Anda di halaman 1dari 23
Rudiyansyah, S.Sos., M.AP. Dahlian, S.Pd., M.Pd., M.Si. ETIKA Administrasi Publik Rudiyansyah dan Dahlan Etika Administrasi Publik/Rudiyansyah dan Dahlan Cet. I—Makassar. CV Sah Media 2018 23 cm x 15,5 cm, 110 Halaman ISBN 978-602-6928-57-3 1. Etika Administrasi Publik |. Judul Hak cipta 2018, pada penulis Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit Rudiyansyah, $.SOs., M.AP. dan Dahlan, $.Pd., M.Pd., M.Si. Etika Administrasi Publik Cetakan Pertama, Oktober 2018 Hak penerbit pada CV SAH MEDIA, Makassar Editor: Muhammad Darwis, $.Pd., M.Pd. Setting layout: Galuh AS Desain cover: Sobirin CV SAH MEDIA Jl. Antang Raya No. 83 Kel. Antang, Kec. Manggala, Kota Makassar Telp. 0411-497150, HP. 081343617376 Email: sah_media@yahoo.com www.sahmedia.co.id ON Etika Administrasi Publik. Kata Pengantar j™N DAFTAR ISI Daftar ISI... v BAB 1 Etika dan Sejumlah Pengandaian Normatif. 1 A. Pentingnya hukum-hukum moral 1 B. Etika dan moralitas... 3 C. Moral sebagai sistem nilai 4 D. Permasalahan etika sosia..... 7 E. Garis-garis besar landasan etika. 9 F. Pertimbangan moral . 12 BAB 2 Etika Administrasi Publik... 15 A. Definisi Etika Administrasi Publik i) B. Etika Administrasi Publik Sebagai Bagian 17 C. Urgensi Etika Administrasi Publik 18 D. Pendekatan Etika Administrasi Publik. 19 E. Nilai-nilai Etika Administrasi Publik F. Pelanggaran Etika Administrasi Publik. 31 G. Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran Etika Administrasi Publik..... 33 H. Implementasi Etika Administrasi Publik Sebag: Upaya Mengatasi Mal-Administrasi.........0..00cceee 35 Daftar Isi 6 v ‘ BAB 3 Kebijakan Publik Sebagai Keputusan-keputusan yang Mengandung Konsekuensi Moral... 39 A. Keadilan Sosial .. B. Masalah-masalah Lingkungan C. Pelayanan Umum D. Moral Individu Atau Moral Kelompok E. Pertanggung Jawaban Administrasi F. Analisis Etis ... BAB 4 Korupsi dan Peta Merah... 55. A. Pengertian Sekedar Korupsi 55 B. Ciri-ciri Korupsi Sebab dan Akibat Korupsi......... 60 BAB 5 Etika administrasi dalam praktik. 73 A. Asas-asas Umum Demokrasi Pemerintahan yang Baik.. 73 B. Administrasi, Nilai-nilai Judisial, dan Norma Pengawasan.... 86 C. Kode Etik Sebagai Pedoman 88 BAB 6 Etika Pelayanan Publik di Era Otonomi Daerah 91 A. Pelayanan Publik di Era Otonomi Daerah 93 B. Kelemahan Pelayanan Publik di Era Otonomi Daerah 94 C. Peran Pemerintah 101 103 Daftar Pustaka Tentang Penulis .. ON Etika Administrasi Publik. BAB I ETIKA DAN SEJUMLAH PENGANDAIAN NORMATIF A. Pentingnya Hukum-Hukum Moral Pada permulaan abad ke-18, seni dan budaya di perancis sudah demikian maju jika dibandingkan dengan Negara-negara lainnya. Sikap-sikap masyarakat tidak lagi terbelenggu oleh ajaran fatalisme dan ajaran-ajaran dogmatis. Rasionalitas dijunjung tinggi dimana-mana. Namun ditengah itu terdapat kenyataan lain yang begitu kontradiktif. Louis xiv dengan congkak ingin mengukuhkan absolutism melalui ucapannya, Negara adalah aku. Sementara itu ketidakadailan pemugutan pajak tanpa demikian mencolok. Kaum ningrat dibebaskan dari paja, sedangkan rakyat kecil yang umumnya kaum petani dikenai pajak yang begitu tinggi. Di dalam setiap pembahasan mengenai etika atau moralitas dalam konteks Negara, pemikiran Roussseau agaknya masih akan relevan. Pertanyaan yang kemudian muncul ialah: dapatkah kita kembali ke alami ditengah hiruk pikuknya persaningan menciptakan teknologi dan globalisasi setiap aspek kehidupan manusia sekarang ini? Setiap system baru yang ditemukan oleh sebuah generasi aka Etika dan Sejumlah Pengandaian Normatif oN menjadi milik dari generasi sesuadahnya dan itu merupakan modal baginya untuk langkah selanjutnya. Jika ummat manusia tidak