Amsterdam melakukan pelayaran menuju
Nusantara telah memicu persaingan-persaingan dari para persatuan pedagang yang ada di
kota-kota lain Belanda seperti Rotterdam dan Zeeland. Sementara itu persaingan antara
negara-negara Eropa lain seperti Spanyol dan Inggris dalam mendominasi perdagngan
rempah-rempah di Asia juga telah menambah kesulita Belanda. Untuk menghadapi hal
tersebut maka dibentuklah organisasi kongsi dagang Vereenidge Oost Indische
Compagnie atau VOC pada tahun 1602. Organisasi kongsi dagang ini diprakarsai oleh
pemerintah Belanda atau staten general dengan cara menggabungkan 6 kongsi dagang
negeri Belanda yang sebelumnya saling bersaing. VOC diberi hak memonopoli
perdagangan rempah di Nusantara atas nama dan demi kepentingan negeri Belanda8.
Berbeda dengan Portugis, VOC didirikan murni hanya demi kepentingan
perdagangan tanpa ada niatan penyebaran agama maupun pendidikan. Masalah
pendidikan dilimpahkan kepada gereja dengan tujuan mengembangkan ajaran agama
Kristen Protestan untuk meningkatkan loyalitas kaum bumiputera. VOC juga melanjutkan
pendidikan yang sebelumnya telah dirintis oleh Portugis di Ambon. Pada tahun 1607
mulai dirintis sekolah guru injil, akhir tahun 1628 setidaknya sudah berdiri sebanyak 18
sekolah dengan perkiraan murid sebanyak 800 orang.Jumlahnya terus bertambah ketika
akhir abad ke-17 jumlahnya menjadi 54 sekolah denganmurid sebanyak 4.700. Adapun
bahasa pengantarnya adalah bahasa Belanda, namun hingga tahun 1630 diimbangi
dengan penggunaan bahasa Melayu9.
Ambon bisa dibilang sebagai salah satu wilayah nusantara yang paling maju
dibidang pendidikannya, sejak kedatangan Portugis hingga VOC proses Kristenisasi tetap
7
Iswara N. Raditya, “Indonesia Dijajah Belanda Gara-Gara Cornelis de Houtman”,
https://tirto.id/indonesia-dijajah-belanda-gara-gara-cornelis-de-houtman-cM3v, diakses pada 28 Februari
2021.
8
Yuda Prinada, “Apa Itu Pengertian VOC, Sejarah Kapan Didirikan, dan Tujuannya?”,
https://tirto.id/apa-itu-pengertian-voc-sejarah-kapan-didirikan-dan-tujuannya-gaaG, diakses pada 28
Februari 2021.
9
Djohan Makmur, et.al., op.cit., hlm. 13-15.
6
melalu pendirian sekolah-sekolah kristen. Sekolah-sekolah tersebut menggunakan bahasa
Portugis dalam kemungkinan besarnya dan menggunakan bahasa Belanda, sehingga bisa
dikatakan sejak kedatangan bangsa barat penduduk Ambon menerima pendidikan
langsung melalui penggunaan bahasa asing meskipun hanya pada tataran kelompok priayi
saja.
Sebagai bukti pengajran bahasa Belanda di Indonesia khususnya di Ambon, VOC
pernah menerbitkan buku berjudul AB Boeck pada tahun 1612. Buku tersebut dikarang
oleh Albert Corneriszn Ruyll dengan tujuan untuk latihan para pribumi untuk memahami
Forma Sastra Jerman Ilir. Buku ini juga bertujuan untuk mempermudah pengajaran moral
kristen di nusantara melalui perantaraan bahasa Belanda. Beberapa buku lain yang
digunakan untuk mengajarkan bahasa Belanda adalah kitab-kitab chatechismus, kitab
injil, kitab sembahyang, kitab Mazmur, dan buku-buku non agama lainnya. Metode
pengajarannya tidak diketahui secara pasti hingga abad ke 18, namun beberapa sumber
mengatakan bahwa pengajaran dilakukan dengan menerjemahkan naskah dan syair-syair
menjadi berbahasa Melayu10.
