Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN 2

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Prak. Fitokimia yang di
ampu oleh :
Ibu. Lilik Sulastri, M.Fam.

Disusun oleh :

Nabila Desnira Heryana 18010173


Ramdan Fitra Jaya 18010179

Tanggal Praktikum : 30 Januari 2020

Program S1 Farmasi Reguler Khusus

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI

BOGOR

1
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………..……,,,,,,,………3


1.2 Tujuan Praktikum……………………………………………….……………4

BAB II DASAR TEORI

2.1Tanaman(morfologi,khasiat,kandungan)………………………...…………..5

2.2 Metabolit sekunder (alkaloid,flavonoid,tannin,saponin)……………..……..8

2.3 Aktivitas (antioksidan,kolestrol)………………………………...……….…10

BAB III METODE KERJA

3.1 Alat dan bahan………………………………………………………………14

3.2 Cara Kerja………………………………………………………...…………15

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan……………………………………………...……........…….…21

5.2 Saran……………………………………………………..………………….21

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Antioksidan merupakan molekul yang mampu memperlambat atau


mencegah proses oksidasi molekul lain.Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat
menghasilkan radikal bebas, sehingga memicu reaksi berantai yang dapat merusak
sel. Antioksidan seperti tiol atau asam askorbat (vitamin C) mengakhiri reaksi
berantai ini. Untuk menjaga keseimbangan tingkat oksidasi, tumbuhan dan hewan
memiliki suatu sistem yang kompleks dari tumpangsuh antioksidan, seperti
glutation dan enzim (misalnya: katalase dan superoksida dismutase) yang
diproduksi secara internal atau dapat diperoleh dari asupan vitamin C, vitamin A
dan vitamin E.

. Antioksidan secara nyata mampu memperlambat atau menghambat


oksidasi zat yang mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah.
Antioksidan juga sesuai didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi
sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan
penyakit, radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor
eksternal lainnya. Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil karena memiliki
elektron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam
makromolekul biologi.Protein lipida dan DNA dari sel manusia yang sehat
merupakan sumber pasangan elektron yang baik. Kondisi oksidasi dapat
menyebabkan kerusakan protein dan DNA, kanker, penuaan, dan penyakit
lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan adalah senyawa
golongan fenolik dan polifenolik.

Senyawa-senyawa golongan tersebut banyak terdapat di alam, terutama


pada tumbuh-tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal
bebas.Antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan, antara lain
vitamin E, vitamin C, dan karotenoid. Antioksidan banyak digunakan dalam

3
suplemen makanan dan telah diteliti untuk pencegahan penyakit seperti kanker
atau penyakit jantung koroner. Meskipun studi awal menunjukkan bahwa
suplemen antioksidan dapat meningkatkan kesehatan, pengujian lanjutan yang
lebih besar termasuk beta-karoten, vitamin A, dan vitamin E secara tunggal atau
dalam kombinasi yang berbeda menunjukkan bahwa suplementasi tidak
berpengaruh pada tingkat kematian.

Uji klinis acak konsumsi antioksidan termasuk beta karoten, vitamin E,


vitamin C dan selenium menunjukkan tidak ada pengaruh pada risiko kanker atau
mengalami peningkatan risiko kanker. Suplementasi dengan selenium atau
vitamin E tidak mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Dengan contoh-
contoh ini, stres oksidatif dapat dianggap sebagai penyebab atau konsekuensi dari
beberapa penyakit, merangsang pengembangan obat senyawa antioksidan
potensial untuk mengobati penyakit. Antioksidan memiliki banyak kegunaan
industri, seperti pengawet dalam makanan dan kosmetik serta untuk mencegah
degradasi karet dan bensin.

Daun teh hijau (Camellia sinensis) memiliki kemampuan sebagai


antioksidan. Penelitian ini bertujuan menentukan kapasitas antioksidan fraksi
teraktif ekstrak daun teh hijau menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-
pikrilhidrazil) dan voltammetri siklik. Ekstrak kasar metanol memiliki aktivitas
antioksidan lebih besar dibandingkan ekstrak aseton. Ekstrak metanol
difraksionasi dengan kromatografi lapis tipis preparatif (KLTp) menghasilkan 10
fraksi. Di antara 10 fraksi, fraksi 2 merupakan fraksi teraktif antioksidan karena
memilki persentase inhibisi terbesar dibandingkan fraksi lain ketika diukur
dengan metode DPPH, yaitu 74.78%. Begitu pun, metode voltammetri siklik
menunjukkan bahwa fraksi 2 memiliki kapasitas antioksidan terbesar yang terlihat
pada voltammogram daerah anode, yaitu 2.2710μA.s. Berdasarkan uji fitokimia,
fraksi teraktif mengandung senyawa flavonoid dan tanin

