43
44
besar mempunyai jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 32 orang (64%) dan
yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 orang (36%).
4.1.2 Usia
Berikut ini tabel distribusi karakteristik subjek penelitan berdasarkan usia.
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Kontrol Perlakuan
Karakteristik
(n = 20) (n = 20) Total *p
Responden
N N
Usia (tahun)
45-55 tahun 6 9 15
56-66 tahun 12 6 18
0,234
67-77 tahun 2 4 6
78-88 tahun 0 1 1
Keterangan: *p = uji Chi Square, signifikansi α < 0,05
Berdasarkan tabel 4.2 jika dilihat dari segi usia yang paling banyak
menderita Diabetes Mellitus tipe 2 yaitu pada kelompok umur 56-66 tahun. Secara
teori Diabetes Mellitus tipe 2 sering terjadi pada orang dewasa yang berumur
lebih dari 45 tahun, karena pada usia tersebut akan mengalami perubahan anatomi,
fisiologi terkait penurunan fungsi endokrin pankreas dan biokimia. Gangguan
fungsi pankreas ini dapat menyebabkan terjadinya sekresi insulin berkurang
(PERKENI 2015).
Hasil penelitian Helyati dan Jelantik (2014) menyatakan bahwa usia yang
lebih banyak terkena Diabetes Mellitus yaitu pada usia >40 tahun sebanyak 45
orang dan yang memiliki usia <40 tahun yaitu 5 orang.
4.2 Analisa Kadar Gula Darah Pre-Test dan Post-Test Antara Kelomok
Kontrol dan Kelompok Perlakuan
48
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah saat
sebelum pemberian jus buah naga putih dan apel Rome Beauty pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Data kadar gula gula darah sewaktu diuji
normalitas terlebih dahulu dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk yaitu dengan
melihat p value >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi
normal. Hasil uji normalitas dapat diketahui bahwa nilai kadar gula darah sebelum
pemberian jus buah naga putih dan apel Rome Beauty pada kelompok perlakuan
memiliki nilai p value 0,003, dan pada kelompok kontrol memiliki p value 0,012
sedangkan hasil uji normalitas kadar gula darah sesudah pemberian jus buah naga
putih dan apel Rome Beauty pada kelompok perlakuan memiliki nilai p value
0,013, dan pada kelompok kontrol memiliki nilai p value 0,765. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data tersebut tidak normal, maka uji yang digunakan yaitu uji
non parametrik.
Berikut hasil pengumpulan data kadar gula darah sewaktu responden di
Klinik Suherman Jember diperoleh hasil sebagai berikut :
4.2.1 Kadar Glukosa Darah Pre-Test Antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Berikut ini distribusi frekuensi kadar gula darah sebelum mendapat
perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Tabel 4.6 Distrbusi Frekuensi Kadar Gula Darah Pre-Test Antara Kelompok
Kontrol dan Perlakuan
Rerata KGD (mg/dL) Median Min Maks P Value
Kontrol (n=20) 257 180 501
0,787
Perlakuan (n=20) 238 180 533
Keterangan : KGD (Kadar Gula Darah) Uji Mann Whitney dengan P < α (α =
<0,05)
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa nilai tengah kadar gula darah
sebelum perlakuan pada responden kelompok kontrol yaitu 257 mg/dL sedangkan
nilai tengah kadar gula darah pada kelompok perlakuan yaitu 238 mg/dL. Hasil
analisis yang diperoleh yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebelum diberi perlakuan p value =
0,787 (p value >0,05)
49
4.2.2 Kadar gula Darah Sewaktu Post-Test Anatara Kelompok Kontrol dan
Kelompok Perlakuan
Berikut ini distribusi frekuensi kadar gula darah subjek penelitian sebelum
mendapatkan perlakuan.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Post-Test Kelompok
Kontrol dan Kelompok Perlakuan
Rerata KGD (mg/dL) Median Min Maks P Value
Kontrol (n=20) 323 201 573
0,027
Perlakuan (n=20) 200 88 486
Keterangan : KGD (Kadar Gula Darah) Uji Mann Whitney dengan P < α (α =
<0,05)
Berdasarkan tabel 4.7 nilai tengah kadar gula darah sesudah perlakuan
pada kelompok kontrol yaitu 323 mg/dL dan nilai tengah kadar gula darah
sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan yaitu 200 mg/dL. Hasil analisis yang
diperoleh pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sesudah diberikan
perlakuan yaitu terdapat perbedaan yang signifikan anatara kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan setelah diberikan perlakuan dengan p Value 0,027 (p value <
0,05).