Keberadaan sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintahan kolonial Belanda
mengalami perkembangan yang begitu pesat, terutama ketika pada masa Politik Etis
diberlakukan di nusantara yang waktu itu bernama Hindia Belanda. Politik Etis adalah
gagasan dari golongan liberal yang mendominasi parlemen Belanda pada waktu itu,
gagasan tersebut berisi tentang pentingnya membalas budi terhadap tanah jajahan Hindia
Belanda karena hasil buminya ang telah memberikan kemakmuran dan kekayaan negeri
induk (Belanda). Balas budi tersebut dikonsepkan dalam Politik Etis yang berisi tentang
irigasi, emigrasi, dan edukasi. Edukasi yang diamkasudkan adalah memberikan
pendidikan yang layak bagi enduduk pribumi, bukan hanya untuk mempersiapkan para
calon pegawai negeri pemrintahan klonial, namun juga untuk memajukan kehidupannya.
Keberadaan Sekolah yang lebih moderen pertama kali didirikan di Hindia
Belanda pada tahun 1817 dengan nama Europesche Lagere School atau ELS, sekolah
tersebut mengajrkan membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi, dan sejarah. ELS
merupakan sekolah dasar model Eropa. Selain ELS juga didirikan Hogere Burger School
atau sekolah menengeah umum yang lama pendidikannya adalah 5 tahun. Pada masa
10
Ibid.
7
pemerintahan Gubernur Jenderal Van de Bosch, dengan diberlakukannya sistem tanam
paksa atau cultrstelsel maka didirikanlah Sekolah Dasar Negeri, tujuannya untuk
memenuhi kebutuhan pegawai pemerintahan Hindia Belanda. Pada tahun 1848 keputusan
Raja Belanda nomor 95 telah memberikan wewenang Gubernur Jenderal Hindia Belanda
untuk menyediakan dana sebesar 25.000 per tahun demi kepentingan pendidikan.11
Sebelum Politik Etis, beberapa sekolah menggunakan bahasa Belanda sebagai
mata pelajaran tambahannya. Namun diluar sekolah yang digunakan adalah tetapbahasa
daerah dan bahasa Melayu. Bahasa Belanda adalah bahasa resmi pemerintahan dan orang
Belanda menganggapnya sebagai bahasa yang eksklusif, memiliki kasta seperti kromo
inggil bila di Jawa. Dikalangan bumiputra menggunakan bahasa Belanda dalam
keseharian dan terhadap golongan pejabat Eropa dianggap sebagai tidak sopan. Setelah
Politik Etis perubahan perkembangan penggunaan bahasa Belanda di kalangan
bumiputera menjadi lebih baik lagi12.
Sekolah-sekolah yang didirikan di Hindia Belanda telah menempatkan bahasa
Belanda sebagai salah satu mata pelaajaran maupun sebagai bahasa pengantarnya. Bahasa
Belanda dipergunakan didalam berbagai bidang ilmu, khususnyha ilmu pemerintahan dan
ilmu hukum13, ini dikarenakan sejak awal tujuan didirikannya sekolah bagi kaum pribumi
adalah untuk menyediakan tpegawai pemerintahan. Sebagai akibatnya adalah adanya
beberapa kata serapan yang dipinjam dari bahasa Belanda kedalam kosakata bahasa
Indonesia hingga saat ini. Rata-rata kata-ata yang diambil adalah yang berkaitan gdengan
hukum dan pemerintahan. Kata-kata asing berbahasa Belanda tersebut dipergunakan
untuk memenuhi kekurangan-kekurangan dalam menggambarkan dan menungkapkan
berbagai macam hal yang sebelumnya tidak bisa dijelaskan dalam keterbatasan bahasa
Melayu.
Berikut adalah beberapa contoh kata serapan yang sampai sekarang masih
digunakan dan telah masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Bentuk Serapan Bentuk Asal Keterangan
Akta Akte Surat bukti yang sah.
11
Ibid., hlm. 59-66.
12
Sri Ana Handayani, Sejarah Kebudayaan Indonesia, (Jember: UPT Percetakan dan Penerbitan
Universitas Jember), hlm. 134.
13
Litta Meysitta, op.cit.
8
Angket Enquete Daftar pertanyaan
Aparatur Aparatuur Pegawai neger
Apotek Apotheek Toko obat
Balsam Balsem Sebangsa langkan
Besuk Bezoek Menjenguk orang sakit
Dosen Docent Pengajar perguruan tinggi
Kantor Kantoor Tempat bekerja
Koran Courant Surat Kabar
Granat Granaat Senjata Peledak
Sumber: Anonim, Senarai Kata Serapan Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Dapertemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1995), hlm.
