Anda di halaman 1dari 9

Responsive, Volume 2 Nomor 4 Desember 2019 : 173-181

DAMPAK UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TENTANG PANGAN


TERHADAP KETAHANAN PANGAN INDONESIA
Ahmad Hadi1, Budiman Rusli2, Mohammad Benny Alexandri 3
ahmadhadinasri@gmail.com1, budiman9560@gmail.com2, mohammad.benny@unpad.ac.id3
Program Pasca Sarjana Kebijakan Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran

ABSTRAK
Pangan adalah kebutuhan yang mendasar bagi manusia dan pemenuhannya merupakan hak asasi manusia yang di
jamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 dan negara berkewajiban untuk mewujudkan ketersedian,
keterjangkauan, dan pemenuhan pangan yang cukup, aman, bermutu. Undang – Undang 18 Tahun 2012 Tentang
Pangan adalah kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mewujudkan tugas negara untuk mewujudkan
ketahanan pangan. Artikel ini mencoba untuk memahami bagaimana dampak dari UU 18 Tahun 2012 dalam
menciptakan ketahanan pangan di Indonesia yang dinilai dari pilar ketahanan pangan, yaitu ketersediaan pangan,
akses pangan, pemanfaatan pangan, dan stabilitas pangan. Artikel ini menyimpulkan bahwa kebijakan harus di
revisi dengan memperhatikan pilar pilar ketahanan pangan.

Kata Kunci: Ketahanan Pangan, Kebijakan Pangan, Gizi Buruk

ABSTRACT

Food is a basic need for humans and its fulfillment is a human right guaranteed by the 1945
Constitution and the state is obliged to realize the availability, affordability, and fulfillment of
adequate, safe, quality food. Law 18 of 2012 concerning Food is a policy set by the government
to realize the duty of the state to realize food security. This article tries to understand how the
impact of Law 18 of 2012 in creating food security in Indonesia is assessed from the pillars of
food security, namely food availability, food access, food utilization, and food stability. This
article concludes that policies must be revised by taking into account the pillars of food
security..

Keywords: Food Security, Food Policy, Malnutrition

Pendahuluan .Berdasarkan laporan GHI tersebut Indonesia


berada pada posisi yang serius dan jika
Dalam laporan World Food Programme
dibandingkan dengan negara di ASEAN Indonesia
pada tahun 2016 terdapat 815 Juta orang
hanya lebih baik dari Kamboja dan Laos,
mengalami kelaparan yang meningkat dari tahun
kemudian pada tahun 2018 4 warga Indonesia
sebelumnya yang berjumlah 777 juta orang yang
yang ada di Maluku meninggal karena kelaparan
tersebar di seluruh dunia terutama di negara-negara
hal ini menujukkan bahwa belum seluruhnya
berkembang (FAO,2017). Indeks Kelaparan
masayarakat Indonesia yang mendapatkan
Global pada tahun 2018 menunjukkan bahwa
keadilan pangan.
tingkat kelaparan dan kekurangan gizi di dunia
masuk dalam kategori serius (GHI, 2018)
173
Dampak Undang-Undang Nomor 12 Tentang Pangan Terhadap Ketahanan Pangan Indonesia
(Ahmad Hadi, Budiman Rusli, Mohammad Benny Alexandri)