menginginkan bahwa kemajuan karya ciptanya akan menjadi boomerang bagi dirinya dan menurunkan martabatnya sebagai manusia, maka mau tidak mau dia harus setiap saat berpaling pada kaidah-kaidah moaral. Demikian pentingnya kedudukan moral bagi manusia sehingga dalam banyak hal kemajuan peradaban suatu bangsa dapat diukur dari sejauh mana individu-individu dalam bangsa tersebut dapat menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas. Mengenai pentingnya hukum-hukum moral bagi kehidupan manusia. Bebrapa uraian berikut, barangkali akan memperjelas kedudukannya. 1. Hukum Moral Sangat Vital Bagi Manusia Untuk kelestarian peradaban manusia, kesadaran akan moral mutlak diperlukan. Perkembangan ilmu dan teknologi membuat interaksi antar individu berlangsung secara kompleks. Tidak dapat dibayangkan bagaimana proses social itu akan berjalan dengan tertib andaikat kaidah-kaidah moral tidak lagi di patuhi oleh setiap individu. 2. Hukum Moral Bersifat Rasional dan Objektif Salah satu ciri yang membedakan manusia dengan binatang ialah eksistensi moral. Meskipun rasionalitas dan objektivitas moral dalam beberapa hal hanya dapat dibuktikan dengan keyakinan, tetapi karena moral menyangkut harkat manusia maka ia akan selalu memiliki ciri rasional dan objektifsesuai dengan kecenderungan manusia untuk berpikir. Setidak-tidaknya orang yang bertindak dengan mengikuti hokum moral akan memiliki semacam role expectation A) Etika Administrasi Publik. bahwa jika tindakannya benar menurut ukuran moral maka orang lain pun akan melakukan pola tindakan yang serupa. 3. Moralitas Terdiri Dari Hukum-Hukum Universal Universalitas moral terletak pada kenyataan bahwa prinsip moral berlaku bagi siapa saja, kapan saja dan dimana saja, tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.bebrapa Negara modern, misalny, tidak memberlakukan hokum moral kepada dua orang yang melakukan perzinaan atas dasar suka sama suka, tetapi tidak ada satupun Negara didunia ini yang melegalisasi perkosaan atau kekeraan seks yang jelas-jelas melanggar hak asasi orang lain. B. Etika Dan Moralitas Dalam banyak tulisan filosofis, jarang ditemukan penulis yang menggunakan peristilahan tersebut secara konsisten, namun sekurang-kurangnya kita tetap dapat melacak asal mula munculnya istilah tersebut. Etika berasal dari bahasa yunani: ethos, yang artinya kebiasaan atau watak, sedangkan moral berasal dari bahasa latin: mos (jamak: mores) yang artinya cara hidup atau kebiasaan. Dari istilah ini muncul pula istilah morale atau moril, tetapi artinya sudah jauh sekali dari pengertian asalnya. Moril bisa berarti semangat atau dorongan batin. Di samping itu terdapat istilah norma yang berasal dari bahasa latin. (norma: penyiku atau pengukur), dalam bahasa inggris norma berarti aturan atau kaidah dalam kaitannya dengan prilaku manusia, norma digunakan sebagai pedoman atau haluan bagi perilaku yang seharusnya dan juga untuk menakar atau menilai sebelum ia dilakukan. Etika dan Sejumtah Pengandaian Normatif A) Moralitas di maksudkan untuk menentukan sampai seberapa jauh seseorang memiliki dorongan untuk melaksanakan tindakan- tindakannya sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan moral. Latar belakan budaya, pendidikan, pengalaman, dan karakter individu adalah sebagian di antara faktor-faktor yang memengaruhi tingkat moralitas seseorang. Ukuran moralitas dalam hal ini bukanlah bersifat pembedaan hitam putih, melainkan berada dalam suatu garis kontinum. Kita tidak bisa mengatakan bahwa seseorang punya moralitas sedangkan orang yang lain tidak punya moralitas, tetapi hanya bisa dikatakan bahwa orang itu punya moralitas yang rendah atau tinggi. C. Moral Sebagai