Anda di halaman 1dari 36

EFIKASI DIRI REMAJA LAKI-LAKI USIA 12-24 TAHUN

DI DESA PAGERGUNUNG UNTUK TIDAK MEROKOK

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rokok mengandung zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan

bahaya bagi kesehatan individu maupun masyarakat. Rokok adalah salah

satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap dan atau

dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang

dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies

lainnya atau sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan

atau tanpa bahan tambahan (Menkes dan Mendagri 2011).

Persentase penduduk dunia yang mengkonsumsi tembakau didapatkan

sebanyak 57% pada penduduk Asia dan Australia, 14% pada penduduk

Eropa Timur dan Pecahan Uni Soviet, 12% penduduk Amerika, 9%

penduduk Eropa Barat dan 8% pada penduduk Timur Tengah serta Afrika

(WHO 2015). Penelitian Global Youth Tobacco menunjukkan tingkat

prevalensi perokok remaja di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan.

Diperkirakan dari 70 juta remaja Indonesia, 37% atau sama dengan 25,9 juta

remaja Indonesia adalah perokok dan jumlah itu menjadikan Indonesia

sebagai negara dengan jumlah perokok terbanyak di Asia. Hasil Riset


Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013 memperlihatkan proporsi perokok di

Indonesia sebesar 24,3% dari jumlah penduduk, umur 10-14 mulai merokok

pertama kali pada saat berumur 5-9 tahun sebesar 2,8% dan 10-14 tahun

sebesar 97,2%. Sedangkan umur 15-19 mulai merokok pertama kali pada

saat berumur 5-9 tahun sebesar 1,1%, 10-14 tahun sebesar 24,0% dan 15-19

tahun sebesar 74,9% (Noviana, 2016).

Penduduk Jawa Tengah termasuk salah satu dari 33 provinsi yang

prevalensi merokok setiap hari di atas rata-rata tingkat nasional sebanyak

30,7 % pada tahun 2007 dan meningkat sebesar 30% di tahun 2010 angka

prevalensi merokok di Jawa Tengah menjadi sebesar 62,7% (Riskesdas,

2007:165 dan 2010: 405). Data prevalensi mulai merokok di Kabupaten

Kendal yaitu sebesar 13,14% mulai merokok pada usia 13-14 tahun, 31%

mulai merokok pada usia 15-19 tahun, 12,8% mulai merokok pada usia 20-

24 tahun, dan 3% pada usia 25-29 tahun, 5,5% mulai merokok pada usia

>30 tahun desa Pagergunung jumlah remaja laki-laki dengan usia 12-24

tahun sebanyak 172 orang rata-rata merokok di pengaruhi oleh beberapa

faktor (Dinkes Jateng, 2009).

Faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok berdasarkan teori- teori

menurut para ahli dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya ada faktor

internal atau dari diri sendiri yang meliputi perasaan positif, perasaan

negatif, adiktif, kebiasaa, rasa ingin tahu, advertising, umur, kelas sosial,

dan kepribadian. Kemudian faktor eksternal atau faktor dari luar

diantaranya emulasi, asosiasi, peer group/ teman sebaya, media/iklan, dan


akses rokok semakin meningkatkan keinginan dan keyakinan untuk

mencoba, (Triswanto, 2012; Jaya, 2014; Meiyetriani, 2016).

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat

pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat

ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011). Masa remaja disebut

juga sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap, dan

perubahan fisik (Pratiwi, 2012). WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian,

yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia

remaja Indonesia usia 12-24 tahun (Sarwono, 2011). Remaja pada tahap

tersebut mengalami perubahan banyak perubahan baik secara emosi, tubuh,

minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah pada masa

remaja (Hurlock, 2011).

self efficacy adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk

melakukan suatu bentuk kontrol terhadap fungsi orang itu sendiri dan

kejadian dalam linkungan (Bandura dalam Jess Feist & Feist, 2010:212).

Gist dan mitchell mengatakan bahwa efikasi diri dapat membawa perilaku

yang berbeda diantara individu dengan kemampuan yang sama karena

efikasi diri mempengaruhi pilihan, tujuan, pengatasan masalah dan

kegigihan dalam usaha (Judge dan Erez, dalam Ghufron, 2010: 75). Efikasi

diri sebagai persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat

berfungsi dalam situasi tertentu, effikasi diri berhubungan dengan keyakinan

bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan

(Alwisol, 2009:287)
Berdasarkan latar belakang diatas didukung dengan hasil survey dan

wawancara peneliti pada hari minggu 19 November 2020 didapatkan

banyaknya remaja yang merokok, beberapa remaja mengatakan bahwa efikasi

diri di Desa Pagergunung belum diterapkan dengan baik. Oleh karena itu

peneliti tertarik untuk meneliti efikasi diri remaja.