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui uji aktivitas antioksidan di sampel air
the, air yakon, dan air stevia dengan metode dpph dengan ic 50 dengan kadar
bahan baku yang standar yang dinyatakan dengan persen (%b/b)

4
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Morfologi Tanaman

Menurut Kitab Herbal Nusantara teh yang memiliki klasifikasi sebagai


berikut:

 Kingdom : Plantae
 Divisi : Magnoliophyta
 Kelas : Magnoliopsida
 Ordo : Theales
 Famili : Theacae
 Genus : Cammellia
 Species : Cammellia sinensis

Morfologi Tanaman Teh

Setelah mengetahui mengenai klasifikasinya. Selanjutnya kita akan


membahas mengenai morfologi dari bagian-bagian tanaman teh. Dalam
pertumbuhannya daun teh sebenarnya mengalami 2 fase yaitu fase aktif dan
jumlah keseimbangan. Selain itu ada juga beberapa informasi unik lainnya yang
ada dan hanya dilakukan oleh tanaman teh saja. Berikut ini akan kita bahas secara
lengkap :

1. Morfologi Akar

Morfologi pertama datang dari bagian akar teh. Bagi beberapa orang yang
senang untuk meminum teh ataupun memanen teh, pasti tahu bagaimana bentuk
dari akar tanaman ini. Perakarannya yaitu jenis tunggang dengan cabang yang
jumlahnya hanya sedikit saja Tetapi tanaman yang memiliki perakaran yang
dangkal dan juga cukup peka sehingga dapat membantu tanaman, agar bisa

5
menyentuh fisik tanah dengan baik Kemampuan akar untuk bisa menembus tanah
yang keras juga tidak terlalu besar dan sangatlah terbatas. Sehingga kedalaman
tanah yang bisa ditembus hanya 23 cm saja. Alasan inilah yang menyebabkan akar
dari tanaman teh biasanya saling berkaitan dari satu tanaman ke tanaman lain agar
tidak rubuh. Ditambah lagi informasi menarik yang ada pada tanaman teh, akar
tersebut memiliki pertumbuhan pucuk. Tanaman ini lebih membutuhkan
karbohidrat karena nantinya akan membantu pertumbuhan pucuk baru, setelah
dilakukan pemangkasan. Lapisan menyerupai gabus yang fungsinya untuk
membantu mencegah keluar masuknya air secara berlebihan, serta menjadi tempat
untuk menyimpan makanan yang sebagian besar berupa karbohidrat.

2. Morfologi Daun

Morfologi selanjutnya yang akan kita identifikasi dari tanaman teh adalah
morfologi daun . Sesuai dengan pembahasan sebelumnya daun teh memiliki ciri
khas yang unik. Tanaman teh memiliki helaian berbentuk langset dengan tulang
daun yang menyirip dan juga runcing di bagian ujungnya. Selain itu daun teh
masuk kedalamtipe daun tunggal yang tumbuh berselang-seling di bagian cabang
dan muncul, dibagian ketika daun tepat di bawah tajuk. Jika dilihat secara fisik
daun teh ini memiliki sisi yang lancip bergerigi dan juga memiliki warna daun
yang cukup muda. Di mana daun ini berukuran kurang lebih 2.5 hingga 25 cm
yang paling besar. Serta luasnya memiliki lebih banyak rambut. Sedangkan untuk
bagian daun tua mereka memiliki warna yang lebihjauh keluhan dengan
permukaan yang lebih licin, dibandingkan dengan beberapaciri daun muda. Jika
dilihat dari pertumbuhanya daun teh mengalami dua fase, yaitu fase aktif dan fase
inaktif. Yang disebut dengan fase aktif adalah fase pertumbuhan normal atau
disebut juga dengan fase peko. Sedangkan fase inaktif adalah fase istirahat
pertumbuhan tuna.