Sebuah Sistem Nilai Secara sederhana, nilai dapat dirumuskan sebagai objek dari keinginan manusia. Nilai menjadi pendorong utama bagi tindakan manusia dari berbagai macam nilai yang memengaruhi kompleksitas tindakan manusia, moore membedakan enam macam nilai. Pertama, dia membedakan antara nilai primer, sekunder, dan tertier. Pembedaan ini didasarkan pada kerangka berpikir yang menentukan usaha, angan-angan atau kepuasan seseorang. Kedua, terdapat perbedaan antara nialai semu dan nilai rill. Seseorang memiliki nilai semu apabila dia bertindak seolah-olah berpedoman kepada suatu nilai sedangkan ia sesungguhnya tidak menganut nilai tersebut. Ketiga, ada nilai yang terbuka da nada pula yang tertutup. Suatu nialai disebut terbuka bila tidak terdapat rentang waktu yang membatasinya. oN Etika Administrasi Publik. Keempat, pembedaan dapat digariskan antara_nialai-nilai negative dan positif. Suatu nilai negative terjadi bila proposisi yang mendasari suatu keinginan bersifat negative, kebalikan dari nilai negative adalah nilai positif. Kelima, suatu nilai terdapat pula dibedakan menurut orde atau urutannya. Maka terdapat nilai orde pertama, orde kedua atau orde-orde selanjutnya yang lebih tinggi. Orde pertama, terjadi jika benar-benar tidak ada nilai lain, nilai orde kedua terjadi jika terdapat nilai lain kecuali nilai orde pertama tadi. Keenam, pembedaan yang cukup sering disebutkan dalam kaitannya dengan nilai ialah pembedaan antara nilai relative dan nilai absolut. Suatu nilai bersifat relative bila merujuk kepada orang lain yang memiliki spesifikasi nilai tersebut. Dari keenam dasar pembeda di atas yang pada intinya merupakan psikologi teoritis, kita akan memperoleh serangkaian pembedaan nilai yang beraneka ragam. Secara ringkas penggolong- golongan ini dapat digambarkan pada diagram berikut: Bagan 1. Corak nilai dan dasar pembedanya Hasrat ‘ . 0: appetitvity | Kesumgguhan | Lingkup | Positivitas | Relativitas | Orde Primer Pertama Rill Terbuka | Positif Absolut Sekunder Kedua Ketiga Tersier Semu Tertutup | Negatif | Relatif Arsitektonis. Setiap perilaku manusia ditentukan olehnilai-nilai yang dianut serta prinsip-prinsip moral yang di pegangnya. Dengan demikian, moral itu sendiri merupakan suatu system nilai yang menjadi dasar oN Etika dan Sequmbah Pengandaian Normatif bagi dorongan atau kecenderungan bertindak. Sekarang kita kan melihat karakteristik nilai-nilai moral berdasarkan uraian di atas serta beserta ringkasannya pada bagan 1. Primer Moral melibatkan suatu komitmen untuk bertindak dan merupakan landasan hasrat yang paling utama sehingga termasuk kedalam nilai primer. Rill Nilai moral sekedar semu. Orang yang berwatak hipokrit sesungguhnya tidak memercayai nilai moral yang bersangkutan Terbuka Ciri universalitas dari moral mengharuskan adanya lingkup yang terbuka sebab sekali nilai moral tertutup maka ia akan kehilangan universalitasnya. Bisa bersifat positif maupun negatif Secara historis kita dapat menyaksikan perubahan-perubahan penekanan dari nilai negatif menjadi positif ataupun sebaliknya moral bisa berciri larangan-larangan maupun anjuran-anjuran. Orde tinggi atau arsitektonik Nilai-nilai yang ordenya rendah tidak memiliki ciri intrinsic yang mengatur nilai-nilai yang lainnya suatu pengaturan yang melibatkan semua tindakan lainnya yang penting bagi moralias, baik berupa ketaatan pada peraturan maupun pedemon-pedoman spiritual. ON Etika Administrasi Publik. 