B. RUMUSAN MASALAH

Remaja adalah tahap perkembagan individu dengan berbagai perubahan

meliputi, perubahan dalam sikap, dan perubahan fisik, perubahan emosi,

tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah pada

masa remaja. Efikasi diri adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya

untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap fungsi orang itu sendiri dan

kejadian dalam linkungan. Faktor pendorong remaja untuk merokok ada

faktor internal dan eksternal diantaranya adalah : faktor internal (perasaan

positif, perasaan negatif, adiktif, kebiasaan, rasa ingin tahu, Advertising,

umur, kelas sosial, kepribadian), faktor eksternal (emulsi, asosiasi, Akses

rokok,Media/ iklan Pengaruh peer group).

Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti “Bagaimana

efikasi diri remaja laki- laki di Desa Pagergunung untuk tidak merokok ?”.

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui efikasi diri remaja laki-laki di Desa Pagergunung

untuk tidak merokok.

2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden remaja laki- laki desa

pagergunung meliputi Usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan

b. Mengidentifikasi efikasi diri remaja laki- laki di desa pagergunung

untuk tidak merokok

c. Mengidentifikasi faktor pendorong remaja laki- laki di desa

pagergunung untuk tidak merokok

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan

dan pengalaman serta mengembangkan diri khususnya dibidang

penelitian komunitas.

2. Institusi

Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi masukan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang efikasi diri remaja

laki- laki untuk tidak merokok.

3. Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi seberapa besar

efikasi diri bagi responden untuk tidak merokok

4. Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk

meningkatkan pelayananan asuhan keperawatan berupa efikasi diri

kepada remaja yang merokok.


E. Keaslian penelitian

Penelitian tentang “Efikasi diri remaja laki- laki di Desa Pagergunung

untuk tidak merokok” belum pernah dilakukan sebelumnya, tetapi penelitian

yang sejenis pernah dilakukan sebelumnya.

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

Nama Judul penelitian Metode dan Hasil Perbedaan


peneliti tempat
penelitian

Isti Antari, Penggunaan psikoedukasi Metode: kuasi tingkat efikasi Perbedaan


(2019) dalam meningkatkan efikasi eksperimental diri untuk penelitian
diri berhenti merokok pada dengan berhenti ini terletak
siswa pendekatan pre merokok pada pada waktu,
dan post test anak usia remaja tempat,
without control. dapat meningkat sampel,
Di salah satu dengan metode,
SMP di pemberian jumlah
Kabupaten psikoedukasi responden
Bantul tentang bahaya
Yogyakarta merokok.

Roy Romey Association Between Teknik Ada hubungan Perbedaan


Daulas Cigarette Package Warning pengumpulan iklan penelitian
Mangunsong, Messages, data rokok ini terletak
Bhisma Self-Efficacy, and Smoking menggunakan berilustrasi pada waktu,
Murti, Behavior among Students kuesioner. bahaya merokok tempat,
Mahendra at Health Polytechnic in Analisis data dengan sampel,
Wijaya, Surakarta, Indonesia menggunakan perilaku efikasi jumlah,
(2016) regresi logistik diri merokok responden
ganda. Di mahasiswa
Politeknik
Kesehatan
Surakarta
Rabiatul Studi Analisis Tahap metode yaitu Efikasi diri atau Perbedaan
Amaliah, Pembentuk Efikasi Diri dengan kemampuan penelitian
Bagoes Dalam Upaya Berhenti menggunakan awal informan ini terletak
Widjanarko, Merokok Pada Klien Klinik wawancara awalnya sangat pada waktu,
Sutopo Patria Berhenti Merokok Di mendalam. Di kecil, namun tempat,
Jati Balkesmas Wilayah Balkesmas setelah informan sampel,
Semarang wilayah terdiagnosis jumlah,
semarang penyakit responden
informan
berhasil
meningkatkan
efikasi dirinya
dalam hal
berhenti
merokok demi
hidup yang lebih
sehat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rokok

1. Pengertian

Rokok adalah gulungan tembakau (kira – kira sebesar jari

kelingking) yang dibungkus daun nipah atau kertas (KBBI, 2016).

Rokok adalah produk tembakau yang penggunaannya dengan cara

dibakar dan dihisap asapnya dan/atau dihirup asapnya yang dihasilkan

dari tanaman nicotiana tabacum, nicotinia rustica, dan spesies lainnya

atau sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau

tanpa bahan tambahan. (PP. RI. No. 109, 2012)

Rokok adalah benda berbentuk silinder kertas yang berukuran

sekitar 70 sampai dengan 120 milimeter, dengan diameter sekitar 10

milimeter yang berisi campuran tembakau yang sudah dicacah, cengkeh,

dan beberapa bahan perasa lainnya (Effendi et al., 2014).

