III
Untuk meneropong masa depan berawal dari membangun pola pikir. Ada
banyak hal, termasuk tantangan, pilihan dan menentukan arah sesuai
keinginan
melihat masa depan. Pakar psikologi Howard Gardner menuangkan ide dalam
bukunya ‘Five Mind for the Future’,melaui uraian tentang teori kecerdasan
majemuk yang dia paparkan melalui serangkaian riset.Secara garis besar ada
lima hal yang menjadi pertimbangan;
Pertama, mulai dari pikiran yang disipilin.Artinya berangkat dari suatu
perilaku yang mencirikan disiplin ilmu, keterampilan pada suatu profesi.Sebut
saja ketika seorang warga Negara menjadi PNS, maka menguasai ilmu dan
ketentuan yang berlaku dalam bidang pekerjaannya merupakan hal penting
sebagai pekerja profesional.
Kedua, pikiran yang dapat menyerap berbagai informasi dari beragam
sumber.Kemudian memahami dan meraciknya menjadi suatu pengetahuan
yang baru.Inilah sentesa penting ketika banjir informasi mengalir. Tanpa bisa
melihat perioritas informasi yang menjadi kebutuhan, maka akan tenggelam
dan tergelincir dalam lautan informasi.
Ketiga, pikiran yang mencoba membentangkan pertanyaan tak terduga,
termasuk memaparkan cara berpikir baru. Pola pikir inilah yang akan membuat
kita mampu berpikir secara lateral dan bukan sekedar berpikir linear
mengikuti jalur konvensional yang acap hanya akan membuat kita stagnan.
Bergerak maju, progresif, demi terciptanya sejarah hidup yang positif dan
bermakna.
Empat, pola pikir menyambut perbedaan pandangan dengan sukacita,
dan bukan dengan sikap saling curiga. Sebuah pola pikir yang akan membuat
kita terhindar dari anarki akibat pemaksaan kepentingan. Sebuah pola pikir
yang senantiasa mengajak kita untuk merayakan keragaman pandangan dan
sekaligus menghadirkan empati.
Kelima.pola pikir etis. Inilah pola pikir yang membujuk membangun
kemuliaan dan keluhuran dalam kehidupan personal dan profesional kita. Sebab
pada akhirnya, bagaimana mungkin menjadi ‘terbaik’ jika pola pikir masih
berselimut dengki, cemburu, sok tahu dan merasa hebat
B. Proses Terbentuknya Pola Pikir
Bagaimana pola pikir itu terbentuk tergantung dari proses terjadinya pola pikir
itu sendiri. Ada 2 (dua) proses yang membentuk pola pikir yaitu:
1. Bersumber dari keturunan secara genetika.
Seorang anak pasti mewarisi watak dari kedua orang tuanya, dan terkadang
dominan ke salah satunya saja, contohnya anak lelaki mewarisi cara berpikir
ayahnya, sedangkan anak perempuan biasanya mewarisi cara berpikir
ibunya yang lembut dan penuh dengan kasih.
Disamping itu, pola pikir terbentuk karena “Imprint”. “Imprint” adalah peristiwa
masa lalu yang sangat membekas. Imprint dapat bersifat positip maupun
negatip (International Thinking Training & Consultancy, Mind Setting)
“Imprinting” (penanaman, pencapan) yaitu “satu reaksi tingkah laku yang
diperoleh orang selama usia masih sangat muda dalam kehidupan”. (J.P.
Chaplin dalam Kartini Kartono, kamus lengkap psikologi, 2001)
“Imprint” sangat mempengaruhi “Pola Pikir dan Kinerja” seseorang. Contoh:
seseorang bijaksana atau rajin bekerja. (tergantung imprint-nya selama ini).
“Imprint” bisa berubah (tergantung pada individu yang bersangkutan). Selain
itu faktor “lingkungan” juga sangat mempengaruhi pola pikir seseorang,
terutama “lingkungan keluarga” di mana seseorang dibesarkan.