47-50.
14
Buku zahro.
9
secara luas dalam birokrasi pemerintahankolonial, tujuannya adalah untuk mempermudah
komunikasi dengan pegawai bumiputera maupun bangsawan dan raja-raja lokal15.
Di Hindia Beanda sendiri penyebaran bahasa Melayu dimulai pada masa
pemerintahan Gubernur Jenderal J.J Rochussen. Rocussen mengeluarkan keputusan
Gubernemen Nomor. 5, 13 Maret 1849, Nomor.5 tentnag perlunya mendidirkan sekolah-
sekolah bagi elite pribumi dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa
pengantarnya. DI sekolah-sekolah bahasa Melayu menjadi pelajaran terpenting,
perkembangannya berlanjut hingga akhirnya bahasa Melayu menjadi bahasa pergaulan
bagi para elite-elite pribumi dan elite Eropa. Sementara itu diluar Jawa bahasa Melayu
telah dijadikan sebagai bahasa resmi pemerintahan dinas dan korespondensi. Bahasa
Melayu juga digunakan untuk berkomunikasi antara elite Eropa dengan priyayi, pribumi,
dan orang Timur Asing seperti Ti Ong Hwa peranakan16.
Penyebaran bahasa Melayu yang dituliskan dengan huruf latin di Hindia Belanda
dipercepat dengan pernan surat kabar yang diliput oleh wartawan dan diterbitkan.Selain
surat kabar juga terdapat buku-buku. Memasuki abad ke 20 penggunaan bahasa Melayu
beserta denga kepenulisan latinnya semakin disempurnakan, adalah berkat Van
Ophusyen yang telah menerbitkan buku tentang sususnan standard ejaan bahasa
Melayu17.
Pada tahun-tahun berikutnya kedudukan bahasa Melayu yang sudah
disempurnakan ejannya semakin menguat. Selain karena bahasanya yang sudah
digunakan secara resmi dalam kalangan birokrat maupun pegawai pemerintahan Hindia
Belanda, bahasa tersebut juga dibawa masuk kedlam ranah pergerakan nasional sebagai
bahasa persatuan. Pada masa-masa pergerakan nasional bahasa tersebut diubah namanya
menjadi bahasa Indonesia sebagai bentuk penyatuan yang tidak didasarkan pada etnisitas
Melayu, namun berdasarkan cita-cita persatuan Indonesia. Dalam sejarahnya Kongres
Pemuda Indonesia yang diadakan pada tanggal 28 Oktober 1928 telah menjadi
tonggakutama pengakuan secara politis bagi kegunaan bahasa Indonesia seabgai bahasa
persatuan.
15
Maman S. Mahayana, “Perkembangan Bahasa Indonesia-Melayu di Indonesia dalamKonteks
Sistem Pendidikan”, dalam Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, Vol. 14, No. 3, 2009, hlm. 3-4.
16
Ibid.
17
Sri Ana Handayani, op.cit., hlm. 135.
10
11
BAB III
SIMPULAN
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh masyarkat Indonesia secara resmi pada saat ini
merupakan bagian daripadakebudayaan bangsa Indonesia itu sendiri. Bahasa Indonesia tidak
terlahir begitu saja dengan langsung sempurna seperti yang kita gunakan pada saat ini, bahasa
Indonesia berasal mula dari bahasa Melayu yang mengalami perubahan dan perkembangan dari
waktu ke waktu seiring dengan masuknya bangsa barat ke Indonesia. Salah satu perkembangan
yang bisa dirasakan hingga sekarang adalah keberadaan kata serapan dalam bahasa Indonesia it
sendiri. Kata serapan tersebut berasal dari dua negara yang pernah singgah di Indoesia dengan
waktu yang ukup lama, yakni Portugis dan Belanda.
Keberadaan kata serapan dalam bahasa Indonesia tidak lepas dari adanya kontak
penggunaan dua bahasa antara bangsa Indonesia padazaman dahulu dengan bangsa
barat,meskipun pada waktu itu bangsa Indonesia masihmenggunakan bahasa Melayu lama. Salah
satu cara untuk melacak adanya kontak antara dua bahasa adalah dengan melalui sejarah
pendidikan yang pernah ada di Indonesia sejak zaman dahulu kala. Sebagai contohnya
pendidikan pada sekolah Kristen Katolik di Maluku yang didirikan oleh Portugis. Meskipun
belum ada fakta yang menjelaskan mengenai penggunaan bahasa Portugis sebagai bahasa
pengantar pada sekolah tersebut namun dari keberadaan sekolah tersebut dapat dibuktikan bahwa
sudah terjadi kontak antar dua bahasa yang kuat antara penduduk nusantara dengan bangsa barat.