2. Kandungan rokok

Rokok termasuk zat adiktif, yaitu zat yang dapat menyebabkan

seseorang menjadi ketergantungan dan membahayakan kesehatan

dengan ditandai adanya perubahan perilaku, kognitif, dan fenomena

fisiologis, berkeinginan kuat untuk mengkonsumsi zat tersebut,

meningkatnya toleransi, dan dapat menyebabkan gejala putus obat (PP.

RI. No. 109, 2012).


Rokok mengandung beberapa bahan kimia yang dapat membahayakan

kesehatan dan bersifat karsinogenik. Beberapa contoh zat berbahaya

yang terkandung di dalam rokok, yaitu :

a. Nikotin Nikotin merupakan senyawa pyrrolidine yang terdapat

dalam nicotina tabacum, nicotina rustica dan spesies lainnya yang

dapat 10 menyebabkan seseorang menjadi ketergantungan pada

rokok (PP. RI. No. 109, 2012).

b. Karbon monoksida (CO) adalah gas tidak berbau, tidak berwarna,

tidak berasa dan tidak mengiritasi, namun sangat berbahaya

(beracun). Gas ini merupakan hasil pembakaran yang tidak

sempurna dari kendaran bermotor, alat pemanas, peralatan yang

menggunakan bahan api berasaskan karbon dan nyala api. Gas CO

akan sangat berbahaya jika terhirup, karena hal gas CO akan

menggantikan posisi oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin

dalam darah (Infopom, 2015).

c. Tar adalah kondensat asap yang merupakan total residu yang

dihasilkan saat rokok dibakar setelah dikurangi nikotin dan air, yang

memiliki sifat karsinogenik (PP. RI. No. 109, 2012). Tar akan

menempel pada sepanjang saluran nafas perokok dan pada saat yang

sama akan mengurangi efektivitas alveolus (kantung udara dalam

paruparu), sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah udara

yang dapat dihirup dan hanya sedikit oksigen yang terserap ke

dalam peredaran darah (Infopom, 2014).


B. Faktor pendorong remaja untuk merokok

1. Faktor internal

a. Perasaan positif

Tipe merokok dipengaruhi oleh perasaan positif yaitu merokok

dilakukan untuk menambahkan rasa yang positif. Tipe perokok ini

hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah

didapat misalnya merokok setelah minum kopi atau makan (Pleasure

relaxation), adapula yang hanya dilakukan sekedarnya untuk

menyenangkan perasaani (Stimulation to pick them up), ataupun hanya

untuk memperoleh kenikmatan dengan memegang rokok (pleasure of

handling the cigarette) (Triswanto, 2012). Secara kualitatif

menghasilkan bahwa merokok membawa kenikmatan yang tidak bisa

diungkapkan oleh perokok (Wulandari 2012). Hal ini menggambarkan

bahwa perasaan positif sebenarnya hanyalah bersifat subjektif

perokok.

b. Perasaan negatif

Tipe merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif adalah

orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif,

misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai

penyelamat (Basyir, 2012). Salah satu perilaku merokok dikarenakan

merasa stress sehingga merokok untuk menghilangkan stress (Halim,

2013).
c. Adiktif

Perilaku merokok yang adiktif disebut sebagai psycholoical

addiction. Para perokok yang sudah adiksi akan menambah dosis

rokoknya ketika efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka

umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah

malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap

saat ia menginginkannya. Perilaku seperti ini yang sering terjadi pada

perokok tipe berat (Meiyetriani, 2016). Perokok berat yang sudah

berhenti namun merokok lagi (relaps) mempunyai alasan karena

kesulitan menghilangkan kecanduan (adiktif) dari merokok (Rahman,

2015).

d. Kebiasaan

Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan merupakan

perilaku mereka bersifat otomatis, karena seringkali tanpa dipikirkan

dan tanpa disadari. Mereka yang mengidupakan api rokok setelah

rokok yang dihisap terdahulu telah benar- benar habis. Banyak orang

yang menggunakan alasan ini untuk membenarkan kebiasaanya

merokok. Mereka ingin mengendalikan perasaanya, tetapi karena

memang sudah menjadi kebiasaan rutinnya sehingga akan terus

merokok (Triswanto, 2012).

e. Rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu, yaitu melakukan upaya coba-coba dan

pengambilan resiko, seperti yang lazim dilakukan oleh seseorang pada


saat mereka mulai merokok (Jaya, 2014). Akibat orang mempunyai

kebiasaan merokok diawali dengan rasa ingin tahu karena melihat

teman sebayanya (Halim, 2013). Awal mula merokok karena ikut-

ikutan dengan teman (Wulandari, 2012).