Perbedaan hasil kadar gula darah sesudah perlakuan pada kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pada kelompok perlakuan
diberikan jus buah naga putih dan buah apel Rome Beauty sedangkan pada
kelompok kontrol tidak mengkosumsi jus buah naga putih dan buah apel Rome
Beauty. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhith dan
Setyowati (2014) yaitu tentang pemberian buah apel Rome Beauty terhdapat
penurunan kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus. Berdasarkan uji statistik
didapatkan nilai p value = 0,003 < α = 0,005, yang artinya terdapat pengaruh
pemberian buah apel Rome Beauty terhadap penurunan kadar gula darah penderita
Diabetes Mellitus. Pemberian buah apel Rome Beauty sebanyak 3 kali/hari
sebanyak 100 gr dapat menjadi solusi dalam penurunan kadar gula darah penderita
Diabetes Mellitus.
Penelitian yang dilakukan oleh Siltami (2014) yaitu tentang efek ekstrak
buah naga putih (Hylocereus undatus) terhadap kadar glukosa darah pada mencit
(Mus musculus). Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar glukosa, rerata
50
masing-masing kelompok mencit adalah 185 mg/dl, 287,8 mg/dl, dan 144 mg/dl.
Berdasarkan hasil analisa statistic menunjukkan pemberian ekstrak buah naga
dosis 4,5 gr, 9 gr, dan 18 gr sama efektif dengan pemberian glibenklamid
(p>0,05), dapat disimpulkan bahwa pemberian esktrak buah naga putih mampu
menurunkan gula darah pada mencit diabetes dengan dosis ektrak buah naga yang
paling efektif yaitu 18 gr/kg berat badan setara dengan 250 gr buah naga.
4.3 Analisa Kadar Gula Darah Pre-Test dan Post-Test pada Masing-Masing
Kelompok
Analisa yang digunakan untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah
responden pre-test dan post-test pada masing-masing kelompok yaitu dengan
menggunakan uji Wilcoxon.
350
313.35
300 283.3 283.9
250 238.8
100
50
0
Kontrol Perlakuan
Gambar 4.1 Kadar Gula Darah Rensponden Kelompok Kontrol dan Kelompok
Perlakuan
Berdasarkan gambar 4.1 menunjukkan rata-rata kadar gula darah
responden pada kelompok kontrol yaitu pre-test adalah 283,3 mg/dL dan post-test
meningkat menjadi 313,35 mg/dl. Sedangkan rata-rata kadar gula darah pada
kelompok perlakuan pre-test adalah 283,9 mg/dl dan post-test mengalami
penurunan yaitu 238,8 mg/dL. Sehingga diketahui rata-rata kadar gula darah
responden kelompok kontrol mengalami peningkatan sebanyak 30,95 mg/dL dan
51
p value 0,351 (p value >0,05). Hal tersebut dikarenakan pada kelompok kontrol
tidak diberikan jus buah naga putih dan buah apel Rome Beauty sehingga
penurunan kadar gula darah hanya sedikit dan tidak ada perubahan yang
signifikan anatara kadar gula darah sebelum dan kadar gula darah sesudah.
Sedangkan hasil analisa pada kelompok perlakuan menunjukan terdapat
perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah sebelum dan sesudah
perlakuan. Pada kelompok perlakuan memiliki nilai p value = 0,023 (P value
<0,05). Perbedaan tersebut dikarenakan pada kelompok perlakuan diberi
perlakuan yaitu mengkonsumsi jus buah naga putih dan buah apel Rome Beauty 3
kali sehari selama 2 minggu.
Hasil penelitian pada kelompok perlakuan menunjukan 20 responden
mengalami perbedaan pada kadar gula darah sebelum dan sesudah mengkonsumsi
jus buah naga putih dan apel Rome Beauty yaitu 5 responden mengalami kenaikan
kadar gula darah dan 15 responden mengalami penurunan kadar gula darah.
Terdapat 10 responden yang mengalami penurunan kadar gula darah hingga
mencapai normal yaitu <200 mg/dL dan 5 responden yang juga mengalami
peurunan tetapi masih >200 mg/dL. Hali ini telah sesuai dengan penelitian
Anthara dan Dharmayudha (2013) menyataan bahwa pemberian ekstrak etanol
buah naga daging putih (H. undatus) 2% dosis (50 mg/kg bb), dosis (100 mg/kg
bb) dan glibenklamid 0,02% 1 ml/kg bb secara signifikan dapat menurunkan
kadar gula darah. Selain itu juga sesuai dengan penelitian Qomariyah (2012)
tentang pemberian jus apel Batu Malang terhadap penurunan kadar gula darah
pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan dosis 150gr/150 ml sebanyak 2
kali sehari yaitu pagi dan sore hari selama 7 hari dapat menurunkan kadar gula
darah penderita Diabetes Mellitus tipe 2.