Pada tahun 2012 ditetapkan Undang- memikirkan bagaimana menciptakan


Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan swasembada pangan yang focus terhadap
yang bertujuan untuk menciptakan ketahanan produksi bahan pangan. Menurut FAO terdapat
pangan atau food security. World Food Summit 4 dimensi didalam ketahanan pangan yaitu
(1996) mendefiniskan ketahanan pangan adalah Ketersedian, Akses, Pemanfaatan, dan
situasi dimana semua orang dapat mimiliki akses Stabilitas (FAO, 2013). Terdapat indicator
makanan yang cukup, aman, dan bergizi untuk untuk mengukur ketahanan pangan seperti
memenuhi kebutuhan makanan mereka untuk ketersedian bahan pokok, prevalensi
mewujudkan kehidupan yang aktif dan sehat. kekurangan gizi, kekurangan berat badan pada
Sedangkan menurut UU 18 Tahun 2012 ketahanan anak-anak dan BMI rendah padang orang
pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi dewasa.
negara sampai dengan perseorangan yang
Untuk ketersedian pangan Berdasarkan
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,
data yang dikeluarkan oleh BPS pada tahun
baik, jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
2018, Indonesia telah mampu meingkatkan
bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
produksi beras dengan jumlah 32,42 juta ton
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan
dengan perkiraan konsumsi beras nasional
budaya masyrakat untuk dapat hidup sehat, aktif,
sebanyak 29,57 juta ton
dan produktif secara berkelanjutan. Dua definisi ini
(https://www.bps.go.id/dynamictable/2019/04/
menyimpulkan empat dimensi dalam ketahanan
15/1608/luas-panen-produksi-dan-
pangan yaitu akses, ketersedian, pemanfaatan, dan
produktivitas-padi-menurut-provinsi-
stabilitas.
2018.html). Hal ini menunjukkan bahwa
Permasalahan kelaparan dan ketahanan
Indonesia telah mampu memenuhi kebutuhan
pangan telah menjadi isu internasional dan masuk
beras dalam negeri dengan surplus 2,85 juta
dalam tujuan pembangunan SDGs poin 2 yaitu
ton.
mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan
pangan dan nutrisi lebij baik dan mendukung Prevalensi kekurangan gizi digunakan
pertanian berkelanjutan. Pada artikel ini akan oleh FAO untuk mengukur tingkat kelaparan
mencoba untuk menganalisis dampak dari dunia, menurut FAO pada tahun 2014-2016
kebijakan pangan yang telah dikeluarkan oleh terdapat 19,4 juta penduduk Indonesia yang
pemerintah Indonesia. mengalami kelaparan menurun dibandingkan
tahun 1990-1992 yang mencapai 35,9 juta
MENGUKUR KETIDAKTAHANAN
penduduk. (http://www.fao.org/indonesia/fao-
PANGAN
in-indonesia/indonesia-at-a-glance/en/). Jika
Ketahanan pangan merupakan sebuah
dibandingkan dengan negara di asia tenggara
konsep yang komplek dan multidimensi.
tingkat kelaparan di Indonesia masih tergolong
Konsep ketahanan pangan tidak hanya
174
Responsive, Volume 2 Nomor 4 Desember 2019 : 173-181

tinggi, indonesia hanya lebih baik jika dibandingkan dengan Thailaind yang memiliki
dibandingkan dengan Laos dan kamboja. score 10,4.

Indikator selanjutnya adalah prevalensi Lembaga internasional seperti FAO,


berat badan pada anak balita atau dapat juga IFPRI menggunakan indicator ini untuk menilai
disebut dengan stunting yaitu masalah kurang tingkat kelaparan dan pencapaian SDGs poin 2
gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya yaitu mengatasi kelaparan dan meciptakan
asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, ketahanan pangan. Pilar utama yang
sehingga mengakibatkan gangguan menentukan ketahanan pangan adalah
pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan (DKP,2009):
anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari
1. Ketersedian Pangan, yakni
standar usianya. Pada tahun 2015 prevalensi
tersedianya pangan secara fisik di
stunting di Indonesia sebesar 36,4% atau 8,8
daerah, yang diperoleh baik dari
juta balita mengalami masalah gizi yang
hasil produksi domestic, impor, atau
berdampak pada pertumbuhan anak dan
perdangangan maupun bantuan
terbesar ke 2 di Asean setelah Laos 43,8%, dan
pangan. Ketersedian pangan
pada tahun 2017 mengalami penurun menjadi
ditentukan dari produksi domestic,
29,6 (Kemenkes, 2018), .Angka ini masih di
jumlah impor, stok pedagang dan
atas ambang batas yang telah ditetapkan oleh
pemerintah serta bantuan.
WHO sebesar 20%. Dengan tingkat penurunan
2. Akses Pangan, yakni kemampuan
saat ini, Indonesia belum berhasil mengatasi
rumah tangga untuk memperoleh
permasalahan gizi pada anak.
cukup pangan, baik yang berasal
Untuk mensederhanakan indicator di dari produksi sendiri, pembelian,
atas maka dapat dihitung denga GHI. Global barter, hadiah, pinjaman, dan
Hunger Index (GHI) dihitung dengan bantuan pangan maupun kombinasi
menggabungkan tiga indikator kelaparan kelimanya. Ketersediaan pangan
(IFPRI, 2013). Tiga indikator tersebut adalah suatu daerah boleh jadi mencukupi
penduduk yang kekurangan gizi, prevalensi akan tetapi mungkin tidak semua
kurang gizi pada anak di bawah lima tahun dan rumah tangga memiliki akses yang
angka kematian pada anak di bawah lima tahun. memadai baik secara kuantitas
Kondisi kelaparan di Indonesia pada tahun maupun keragaman pangan.
2018 dengan skor GHI 21,9 masuk dalam 3. Pemanfaatan pangan, yakni
kategori serius (GHI, 2018). Di Asia Tenggara penggunaan pangan oleh rumah
Indonesia hanya lebih baik jika dibandingkan tangga, dan kemampuan individu
dengan Laos dan Kamboja sangat jauh jika untuk menyerap dan metabolisme
175
Dampak Undang-Undang Nomor 12 Tentang Pangan Terhadap Ketahanan Pangan Indonesia
(Ahmad Hadi, Budiman Rusli, Mohammad Benny Alexandri)