2. Bersumber dari proses sosial
Anda mungkin tahu kalau Tarzan yang seorangmanusia namun kelakuannya
seperti monyet, itudikarenakan dia dididik di lingkungan monyet.Jika anda
hidup di lingkungan preman, maka bersiapsiaplah anda menjadi preman, jika
anda hidup dilingkungan orang orang yang saleh dan taat beragama. Jika
ada pertanyaan tentang bagaimana caranya supaya karirkita bisa
sukses?Maka jawabannya sederhana yaitu“Bergaulah dengan orang-orang
yang sukses”.Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa, pergaulan sangat
berpengaruh kepada sifat kepribadian dan caraberpikir kita.
Memangtidak bisa dipungkiri ada beberapa orang yang sanggup melawan
arus, dimana dia mampu menentang segalapengaruh yang berusaha
membujuk dia, seperti misalnya seseorang yang saleh hidup di lingkungan
yang bermoral rusak, namun dia masih sanggup bertahan. Semuanya itu
juga berpengaruh positif untuk “peremajaan pikiran” agar lebih kuat dalam
melawan arus, terlebih lebih zaman sekarang ini banyak sekali hal hal negatif
yang bisa merusak pikiran anda, bagaikan virus yang menjangkit di tubuh
anda, anda tidak akan sadar betapa cepatnya semuanya itu berjalan, anda
akan sadar ketika cara berpikir anda sudah membuahkan hasil, apakah
ituhasil yang baik maupun buruk.
mampu melihat atau peduli akan keberhasilan kita karena kita memilih untuk
hanya melihat pada kegagalan kita.
Pola pikir bergantung pada orang lain. Kita sangat ingin untuk bebas tapi
dilain pihak kita merasa bahwa hanya orang lain yang dapat menyelamatkan
kita. Kita berpikir bahwa mereka mencintai kita karenamereka telah
menyelamatkan kita. Kita merasa takut kehilangan hubungan baik yang telah
lama dibina. Kita mendambakan kebebasan tapi kita sangat merasa tidak aman
jika tidak bergantung pada mereka; takut mereka akan menelantarkan kita.
Pola pikir "saling membutuhkan".Kita memfokuskan diri untuk mencintai
orang lain dan membuat orang yang dicintai menjadi bergantung pada kita
dengan mencurahkan segala perhatian dan perasaan cinta kita kepadanya.
Yang dicintai merasa orang lain tidak dapat mencintai-nya kecuali kita.
Pada akhirnya orang yang kita cintai merasa tidak berdaya. Ada orang
dengan pola pikir membenci diri sendiri/suka melukai diri sendiri. Kita membuat
diri kita sendiri menjadi seorang pesimis lalu melakukan hal yang sama pada
orang lain. Tetap bertahan untuk tidak merubah diri bahkan mempengaruhi
orang lain dengan cara menakut-nakuti bahwa akan ada sesuatu yang
berbahaya apabila kita keluar dari pola pikir yang lama.
Pola pikir birokrat/dogmatik, memaksakan kehendaknya untuk mengikuti
aturan dan merasa kita yang paling tahu segalanya.Tapi kita juga dapat
mempunyai pola pikir yang baik dan konstruktif.Kita dapat memiliki pola pikir
yang optimistis.Kita percaya bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin.
Semua dapat dilakukan secara bertahap, biar lambat asal selamat maka kita
akan berhasil melakukan sesuatu yang teramat sulit. Kita juga dapat memilih
pola pikir seorang yang realistis. Dapat mengalahkan rasa takut dan hal-hal
negatif dan melihat sesuatu tanpa menggunakan emosi lalu membuat rencana
secara bertahap dengan penuh rasa percaya diri.