3. Morfologi Batang

Selanjutnya bisa dilihat dari daun atau tanaman teh yaitu bagian batangnya
biasanya bagian batangnya akan tertutupi oleh daun yang lebat. Sehingga
seringkali tidak terlihat secara fisik namun batang. Tanaman teh sendiri berukuran

6
kecil di mana batang ini tidak akan dilakukan pemangkasan, sehingga pohon
tersebut akan rapi dan berbentuk seperti pohon cemara. Tetapi tanaman ini tidak
perlu dikhawatirkan karena tanpa adanya penyangga pun tanaman teh akan
tumbuh secara lurus.

4. Morfologi Bunga

Selanjutnya morfologi yang unik dari tanaman teh adalah bagian


bunganya. Jika dilihat bukan tanaman termasuk kedalam bunga tunggal yang
keluar dari bagian ketiak daun pada cabang dan juga ujung batang. Selain itu
bunga ini memiliki kelompok dengan jumlah kurang lebih 5 hingga 6 helai
warnanya putih dan berbau harum. Berdasarkan perkembangannya bunga teh ini
seringkali juga ikut dipetik kemudian dijadikan sebagai salah satu bahan untuk
minuman disertai dengan daun teh, selama bunga tersebut masih steril dan juga
bagus. Maka akan menambah uang yang didapatkan apabila anda menyentuh
tanamannya, berdasarkan perkembangannya bunga teh ini juga mengikuti tahap
pertumbuhan daun. Sehingga sebagian besar steril. Bunga yang sempurna
memiliki kurang lebih dengan mahkota 5 hingga 7 buah, dan tangkai saraf yang
panjang. Sedangkan pada bagian dalam terdapat benang sari kuning yang kembali.
Sehingga hanya muncul pada tanaman teh saja.

5. Morfologi Biji

Terakhir, morfologi dari tanaman teh adalah bijinya. Biji teh termasuk
pada arti biji yang berkeping dua dengan kotiledo. Sehingga apabila dibandingkan
dengan tanaman perdu lainnya ukuran dari tanaman teh ini cukup besar. Ditambah
lagi, apabila dibelah maka anda bisa melihat bagaimana bentuk dari embrio akar
dan tunas yang ada pada biji tersebut. Warnanya coklat dan mempunyai tiga
ruang, dengan kulit tipis, bentuknya bundar pada satu sisi, dan datar pada sisi
yang lain

7
2.2 Metabolit Sekunder

1. Golongan Fenol

Golongan fenol yang terdapat dalam daun teh adalah:

a. Katekin

Katekin adalah senyawa metabolit yang secara alami dihasilkan oleh


tumbuhan dan termasuk dalam golongan flavonoid. Senyawa ini memiliki
aktivitas antioksidan berkat gugus fenol yang dimilikinya. Struktur molekul
katekin memiliki dua gugus fenol (cincin A dan B) dan satu gugus dihidropiran
(cincin C), dikarenakan memiliki lebih dari satu gugus fenol, maka senyawa
katekin sering di sebut senyawa polifenol.

Katekin pada daun teh merupakan senyawa yang sangat kompleks, tersusun
sebagai komponen senyawa katekin (C),epikatekin (EC), epikatekin galat (ECG),
epigalokatekin (EGC), epigalokatekin galat (EGCG), dan galokatekin (GC).
Kandungan total katekin pada daun the segar berkisar 13.5 – 31% dari seluruh
berat kering daun dan kandungan katekin C. sinensis varietas assamica selalu
lebih besar daripada C. sinensis varietas sinensis.

Senyawa katekin merupakan senyawa yang paling penting pada daun teh,
yang berfungsi sebagai antioksidan yang menyehatkan tubuh. Hasil penelitian
University of Kansas (2007) yang dipresentasikan di American Chemical Society,
menyatakna bahwa katekin dalam the hijau berkemampuan 100 kali lebih efektif
untuk menetralisir radikal bebas dari pada vitamin C dan 25 kali lebih ampuh dari
vitamin E.

Selain itu senyawa katekin juga berperan dalam menentukan sifat produk teh
seperti rasa, warna dan aroma. Senyawa katekin dalam reaksinya dengan kafein,
protein, peptide, ion tembaga dan siklodekstrin membentuk beberapa senyawa
kompleks yang sangat berhubungan dengan rasa dan aroma. Katekin menentukan
warna seduhan terutama pada the hitam, pada proses oksidasi enzimatis
(fermentasi) sebaian katekin terurai menjadi senyawa theaflavin yang berperan

8
memberi warna kuning dan senyawa thearubigin yang berperan memberi warna
merah kecoklatan.