Begitupun juga yangterjadi ketika bangsa Belanda mulai masuk ke Indoensia dan
mendirikan pemerintahan kolonialnya. Kebutuhan akan penyediaan pegawai-pegawai
pemerintahan yang murah telah menjadi alasan pemerintahanKolonial untuk mendiirikan sekolah
bagi kaum bumiputra. Dari sekolah-sekolah tersebut oakum bumiputera memiliki akses dalam
pembelajaran menggunakan bahasa Belanda. Dari situlah pada akhirnya bahasa Belanda mulai
banyak dipahami oleh kaum bumiputera. Pada perkembangannya beberapa kata dalam bahasa
Belanda terutama yang berkaitan dengan bisang pemerintahan dipinjam atau digunakan dalam
bahasa Melayu. Peminjaman atau penggunaan tersebut terjadi karena bahasa Melayu tidak
memiliki kata-kata yang bisa menggambarkan dan memiliki kesmaan konsep pada bidang-
12
bidang keilmuan yang diajarkan. Peminjaman kata-kata tersebutlah yang pada sat ini
dikenalsebagai kata serapan dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia.
Selain perkembangan pada penggunaan kata serapan, salah satu perkembangan yang
merupakan pengaruh dari bangsa barat terhadap bahasa Indonesia adalah penggunaan huruf latin.
Sejak awal ketika bahasa Indonesia masih dalam bentuk bahasa Melayu,masyarakat Indonesia
masih menuliskannya dalam huruf jawi, pegon, atau biasa disebut dengan huruf arab.
Penggunaan huruf latin di Indonesia awalnya diinisiasi oleh pemerintahan kolonial Belanda
karena kepentingannya untuk memahami bahasa Melayu dengan lebih mudah dan luas agar
dapat melaksanakan praktik pemerintahan kolonial dengan efektif. Setelah dilakukan latinisasi
maka selanjutnya yang dilakukan oleh bangsa Belanda adalah menerbitkan standard ejaan
kebahasaan Melayu dalam huruf latin. Ini dilakukan agar ada keseragaman dalam tata cara
kepenulisan bahasanya sehingga tidak adakesalahan pemaknaan.
Pada akhirnya penggunaan bahasa Melayu secara latin ditambah dengan adanya kata-kata
serapan dari bahasa Portugis dan Belanda terus mengalami perkembangan hinga pada masa-masa
pergerakan ketika bahasa tersebut diubah namanya menjadi Bahasa Indonesia. Sebagai bahasa
pemersatu Bahasa Melayu sudah menjadi lingua franca di Indonesia sendiri sejak dahulu kala.
Sementara itu penempurnaan-penyenmpurnaan yang dilakukan setelah kemerdekaan hingga saat
ini telah membuat bahasa Indonesia menjadi semakin baik penggunaannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Amal, M Adnan. Kepulauan Rempah-Rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950, (Makassar:
Nala Cipta Litera, 2007).
Anonim, Senarai Kata Serapan Dalam Bahasa Indonesia. 1995. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Dapertemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Handayani, Sri Ana. 2018. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jember: UPT Percetakan dan
Penerbitan Universitas Jember.
Imran, Indiyah. 2005. “Kata Serapan Dalam Bahasa Indonesia”. Prosiding, Seminar Nasional PESAT.
Makmur, Djohan. 199. Sejarah Pendidikan Indonesia Zaman Penjajahan, Jakarta: Proyek Inventarisasi
dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Prinada, Yuda, “Apa Itu Pengertian VOC, Sejarah Kapan Didirikan, dan Tujuannya?”, https://tirto.id/apa-
itu-pengertian-voc-sejarah-kapan-didirikan-dan-tujuannya-gaaG, diakses pada 28 Februari
2021.
Wulandari, Aprilia. 2018. Magnet Indonesia Bagi Eropa. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan
Keaksaraan dan Kesetaraan- Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat-
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
14