6. Absolut Moralitas pada manusia mestinya bebas dari sifat-sifat yang mementingkan diri sendiri yang terdapat pada kehendak- kehendak yang relatif. D. Permasalahan Etika Sosial Dari aspek susunanya manusia dapat dibedakan menjadi dua komponen yaitu jiwa dan raga. Menurut Aristoteles, jiwa manusia terdiri dari cipta, rasa, dan kars, sedangkan raga terdri dari zat yang mati, zat tumbuhan, dan zat hewani. Dilihat dari kedudukannya, manusia, dapat berdiri sendiri sebagai pribadi yang mandiri dan juga dapat berdiri sebagai mahluk tuhan. Kemudian dilihat dari aspek sifatnya, dapat dibedakan menjadi seperti berikut. 1. Makhluk individu Manusia memiliki sifat individu terutama bila dilihat dari kenyataan bahwa ia memiliki karakter kepribadian serta memiliki pendirian. Makhluk social Sifat social terutama melihat dari adanya keinginan manusia untuk hidup bersama dengan manusia lainnya, berkomunikasi, dan berbagai rasa dengan orang lain. Aristoteles mengatakan, bahwa manusia adalah zoon politicon, makhluk yang senantiasa ingin berkelompok. Tujuan etika adalah pemberitahuan bagaimana kita dapat menolong manusia didalam kebutuhannya yang riil yang secara susila dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mencapai tujuan ini, pemahaman akan etika social tidak hanya mengharuskan pendalaman Etika dan Sejumtah Pengandaian Normatif oN tentang norma-norma social yang berlaku tetapi juga tentang kebutuhan-kebutuhan manusia serta apa saja yang mendorong timbulnya kebutuhan tadi. Persoalan etika sosial menyeruak karena semakin kompleks kehidupan masyarakat modern berbarengan dengan globalisasi maslah-masalah social, politik, ekonomi, dan budaya. Jangkauan telaah etika social pun semakin luas, bukan saja melibatkan hubungan antar kelompok masyarakat namun juga antar etnis atau Negara. Kebebasan hak asasi manusia serta merta diperdebatkan apabila itu menyangkut kepentingan social. Umumnya disepakati bahwa hak yang paling mendasar bagi manusia atau yang sering disebut hak asasi mencakup tiga komponen yaitu: 1. Hak hidup Pengesahan tentang hak asasi ini akan melindungi setiap manusia dari penggunaan kekerasan dari orang lainnya, antara lain hokum-hukum yang melarang pembunuhan, membuat cacat orang lain, pemukulan, atau segala macam kekerasan fisik lainnya. 2. Hak bebas Jaminan kebebasan pribadi menyangkut kebebasan untuk berbicara, kebasan pers atau kebebasan untuk hidup secara damai. Oleh karena itu, suatu system social yang baik hendak mengurangi sesedikit mungkin penyensoran ide, buku, atau aktualisasi diri seseorang. 3. Hak milik Hak milik merupakan jaminan atas perlindungan orang dari tindakan penyitaan, perampokan, nasionalisasi, penggelapan atau pelanggaran paten. ON Etika Administrasi Publik. E. Garis-Garis Besar Landasan Etika Sebagaimana telah diuraikan, etika merupakan salah satu cabang dari filsafat. Negara yunani kuno merupakan sumber pemikiran ilmiah yang paling awal. Dari yunani muncul pemikir- pemikir cemerlang seperti Socrates (470-399 SM), Plato (428-348 SM), dan Aristoteles (384-322 SM). Paham kosmossentris, bahwa manusia adalah bagian dari alam, merupakan paham yang pertama kali berkembang pada zaman yunani kuno. Pham ini mengajarkan secara praktis mengajarkan manusia untuk senantiasa berserah diri pada kehendak alam, sehingga pola berpikir yang dianut kemudian lebih banyak bersifat fatalistic dan kurang memiliki daya hidup. 1. Naturalisme Paham ini berpendapat bahwa system-sistem etika dalam kesusilaan mempunyai dasar alami, yaitu pembenaran- pembenaran hanya dapat melakukan melalui pengkajian atas fakta dan bukan teori-teori yang sangat metafisis. Naturalism juga berpendapat bahwa manusia pada kodratnya adalah “baik”, sehingga ia harus dihargai dan menjadi ukuran. 