zat gizi. Pemanfaatan pangan juga sanitasi. Menurut Riset Kesehatan Dasar bahwa
meliputi cara pengimpanan, proporsi balita berusia 0 hingga 59 bulan
penglolaan, dan penyiapan makanan dengan gizi buruk pada 2013 mencapai 19,6
termasuk penggunaan air dan bahan persen angka ini meningkat dari 17,9 pesen
bakar selama proses pengolahannya pada 2010, (Kemenkes, 2013). jika dilihat
serta kondisi kebersihan dan berdasarkan provinsi ada 16 provinsi dengan
budaya. proporsi balita gizi buruk diatas rata-rata, dan
didominasi oleh di bagian indonesi timur, ini
Selain 3 pilar diatas, Gross (2000)
menunjukkan ada masalah dalam
menyatakan bahwa terdapat satu pilar yang juga
mendapapatkan akses terhadap makanan. Salah
menjadi pilar ketahanan pangan, yaitu
satu permasalahan dalam mewujudkan
stabilitas, stabilitas merupakan factor penentu
ketahanan pangan di Kawasan Indonesia Timur
yang mempengaruhi ketiga elemen di atas,
adalah masih besarnya potensi masyarakat yang
stabilitas merupakan kemampuan untuk
mempunyai daya beli rendah dan tidak
mendapatkan atau memperoleh pangan
mempunyai akses terhadap pangan
sepanjang waktu.
(Rachmaningsih,2012)
Kekurangan Gizi Pada Anak Indonesia
Tingkat pendidikan kepala keluarga
Dalam hal kekurangan gizi pada anak dan pendidikan ibu berpengaruh terhadap pola
di Indonesia, pada tahun 2015 terdapat 8,8 juta asuh atau perwatan serta kesehatan anak.
balita yang mengalami stunting karena Pendidikan yang rendah menjadi pendorong
kekurangan gizi, jauh lebih buruk jika di munculnya gizi buruk terhadap anak karena
bandingkan dengan negara tengga seperti pendidikan berpengaruh signifikan pada
Malaysia dan singapura, di ASEAN Indonesia pengetahuan masyarkaat terhadap pola asuh
hanya lebih baik dari Laos. Ini merupakan dan kesehatan anak. Pendidikan mempengaruhi
kondisi yang sangat buruk sehingga menjadi isu kualitas gizi anak, ketika pendidikan rendah
internasional maupun nasional dan isu ini maka pengetahuan terhadap kesehatan dan gizi
menjadi perbincang dalam debat pilres 2019. menjadi rendah sehingga konsumsi gizi untuk
anak semakin tidak baik berbalik jika
Kondisi gizi manusia tergantung pada
pendidikan orang tua semakin baik maka
empat factor yaitu akses makanan, perawatan,
semakin kecil resiko anak terkena gizi buruk
kesahatan, dan kebersihan lingkungan termasuk
(Saputra, 2012)
didalamnya sanitasi yang baik. Status gizi
seseorang tergantung pada empat faktor — Factor terakhit yang mempengaruhi
akses ke makanan, perawatan, layanan prevalensi gizi buruk terhadap anak adalah
kesehatan, dan kebersihan lingkungan dan permasalahan sanitasi yang buruk seperti buang

