Anda di halaman 1dari 17

BAB 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini berjudul “Pengaruh pemberian jus buah naga putih


(Hylocereus undatus) dan buah apel (Rome Beauty) terhadap kadar glukosa darah
penderita diabetes mellitus tipe 2”. Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Rawat
Inap dr. M. Suherman yang terletak di jalan Karimata no. 49 Gumuk Kerang
Sumbersari Jember Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 7 Agustus
– 7 September 2018.
Subjek pada penelitian ini yaitu 40 orang yang terdiri dari 20 orang
kelompok perlakuan dan 20 orang kelompok kontrol. Pengambilan subjek pada
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel
dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu penderita diabetes mellitus yang memiliki
kadar gula darah sewaktu >200 mg/dL, tidak memiliki komplikasi, usia >45
tahun, mengkonsumsi obat antidiabetik tunggal sehari, serta bersedia menjadi
responden dan bersedia mengikuti semua prosedur penelitian. Kriteria eksklusi
pada penelitian ini yaitu pasien yang mendapatkan terapi insulin, serta tidak
mengikuti prosedur penelitian dengan baik. Data 40 orang tersebut didapatkan
dari data rekam medis di Klinik Rawat Inap dr. M. Suherman Sumbersari Jember
yang kemudian dilakukan pengukuran kadar gula darah untuk memastikan bahwa
40 orang tersebut memiliki kadar gula darah yang tinggi. Pengukuran kadar gula
darah ini menggunakan alat ukur gluco check test.
Kelompok kontrol yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelompok
yang tidak diberi jus buah naga putih (Hylocereus undatus) dan buah apel Rome
Beauty (Malus sylvestris Mill). Sedangkan kelompok perlakuan merupakan
responden yang diberi jus buah naga putih (Hylocereus undatus) dan buah apel
Rome Beauty (Malus sylvestris Mill). Jus buah naga dan apel tersebut diberikan
sebanyak 450 ml yang terbuat dari 510 gram buah naga putih serta 225 gram buah
apel Rome Beauty dan ditambahkan air sebanyak 300 ml. Dalam sehari responden
diberi jus buah naga putih dan buah apel Rome Beauty sebanyak 3 kali dalam
sehari dengan kandungan vitamin C sebanyak 37,95 mg yang telah diuji di

43
44

Laboratorium Analisis Pangan Politeknik Negeri Jember. Penelitian ini dilakukan


selama 2 minggu.
Penyajian data meliputi data karakteristik responden yang meliputi usia,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kebiasaaan olahraga, lama menderita
diabetes mellitus, riwayat diabet mellitus, serta data kadar gula darah pre-test dan
post-test pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

4.1 Data Karakteristik Subjek Penelitian


Karateristik dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan,
pekerjaan, kebiasaaan olahraga, lama menderita diabetes mellitus, riwayat diabet
mellitus. Distribusi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut :
4.1.1 Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Kontrol Perlakuan
Karakteristik
(n = 20) (n = 20) Total *p
Responden
n n
Jenis Kelamin
Laki – laki 8 9 17
0,749
Perempuan 12 11 23
Sumber : Keterangan: *p = uji Chi Square, signifikansi α < 0,05
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa lebih banyak perempuan yang
menderita Diabetes Mellitus yaitu sebanyak 23 orang (57,5%) dibandingkan
dengan laki-laki hanyak 17 orang (42,5%). Hal ini sesuai dengan teori yang
menjelaskan bahwa Diabetes Mellitus lebih banyak terjadi pada jenis kelamin
perempuan dibandingkan dengan laki-laki.. Beberapa faktor yang mempengaruhi
tingginya penyakit Diabetes Mellitus pada wanita yaitu menurunnya kadar
hormon esterogen dan metabolisme tubuh seiring dengan peningkatan usia
(Hotma, 2014).
Hasil penelitian Allorerung, dkk (2016) menyatakan bahwa penderita
Diabetes Mellitus berjenis kelamin wanita sebanyak 58,8% sedangkan untuk jenis
kelamin laki-laki yaitu sebesar 41,2 %. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Helyati dan Jelantik (2014) menyatakan bahwa pada kelompok kasus sebagian
45

besar mempunyai jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 32 orang (64%) dan
yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 orang (36%).