f. Advertising

Advertising (hiburan), memandang rokok sebagai suatu yang

seksi, menyenangkan, dan glamour. Anggapan ini biasanya muncul

akibat citra tentang seseorang yang ditimbulkan oleh iklan (Jaya,

2014). Faktor yang mempengaruhi perilaku merokok diantaranya

adalah faktor pembentukan image (10,7%) dengan 8% responden

yang merasa memiliki image dewasa dan menunjukkan kematangan

dengan meroko (Wulan, 2012). Serta perokok melakukan tindakan

merokok agar terlihat lebih gaya, gaul, keren dan gagah (Wulandari,

2012).

g. Umur

Rokok ada hubungannya dengan umur, namunsebagian besar

para ahli setuju bahwa perkenalan dengan rokok dimulai pada usia

remaja (Jaya, 2014) merokok dimulai pada saat remaja mulai

dibangku SMP, dan mulai menjadi kebiasaan saat mereka SMA

sampai menjadi perokok tetap (Meiyetriani, 2016). Terkait dengan hal

tersebut, maka sesorang yang ketika remajanya merokok maka lebih

besar kemungkinan ketika tua juga merokok. Mengkonsumsi rokok


terbanyak adlah berasal dari kalangan semaja setingkat sekolah

menengah atas ( Firzawati, 2015).

h. Kelas sosial

Presentase orang yang merokok cenderung menurun sejalan

dengan meningkatnya tingkat pendidikan, pemasukan serta tingkat

pekerjaan mereka (Sarafino, 2014). Selanjutnya ia mengungkapkan

bahwa rata-rata tertinggi perokok di temukan pada pria dewasa yang

tidak lulus SMA, memiliki pendapatan rendah. Konsumsi rokok

mempengaruhi sebesar 0,1263% kemiskinan masyarakat Jawa

Tengah, dimana ketika garis kemiskinan naik diikuti dengan

menaiknya konsumsi rokok (Sari, 2016).

i. Kepribadian

Kepribadian seseorang mempengaruhi kebiasaan merokok

(Juniarti, 1991 dalam Triswanto, 2012). Orang mencoba untuk

merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa

sakit fisik atau jiwa, dan membebaskan diri dari kebosanan.

kepribadian seseorang dalam merokok dapat mengatasi kesepian,

kesedihan, kemarahan, dan frustasi juga dapat mendorong orang untuk

merokok (Fitriani, 2015).

2. Faktor eksternal

a. Emulsi

Emulsi yaitu arahan untuk mengikuti perilaku seseorang sebagai role

models, misalnya teman dekat yang merokok, ayah/ibu yang merokok


atau bintang film/ artis idola yang menjadi tokoh dalam iklan (Jaya,

2014). Faktor yang paling berperan untuk merokok adalah lingkungan

atau konteks remaja; 48% responden yang menyatakan hal tersebut,

dengan 24% karena melihat teman teman merokok; 10,7% melihat

perilaku merokok orang tua (ayah), 6,6% melihat perilaku merokok

saudara kandung (Wulan, 2012).

b. Asosiasi

Asosiasi adalah kebiasaan merokok yang dihubungkan sebagai hal

yang wajib saat istirahat, pasangan wajib saat minum kopi atau setelah

makan (Jaya, 2014). Perokok mempunyai presepsi bahwa merokok

membawa kenikmatan pada waktu tertentu seperti saat minum kopi

(Wulandari, 2012).

c. Pengaruh peer group

Faktor ini yang umum terjadi pada seseorang, untuk memperoleh

penerimaan atau pengakuan dari teman sekelompoknya,seseorang

akan melakukan yang dilakukan oleh temannya (Jaya, 2014). Bila

semakin banyak yang merokok, maka semakin besar kemungkinan

teman- temannya adalah perokok dan demikian juga sebaliknya

(Juniarti, 1991 dalam Triswanto, 2012). Ada dua kemungkinan yang

terjadi pertama, orang tersebut tadi terpengaruh oleh teman-temannya

atau bahkan teman- temannya tersebut dipengaruhi oleh orang

tersebut, hingga akhirnya mereka semua menjadi perokok. Seorang


yang merokok adalah seorang yang teman sebayanya juga merokok

(pvalue=0,013 dan OR=6,333) (Abdurrahman, 2014).


d. Media/ iklan

Salah satu faktor lingkungan penting yang mempengaruhi seseorang

untuk mulai merokok adalah iklan. Sekitar tahun 1940, dunia

periklanan mulai membangun citra yang gemerlap mengenai perokok.