Penurunan kandungan katekin tertinggi terjadi pada pengolahan the hitam.


Penurunan kandungan katekin yang tinggi pada pengolahan teh hitam merupakan
keharusan, mengingat katekin sengaja diubah menjadi theaflavin dan thearubigin
untuk menghasilkan cita rasa yang khas.

b. Flavanol

Struktur olekul senyawa flavanol hamper sama dengan katekin tetapi


berbeda pada tingkatan oksidasi dari inti difenilpropan primernya. Flavanol
merupakan satu diantara sekian banyak antioksidan alami yang terdapat dalam
tanaman pangan dan mempunyai kemampuan mengikat logam. Senyawa falvanol
dalam teh kurang disebut sebagai penentu kualitas, tetapi diketahui mempunyai
aktivitas yang dapat menguatkan dinding pembuluh darah kapiler dan memacu
pengumpulan vitamin C. Flavanol pada daun teh meliputi senyawa kaemferol,
kuarsetin dan mirisetin dengan kandungan 3-4% dari berat kering.

2.3 Golongan Bukan Fenol

a. Alkaloid

Sifat menyegarkan seduhan teh berasal dari senyawa alkaloid yang


dikandungnya, dengan kisaran 3 – 4% dari berat kering daun. Alkaloid utama
dalam daun teh adalah senyawa kafein, theobromin dan theofilin. Senyawa kafein
dipandang sebagai bahan yang menentukan kualitas teh, selama penolahan teh,
kafein tidak mengalami penguraian, tetapi kafein akan bereaksi dengan katekin
membentuk senyawa yang menentukan nilai kesegaran (briskness)dari seduhan
teh.

b. Protein dan asam – asam amino

Kandungan protein dalam daunt eh dirasakan sangat besar peranannya


dalam proses pembentukan aroma pada teh terutama pada teh hitam. Perubahan

9
utama selama proses pelayuan adalah penguraian protein menjadi asam-asam
amino, asam amino bersama karbohidrat dan katekin akan membentuk sebyawa
aromatis asam amino, yang berupa senyawa karbohidrat, alcohol, aldehid, keton,
dan ester. Asam amino yang banyak berperan dalam pembentukan senyawa
aromatis adalah alanine, fenil alanine, valn, leusin, dan isoleusin. Adapun
kandungan protein dan asam amino bebas pada daun teh adalah berkisar antara 1.4
– 5% dari berat kering daun, dimana kandunan asam amino bebas pada C. sinensis
varietas sinensis lebih tinggi daripada C. sinensis varietas assamica, sehingga
seduhan C. sinensis varietas sinensin memiliki aroma yang lebih baik.

Kandungan asam amino bebas pada daun teh sebanyak 50% didominasi
oleh asam amino L-theanin, sisanya berupa asam glutamate, asam aspartate dan
arginine. L-theanin merupakan asam amino yang sangat khas karena hanya
ditemukan di dalam daun teh dan beberapa jenis jamur serta beberapa spesies
Camellia yaitu C. javonica dan C. sasanqua. Asam amino L-theamin telah terbukti
mendorong terbentuknya gelombang α di dalam otak yang dapat memberikan rasa
tenang. Oleh karena itu, meminum teh setelah pulang kerja, saat menerima tamu,
bercengkrama dengan keluarga atau tea break saat seminar maupun rapat
merupakan kebiasaan yang baik karena aktivitas L-theanin dapat menurunkan
ketegangan dan memberikan perasaan rileks.

2.4 Aktivitas Antioksidan

Antioksidan adalah salah satu komponen makanan yang bermanfaat bagi


kesehatan. Penggunaan antioksidan dalam industri pengolahan pangan merupakan
usaha untuk menghambat oksidasi lemak/minyak sehingga bahan makanan lebih
tahan lama untuk disimpan (Sudjatini, 1998). Antioksidan adalah suatu senyawa
yang pada konsentrasi rendah secara signifikan dapat menghambat atau mencegah

oksidasi substrat dalam reaksi rantai (Halliwell et al., 2004). Antioksidan dapat
melindungi sel-sel dari kerusakan yang disebabkan oleh molekul tidak stabil yang
dikenal sebagai radikal bebas. Antioksidan dapat mendonorkan elektronnya
kepada molekul radikal bebas, sehingga dapat menstabilkan radikal bebas dan

10
menghentikan reaksi berantai. Contoh antioksidan antara lain β karoten, likopen,
vitamin C, vitamin E.

Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang berfungsi sebagai


antioksidan. Flavonoid memiliki kemampuan untuk meredam molekul tidak stabil
yang disebut radikal bebas. Flavonoid merupakan golongan fenol terbesar yang
senyawa terdiri dari C6-C3-C6 dan sering ditemukan diberbagai macam
tumbuhan dalam bentuk glikosida atau gugusan gula bersenyawa pada satu atau
lebih grup hidroksil fenolik (Sirait, 2007). Flavonoid merupakan golongan
metabolit sekunder yang disintesis dari asam piruvat melalui metabolisme asam
amino. Flavonoid adalah senyawa fenol, sehingga warnanya berubah bila
ditambah basa atau amoniak. Terdapat sekitar 10 jenis flavonoid yaitu antosianin,
proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron,
flavanon, dan isoflavon (Harborne, 1987).

Klasifikasi antioksidan berdasarkan sumbernya dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Antioksidan alami

Antioksidan alami merupakan antioksidan yang diperoleh dari bahan alam.


Senyawa antioksidan yang termasuk ke dalam antioksidan alami antara lain ialah
vitamin A, karotenoid, vitamin C, antosianin, isoflavon, selenium, dan tokoferol.
Menurut Winarti (2010), isoflavon merupakan salah satu golongan flavonoid yang
dapat membantu mengurangi resiko penyakit jantung koroner, prostat dan kanker.
Tokoferol yang disebut juga dengan vitamin E, merupakan antioksidan alami
yang paling banyak ditemukan dalam minyak nabati dan terdapat dalam bentuk α,
β, γ dan σ tokoferol. Tokoferol mempunyai banyak ikatan rangkap sehingga akan
melindungi lemak dari proses oksidasi (Winarno, 1984). Tokoferol bekerja
sebagai antioksidan pemutus rantai sebagai akibat kemampuannya memindahkan
hidrogen fenolik ke radikal peroksil. Radikal fenoksi yang terbentuk merupakan
resonant-stabilized dan relatif tidak bereaksi kecuali dengan radikal peroksil lain.

Karakteristik antioksidan yang berasal dari bahan pangan dilihat dari


kandungan polifenol. Senyawa fenolik adalah senyawa yang berperan terhadap
antioksidan alami (Markham, 1988). Senyawa antioksidan alami polifenol adalah

11
multifungsional, dapat berfungsi sebagai pereduksi atau donor elektron,
penangkap radikal bebas, pengkelat logam, dan peredam terbentuknya singlet
oksigen. Antioksidan alami lainnya yaitu antosianin yang merupakan pigmen
pemberi warna merah keunguan pada sayuran, buah-buahan dan tanaman bunga
yang merupakan senyawa flavonoid yang bisa melindungi sel dari sinar
ultraviolet. Antosianin pada tanaman hadir bersamaan dengan pigmen alami
seperti flavonoid, karotenoid, anthaxanthin, dan betasianin (Astawan et al., 2008).

2. Antioksidan sintetik

Winarno (1984), mengatakan bahwa antioksidan sintetik yang sering digunakan


adalah Butylated hydroxyanisole (BHA), Butylated hidroxytoluene (BHT),
Propylgalate (PG), Tert-Butyl Hydroquinone (TBHQ) dan Nordihydroquaretic
Acid (NDGA). Antioksidan sintetik tersebut biasa ditambahkan ke dalam lemak
atau bahan pangan dengan tujuan untuk mencegah ketengikan. BHA biasanya
digunakan sebagai antioksidan dalam bahan pangan. BHA ini sangat mudah
mengalami degradasi oleh panas dan irradiasi oleh sinar UV. BHT biasanya
ditambahkan pada bahan pangan dengan tujuan mencegah terjadinya proses
autooksidasi. BHT ini merupakan salah satu antioksidan monofenolik. Sedangkan
Tert-Butyl Hydroquinone (TBHQ) merupakan antioksidan difenolik yang biasa
ditambahkan pada makanan.