4.1.2 Usia
Berikut ini tabel distribusi karakteristik subjek penelitan berdasarkan usia.
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Kontrol Perlakuan
Karakteristik
(n = 20) (n = 20) Total *p
Responden
N N
Usia (tahun)
45-55 tahun 6 9 15
56-66 tahun 12 6 18
0,234
67-77 tahun 2 4 6
78-88 tahun 0 1 1
Keterangan: *p = uji Chi Square, signifikansi α < 0,05
Berdasarkan tabel 4.2 jika dilihat dari segi usia yang paling banyak
menderita Diabetes Mellitus tipe 2 yaitu pada kelompok umur 56-66 tahun. Secara
teori Diabetes Mellitus tipe 2 sering terjadi pada orang dewasa yang berumur
lebih dari 45 tahun, karena pada usia tersebut akan mengalami perubahan anatomi,
fisiologi terkait penurunan fungsi endokrin pankreas dan biokimia. Gangguan
fungsi pankreas ini dapat menyebabkan terjadinya sekresi insulin berkurang
(PERKENI 2015).
Hasil penelitian Helyati dan Jelantik (2014) menyatakan bahwa usia yang
lebih banyak terkena Diabetes Mellitus yaitu pada usia >40 tahun sebanyak 45
orang dan yang memiliki usia <40 tahun yaitu 5 orang.

4.1.3 Data Klinis Subjek Penelitan


Berikut ini data klinis subjek penelitian berdasarkan lama sakit, riwayat
menderita Diabetes Mellitus, dan kebiasaan olahraga.
46

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Menderita


Diabetes Mellitus
Kontrol Perlakuan
Karakteristik
(n = 20) (n = 20) Total *p
Responden
N N
Lama Sakit
<5 tahun 10 9 19
5-10 tahun 8 7 15 0,675
>10 tahun 2 4 6
Keterangan: *p = uji Chi Square, signifikansi α < 0,05
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat dari segi lama menderita daibetes
mellitus paling banyak yaitu < 5 tahun sebanyak 19 orang (47,5%).

Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Riwayat


Diabetes Mellitus
Kontrol Perlakuan
Karakteristik
(n = 20) (n = 20) Total *p
Responden
N N
Riwayat
Ada 10 8 18
Tidak Ada 9 11 20 0,810
Tidak Tahu 1 1 2
Keterangan: *p = uji Chi Square, signifikansi α < 0,05
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat dari segi riwayat keluarga rata-rata
tidak memiliki riwayat keluarga terdapat 20 orang (50%) yang justru tidak
memiliki riwayat keluarga. Terdapat 18 (45%) orang yang memiliki riwayat
menderita diabetes mellitus dari keluarganya, dan 2 (5%) orang tidak tahu
memiliki riwayat diabetes melitus atau tidak.
47

Tabel 4.5 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Kebiasaan


Olahraga
Kontrol Perlakuan
Karakteristik
(n = 20) (n = 20) Total *p
Responden
n N
Kebiasaan Olahraga
Tidak Pernah 7 5 12
<3x Seminggu 6 11 17 0,270
>3x Seminggu 7 4 11
Keterangan: *p = uji Chi Square, signifikansi α < 0,05
Berdasarkan tabel 4.5 dilihat dari segi kebiasaan olahraga rata-rata subjek
penelitian melakukan olahraga <3x dalam seminggu yaitu 17 orang (42,5%), dan
12 (30%) orang tidak pernah melakukan olahraga serta 11 (27,5%) orang
melakukan olahraga >3x dalam seminggu.
Tujuan olahraga adalah untuk meningkatkan kebugaran dan meningkatkan
kepekaan sel sehingga insulin mudah memasukkan glukosa ke dalam sel lebih
besar dari pada energi sel. Dengan berkurangnya glukosa dalam darah maka
insulin yang dibutuhkan untuk mengubah glukosa menjadi glukogen juga
berkurang. Jadi olahraga bukan saja untuk menurunkan berat badan penderita
daibetes mellitus, olahraga juga meningkatkan oksidasi glukosa (Sugiyarti, 2011).
Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan responden rata-rata
responden sudah pernah diukur kadar gulanya sebelumnya. Frekuensi lama
menderita diabetes mellitus ini rata-rata yaitu <5 tahun dengan kisaran kadar gula
darah puasa >126 mg/dL sedangkan untuk kisaran kadar gula darah sewaktu yaitu
>200 mg/dL. Penyebab dari diabetes mellitus ini tidak hanya disebabkan karena
faktor keturunan terdapat beberapa responden yang tidak memliki riwayat
keluarga menderita diabetes mellitus tetapi terdapat 30 orang yang suka
mengkonsumsi makanan manis dan rata-rata responden olahraga yaitu <3x dalam
seminggu selain itu teradapat obat yang dikonsumsi yaitu obat glimepirid.

