Anda di halaman 1dari 5

BAB V

ANALISA

5.1 Merancang Sistem Pengendalian Persediaan


Dari pratikum merancang sistem pengendalian persediaan dapat di ambil
analisis tentang flowchart. Adapun analisis yang dapat disimpulkan dari
flowchart proses produksi adalah sebagai berikut: Berdasarkan data pratikum
diketahui bahwa PT. Lulus Bersama dalam tahap merancang sistem pengendalian
persedian. Untuk itu, agar lebih memahami tahapan tersebut mulai dari
pemesanan bahan baku hingga produksi digunakan flowchart untuk
menggambarkan kegiatan mulai dari tahapa awal sampai selesai.
Pada PT.Lulus bersama tahapan dalam pembuatan flowchart terdiri dari 7
tahapan yaitu: Production, Forecasting, Procument, Finance, Information system,
Internal Audit. Tujuh tahapan tersebut bekerja saling berkaitan apabila ada
diantara tujuh tahapan tersebut terjadi kesalahan atau kendala dalam PT. Lulus
Bersama maka sistem pengendalian persedian akan tidak stabil atau normal dalam
menjalankan aktifitasnya. Langkah awal dari bagian production adalah memulai
merancag sistem pengendalian persedian PT. Lulus Bersama.
Bagian produksi melakuakn perencanaa terhadap bahan baku dan barang jadi
untuk merancang sisitem persedian yang ada di PT.Lulus Bersama. Langkah akhir
bagian production melakukan pengawasan jumlah barang terhadap keseluruhan
ketersedian di dalam gudang PT.Lulus Bersama, apabila pengawasan jumlah
barang di dalam gudang sedah mendapatkan data atau hasil dari pengawasan
tersebut maka bagian produksi melakukan peramalan penjualan PT.Lulus
Bersama untuk bulan berikutnya.
Dengan menggunakan flowchart dapat mempermudah penjelasan mengenai
tahap kegiatan produksi di PT.Lulus Bersama dari awal merancang sistem
pengendalian persedian sampai akhir kegiatan produksi PT.Lulus Bersama.
Flowchart di bandingkan dengan menggunakan deskripsi dan penjelasan
panjang lebih memudahkan alur kegiatan produksi PT.Lulus bersama.
5.2 Menentukan Tingkat Persediaan
Dari pratikum menentukan tingkat persediaan dapat di simpulkan analisis
grafik dari persedian bumbu, mie kriting dan kardus. Adapun hasil analisisnya
adalah sebagai berikut:
a.Bumbu

Pada grafik bumbu kondisi persediaan bumbu yang disediakan oleh pihak
perusahaan digudang. Untuk mencegah terjadinya kelebihan stock bumbu yang
mengakibatkan tingginya biaya penyimpanan, pihak perusahaa menyediakan
persediaan bumbu paling tinggi sebanyak 9.950 pcs.
Re-order point merupakan kondisi dimana perusahaan harus memesan
barang kembali. Dari grafik tersedut dijelaskan bahwa perusahaan harus
memesan bumbu kembali apabila jumlah bumbu yang ada digudang telah
mencapai 1.950 pcs. Hal ini dilakukan agar kegiatan produksi dapat berjalan
dengan lancar.
Pada saat persediaan mencapai titik IOH yaitu 6.000 set, perusahaan tidak
perlu melakukan pemesanan barang karna persediaan digudang belum
mencapai titik Re-order point. Apabila saat pemesanan barang kepada supplier
terjadi keterlambatan pangiriman barang kepada pihak gudang, maka pada saat
itu pihak produksi dapat menggunakan persediaan safesty stock untuk
diproduksi terlebih dahulu sampai barang pesanan datang. Dimana safesty stock
bumbu perusahaan adalah sebanyak 1,600 pcs.
b. Mie Kriting
Pada grafik Mie Kriting kondisi persediaan mie keriting yang disediakan
oleh pihak perusahaan digudang. Untuk mencegah terjadinya kelebihan stock
mie keriting yang mengakibatkan tingginya biaya penyimpanan, pihak
perusahaan menyediakan persediaan mie kiriting paling tinggi sebanyak 4.490
pcs.
Re-order point merupakan kondisi dimana perusahaan harus memesan
barang kembali. Dari grafik tersebut dijelaskan bahwa perusahaan harus
memesan mie keriting kembali apabila jumlah mie keriting yang ada digudang
telah mencapai 4.320pcs.
Pada saat persediaan mie keriting mencapai titik IOH yaitu 2000 pcs,
perusahaan harus segera melakukan pemesanan mie keriting karna apabila tidak
dilakukan, maka dalam waktu singkat pihak perusahaan akan mengalami
kehabisan stok (stockout) terhadap mie kriting yang akan mengakibatkan
terhentinya kegiatan produksi. Apabila saat pemesanan barang kepada supplier
terjadi keterlambatan pangiriman barang kepada pihak gudang maka pada saat
itu pihak produksi dapat menggunakan persediaan safesty stock untuk
diproduksi terlebih dahulu sampai barang pesanan datang. Dimana safesty stock
mie keriting perusahaan adalah sebanyak 3620 pcs.
c. Kardus
Grafik diatas merupakan kondisi persediaan kardus yang disediakan oleh
pihak perusahaan digudang. Untuk mencegah terjadinya kelebihan stock
kardus yang mengakibatkan tingginya biaya penyimpanan sehingga pihak
perusahaan harus menyediakan persediaan kardus paling tinggi banyak 2.545
pcs.
Re-order point merupakan kondisi dimana perusahaan harus memesan
barang kembali. Dari tabel tersedut dijelaskan bahwa perusahaan harus
memesan kardus kembali apabila jumlah kardus yang ada digudang telah
mencapai 1.148 pcs.
Pada saat persediaan mencapai titik IOH yaitu 1000 pcs, perusahaan harus
segera melakukan pemesanan kardus karna apabila tidak dilakukan maka dalam
waktu yang singkat pihak perusahaan akan mengalami kehabisan stok
(stockout) terhadap kardus. Hal ini akan mengakibatkan terhentinya kegiatan
produksi dan perusahaan akan mengalami kerugian. Apabila saat pemesanan
barang kepada supplier terjadi keterlambatan pangiriman barang kepada pihak
gudang maka pada saat itu pihak produksi dapat menggunakan persediaan
safesty stock untuk diproduksi terlebih dahulu sampai barang pesanan datang.
Dimana safesty stock kardus perusahaan adalah sebanyak 640 pcs.