Pola pikir Taoisme. Bahwasanya hitam tidak selalu jelek dan putih tidak selalu
baik. Sesuatu yang jelek dapat sangat bermanfaat jika ada pada situasi yang
tepat. Bahwa sesuatu yang kelihatan-nya baik, mungkin dapat mencelakakan
kita. Selalu berada dijalur tengah, berjalan dengan sendirinya tanpa diatur
tanpa emosi, menerima apa adanya tanpa penyesalan. Ini merupakan cara
terbaik untuk meraih kebahagiaan. Yang perlu kita pikirkan atau kuatirkan
adalah saat sekarang ini, menit ini, detik ini, bukan kemarin ataupun esok hari.
Semua langkah kita dapat dilakukan dengan benar jika kita tidak merasa putus
asa dan tidak terlalu memikirkan hal-hal menakutkan yang belum terjadi atau
memikirkan bahwa kita akan gagal. Jika kita dapat memfokuskan diri kita pada
saat sekarang maka kita akan dapat jauh lebih sukses.
Pola pikir seorang yang mandiri. Tidak terlalu memikirkan perasaan orang
lain sehingga orang lain dapat merasa bebas. Kita semua dapat menggali
kemampuan diri secara bertahap sesuai kemampuan masing-masing tanpa
harus mempunyai perasaan bersalah, rasa malu ataupun rasa terbebani. Setiap
saat kita dapat menentukan pilihan untuk merubah pola pikir apakah kita akan
tetap dengan pola pikir yang positif atau pola pikir yang negatif. Pola pikir yang
merusak diri ternyata dapat dirubah sehingga kita dapat bekerja dengan lebih
baik, dapat menguatkan sesama, pemaaf, mandiri, dapat mengekspresikan diri
dan punya cita-cita.
D. Konsep Diri Aparatur Sipil Negara
Aparatur Sipil Negara dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
menyebutkan bahwa Aparatur Sipil Negara adalah profesi bagi pegawai negeri
sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah. Dan selanjutnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai
ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan. (pasal 1 ayat 3 UU Nomor 5/2014).
Konsep diri ASN tercermin dalam bentuk acuan norma dan aturan yang berlaku
dalam menjalankan fungsinya sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik; dan perekat dan pemersatu bangsa, sehingga dapat menjalankan
tugasnya melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Bagi anda sebagai calon Pegawai Negeri Sipil yang merupakan bagian dari
profesi Aparatur Sipil Negara tentunya harus menjadi sosok Pegawai yang
selalu konsisten mengikuti aturan yang telah digariskan sesuai dengan
perundangan yang berlaku. Kode etik dan kode perilaku yang telah dijelaskan di
atas akan menggambarkan konsep diri ideal sosok PNS, konsep diri PNS
terbentuk melalui proses belajar dan pengalaman yang terus menerus dan
berkesinambungan. Konsep diri yang positif akan membentuk kebiasaan dalam
bekerja secara efektif.
Oleh karena itu PNS akan selalu mengedepankan konsep diri yang positif.
Adapun konsep diri positif PNS antara lain dengan menunjukan sikap perilaku
(1) bekerja sebagai Ibadah, (2) menghindari sikap tidak terpuji, (3) bekerja
profesional, (4) meningkatkan kompetensi dirinya secara terus menerus, (5)
bertindak sebagai pelayan masyarakat, (6) Bekerja berdasarkan peraturan yang
berlaku, (7) bersikap terbuka dan realistis sehingga tidak rentan terhadap
perubahan, (8) mampu bekerja dalam tim, dan (9) Bekerja secara profesional.
Saya yakin anda pernah, hampir setiap orang pernah mengalami krisis
kepercayaan diri dalam rentang kehidupannya, sejak masih kanak-kanak hingga
dewasa bahkan sampai usia lanjut. Hilangnya rasa pede tentu menjadi
sesuatu yang sangat mengganggu, terlebih ketika dihadapkan pada tantangan
ataupun situasi baru. Ada yangberkata: "Kok saya tidak seperti dia,...yang
selalu percayadiri...rasanya selalu saja ada yang kurang dari diri
saya...saya malu menjadi diri saya! ”Berikut hal yang dapat kamu pikirkan
tentang perbedaan orang yang percaya diri dan tidak percaya diri, tapi ingat
jangan sampai memiliki rasa percaya diri yang berlebihan (narsisme).
a. Pemikir simple.