4.2 Analisa Kadar Gula Darah Pre-Test dan Post-Test Antara Kelomok
Kontrol dan Kelompok Perlakuan
48

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah saat
sebelum pemberian jus buah naga putih dan apel Rome Beauty pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Data kadar gula gula darah sewaktu diuji
normalitas terlebih dahulu dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk yaitu dengan
melihat p value >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi
normal. Hasil uji normalitas dapat diketahui bahwa nilai kadar gula darah sebelum
pemberian jus buah naga putih dan apel Rome Beauty pada kelompok perlakuan
memiliki nilai p value 0,003, dan pada kelompok kontrol memiliki p value 0,012
sedangkan hasil uji normalitas kadar gula darah sesudah pemberian jus buah naga
putih dan apel Rome Beauty pada kelompok perlakuan memiliki nilai p value
0,013, dan pada kelompok kontrol memiliki nilai p value 0,765. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data tersebut tidak normal, maka uji yang digunakan yaitu uji
non parametrik.
Berikut hasil pengumpulan data kadar gula darah sewaktu responden di
Klinik Suherman Jember diperoleh hasil sebagai berikut :
4.2.1 Kadar Glukosa Darah Pre-Test Antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Berikut ini distribusi frekuensi kadar gula darah sebelum mendapat
perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Tabel 4.6 Distrbusi Frekuensi Kadar Gula Darah Pre-Test Antara Kelompok
Kontrol dan Perlakuan
Rerata KGD (mg/dL) Median Min Maks P Value
Kontrol (n=20) 257 180 501
0,787
Perlakuan (n=20) 238 180 533
Keterangan : KGD (Kadar Gula Darah) Uji Mann Whitney dengan P < α (α =
<0,05)
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa nilai tengah kadar gula darah
sebelum perlakuan pada responden kelompok kontrol yaitu 257 mg/dL sedangkan
nilai tengah kadar gula darah pada kelompok perlakuan yaitu 238 mg/dL. Hasil
analisis yang diperoleh yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebelum diberi perlakuan p value =
0,787 (p value >0,05)
49

4.2.2 Kadar gula Darah Sewaktu Post-Test Anatara Kelompok Kontrol dan
Kelompok Perlakuan
Berikut ini distribusi frekuensi kadar gula darah subjek penelitian sebelum
mendapatkan perlakuan.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Post-Test Kelompok
Kontrol dan Kelompok Perlakuan
Rerata KGD (mg/dL) Median Min Maks P Value
Kontrol (n=20) 323 201 573
0,027
Perlakuan (n=20) 200 88 486
Keterangan : KGD (Kadar Gula Darah) Uji Mann Whitney dengan P < α (α =
<0,05)
Berdasarkan tabel 4.7 nilai tengah kadar gula darah sesudah perlakuan
pada kelompok kontrol yaitu 323 mg/dL dan nilai tengah kadar gula darah
sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan yaitu 200 mg/dL. Hasil analisis yang
diperoleh pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sesudah diberikan
perlakuan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan anatara kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan setelah diberikan perlakuan dengan p Value 0,027 (p value <
0,05).
Perbedaan hasil kadar gula darah sesudah perlakuan pada kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pada kelompok perlakuan
diberikan jus buah naga putih dan buah apel Rome Beauty sedangkan pada
kelompok kontrol tidak mengkosumsi jus buah naga putih dan buah apel Rome
Beauty. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhith dan
Setyowati (2014) yaitu tentang pemberian buah apel Rome Beauty terhdapat
penurunan kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus. Berdasarkan uji statistik
didapatkan nilai p value = 0,003 < α = 0,005, yang artinya terdapat pengaruh
pemberian buah apel Rome Beauty terhadap penurunan kadar gula darah penderita
Diabetes Mellitus. Pemberian buah apel Rome Beauty sebanyak 3 kali/hari
sebanyak 100 gr dapat menjadi solusi dalam penurunan kadar gula darah penderita
Diabetes Mellitus.
Penelitian yang dilakukan oleh Siltami (2014) yaitu tentang efek ekstrak
buah naga putih (Hylocereus undatus) terhadap kadar glukosa darah pada mencit
(Mus musculus). Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar glukosa, rerata
50