Perokok digambarkan sebagai seorang pahlawan, pilot yang gagah,

tentara yang berani, dokter yang tampan, suster dan artis cantik

melalui berbagai media iklan. Bahkan pada sekitar tahun 59-60an,

rokok mulai mengincar pasaran konsumen remaja terutama para

mahasiswa. Sebagai hasil kampanye besar-besaran ini, maka semakin

banyak pria, wanita, tua dan muda yang menjadi perokok (Satria,

2009). Ketika melihat iklan dimedia massa dan elektronik yang

menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan

atau glamour, membuat seseorang sering kali terpicu untuk mengikuti

perilaku seperti yang ada didalam iklan tersebut (Juniarti, 1991 dalam

Triswanto, 2012). Merokok dipengaruhi oleh iklan dan media massa

(Hamdan, 2015).

e. Akses rokok

Faktor lain yang juga berperan adalah kemudahan mendapatkan

rokok, baik dari harganya yang relatif murah maupun ketersediaannya

dimana-mana. Kurangnya pengetahuan tentang bahaya merokok bagi

kesehatan juga merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan

terkait penyebab seseorang merokok (Satria, 2009). Meningkatnya


garis penggunaan rokok dikarenakan akses rokok yang mudah

didapatkan

C. Dampak dari merokok

Selain menyebabkan kecanduan, rokok juga memiliki dampak yang

sangat tidak sehat terhadap kesehatan. Semua ahli kesehatan termasuk

World Health Organization (WHO) telah lama menyimpulkan, bahwa

secara kesehatan rokok banyak menimbulkan dampak negatif, lebih bagi

anak-anak dan masa depannya (KPAI 2013). Rokok mengandung 4000 zat

kimia dengan 200 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat

menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini didapatkan pada asap utama

yaitu asap rokok yang terhisap langsung masuk keparu-paru perokok

maupun asap samping yaitu asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok

yang terbakar, misalnya karbon monoksida, benzopiren, dan amoniak

(KPAI, 2013). Penyakit yang berhubungan dengan merokok adalah

penyakit yang diakibatkan langsung oleh merokok atau diperburuk

keadaannya dengan merokok. Penyakit yang menyebabkan kematian para

perokok antara lain:

1. Penyakit jantung kongestive

2. Trombosis koroner jantung

3. Kanker

4. Bronkitis atau radang cabang tenggorok


D. Remaja

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama

kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia

mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011). Masa remaja disebut juga

sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap, dan perubahan

fisik (Pratiwi, 2012). Remaja pada tahap tersebut mengalami perubahan

banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga

penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja (Hurlock, 2011). Batasan

usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya daerah setempat.

WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun

dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia remaja Indonesia usia 12-24

tahun (Sarwono, 2011).

E. Efikasi diri

Menurut Bandura (dalam Jess Feist & Feist, 2010:212) self efficacy adalah

keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk

kontrol terhadap fungsi orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan.

Gist dan mitchell mengatakan bahwa efikasi diri dapat membawa perilaku

yang berbeda diantara individu dengan kemampuan yang sama karena

efikasi diri mempengaruhi pilihan, tujuan, pengatasan masalah dan

kegigihan dalam usaha (Judge dan Erez, dalam Ghufron, 2010: 75). Efikasi

diri sebagai persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat

berfungsi dalam situasi tertentu, effikasi diri berhubungan dengan keyakinan


bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan

(Alwisol, 2009:287

F. Kerangka teori

Remaja adalah tahap perkembagan individu dengan


berbagai perubahan dalam sikap, fisik, pola perilaku dan
juga penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja
salah satunya merokok, faktor yang dapat mempengaruhi
remaja merokok.

Faktor internal yang Faktor eksternal


mendorong remaja yang mendorong
untuk merokok : remaja untuk
merokok :
a. Perasaan positif
b. Perasaan negatif a. Emulsi
c. Adiktif b. Asosiasi
d. Kebiasaan c. Peer group
e. Rasa ingin tahu d. Media/iklan
f. Advertising e. Akses rokok
g. Umur
h. Kelas sosial
i. kepribadian

Efikasi diri

Baik / Sedang / Buruk

Gambar 2.1
(Jaya, 2014)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan

dilakukan (Riyanto,2011). Konsep penelitian ini yaitu menggambarkan

bahwa efikasi diri remaja laki-laki di desa pagergunung adalah buruk

B. Hipotesis penelitian

Hipotesis diartikan sebagai dugaan atau jawaban sementara yang mungkin

benar mungkin salah ( Arikunto, 2010)