2. Individualisme Emmanuel kant adalah salah seorang filsuf yang senantiasa yang menekankan bahwa setiap orang bertanggung jawab secara individual bagi dirinya. Memang esensi individualism adalah ajaran bahwa di dalam hubungan social yang paling pokok adalah individunya. Orang akan memiliki etos kerja yang kuat dan selalu ingin berbuat yang terbaik bagi dirinya. Namun, disisi lain ia juga mengandung dampak negative dengan kecenderungan Etika dan Sejumtah Pengandaian Normatif oN yang menyangkut hubungannya dengan pribadi-pribadi lain dalam suatu system social. Asumsi yang dipakai disini ialah bahwa tanpa pendidikan moral atau akhlak pun seorang manusia memiliki kecenderungan naluri untuk memiliki yang baik. Penilaian tentang ilmu moral Dari proses belajar dan proses interaksi dan individu yang lain, seseorang kemudian mendapatkan kaidah-kaidah moral yang berlaku dalam masyrakat secara umum. Akumulasi penghayatan atas nilai-nilai moral tersebut kemudian menjadi acuan bagi perilaku seorang individu. Penilaian khusus nir-pribadi Tahap penilaian ini berlangsung jika seseorang telah berhadapan dengan suatu persoalan tipikal, kemudian melakukan telah kognitif dalam pikirannya. Dia berusaha mengadakan penalaran tentang nilai kebenaran secara objektif walaupun dia tidak terlibat secara langsung ke dalam suatu persoalan dan tidak punya kewajiban untuk memecahkan persoalan tersebut, setidak-tidaknya telah memiliki_ pengandaian-pengandaian normative jika benar- benar diharuskan mengambil sikap. Penilaian khusus pribadi Penilaian khusus merujuk pada pribadi baik itu menyangkut diri sendiri maupun orang lain. Jika dalam penilaian tahap sebelumnya hanya terungkap bahwa”orang yang miskin harus dibantu”, tahap ini lebih spesifik lagi dengan pernyataan “saya harus membantu orang miskin” oleh karena itu, yang berperan dalam penilaian khusus pribadi Etika dan Sejumtah Pengandaian Normatif ON Etikaadministrasi publik sebagai bagian etika sosial, memiliki hubungan yang sangat erat dengan etika profesi, etika politik, etika lingkungan hidup, etika keluarga, sikap terhadap sesama bahkan terhadap kritik ideology. B. Etika Administrasi Publik Sebagai Bagian Etika Sosial Sikap terhadap sesama Etika keluarga Etika profesi Etika administrasi publik Etika politik Etika lingkungan hidup Kritik ideologi SSA eS oe Etika sosial Dalam melaksanakan kedudukannya sebagai administrator publik sekurang-kurangnya harus memiliki etika keluarga yang baik. Bahkan sikap terhadap sesama juga ikut menentukan rasa respek masyarakat karena ia menjadi cermin dan teladan bagi khalayak. Dalam bagan ditunjukkan pula bahwa etika adminis-trasi publik berada di antara etika profesi dan etika politik. Asumsinya, seorang administrator adalah orang yang harus menerapkan ilmu manajemen dan organisasi sccara profesio-nal. Ia harus mampu memecahkan masalah-masalah taktis dengan baik dan mampu mengelola organisasi secara efisien serta mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat yang luas dan beraneka ragam. Untuk itu, administrator dituntut memiliki kepekaan yang tinggi terhadap masalah politik. Etika Administrasi Publik. ON Pertama, pendekatan teleologi. Pendekatan _ teleologi mengatakan bahwa apa yang baik dan buruk atau apa yang seharusnya dilakukan oleh administrasi adalah ’nilai keman-faatan’ yang akan diperoleh atau dihasilkan. Tindakan administrasi yang baik atau buruk dilihat dari *konsckuensi’ tindakan administrasi yang diambil. Jika pendekatan ini diterapkan dalam administrasi publik, maka ukuran baik dilihat dari: 1) pencapaian sasaran kebijakan publik; 2) pemenuhan pilihan-pilihan masyarakat; 3) perwujudan kekua-saan organisasi; dan 4) kekuasaan perorangan (jika menjadi tujuan administrasi). Pendekatan teleologi dibedakan lagi dalam dua macam yaitu ethical egoism dan utilitarianism. Ethical egoism mengembangkan kebaikan