5.3 Menerapkan Sistem Penegendalian Persediaan


Dari pratikum menerapkan sistem pengendalian persediaan dapat
disimpulkan analisis stock opname adalah sebagai berikut:

Analisis data barang yang termasuk kategori laku, cukup laku dan tidak laku
Untuk barang yang tidak laku maka perusahaan akan mengurangi jumlah
pemesanan barang tersebut kepada supplier agar mengurangi kerugian akibat
adanya barang yang tidak laku, dan untuk barang yang tidak laku yang tersisa di
gudang maka perusahaan sebaiknya membuat suatu diskon dengan balik modal
atau sesuai dengan kebijakan dari perusahaan tersebut.
Untuk barang yang cukup laku sebaiknya perusahaan melakukan sebuah
promosi terhadap barang tersebut agar barang tersebut menjadi lebih laku, dan
bisa juga seperti peningkatan dalam kualitas produk yang akan ditawarkan kepada
konsumen agar konsumen menjadi lebih tertarik terhadap produk tersebut.
Untuk barang yang laku maka perusahaan tidak perlu melakukan suatu
perubahan atau sejeniskan tetapi sebaiknya memperbanyak dalam pemesanan
produk tersebut untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat dari produk
tersebut. Dan memastikan kapan produk tersebut mengalami permintaan yang
banyak.
Analisi data stock opname yang didapatkan dapat diketahui bahwa total
keseluruhan HPS adalah rp 17.460.000, HJS Rp 23.571.000 jumlah persediaan
awal 223, nilai persediaan awal adalah rp 109.900.000, jumlah penjualan adalah
113, nilai perssediaan akhir adalah Rp 75.195.000, jumlah persediaan akhir110,
nilai persediaan akhir adalah Rp 54.200.000, HPP adalah Rp 55.200.000, nilai
profit adalah Rp 19.495.000. Dari data tersebut diperoleh beberapa keterangan
yaitu laku, cukup laku dan tidak laku.
Perencanaan pembelian untuk barang yang laku dan tidak laku, untuk
periode selanjutnya (bulan berikutnya) Setelah diketahui berapa jumlah barang
yang laku dan tidak laku pada suatu produk maka dapat diambil kebijakan dalam
perencanaan pembelian barang yaitu barang yang laku perencanaan pembelianya
lebih di tingkatkan untuk bulan berikutnya. Sedangkan untuk barang yang tidak
laku perencanaan pemebeliaanya dikuranggi untuk bulan berikutnya.
Strategi yang dapat dilakukan untuk barang yang tidak laku adalah dengan
memberikan diskon dengan balik modal, cuci gudang dan dengan promo lain yang
menarik konsumen untuk membeli produk tersebut, agar perusahaan tidak terlalu
rugi terhadap barang yang tidak laku. Dan menguranggi pemesanan untuk barang
yang tidak laku. Setidaknya dengan memberikan promo tersebut perusahaan tidak
terlalu rugi.
Ketersediaan modal yang dimiliki jika dilakuakan penambahan jumlah
pembelian untuk barang yang laku adalah ketersediaan modal yang dimiliki untuk
barang yang laku adalah dengan memakai modal barang tidak laku untuk
penambahan pembelian modal barang yang laku untuk berikutnya.
Efek penambahan pembelian barang yang laku terhdap ketersediaa tempat
penyimpanan adalah tidak ada tempat yang kosong untuk meletakan barang
tersebut, namun dengan cara efek dari penambahan pembelian barang yang laku
terhadap ketersedian tempat penyimpanan adalah dengan menyusun kembali rak-
rak yang mungkin masih memiliki ruang untuk penambahan pemyimpanan barang
atau dengan cara bongkar gudang namun dengan cara tersebut tentunya juga
mendatangkan resiko yaitu bisa jadi barang- barang yang akan di bongkar
mengalami kerusakan.
Penambahan pembeliaan barang saat kondisi gudang yang penuh tentunya
perusahaan juga harus mengeluarkan modal lagi untuk menyimpan barang
tersebut dengan cara menyewa gudang baru dan juga harus menegeluarkan modal
untuk penjaga gudang dan biaya lainya.

Anda mungkin juga menyukai