Ho : Efikasi diri remaja laki-laki desa pagergunung untuk tidak merokok

adalah buruk

C. Desain penelitian

Jenis penelitian adalah study deskriptif yaitu penelitian yang diarahkan

untuk menjelaskan satu variabel. Penelitian ini menggunakan pendekatan

cross sectional (potong lintang) yang dilakukan sekali dalam waktu yang

sama atau secara bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

D. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah remaja laki-laki yang tidak merokok tinggal di

desa pagergunung kecamatan pageruyung kabupaten kendal sebanyak

172.
2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti, atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian

keperawatan kriteria sampel dapat meliputi kriteria inklusi dan kriteria

ekslusi dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya

sampel yang akan digunakan (Hidayat, A 2010). Sampel dalam

penelitian ini adalah remaja laki-laki yang berada di desa pagergunung

kecamatan pageruyung kabupaten kendal. Untuk menentukan jumlah

sampel yang akan diambil, maka dihitung dengan menggunakan rumus

slovin :

N
n=
1+ N e 2

Keterangan :

n : ukuran sampel yang akan dicari

N : ukuran populasi

e : batas toleransi eror

Catatan : rumus slovin ini dikutip dari buku wiratna sujarweni

(2014:16).

Maka dapat dihitung :

N
n=
1+ N e 2

172
=
1+ (172 )( 0,05)2

172
= 1+ (172 )( 0,0025 )
172
= 1+ 0,43

172
= 1,43

= 120, 27

Dari hasil akhir penghitungan di atas, banyaknya sampel digenapkan

saja ke atas sehingga menjadi 120 remaja.

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik sampel merupakan pengambilan sampel untuk menentukan

sampel yang akan digunakan dalam penelitian dengan menggunakan

suatu teknik sampling (sugiyono, 2015). Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu probability sampling dengan

metode pengambilan simple random sampling. Simple random

sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi

(Sugiyono, 2017:82).

a. Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian yang mempunyai syarat sebagai

sampel (Hidayat, A 2010).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Remaja laki-laki yang berumur 12-24 tahun yang tidak

merokok

b. Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagi


sampel penelitian, seperti adanya hambatan etis, menolak menjadi

responden atau suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk

dilakukan penelitian (Hidayat, A 2010).

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki di

Desa Pagergunung Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal saat

penelitian tidak ada di tempat atau sedang pergi.

E. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Pagergunung Kecamatan

Pageruyung Kabupaten Kendal

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan oktober 2020

F. Definisi operasional, variabel penelitian, dan skala pengukuran

Definisi operasional adalah mengindentifikasi variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati (Notoatmodjo,2012). Definisi

operasional dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut :

Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


operasional
Jenis kelamin Indikator yang Menggunakan 0=laki-laki nominal
digunakan kuesioner 1=perempuan
untuk demografi yang
membedakan diisi oleh
laki-laki dan responden
perempuan tentang jenis
kelamin
responden

Usia Usia yang Menggunakan Usia Rasio


dimiliki kuesioner dikategorikan
responden demografi yang dalam tahun
sejak lahir diisi oleh
sampai waktu responden
habis berdasarkan usia

Pendidikan Proses Menggunakan 0=Tidak sekolah Ordinal


pendewasaan Kuisioner 1=SD
seseorang demografi yang 2=SMP
melalui upaya terdiri dari 1 3=SMA
pengajaran dan pertanyaan 4=Sarjana
pelatihan

Pekerjaan Suatu aktivitas Menggunakan 0=Tidak bekerja Nominal


sehari-hari kuesioner 1=Bekerja
yang demografi yang
dilakukan diisi oleh
untuk responden yang
memnuhi terdiri dari 1
kebutuhan pertanyaan
hidup

Efikasi diri Efikasi diri Menggunakan Pengukuran : Ordinal


remaja laki- remaja laki- kuesioner Buruk = 10% -
laki untuk laki untuk efikasi diri yang 20%
tidak tidak merokok diisi oleh Sedang = 21% -
merokok responden. 30%
Kuesioner Bagus = 31% -
menggunakan 40%
skala likert Penilaian :
SS = 4
S=3
TS = 2
STS = 1

G. Alat penelitian dan teknik pengumpul data

1. Alat penelitian dan pengumpul data

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner,

kuesioner tentang efikasi diri remaja laki-laki untuk tidak merokok.

Instrumen self efficacy ini berisi pernyataan yang di dasarkan pada

konsep teori dari (Alwisol, 2009) Skala ini dibuat untuk mengukur self
efficacy pada remaja yang berniat berhenti merokok Kuesioner ini

berisi 10 pernyataan. Metode skoring pada alat ukur ini menggunakan

skala Likert dengan rentang jawaban dari 1 hingga 4 yaitu, 4 untuk

sangat setuju, 3 untuk setuju, 2 untuk tidak setuju, dan 1 untuk sangat

tidak setuju. Skala norma subyektif dibuat sebagai pernyatan favorable

dengan empat alternatif, dimana pernyataan favorable yang

jawabannya sangat setuju akan diberi nilai tertinggi yaitu 4 dan

jawaban sangat tidak setuju diberi nilai terendah yaitu 1.