176
Responsive, Volume 2 Nomor 4 Desember 2019 : 173-181

air sembarangan. Masalah sanitasi merupakan mengantikan aturan sebelumnyanya yaitu


masalah lama yang belum terselesaikan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang
Menurut Badan Pusat Statisitk pada tahun 2017 Pangan, pada konsiderannya Undang-Undang
rumah tangga yang memiliki akses sanitasi ini ditetapkan untuk menimbang bahwa negara
yang layak ada 67.89 persen. Berdasarkan data berkawajiban mewujudkan ketersedian,
tersebut masih menyisahkan 32.1 persen rumah keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi
tangga di Indonesia yang tidak memiliki akses pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi
sanitas yang layak. Anak yang tidak mempunya seimbang, baik pada tingkat nasional maupun
akses terhadap sanitasi yang layak maka akan daerah dalam artian bahwa pemerintah wajib
meningkatkan resiko untuk menderita stunting untuk menciptakan ketahanan pangan bagi
1.3 kali lebih tinggi dibandingkan anak yang seluruh rakyat Indonesia sebagai upaya
memiliki sanitasi yang baik ( Adiyanti, 2010). mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas sehingga tidak ada lagi ditemukan
Undang-Undang Pangan Indonesia
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 kasus krisis pangan hingga gizi buruk pada

dikatakan bahwa pemerintahan negara anak-anak Indonesia.

Indonesia di bentuk untuk melindungi segenap


Undang-Undang Nomor 18 Tahun
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
2012 Tentang Pangan, merupakan kebijakan
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
pangan yang yang landasan hokum bagi
umum, dan pada pasal 27 ayat 2 tiap-tiap warga
penyelenggaraan pangan yang mencakup
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
perencanaan pangan, ketersedian pangan,
yang layak bagi kemanusian. Jadi dapat pahami
keterjangkauan pangan, konsumsi pangan dan
bahwa pemerintah Indonesia bertanggung
gizi, keamanan pangan, penelitian dan
jawab untuk mewujudkan terciptanya
pengembangan pangan, kelembagaan pangan,
kesejahteraan bagi rakyat agar mendapatkan
peran serta masyarakat dan pendyedikan yang
penghidupan yang layak, pangan dan gizi
mengamanatkan untuk memenuhi kebutuhan
merupakan kebutuhan dasar manusia dan
dasar manusia yang memberikan manfaat
pemenuhannya merupakan hak asasi manusia
secara adil, merata, dan berkelanjutan.
yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk Undang-undang ini juga
mewujudkan kesejahteraan dan kehidupan mengamanatkan bahwa pemerintah
yang layak. bertanggung jawab dalam peneyediaan dan
penyaluran pangan pokok sesuai kebutuhan,
Untuk pelaksanaan hak rakyat atas
baik bagi masyarakat miskin, rawan pangan dan
pangan, maka di tetapkanlah Undang-Undang
gizi, maupun dalam keadaan darurat unutuk
Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan yang
mengatasi masalah pangan dan krisis pangan
177
Dampak Undang-Undang Nomor 12 Tentang Pangan Terhadap Ketahanan Pangan Indonesia
(Ahmad Hadi, Budiman Rusli, Mohammad Benny Alexandri)