bagi dirinya. Kekuasaan dan survival pribadi adalah tujuan yang benar untuk seorang administrator pemerintah. Sedangkan wtilita-rianism mengupayakan yang terbaik untuk banyak orang. Kedua, pendekatan deontologi. Pendekatan deontologi merupakan kebalikan pendekatan teleologi. Pendekatan deontologi mendudukkan etika dan moral sebagai prinsip utama dalam administrasi. Pangkal tolaknya adalah penega-kan moral, karena kebenaran yang ada dalam dirinya, tidak terkait dengan konsekuensi dari keputusan tindakan yang dilakukan. E, Nilai-nilai Etika Administrasi Publik Terdapat seperangkat nilai dalam etika administrasi publik yang dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi penyelenggara administrasi publik dalam menjalankan tugas dan kewenangannya. Widodo (2001: 251-258) menguraikannya sebagai berikut. Etika Administrasi Publik. ON kepentingan publik, meskipun untuk melakukan penyelewengan bagi mereka cukup terbuka. Mereka tidak akan melakukan tindakan korup, kendatipun mereka berada pada lingkungan (sistem) yang korup, bahkan mereka berusaha untuk merubah dan memperbaiki lingkungan dan sistem yang korup tadi, kendatipun mereka tahu apa yang menjadi resikonya. Sementara itu, birokrasi publik yang bertanggung jawab dalam arti “capable to do atau professional”, menuntut biro-krasi publik mempunyai kemampuan dan kecakapan teknis (kompetensi teknis) yang memadai dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, baik yang bersifat administratif maupun fungsional yang diberikan kepadanya. Dengan memiliki ke-mampuan dan kecakapan teknis tadi, mereka akan dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif, efisien, dan produktif. Karenanya responsibilitas dalam penger-tian ini menuntut agar birokrasi publik senantiasa melakukan Etika Administrasi Publik aktualisasi diri atas potensi yang dimilikinya dan melakukan tugas dan tanggung jawabnya secara sungguh-sungguh. Meskipundemikian, menurutFriedrich, pertanggungjawa-ban administratiftersebut menjadi penting karena masalah-masalah publik yang dihadapi oleh administrator negara menjadi semakin kompleks memerlukan ketrampilan teknis yang tinggi dan administrator. Walaupun responsibilitas tetap penting, tetapi dipandang tidak cukup karena politisi cenderung memiliki kemampuan yang terbatas untuk menilai secara teknis kinerja dan administrator negara. Sisi lain dan pertanggungjawaban administratif adalah bahwa administrator negara (birokrasi publik) harus bertindak berdasarkan tang-gung jawab moral yang mereka sadari terhadap publiknya. Misalnya, administrator negara (birokrasi publik) perlu ber-sikap adil, tidak Etika Administrasi Publik. ON pula mendorong keberhasilan organisasi itu sendiri. Manfaat lain yang diperoleh dari rumusan kode etik adalah para aparat akan memiliki kesadaran moral atas kedudukan yang diperolehnya dari negara atas nama rakyat, Pejabat yang menaati norma-norma dalam kode etik akan menempatkan kewajibannya sebagai aparat di atas kepentingannya akan karir dan kedudukan. Pejabat akan melihat kedudukan sebagai alat, bukan sebagai tujuan. Untuk itu, kode etik mengandaikan bahwa para pejabat publik dapat berperilaku sebagai pendukung nilai moral dan sekaligus pelaksana dari nilai tersebut dalam tindakan yang nyata. Namun sayangnya, Kode etik di Indonesia masih terbatas pada beberapa kalangan seperti ahli hukum dan kedokteran. Kode etik bagi profesi yang lain masih belum ada (Pasolong, 2007: 200). Kode etik tidak hanya sekedar menjadi bacaan tetapi juga diimplementasikan dalam melakukan pekerjaan, dinilai tingkat implementasinya melalui mekanisme monitoring, kemudian dievaluasi dan diupayakan perbaikan melalui konsensus. Komitmen terhadap