Klasifikasi antioksidan berdasarkan fungsinya dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Antioksidan Primer

Antioksidan primer merupakan zat atau senyawa yang dapat menghentikan reaksi
berantai pembentukan radikal bebas yang melepaskan hidrogen. Antioksidan
primer dapat berasal dari alam atau sintetis. Contoh antioksidan primer adalah
Butylated hidroxytoluene (BHT) (Winarsi, 2007). Reaksi antioksidan primer
terjadi pemutusan rantai radikal bebas yang sangat reaktif, kemudian diubah
menjadi senyawa stabil atau tidak reaktif. Antioksidan ini dapat berperan sebagai
donor hidrogen atau CB-D (Chain breaking donor) dan dapat berperan sebagai
akseptor elektron atau CB-A (Chain breaking acceptor) (Triyem, 2010).

12
2. Antioksidan Sekunder

Antioksiden sekunder disebut juga antioksidan eksogeneus atau non


enzimatis. Antioksidan ini menghambat pembentukan senyawa oksigen reatif
dengan cara pengelatan metal, atau dirusak pembentukannya. Prinsip kerja sistem
antioksidan non enzimatis yaitu dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai
dari radikal bebas atau dengan menangkap radikal tersebut, sehingga radikal bebas
tidak akan bereaksi dengan komponen seluler. Antioksidan sekunder di antaranya
adalah vitamin E, vitamin C, beta karoten, flavonoid, asam lipoat, asam urat,
bilirubin, melatonin dan sebagainya.

3. Antioksidan Tersier

Kelompok antioksidan tersier meliputi system enzim DNA-Repair dan


metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini berperan dalam perbaikan
biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas. Kerusakan DNA yang
terinduksi senyawa radikal bebas dicirikan oleh rusaknya Single dan Double
strand baik gugus non-basa maupun basa

13
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

a. Alat
 Labu ukur 100 ml
 Tabung reaksi
 Pipet volume
 Beaker glass
 Batang pengaduk
 Bulp
 Kaca arloji
 Kapas
 Alumunium foil
 Spektrometer uv-vis
 Oven

b. Bahan
 Metanol
 DPPH
 Ekstrak air yakon,air the,air stevia
 aquadest

3.2 Cara kerja

1) Siap kan masing masing sampel air yakon, air teh, air stevia timbang
sampel sebanyak 100 mg.
2) Larutan masing masing sampel dengan air sampai dengan homogen.
3) Setelah homogeny siap kan labu ukur 100 ml sebanyak 3 buah. Masing
masing 1 labu untuk 1 sampel. Lalu larut kan sampel yang sudah
homogeny kedalam labu dengan aquadest ad 100 ml masing masing diberi

14
label sesuai nama sampel. (100mg dalam 100 ml air sama dengan 1000
ppm)
4) Siap kan masing masing 6 labu ukur ukur 100ml untuk satu sampel, lalu
beri label untuk 5 ppm = 0,5 ml, 10 ppm = 1ml, 20 ppm =2ml, 40 ppm
=4ml, 80 ppm, 160 ppm= 8ml ad 100 ml air. Lalukan yang sama pada
masing masing sampel
5) lalu mambuat larutan dpph dengan menimbang dpph sebanyak 10 mg
dalam air 100 ml labu ukur yang sudah ditutup rapat dengan alumuniun
foil
6) Siapkan tabung reaksi sebanyak 7 buah tabung reaksi, lalu bungkus rapat
tabung reaksi dengan alumunium foil dan kapas yang sudah dilapisi
alumunium foil untuk penutup mulut dari tabung reaksi. Lalu kan hal yang
sama untuk 3 sampel tersebut. Masing masing beri label tabung 1 untuk
kontrol minus, tabung 2 untuk 5 ppm, tabung 3 untuk 10 ppm, tabung 4
untuk 20 ppm, tabung 5 untuk 40 ppm, tabung 6 untuk 80 ppm, dan tabung
7 untuk 160 ppm. Lalukan hal yang sama untuk masing-masing 3 sampel
tersebut.
7) Masukan 2 ml dpph + 2 ml etanol + 2ml ekstrak yang sudah di encerkan
di labu ukur . Masukan kedalam tabung reaksi sesuai dengan label sampel
yang sudah disiapkan, dan untuk cairan control minus masukan 2 ml dpph
+ 6 ml methanol.
8) Setelah sudah semua dimasukan pada tabung reaksi , dan sudah dipastikan
tabung reaksi tertutup rapat. Masukan tabung reaksi tersebut kedalam
incubator selama 30 menit dengan suhu 37 derajat celcius diruang gelap.
9) Siapkan spektro prepare selama 15 menit. Dan jika sudah 30 menit
keluarkan sampel dri ruang incubator dan lakukan uji spektometer.
Lalukan hal yang sama pada masing masing sampel.