masing-masing kelompok mencit adalah 185 mg/dl, 287,8 mg/dl, dan 144 mg/dl.
Berdasarkan hasil analisa statistic menunjukkan pemberian ekstrak buah naga
dosis 4,5 gr, 9 gr, dan 18 gr sama efektif dengan pemberian glibenklamid
(p>0,05), dapat disimpulkan bahwa pemberian esktrak buah naga putih mampu
menurunkan gula darah pada mencit diabetes dengan dosis ektrak buah naga yang
paling efektif yaitu 18 gr/kg berat badan setara dengan 250 gr buah naga.

4.3 Analisa Kadar Gula Darah Pre-Test dan Post-Test pada Masing-Masing
Kelompok
Analisa yang digunakan untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah
responden pre-test dan post-test pada masing-masing kelompok yaitu dengan
menggunakan uji Wilcoxon.

350
313.35
300 283.3 283.9

250 238.8

200 Pre Test Post Test


150

100

50

0
Kontrol Perlakuan

Gambar 4.1 Kadar Gula Darah Rensponden Kelompok Kontrol dan Kelompok
Perlakuan
Berdasarkan gambar 4.1 menunjukkan rata-rata kadar gula darah
responden pada kelompok kontrol yaitu pre-test adalah 283,3 mg/dL dan post-test
meningkat menjadi 313,35 mg/dl. Sedangkan rata-rata kadar gula darah pada
kelompok perlakuan pre-test adalah 283,9 mg/dl dan post-test mengalami
penurunan yaitu 238,8 mg/dL. Sehingga diketahui rata-rata kadar gula darah
responden kelompok kontrol mengalami peningkatan sebanyak 30,95 mg/dL dan
51

pada kelompok perlakuan menglami penurunan sebanyak 45,05 mg/dL. Pada


Kelompok perlakuan mengalami penurunan kadar gula disebabkan karena pada
kelompok perlakuan diberikan jus buah naga putih dan apel Rome Beauty yang
mengandung antiokasidan dan vitamin C yang dapat membantu menurunkan
kadar gula darah responden. Kandungan antioksidan dalam 100 gram apel
mempunyai aktivitas setara dengan 1500 mg vitamin C yang membantu insulin
terserap dan memperbaiki sel tubuh yang mengalmi kerusakan (Wulansari, 2009).
Berikut tabel distribusi frekuensi kadar gula darah sewaktu pre-test dan
post-test pada masing-masing kelompok.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Sewaktu Pre-Test Dan
Post-Test Pada Masing-Masing Kelompok
Rerata KGD Pre-test Post-test
Min Maks Min Maks *p
(mg/dL) (Median) (Median)
Kontrol 20
n=20
257 180 501 323 573 0,351
1
Perlakuan
238 180 533 200 88 486 0,023
n=20
Keterangan : KGD = Kadar Gula Darah, Uji Wilcoxon dengan P < α (α = <0,05)
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa respon pada kelompok kontrol
diperoleh nilai kadar gula darah pre-test tertinggi yaitu 501 mg/dL dan kadar gula
darah yang terrendah yaitu 180 mg/dL dengan nilai tengah kadar gula darah yaitu
257 mg/dL. Sedangkan kadar gula darah post-test tertinggi yaitu 573 mg/dL dan
kadar gula darah terrendah yaitu 201 mg/dL dengan nilai rat-rata kadar gula darah
post-test responden yaitu 323 mg/dL.
Nilai pre-test kadar gula responden tertinggi pada kelompok perlakuan
yaitu 533 mg/dL dan nilai kadar gula yang terrendah yaitu 180 mg/dL dengan
rata-rata nilai pre-test kadar gula darah responden yaitu 238 mg/dL. Sedangkan
kadar gula darah post-test perlakuan yang tertinggi yaitu 486 mg/dL dan kadar
gula yang terrendah yaitu 88 mg/dL dengan nilai rata-rata kadar gula darah post-
test perlakuan yaitu 200 mg/dL.
Hasil analisis pada kelompok kontrol menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan anatara kadar gula darah sebelum dan sesudah perlakuan dengan
52