seperti permaslahan kelaparan dan kekurangan


Produksi dan Konsumsi
gizi. Namun dalam kebijakan ini tidak
Beras
dijelaskan bagaimana upaya pemerintah dalam
50
melaksanakan bantuan pangan bagi masyarakat
yang mengalami krisis pangan khususnya bagi
0
2014 2015 2016 2017
masayarakay yang kelaparan dan kekurang gizi.
Produksi Konsumsi
Dampak Undang-Undang Nomor 12 Tahun
melebihi konsumsi nasional atau yang biasa
2012 Tentang Pangan
Ketersediaan pangan adalah kondisi disebut dengan surplus beras.
tersedianya pangan dari hasil produksi dalam
Akses pangan yaitu kondisi
negeri dan cadangan pangan nasional serta
masyarakat untuk memperoleh kebutuhan
impor apbila kedua sumber utama tidak dapat
pangan, biasanya diukur dengan prevalensi
memenuhi kebutuhan. Jadi dalam mewujudkan
kurang gizi dan stunting atau hambatan
ketersedian pangan produksi dalam negeri
pertumbuhan balita dalam populasi.
merupakan prioritas untuk pemenuhan pangan
nasional. Untuk komoditas beras sejak tahun Sumber: Kemenkes, diolah
2014 hingga 2017 terus mengalami
Undang-Undang Nomor 18 tentang
peningkatan.
Pangan belum mampu mengatasi permasalahan
Pravelensi Gizi Buruk dan gizi buruk dan stunting dimana sejak tahun
Stunting
40 2007 hingga 2018 tidak ada perubahan yang
20 signifikan, bahkan angka gizi buruk dan
stunting di Indonesia melebihi ketentuan wajar
0
2007 2013 2018 yang ditetapkan oleh WHO yakni 10% untuk
Gizi Buruk Stunting gizi buruk dan 20% untuk stunting.

Sumber: Badan Pusat Statisitk, diolah Untuk kemampuan akses pangan


Berdasarkan gambar diatas Indonesia bagian timur merupakan wilayah
menunjukkan bahwa Undang-Undang Nomor yang memiliki akses pangan yang sangat butuh
18 tentang Pangan mampu mewujudkan perhatian, provinsi NTT dan Sulawesi Barat
ketersedian pangan dari hasil produksi dalam merupakan provinsi yang memiliki pravelsni
negeri, dimana setiap tahunnya produksi gizi buruk dan stunting yang paling tinggi,
melebihi kebutuhan beras nasional. Jika melihat bahkan pada tahun 2017 angka kematian bayi
data yang dikeluarkan oleh BPS ini benar, dan balita mencapai 1174. Ini merupakan tugas
lantas muncul sebuah pertanyaan besar pemerintah meningkatkan akses pangan demi
mengapa pemerintah masih melakukan impor memenuhi hak pangan warga negara.
beras disaat produksi beras nasional indonesi
178
Responsive, Volume 2 Nomor 4 Desember 2019 : 173-181

Pemanfaatan pangan biasanya diukur kerawanan pangan. Undang-Undang Nomor 18


dengan indikator antropometrik, indicator Tahun 2012 mengamantkan bahwa pemerintah
penentuan status gizi dengan memandingkan memiliki kewajiban untuk menciptakan
berat dengan tinggi, berat dengan usia dan stabilitas pasokan dan harga pangan unutk
tinggi dengan usia. Tujuannya untuk melindungi pendapatan produsen serta menjaga
menghitung penggunaan pangan oleh rumah keterjangkauan konsumen.
tangga dan kemampuan individu untuk
menyerap gizi. Untuk Indonesia, angka
pravelensi status gizi pada balita masih diatas Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
ketentuan wajar WHO dan di ASEAN
Jika dilihat dari gambar diatas dalam
indonesia ada diurutan ke 2 yang paling buruk
rentang 2014-2016 pada setiap tahunnya terjadi
setelah Laos.
peningkatan harga bahan pokok namun tidak
Sumber: katadata.co.id terjadi kenaikan cukup signifikan, pemerintah
melaksanakan tanggung jawab dalam menekan
Pemanfaatan pangan yang baik akan
harga kenaikan pangan dengan mengadakan
menciptakan sumber daya manusia yang
operasi pasar pada saat terjadi lonjakan harga
berkualitas karena kebutuhan gizinya dapat
terpenuhi. Dalam Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2012 Tentang Pangan belum ada
memuat mengenai pemanfaatan pangan.
200000

Stabilitas pangan adalah sebuah


Harga Beberapa Bahan
0 Pangan
Beras Ayam Sapi Telur

2014 2015 2016

yang signifikan.