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
1. hasil spektro dan perhitungan dari sampel air sampel air STEVIA :

Rata-Rata Hasil Spektro Perhitungan persen


Blanko = 0,000 Kontrol negative = 0,9408
dpph 2ml + methanol 2 ml R= 0,4822 5 ppm = (0,9408 −0,817)/0,9408 x 100
5ppm r= 0,817 % =11, 59%
10 ppm r= 0,6591 10 ppm = (0,9408 −0,6491)/0,9408 x
20 ppm r= 0,5402 100 % =25,94%
40 ppm r= 0,3931 20 ppm = (0,9408 −0,5402)/0,9408 x
80 ppm r= 0,1760 100 % =42,58%
160 ppm r= 0,14 40 ppm = (0,9408 −0,3931)/0,9408 x
100 % =58,21%
80 ppm = (0,9408 −0,1760)/0,9408 x
100 % =81, 29%
160 ppm = (0,9408 −0,14)/0,9408 x 100
% =85, 11%

Hasil Grafik

Ic. Y = 0,4236 x + 29,213

X = (50 −29,213)/0,436 = 49,07 ppm

Nilai IC 50 = 49,07 PPM

GRAFIK

16
Pembahasan dari hasil ekstrak stevia

Pada hasil uji kadar antioksidan bahwa pada sample ekstrak air stevia ini
menunjukan hasil yang menaik setiap perbedaan konsentrasi artinya setiap
kenaikan konsentrasi terjadi peningkatan %inhibisi yang dengan grafik nya akan
menunjukan linear.

Sehingga pada pengujian ekstrak air stevia ini dapat menangkal radikal bebas.
Semakin bentuk linear semakin pula anti oksidan yang terkandung dalam ektrak
stevia ini Dengan nilai IC 50 Sebesar 49,07 PPM Terjadinya perubahan warna
dengan perbedaan antara control (-) bewarna ungu gelap meskipun sudah di
inkubasi dengan sampel 5 ppm- 160 ppm yaitu warna kuning terang setelah
melakukan inkubasi selama 30 menit dengan suhu 370c Sehingga anlisi pengujian
antioksidan pada metode DPPH dengan sampel ekstrak air stevia ini berhasil dari
perubahan warna, nilai abs, dan nilai %inhibisi, serta ic50

2. hasil spektro dan perhitungan l air yakon

Rata-rata hasil spektro Perhitungan persen


Blanko = 0,000 Kontrol negative = 0,9408
dpph 2ml + methanol 2 ml R= 0,323 5 ppm = (0,9408 −0,643)/0,9408 x
5ppm r= 0,648 100 % =31,65%
10 ppm r= 0,562 10 ppm = (0,9408 −0,562)/0,9408 x
20 ppm r= 0,736 100 % =40,26%
40 ppm r= 0,54 20 ppm = (0,9408 −0,5402)/0,9408 x
80 ppm r= 0,704 100 % =21,76%
160 ppm r= 0,582 40 ppm = (0,9408 −0,3931)/0,9408 x
100 % =42,60%
80 ppm = (0,9408 −0,1760)/0,9408 x
100 % =25,17%
160 ppm = (0,9408 −0,14)/0,9408 x
100 % =38,13%

17
Pembahasan pada hasil grafik

Pada sampel air yakon ini tidak bisa dibuat grafik persamaan linear
dikarenakan nilai presentasi yang dihasilkan persennya turun naik . Karena
seharusnya semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi persen inhibisi, sedangkan
hasil dari pengamatan sampel ini tidak menunjukan itu . Jadi data yang dihasilkan
linear , penyebabnya dapat dikarenakan sampel tidak homogen pada saat
pengerjaan atau pengukuran yang keliru. Pada konsentrasi 40 ppm dapat
menghambat radikal bebas sebesar 42% tidak bisa dibuat nilai IC50N karena data
TIDAK LINEAR. Terjadinya perubahan warna dengan perbedaan antara control
(-) bewarna ungu gelap meskipun sudah di inkubasi dengan sampel 5 ppm- 160
ppm yaitu warna kuning terang setelah melakukan inkubasi selama 30 menit
dengan suhu 370c Sehingga anlisi pengujian antioksidan pada metode DPPH
dengan sampel ekstrak air stevia ini berhasil dari perubahan warn