2. Uji validitas dan reliabilitas

a. Uji validitas

Uji validitas dilakukan untuk menetapkan bahwa instrumen

penelitian yang digunakan benar- benar mengukur apa yang

hendak diukur (Nursalam, 3013). Validitas yaitu meminta pendapat

para ahli (judgement expert) dalam bidangnya sesuai dengan

lingkup yang diteliti.

b. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan indeks yang digunakan untuk

mengetahui sejauh mana instrumen penelitian tersebut dapat

dipercaya sehingga hasil pengukuran dengan instrumen tersebut

tetap konsisten apabila alat ukur yang sama (Budiman, 2013)

2. Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data merupakan salah satu metode yang ada di

dalam pengumpulan data dengan menggunakan teknik atau cara yang

digunakan oleh para peneliti untuk mengumpulkan data (Ridwan, 2010).

a. Jenis data

1) Data primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2015). Data primer

pada penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh

responden untuk mengetahui efikasi diri remaja laki-laki yang

tidak merokok.

2) Data sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat

orang atau lewat dokumen (Sugiyono, 2015)

b. Teknik pengumpulan data penelitian

Teknik pengumpulan data penelitian adalah cara yang dilakukan

peneliti untuk mengungkapkan atau menjaring informasi

kuantitatif dari responden sesuai lingkup penelitian. Berikut teknik

pengumpulan data penelitian yang bisa dilakukan diantaranya :

1) Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

memlaui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti

dan narasumber.

2) Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks

karena melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaanya.

Metode pengumpulan data observasi tidak hanya mengukur

sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk

merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik

pengumpulan data observasi digunakan untuk penelitian yang

bertujuan mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan

gejala alam.

3) Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada

para responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan

instrumen pengumpulan data yang efisien bila peneliti atau

dengan pasti variabel yang akan diukurb dan tau apa yang bisa

diharapkan dari para responden.

4) Analisis dokumen

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data

kuantitatif sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam

bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data


berbentuk surat, catatan harian, dan arsip foto (sujarweni,

2014)

c. Langkah-langkah pengumpulan data

Penelitian menerangkan kepada responden bahwa akan

diadakannya penelitian dimasyarakat yang bersifat sukarela, dan

akan dijaga kerahasiaanya. Selanjutnya kuesioner akan dibagikan

peneliti kepada responden dan diisi oleh responden tanpa

mencantumkan identitas dari responden, kemudian langkah-

langkah pengumpulan data untuk penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1) Tahap pertama mengajukan judul dengan pembimbing sesuai

dengan fenomena yang peneliti temukan dan ingin diteliti

2) Setelah judul disetujui oleh pembimbing 1 dan 2 kemudian

peneliti melakukan studi pendahuluan dan studi kepustakaan

untuk menyusun proposal

3) Konsultasi proposal kepada pembimbing 1 dan 2, setelah

proposal diterima peneliti melakukan seminar proposal yang

akan diuji dengan 3 penguji

4) Peneliti mengajukan surat izin kepada institusi STIKes

Kendal untuk melakukan penelitian


5) Setelah menyerahkan surat izin penelitian kepada STIKes

Kendal peneliti menyerahkan izin penelitian ke Balai Desa

Pagergunung

6) Setelah mendapat izin dari Balai Desa Pagergunung peneliti

mengajukan izin penelitian ke RT dan RW setempat

7) Setelah mendapatkan surat izin dari balaidesa, RT, dan RW,

peneliti mengajukan izin penelitian kepada Badan Kesehatan,

Bangsa dan Politik (KESBANGPOL)

8) Setelah mendapatkan ijin dari KESBANGPOL, peneliti

memberikan surat izin penelitian ke Badan Perencanaan

Penelitian dan Pengembangan (BAPERLITBANG)

Kabupaten Kendal

9) Setelah mendapatkan izin dari Badan Perencanaan Penelitian

dan Pengembangan (BAPERLITBANG) peneliti melakukan

penelitian. Penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan

data dengan memberikan link kuesioner penelitian kepada

responden

10) Setelah mendapatkan data dari responden maka peneliti dapat

mengolah dan menganalisis data tersebut.