Berdasarkan hasil wawancara kepada responden sebelum mengkonsumsi jus
pare putih dan apel Rome Beauty responden sering merasa lemas, lapar, buang air
kecil, dan terjadi penurunan berat badan. Hal ini sesuai dengan teori Tandra
(2016) yaitu beberapa keluhan utama penderitat Diabetes Mellitus yaitu sering
buang air kecil, lemas, lapar, dan terjadi penurunan berat badan dalam waktu yang
relatif singkat disebabkan karena lama kelamaan otot tidak mendapatkan cukup
53
gula dan enrgi untuk tumbuh sehingga jaringan otot dan lemak harus dipecah
untuk memenuhi kebutuhan energi. Efeknya berat badan menjadi turun
mensikpun makannya banyak.
Responden pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan memliki
kondisi yang sama yaitu memiliki kadar gula darah >200 mg/dL dan
mengkonsumsi obat antidiabetik tunggal. Pada kelompok kontrol banyak yang
justru kadar gulanya naik. Hal ini disebabkan karena pada kelompok kontrol ada
yang suka mengkonsumsi jenis karbohidrat sederhana seperti cake, sirup, dan juga
masih merokok. Penurunan kadar gula pada 15 orang responden pada kelompok
perlakuan yaitu dipengaruhi oleh obat antidiabetik yang dikonsumsi dan juga
responden mengkonsumsi jus buah naga putih dan apel Rome Beauty disebabkan
karena kandungan vitamin C yang meningkatkan sensitivitas insulin dan dapat
menurunkan kadar glukosa darah. Menurut Winarti (2010), sayuran dan buah-
buahan segar umumnya kaya akan vitamin dan mineral yang baik bagi penderita
Diabetes Mellitus. Vitamin (A, C, E) dan mineral (seng, tembaga, mangan, dan
magnesium) merupakan antioksidan alami yang dapat menangkal radikal bebas
dan secara tidak langsung juga dapat mencegah dan memperbaiki komplikasi
diabetes mellitus. Kenaikan kadar gula darah pada 5 responden pada kelompok
kontrol yaitu disebabkam karena responden suka mengkonsumsi roti manis,
kripik, gula, gorengan.
Fungsi vitamin C bagi tubuh sangat beragam, terutama berkaitan dengan
imunitas tubuh. Selain berperan dalam menjaga imunitas tubuh, vitamin C juga
diperlukan untuk menghambat perubahan gula menjadi sorbitol yang dapat
menimbulkan komplikasi pada penderita Diabetes Mellitus. Bagi penderita
Diabetes Mellitus, vitamin C sangat dibutuhkan. Pada penderita diabetes dengan
kondisi gula darah dan insulin tinggi memiliki imunitas tubuh yang rendah
(Afkhami, 2007; Lingga, 2012).
Menurut Widowati (2008), beberapa mekanisme kerja antioksidan seperti
vitamin C dalam menurunkan kadar glukosa darah yaitu (1) Antioksidan memiliki
kemampuan sebagai astringen yaitu dapat mempresipitasikan protein selaput
lendir usus sehingga menghambat asupan glukosa. Hal ini akan menurunkan laju
54
peningkatan pada kelompok kontrol yaitu 30,05 mg/dL dan pada kelompok
perlakuan rata-rata penurunan kadar gula darah yaitu 45,05 mg/dL.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhith dan
Setyowati (2014) yaitu tentang pemberian buah apel Rome Beauty terhdapat
penurunan kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus. Berdasarkan uji statistik
didapatkan nilai p value = 0,003 < α = 0,005, yang artinya terdapat pengaruh
pemberian buah apel Rome Beauty terhadap penurunan kadar gula darah penderita
Diabetes Mellitus. Pemberian buah apel Rome Beauty sebanyak 3 kali/hari
sebanyak 100 gr dapat menjadi solusi dalam penurunan kadar gula darah penderita
Diabetes Mellitus.
Penelitian yang dilakukan oleh Siltami (2014) yaitu tentang efek ekstrak
buah naga putih (Hylocereus undatus) terhadap kadar glukosa darah pada mencit
(Mus musculus). Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar glukosa, rerata
masing-masing kelompok mencit adalah 185 mg/dl, 287,8 mg/dl, dan 144 mg/dl.
Berdasarkan hasil analisa statistic menunjukkan pemberian ekstrak buah naga
dosis 4,5 gr, 9 gr, dan 18 gr sama efektif dengan pemberian glibenklamid
(p>0,05), dapat disimpulkan bahwa pemberian esktrak buah naga putih mampu
menurunkan gula darah pada mencit diabetes dengan dosis ektrak buah naga yang
paling efektif yaitu 18 gr/kg berat badan setara dengan 250 gr buah naga.