p value 0,351 (p value >0,05). Hal tersebut dikarenakan pada kelompok kontrol
tidak diberikan jus buah naga putih dan buah apel Rome Beauty sehingga
penurunan kadar gula darah hanya sedikit dan tidak ada perubahan yang
signifikan anatara kadar gula darah sebelum dan kadar gula darah sesudah.
Sedangkan hasil analisa pada kelompok perlakuan menunjukan terdapat
perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah sebelum dan sesudah
perlakuan. Pada kelompok perlakuan memiliki nilai p value = 0,023 (P value
<0,05). Perbedaan tersebut dikarenakan pada kelompok perlakuan diberi
perlakuan yaitu mengkonsumsi jus buah naga putih dan buah apel Rome Beauty 3
kali sehari selama 2 minggu.
Hasil penelitian pada kelompok perlakuan menunjukan 20 responden
mengalami perbedaan pada kadar gula darah sebelum dan sesudah mengkonsumsi
jus buah naga putih dan apel Rome Beauty yaitu 5 responden mengalami kenaikan
kadar gula darah dan 15 responden mengalami penurunan kadar gula darah.
Terdapat 10 responden yang mengalami penurunan kadar gula darah hingga
mencapai normal yaitu <200 mg/dL dan 5 responden yang juga mengalami
peurunan tetapi masih >200 mg/dL. Hali ini telah sesuai dengan penelitian
Anthara dan Dharmayudha (2013) menyataan bahwa pemberian ekstrak etanol
buah naga daging putih (H. undatus) 2% dosis (50 mg/kg bb), dosis (100 mg/kg
bb) dan glibenklamid 0,02% 1 ml/kg bb secara signifikan dapat menurunkan
kadar gula darah. Selain itu juga sesuai dengan penelitian Qomariyah (2012)
tentang pemberian jus apel Batu Malang terhadap penurunan kadar gula darah
pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan dosis 150gr/150 ml sebanyak 2
kali sehari yaitu pagi dan sore hari selama 7 hari dapat menurunkan kadar gula
darah penderita Diabetes Mellitus tipe 2.
Berdasarkan hasil wawancara kepada responden sebelum mengkonsumsi jus
pare putih dan apel Rome Beauty responden sering merasa lemas, lapar, buang air
kecil, dan terjadi penurunan berat badan. Hal ini sesuai dengan teori Tandra
(2016) yaitu beberapa keluhan utama penderitat Diabetes Mellitus yaitu sering
buang air kecil, lemas, lapar, dan terjadi penurunan berat badan dalam waktu yang
relatif singkat disebabkan karena lama kelamaan otot tidak mendapatkan cukup
53

gula dan enrgi untuk tumbuh sehingga jaringan otot dan lemak harus dipecah
untuk memenuhi kebutuhan energi. Efeknya berat badan menjadi turun
mensikpun makannya banyak.
Responden pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan memliki
kondisi yang sama yaitu memiliki kadar gula darah >200 mg/dL dan
mengkonsumsi obat antidiabetik tunggal. Pada kelompok kontrol banyak yang
justru kadar gulanya naik. Hal ini disebabkan karena pada kelompok kontrol ada
yang suka mengkonsumsi jenis karbohidrat sederhana seperti cake, sirup, dan juga
masih merokok. Penurunan kadar gula pada 15 orang responden pada kelompok
perlakuan yaitu dipengaruhi oleh obat antidiabetik yang dikonsumsi dan juga
responden mengkonsumsi jus buah naga putih dan apel Rome Beauty disebabkan
karena kandungan vitamin C yang meningkatkan sensitivitas insulin dan dapat
menurunkan kadar glukosa darah. Menurut Winarti (2010), sayuran dan buah-
buahan segar umumnya kaya akan vitamin dan mineral yang baik bagi penderita
Diabetes Mellitus. Vitamin (A, C, E) dan mineral (seng, tembaga, mangan, dan
magnesium) merupakan antioksidan alami yang dapat menangkal radikal bebas
dan secara tidak langsung juga dapat mencegah dan memperbaiki komplikasi
diabetes mellitus. Kenaikan kadar gula darah pada 5 responden pada kelompok
kontrol yaitu disebabkam karena responden suka mengkonsumsi roti manis,
kripik, gula, gorengan.
Fungsi vitamin C bagi tubuh sangat beragam, terutama berkaitan dengan
imunitas tubuh. Selain berperan dalam menjaga imunitas tubuh, vitamin C juga
diperlukan untuk menghambat perubahan gula menjadi sorbitol yang dapat
menimbulkan komplikasi pada penderita Diabetes Mellitus. Bagi penderita
Diabetes Mellitus, vitamin C sangat dibutuhkan. Pada penderita diabetes dengan
kondisi gula darah dan insulin tinggi memiliki imunitas tubuh yang rendah
(Afkhami, 2007; Lingga, 2012).
Menurut Widowati (2008), beberapa mekanisme kerja antioksidan seperti
vitamin C dalam menurunkan kadar glukosa darah yaitu (1) Antioksidan memiliki
kemampuan sebagai astringen yaitu dapat mempresipitasikan protein selaput
lendir usus sehingga menghambat asupan glukosa. Hal ini akan menurunkan laju
54