Mereka punya rumus terkenal :
Problem x 0 = No Problem
Biasanya orang dengan model berpikir seperti ini setiap saat selalu
kelihatan ceria tanpa beban meskipun ada masalah, karena semua
permasalahan hidup dia buat sesimple mungkin tanpa mau ambil pusing.
Seperti misalnya jika dia kehabisan duit, dia akan berprinsip “Ah…gak
punya duit juga masih bisa hidup kok, santai aja….”Tapi tak jarang orang
dengan prinsip seperti ini karirnya juga disitu situ saja, alias tidak
berkembang, tapi untungnya biasanya mereka hidup awet muda dan
umurnya juga panjang.
b. Pemikir akurat/teliti.
Berlawanan dengan pemikir simple tadi, orang dengan kategori seperti ini
biasanya selalu kelihatan gelisah, stress dan selalu penuh dengan
perhitungan.Jika ada permasalahan akan dikalikan dengan nilai X,
besarnya nilai X selalu berubah ubah. Anda tidak akan bisa menang
berdebat dengan orang seperti ini,karena satu pertanyaan simple dia bisa
jabarkan menjadi berlembar-lembar jawaban yang sangat detail dan akurat.
Tak jarang orang seperti ini penuh dengan tekanan dalam berpikir dan juga
biasanya cepat mati.
c. Pemikir Optimis.
Selalu optimis dengan apa yang dia lakukan atau yang direncanakan. Tidak
pernah putus asa meskipun mengalami kegagalan, dari mulutnya hampir
tidak pernah kata kata mengeluh tentang kehidupannya, keuangannya,
asmaranya, ataupun masa depannya.Yang ada di pikirannya hanya satu
“Saya pasti bisa”. Dari sekian banyak orang sukses, kebanyakan dari
mereka adalah pemikir positif.
DAFTAR BACAAN
1. Avis, Warren, 1986, Take A Chance To Be First (Eds.,) Indonesia Meraih Peluang
Menjadi Yang Pertama. Mutiara Utama Indonesia.
2. Bell, Chip R., 1996, Customers as Partners (Eds.,) Indonesia 1997, Pelanggan
Sebagai Mitra Usaha Menjalin Hubungan Yang Abadi, Profesional Books,
Indonesia.
3. David Farnham dan Sylvia Horton, 1993, Managing the New Public Services,
Macmillan, London
4. Gaspersz, Vincent (Eds.,) Indonesia, Manajemen Kualitas;Penerapan Konsep-
konsep Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total, Gramedia, Indonesia.
5. Fisip-UI, 1994, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Nomor 3, Jakarta;
6. Hopson, Barrie & Scally Mike, 1991, 12 Steps to Success Through Service,
Lifeskills Communications Ltd.
7. Patricia W. Ingraham, Barbara S. Romzek & Associates, 1994, New paradigm for
Government-Issues for the Changing Public Service, Jossey Bass Publisher, San
Francisco
8. Senge, P. (1990). The Fifth Discipline. New york: Doubleday/ Currency.
9. Sugiarto, Endar, 1999, Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa, Gramedia,
Jakarta.
10. Taufik Bahudin, Braintware Management, Generasi Ke lima Manaement SDM,
Elek Media Komputindo, Jakarta, Desember 2003
11. Walker, Dennis, 1996, Customer First (Eds.,), Indonesia, 1997, Mendahulukan
Pelanggan, Strategi untuk Memberikan Pelayanan Bermutu.
12. William James, Father of America psychology, artikel 10 Agustus 2008
13. Yeheskel Hasenfeld, 1983, Human Service Organizations, Printice- Hall Inc,
New Jersey.
42