H. Teknik pengolahan dan analisa data

I. Pengolahan data
Pengolahan data Menurut Notoatmodjo (2012), analisa data dilakukan

melalui pengolahan data yang dilakukan melalui beberapa tahap yaitu

editing, coding, entry, cleaning data data bulating data :

a. Editing (memeriksa)

Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isi formulir atau kuesioner yang telah di isi. Dala penelitian

ini yang dilakukan oleh peneliti adalah memeriksa kembali data

responden yang diperoleh atau dikumpulkan. Kemudian editing

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul

(Notoatmodjo, 2012).

b. Coding (memberi kode atau tanda)

Bertujuan mengidentifikasi data yang terkumpul dan memberikan

angka. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam melakukan

analisa data. Dalam penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti adalah

setelah kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding, yakni memberikan kode pada hasil jawaban

pertanyaan masing-masing responden (Notoatmodjo, 2012).

c. Entry (pemasukan data)

Setelah semua isian kuesionerterisi penuh dan benar, dan juga sudah

melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah

memproses data agar dianalisis. Proses data dilakukan dengan cara


meng-entry data dari kuesioner ke perangkat komputer

(Notoatmodjo, 2012).

d. Tabulatin (Tabulasi data)

Memasukkan data dalam tabel distribusi frekuensi yang disajikan

dalam presentase sehingga diperoleh data dari masing-masing

variabel (Notoatmodjo, 2010).

e. Processing (pemrosesan data)

Processing merupakan kegiatan mengelompokkan data ke dalam

variabel yang sesuai, pada tahap ini data dari responden yang telah

diterjemahkan menjadi bentuk angka, selanjutnya di proses

pengelolahan melalui komputerisasi agar mudah dianalisis.Salah

satunya yaitu program SPSS.

f. Cleaning (Pembersihan data)

Cleaning data Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah di entry untuk melihat kemungkinan ada kesalahan kode,

ketidaklengkapan, dan kemudian dilakukan koreksi. Setelah semua

data diolah, peneliti melakukan pengecekan kembali untuk

memastikan tidak ada kesalahan kode atau ketidaklengkapan

(Notoatmodjo, 2012).

2. Analisis data
Analisis data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Untuk

alasan tersebut dipergunakan uji statistik yang cocok dengan variabel

penelitian:

a. Analisa univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat

tergantung dari jenis datanya (Notoatmodjo, 2010). Analisis ini

dilakukan dengan menghasilkan distribusi dan prosentase untuk

mendapatkan gambaran Efikasi diri remaja laki-laki di desa

pagergunung untuk tidak merokok.

Variabel Jenis data Analisis data


Usia Nominal Distribusi frekuensi
Jenis kelamin Rasio Distribusi frekuensi
Pendidikan Ordinal Distribusi frekuensi
Pekerjaan Nominal Distribusi frekuensi
Efikasi diri remaja Ordinal Distribusi frekuensi
laki-laki untuk tidak
merokok

Rumus distribusi frekuensi


f
x= × 100 %
n
Keterangan :

x : hasil presentasi
f : frekuensi hasil presentasi
n : total seluruh observasi
I. Etika penelitian
Menurut Alimul, (2007) menjelaskan etika dalam melakukan penelitian,

meliputi:

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Informed consent adalah bentuk kesepakatan antara peneliti dan subjek

penelitian atau narasumber dengan memberikan kesepakatan tertulis.

Untuk memahami maksud dan tujuan penelitian, maka formulir

persetujuan dikirimkan kepada orang yang diwawancarai, jika orang

yang diwawancarai bersedia, orang yang diwawancarai harus

menandatangani formulir persetujuan tersebut, jika tidak, maka peneliti

harus menghormati hak orang yang diwawancarai.

2. Anonymity (tanpa nama)

Peneliti memberikan jaminan dengan tidak mencantumkan nama

responden pada lembar atau alat ukur dan hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data.

3. Confidentially (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data ketentuan yang akan dilaporkan sebagai

hasil penelitian.

J. Jadwal penelitian

Terlampir
Kuesioner Efikasi Diri

A. Kuesioner Demografi

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

B. Kuesioner Efikasi Diri

Petunjuk pengisian : Berilah tanda check list ( √ ) pada salah satu alternatif

jawaban

SS : Sangat setuju dengan nilai

S : Setuju dengan nilai 3

TS : Tidak setuju dengan nilai 2

STS : Sangat tidak setuju dengan nilai 1


No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya yakin masih memiliki banyak teman
jika saya tidak merokok.
2. Saya ingin menjadi contoh yang baik bagi
teman bila saya tidak merokok.
3. Saya lebih percaya diri jika tidak merokok.

4. Saya ingin mendapatkan tubuh yang sehat


dengan tidak merokok.
5. Saya yakin bahwa dengan tidak
merokok merupakan perilaku yang baik dan
menguntungkan bagi saya dan orang
sekitar.
6. Saya yakin dengan tidak merokok saya
masih dapat mengatasi stress akibat
masalah yang terjadi pada saya.
7. Saya yakin, jika ada kemauan yang kuat
dari diri saya untuk tidak merokok, maka
saya tidak akan merokok
8. Saya yakin meskipun tidak merokok, saya
tetap gaul.
9. Saya yakin tidak merokok adalah suatu
pilahan yang dewasa.
10. Saya yakin meskipun saya tidak
merokok saya masih mudah untuk bergaul
dengan siapapun.

Anda mungkin juga menyukai