Penurunan kadar gula darah pada kelompok perlakuan bisa juga
disebabkan karena kandungan flavonoid yang terkandung dalam buah naga yang
cukup tinggi. Flavonid juga berfungsi dalam penurunan kadar gula darah
penderita diabetes mellitus. Flavonoid dapat menurunkan kadar glukosa darah
dengan kemampuannya sebagai antioksidan. Flavonoid bersifat protektif terhadap
kerusakan sel β sebagai penghasil insulin serta dapat meningkatkan sensivitas
insulin. (Panjuantiningrum, 2010)
Penelitian yang dilakukan oleh Puspaati, dkk (2013) membuktikan bahwa
ekstrak etanol buah naga putih dapat mempengaruhi kadar gula darah dan rata-rat
berat badan tikus putih jantan (Rats norvegius) yang diindusi aloksan. Pada
penelitian ini didapatkan bahwa buah naga putih dapat digunakan sebagai penurun
kadar gula darah dan meingkatka berat badan.
57
0,000 (p value <0,05). Perbedaan asupan serat ini disebabkan karena asupan serat
pada kelompok perlakuan lebih tinggi dengan rata-rata asupan serat yaitu 12,7
gram, dibandingkan dengan rata-rata asupan serat pada kelompok kontrol hanya
6,31 gram. Meskipun terdapat perbedaan pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan tetapi rata-rat asupan serat dalam sehari masih kurang). Sedangkan
anjuran untuk konsumsi serat yaitu ± 25 gr/hari (PERKENI, 2011). Jenis serat
yang lebih diutamakan adalah serat larut air karena dapat memperlambat
penyerapan glukosa darah sehingga mempunyai pengaruh pada penurunan kadar
glukosa darah.
Hasil uji Mann-Whitney dengan kategori asupan vitamin C menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
dengan p = 0,000 (p value >0,05). Rata-rata asupan vitamin C pada kelompok
perlakuan yaitu 26,8 mg/hari sedangkan pada kelompok kontrol asupan vitamin C
yaitu 13,46 mg/hari.
Adanya perbedaan asupan makanan pada kelompok kontrol dan perlakuan
bukan karena asupan serat dan vitamin yang terkandung dalam jus tersebut
melainkan subjek penelitian juga mengkonsumsi makanan yang menggandung
cukup serat dan vitamin C juga.
Buah naga putih tidak hanya mengandung vitamin C dan serat saja
melainkan terdapat kandungan lain yang terdapat didalamnya. Salah satu
kandungan tersebut yaitu flavonoid. Flavonoid pada buah naga putih cukup tinggi.
Buah naga putih bermanfaat untuk menyeimbangkan kadar gula darah sebagai
antioksidan, mengontrol kolesterol dan asam urat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puspati, dkk (2013)
menyatakan bahwa ekstrak etanol buah naga putih dapat mempengaruhi kadar
gula darah dan rata-rata berat badan tikus putih jantan (Rats norvegius) yang
diinduksi aloksan. Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak etanol buah naga
putih dapat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan berat badan.
Mekanisme flavonoid dalam menurunkan kadar gula darah yaitu dengan
menghambat GLUT 2 mukosa usus sehingga dapat menurunkan absorbsi glukosa.
59
Hal ini menyebabkan pengurangan penyerapan glukosa dan fruktosa dari usus
sehingga kadar glukosa darah turun (Harapan, 2010).
Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan
dalam hal jumlah, jadwal makan, dan jenis makanan. Komposisi jumlah makanan
yang dianjurkan untuk asupan karbohidrat yaitu 45-65% dari total kebutuhan
asupan karbohidrat. Jenis karbohidrat yang dianjurkan yaitu karbohidrat kompleks
yang bersumber dari padi-padaian, umbi-umbian, sayuran, dan buah-buahan.
Sedangkan anjuran untuk konsumsi serat yaitu ± 25 gr/hari (PERKENI, 2011).
Jenis serat yang lebih diutamakan adalah serat larut air karena dapat
memperlambat penyerapan glukosa darah sehingga mempunyai pengaruh pada
penurunan kadar glukosa darah. Anjuran konsumsi vitamin C untuk penderita
Diabetes Mellitus yaitu 500-3000 mg/hari, 500-1000 mg/hari vitamin C untuk
penderita Diabetes Mellitus tanpa komplikasi. 2000-3000 mg/hari untuk penderita
Diabetes Mellitus dengan komplikasi (Afkhami, 2007; Lingga, 2012).