Hasil abs dara prektofotometro dengan panjang gelombang 517 NM dari air
teh

18
3. hasil spektro dan perhitungan dari sampel air sampel air teh

Rata-Rata hasil spektro Perhitungan persen

Blanko = 0,000 Kontrol negative = 0,9408


dpph 2ml + methanol 2 ml 5 ppm = (0,9408
R= 0,2146 −0,705)/0,9408 x 100 %
5ppm r= 0,705 =25,06%
10 ppm r= 0,7396 10 ppm = (0,9408
20 ppm r= 0,7576 −0,7396)/0,9408 x 100 %
40 ppm r= 0,763 =21,38%
80 ppm r= 0,733 20 ppm = (0,9408
160 ppm r= 0,706 −0,7576)/0,9408 x 100 %
=19,47%
40 ppm = (0,9408
−0,3931)/0,9408 x 100 %
=18,89%
80 ppm = (0,9408
−0,763)/0,9408x 100 %
=22,08%
160 ppm = (0,9408
−0,706)/0,9408 x 100 %
=24,95%

Pembahasan pada hasil grafik

Pada sampel air yakon ini tidak bisa dibuat grafik persamaan linear
dikarenakan nilai presentasi yang dihasilkan persennya turun naik . Karena
seharusnya semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi persen inhibisi, sedangkan
hasil dari pengamatan sampel ini tidak menunjukan itu . Jadi data yang dihasilkan
linear , penyebabnya dapat dikarenakan sampel tidak homogen pada saat

19
pengerjaan atau pengukuran yang keliru. Pada konsentrasi 5 ppm dapat
menghambat radikal bebas sebesar 25,06 % tidak bisa dibuat nilai IC50N karena
data tidak linear. Terjadinya perubahan warna dengan perbedaan antara control (-)
bewarna ungu gelap meskipun sudah di inkubasi dengan sampel 5 ppm- 160 ppm
yaitu warna kuning terang setelah melakukan inkubasi selama 30 menit dengan
suhu 370c Sehingga anlisi pengujian antioksidan pada metode DPPH dengan
sampel ekstrak air teh ini berhasil dari perubahan warna

20
BAB V

PENUTUP

5.1 kesimpulan

Pengujian antioksidan dengan metode dpph dilakukan dengan melihat perubahan


warna masing - masing sample setelah di inkubasi Bersama dpph. Jika semua
electron dpph berpasangan dengan electron pada sampel ekstrak maka akan terjadi
perubahan warna sampel dari ungu tua sampai kuning terang.

Berdasarkan pengujian aktivitas antioksidan dari fraksi hasil partisi, terlihat


bahwa fraksi etil asetat memili aktivitas antioksidan yang paling baik adalah
semakin rendah nilai 1c50 maka akan semakin baik hasil aktivitas antioksidan dari
sampel pengujian.

5.2 Saran

Saran Praktikum adalah melakukan praktikum dengan teliti lagi. dikarenakan


PSBB kita tidak dapat melakukan praktikum, praktikum dilakukan oleh
perwakilan mahasiswa. Sebaiknya yang melakukan praktikum bisa lebih jelas
untuk menjelaskan apa yang di praktikan kepada mahasiswa yang tidak dapat
praktek ke laboratorium dan kooperatif jika mahasiswa yang tidak praktek
bertanya tentang kegiatan prakteknya.

21
DAFTAR PUSTAKA

http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-
content/uploads/2014/01/perkebunan_warta-vol19No3-2013-4.pdf

https://agrotek.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-teh/#:~:text=Morfologi
%20Daun&text=Tanaman%20teh%20memiliki%20helaian%20berbentuk,juga
%20runcing%20di%20bagian%20ujungnya.&text=Di%20mana%20daun%20ini
%20berukuran,luasnya%20memiliki%20lebih%20banyak%20rambut.

22

Anda mungkin juga menyukai