Kesimpulan

keadaan pangan yang stabil tanpa adanya


Ketahana pangan adalah kondisi terpenuhinya
pengaruh yang kekurangan atau keebihan
pangan bagi negara sampai dengan perseorangan
pangan sehingga ada kemampuan masyarakat
yang tercermin dari tersedianya pangan yang
untuk membeli pangan, lonjakan inflasi akan
cukup, baik, jumlah maupun mutunya, aman,
mempengaruhi harga pangan kemudian akan
beragam, bergizi. Menurut FAO ada 3 indikator
memengaruhi status ketahanan pangan rumah
untuk mengukur ketahanan pangan, dilihat dari
tangga dan mendorong mereka ke dalam
3 indikator tersebut Indonesia dalam kondisi
kemiskinan dan akibatnya muncul kondisi
ketidaktahanan pangan dimana masih
179
Dampak Undang-Undang Nomor 12 Tentang Pangan Terhadap Ketahanan Pangan Indonesia
(Ahmad Hadi, Budiman Rusli, Mohammad Benny Alexandri)

tingginya tingkat kelaparan dan gizi buruk pada Dewan Ketahanan Pangan. (2009). Peta
balita, meskipun dalam produksi beras yang Ketahanan dan Kerentanan Pangan
Indonesia. Jakarta:Dewan Ketahanan
mencukupi. Dalam indek GHI Indonesia
Pangan BKP
merupakan negara yang terburuk ke 2 di asia
FAO. (2013). The State Of Food Insecurity In
tenggara. Untuk menciptakan ketahan pangan
The World.
seusai dengan kewajiban negara untuk Dari http://www.fao.org/3/i3434e/i34
menjamin setiap warga negara untuk 34e00.htm (diakses 10 Mei 2019)
mendapatkan pangan yang layak ini sesuai FAO, IFAD, UNICEF, WFP and WHO. (2017).
dengan UUD 1945 yakni warga negara berhak The State of Food Security and
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak Nutrition in the World 2017.
Dari http://www.fao.org/3/I9553EN/i
bagi kemanusian, maka pemerintah 9553en.pdf (diakses 10 Mei 2019)
mengeluarkan Undang-Undang Nomor 12
IFPRI (2013). Global hunger index: The
Tahun 2012 Tentang Pangan. Jika dinilai
challenge of hunger:Building
berdasarakan pilar ketahanan pangan, 2 pilar resilience to achieve food and
menjadi perhatian khusus bagi pemerintah yaitu nutrition security. Bonn,
Washington, DC, and Dublin:
untuk akses pangan diamana belum adanya
Welthungerhilfe, International Food
kemudahan dan pemerataan akses pangan Policy Research Institute, and
terutama bagi Indonesia bagian timur dan Concern Worldwide.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Gross R.(2000). The Four Dimensions of Food
Tentang Pangan belum mengatur bagaimana and Nutrition Security:Definitions
and Concepts. Switzerland : UN
pemanfaatan pangan dimana tingginya
pravelensi gizi buruk pada anak. Untuk Klaus von Grebmer, Jill Bernstein, et al. (2018).
Global Hunger Index : Forced
ketersedian pangan Indonesia, produksi dalam
Migration And Hunger.
negeri telah mencapai surplus namun Dublin:Concern Worldwide
pemerintah belum mempriortaskan potensi
Kemenkes. (2018). Situasi Balita Pendek
pertanian dalam negeri. Yang terakhir stabilitas (Stunting) di Indonesia.
pangan yang mengalmi kenaikan namun tidak
Kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar.
secara signifikan.
Dari
http://www.depkes.go.id/resources/d
ownload/general/Hasil%20Riskesdas
Daftar Pustaka
%202013.pdf
Adiyanti, Maya. (2014). Pola Asuh Gizi,
Rachmaningsih, Triana. (2012). Ketahanan
Sanitasi Linkungan, Dan Pangan di Kawasan Timur Indonesia.
Pemanfaatan Posyandu Dengan Jurnal Ekonomi dan Pembangunan
Kejadian Stunting Pada Baduta Di Indonesia
Indonesia

180
Responsive, Volume 2 Nomor 4 Desember 2019 : 173-181

Saputra, Wiko. (2012). Faktor Demografi dan from


Risiko Gizi Buruk dan Gizi Kurang http://www.fao.org/wfs/index_en.ht
Makara Kesehatan. 2012;16(2):95- m/ (akses 10 Mei 2019).
101.
Undang-Undang Nomor 18 tentang Pangan
World Food Summit (1996). Rome declaration
on World FoodSecurity. Retrieved

181

Anda mungkin juga menyukai