peningkatan glukosa darah. (2) Antioksidan akan mempercepat keluarnya glukosa


dari sirkulasi darah dengan mempercepat filtrasi dan ekskresi ginjal sehingga
produksi urin meningkat. Peningkatan produksi urin menyebabkan laju ekskresi
glukosa melalui ginjal yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah menurun.
(3) Antioksidan akan mempercepat keluarnya glukosa melalui peningkatan
metabolisme atau memasukkan kedalam deposit lemak. Proses ini akan
melibatkan pankreas untuk memproduksi insulin.

4.4 Analisis Perbedaan Penurunan Kadar Gula Darah Antrara Kelompok


Kontrol Dan Kelompok Perlakuan
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan selisih hasil intervensi
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan saat sebelum dan setelah
pemberian jus buah naga putih dan apel Rome Beauty. Data selisih penurunan
kadar ula darah kemudian dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk yaitu dengan melihat nilai p value > 0,05, maka
dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya data berdistribusi
normal. Hasil uji normalitas diketahui bahwa nilai selisih kadar gula darah pada
kelompok konterol dan kelompok perlakuan setelah perlakuan memiliki nilai p
value 0,237 pada kelompok kontrol, sedangkan pada kelompok perlakuan
memiliki nilai p value 0,307. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut
terdisttribusi normal.
Uji lanjutan yang digunakan untuk mengetahui perbedaan penurunan kadar
gula darah pada kelompok kontrol dan perlakuan yaitu uji Independent sample t-
test dilakukan jika data tersebut berdistribusi normal dan uji Mann-Whitney jika
data tidak berdistribusi normal.
55

Tabel 4.9 Analisis Perbedaan Penurunan Kadar Gula Darah


Kadar Glukosa Darah (mg/dL) Selisih Kadar Glukosa Darah *p
Kontrol (n = 20)
Rerata ± SD -30,05±25,291
0,029
Perlakuan (n = 20)
Rerata ± SD 45,05±21,453
Keterangan *p = Independent sample t-test
Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh pemberian
jus buah naga putih dan apel Rome Beauty terhadap penurunan kadar glukosa
darah dengan p value = 0,029 (p<0,05). Artinya yaitu terdapat perbedaan yang
signifikan pada selisih kadar gula darah antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan. Rata-rata peningkatan kadar gula pada kelompok kontrol yaitu 30,05
mg/dL sedangkan pada kelompok perlakuan rata-rata penurunannya yaitu 45,05
mg/dL. Adanya perbedaan penurunan kadar gula darah pada kelompok kontrol
dan perlakuan dikarenakan pada kelompok perlakuan diberikan jus buha naga
putih dan apel Rome Beauty sebanyak 3 kali sehari dengan dosis sekali minum
yaitu 450 ml diberikan selama 14 hari.
Jus buah naga putih dan apel Rome Beauty yang diberikan pada elompok
perlakuan memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi yaitu 170,775 mg.
Vitamin C juga membantu dalam proses penuruanan kadar gula darah karena
vitamin C dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan dapat menurunkan kadar
glukosa darah oleh karena itu vitamin C mengurangi toksisitas glukosa dan
berkontribusi dalam pencegahan penurunan massa sel beta dan jumlah insulin
(Wulandari dkk, 2012).
Anjuran konsumsi vitamin C untuk penderita Diabetes Mellitus yaitu 500-
3000 mg/hari, 500-1000 mg/hari vitamin C untuk penderita Diabetes Mellitus
tanpa komplikasi. 2000-3000 mg/hari untuk penderita Diabetes Mellitus dengan
komplikasi (Afkhami, 2007; Lingga, 2012).
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa jus buah naga putih dan buah apel Rome Beauty yang diberikan kepada
subjek sebanyak 3 kali sehari dengan dosisi 450 ml diberikan selama 14 hari
dengan kandungan vitamin C sebanyak 170,775 mg memiliki pengaruh dalam
menurukan kadar gula darah pada subjek kelompok perlakuan. Rata-rata
56

peningkatan pada kelompok kontrol yaitu 30,05 mg/dL dan pada kelompok
perlakuan rata-rata penurunan kadar gula darah yaitu 45,05 mg/dL.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhith dan
Setyowati (2014) yaitu tentang pemberian buah apel Rome Beauty terhdapat
penurunan kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus. Berdasarkan uji statistik
didapatkan nilai p value = 0,003 < α = 0,005, yang artinya terdapat pengaruh
pemberian buah apel Rome Beauty terhadap penurunan kadar gula darah penderita
Diabetes Mellitus. Pemberian buah apel Rome Beauty sebanyak 3 kali/hari
sebanyak 100 gr dapat menjadi solusi dalam penurunan kadar gula darah penderita
Diabetes Mellitus.
Penelitian yang dilakukan oleh Siltami (2014) yaitu tentang efek ekstrak
buah naga putih (Hylocereus undatus) terhadap kadar glukosa darah pada mencit
(Mus musculus). Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar glukosa, rerata
masing-masing kelompok mencit adalah 185 mg/dl, 287,8 mg/dl, dan 144 mg/dl.
Berdasarkan hasil analisa statistic menunjukkan pemberian ekstrak buah naga
dosis 4,5 gr, 9 gr, dan 18 gr sama efektif dengan pemberian glibenklamid
(p>0,05), dapat disimpulkan bahwa pemberian esktrak buah naga putih mampu
menurunkan gula darah pada mencit diabetes dengan dosis ektrak buah naga yang
paling efektif yaitu 18 gr/kg berat badan setara dengan 250 gr buah naga.
Penurunan kadar gula darah pada kelompok perlakuan bisa juga
disebabkan karena kandungan flavonoid yang terkandung dalam buah naga yang
cukup tinggi. Flavonid juga berfungsi dalam penurunan kadar gula darah
penderita diabetes mellitus. Flavonoid dapat menurunkan kadar glukosa darah
dengan kemampuannya sebagai antioksidan. Flavonoid bersifat protektif terhadap
kerusakan sel β sebagai penghasil insulin serta dapat meningkatkan sensivitas
insulin. (Panjuantiningrum, 2010)
Penelitian yang dilakukan oleh Puspaati, dkk (2013) membuktikan bahwa
ekstrak etanol buah naga putih dapat mempengaruhi kadar gula darah dan rata-rat
berat badan tikus putih jantan (Rats norvegius) yang diindusi aloksan. Pada
penelitian ini didapatkan bahwa buah naga putih dapat digunakan sebagai penurun
kadar gula darah dan meingkatka berat badan.
57

4.5 Analisis Asupan Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, dan Vitamin C


pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Berikut ini merupakan asupan makan pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan yang meliputi asupan protein, lemak, karbohidrat, serat, dan
vitamin C.
Tabel 4.10 Frekuensi Kategori Asupan Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat,
dan Vitamin C
Kontrol Perlakuan
Kategori Asupan *p
(n = 20) ( n = 20)
Asupan Protein 32,15(20,93-55,53) 31,5(18,66-48,73) 0,946
Asupan Lemak 39,61(19-76,53) 38,01(29,46-61,56) 0,957
Asupan Karbohidrat 118,7(64,5-343,5) 145(100-282,73) 0,38
Asupan Serat 5,3(2,83-23,16) 12,71(8,13-18,93) 0,000
Asupan Vitamin C 13,46(0,9-94,9) 26,8(15,03-43,3) 0,000
Keterangan *p = Mann-Whitney
Berdasarkan tabel 4.10 untuk mengetahui perbedaan asupan antara
kelompok kontrol dan perlakuan sebelumnya dilakukan uji normalitas data
terlebih dahulu. Uji Independent sample t-test dilakukan jika data tersebut
berdistribusi normal dan uji Mann-Whitney jika data tidak berdistribusi normal.
Kategori asupan karbohidrat, serat, dan vitamin C menggunakan uji mann-
whitney karena data tidak berdistribusi normal.
Hasil uji Mann-Whitneypada kategori asupan protein menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan asupan protein pada kelomok kontrol dan kelompok
perlakuan dengan p value = 0,946 (p value >0,05). Sedangkan untuk supan lemak
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dengan p value = 0,957 (p value >0,05).
Hasil uji Mann-Whitney pada kategori asupan karbohidrat menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan asupan karbohidrat pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan dengan p value = 0,38 (p value >0,05). Meskipun tidak
terdapat perbedaan asupan karbohidrat tetapi rata-rata asupan karbohidrat pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan masih kurang.
Hasil Uji Mann-Whitney kategori asupan serat menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan p value =
58

0,000 (p value <0,05). Perbedaan asupan serat ini disebabkan karena asupan serat
pada kelompok perlakuan lebih tinggi dengan rata-rata asupan serat yaitu 12,7
gram, dibandingkan dengan rata-rata asupan serat pada kelompok kontrol hanya
6,31 gram. Meskipun terdapat perbedaan pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan tetapi rata-rat asupan serat dalam sehari masih kurang). Sedangkan
anjuran untuk konsumsi serat yaitu ± 25 gr/hari (PERKENI, 2011). Jenis serat
yang lebih diutamakan adalah serat larut air karena dapat memperlambat
penyerapan glukosa darah sehingga mempunyai pengaruh pada penurunan kadar
glukosa darah.
Hasil uji Mann-Whitney dengan kategori asupan vitamin C menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
dengan p = 0,000 (p value >0,05). Rata-rata asupan vitamin C pada kelompok
perlakuan yaitu 26,8 mg/hari sedangkan pada kelompok kontrol asupan vitamin C
yaitu 13,46 mg/hari.
Adanya perbedaan asupan makanan pada kelompok kontrol dan perlakuan
bukan karena asupan serat dan vitamin yang terkandung dalam jus tersebut
melainkan subjek penelitian juga mengkonsumsi makanan yang menggandung
cukup serat dan vitamin C juga.
Buah naga putih tidak hanya mengandung vitamin C dan serat saja
melainkan terdapat kandungan lain yang terdapat didalamnya. Salah satu
kandungan tersebut yaitu flavonoid. Flavonoid pada buah naga putih cukup tinggi.
Buah naga putih bermanfaat untuk menyeimbangkan kadar gula darah sebagai
antioksidan, mengontrol kolesterol dan asam urat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puspati, dkk (2013)
menyatakan bahwa ekstrak etanol buah naga putih dapat mempengaruhi kadar
gula darah dan rata-rata berat badan tikus putih jantan (Rats norvegius) yang
diinduksi aloksan. Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak etanol buah naga
putih dapat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan berat badan.
Mekanisme flavonoid dalam menurunkan kadar gula darah yaitu dengan
menghambat GLUT 2 mukosa usus sehingga dapat menurunkan absorbsi glukosa.
59

Hal ini menyebabkan pengurangan penyerapan glukosa dan fruktosa dari usus
sehingga kadar glukosa darah turun (Harapan, 2010).
Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan
dalam hal jumlah, jadwal makan, dan jenis makanan. Komposisi jumlah makanan
yang dianjurkan untuk asupan karbohidrat yaitu 45-65% dari total kebutuhan
asupan karbohidrat. Jenis karbohidrat yang dianjurkan yaitu karbohidrat kompleks
yang bersumber dari padi-padaian, umbi-umbian, sayuran, dan buah-buahan.
Sedangkan anjuran untuk konsumsi serat yaitu ± 25 gr/hari (PERKENI, 2011).
Jenis serat yang lebih diutamakan adalah serat larut air karena dapat
memperlambat penyerapan glukosa darah sehingga mempunyai pengaruh pada
penurunan kadar glukosa darah. Anjuran konsumsi vitamin C untuk penderita
Diabetes Mellitus yaitu 500-3000 mg/hari, 500-1000 mg/hari vitamin C untuk
penderita Diabetes Mellitus tanpa komplikasi. 2000-3000 mg/hari untuk penderita
Diabetes Mellitus dengan komplikasi (Afkhami, 2007; Lingga, 2012).

Anda mungkin juga menyukai