perbaikan etika ini perlu ditunjukkan, agar pihak pemberi pelayanan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pelayanan publik. Oleh karena itu, mungkin tidak ada salahnya jika negara kita belajar dari negara lain yang sudah maju dan memiliki kedewasaan beretika. Misalnya negara Amerika Serikat, dengan kode etik administrasi publik, yang dimiliki ASPA (America Society for Public Administration) pada tahun 1989, seperti dijelaskan Kumorotumo (1992: 413-414) sebagai berikut. a. Pelayanan kepada masyarakat adalah di atas pelayanan kepada diri sendiri. Etika Administrasi Publik. ON pemerintah; 3) membicarakan masa depan peluang kerja di luar instansi pada saat berada dalam tugas sebagai pejabat pemerintah; 4) membocorkan informasi komersial atau ekonomis yang bersifat rahasia kepada pihak-pihak yang tidak berhak; 5) terlalu erat ber- urusan dengan orang-orang di luar instansi pemerintah yang dalam menjalankan bisnis pokoknya tergantung dari izin pemerintah. Penyimpangan-penyimpangan perilaku administror publik (mal- administrasi) inilah yang saat ini banyak disoroti oleh masyarakat. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena akan menggerogoti rasa kepercayaan masyarakat pada pemerintah. Oleh karena itu harus segera dicarikan jalan keluarnya yaitu mengimplementasikan etika administrasi publik dengan baik. G. Faktor Penyebab Terjadinya Pelangggaran Etika Administrasi Publik Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap etika administrasi publik. Menurut Widodo (2001: 264- 267), mal-administrasi publik disebabkan karena dua faktor sebagai berikut. Pertama, faktor internal. Faktor internal berupa ke- pribadian seseorang. Faktor kepribadian ini berwujud niat, kemauan, dorongan yang tumbuh dari dalam diri seseorang yang melakukan tindakan mal administrasi. Faktor ini disebabkan karena lemahnya mental, dangkalnya agama dan keimanan seseorang. Selain itu faktor tersebut juga disebabkan faktor eksternal seperti kebutuhan keluarga, kesempatan, lingkungan kerja dan lemahnya pengawasan, dan lain sebagainya. Kedua, faktor eksternal. Faktor ekternal adalah faktor yang berada di luar diri seorang yang melakukantindakan mal- administrasi seperti lemahnya peraturan, lemahnya lembaga kontrol, Etika Administrasi Publik. ON penye-lenggara administrasi publik, dalam bentuk keimanan dan keagamaan yang melekat pada diri sesorang. Jika mereka meyakini bahwa perbuatan KKN tersebut dilarang oleh agama dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan Allah SWT, maka mereka tidak akan melakukannya sekalipun kesempatan itu ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skala prioritas untuk mencegah terjadinya mal-administrasi publik seperti KKN adalah: pertama, perlu adanya kontrol internal yang kuat pada diri penyelenggara administrasi publik, yang dapat membentuk kepribadian yang dilandasi nilai keimanan dan keagamaan; kedua, adalah mengimplementasikan etika administrasi publik; ketiga, adanya kontrol eksternal dalam wujud adanya pengawasan, baik pengawasan politik, fungsional maupun pengawasan masyarakat. Namun akan jauh lebih efektif jika ketiganya dapat diberlakukan secara bersamaan. Dengan demikian maka mal-administrasi seperti KKN dan segala dimensinya bukan hanya dapat dicegah tapi juga dapat diberantas. Selain hal di atas, upaya lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi mal-administrasi publik (Steinberg dan Austern, 1999: 23-55, Ibrahim, 2008: 115-116) di antaranya sebagai berikut. a. Mewujudkan good governance dan good coorporate governance b. Laporan kekayaan penyelenggara negara (diumumkan di lembaran negara, diaudit, ditindaklanjuti, dilihat kelayakannya sebelum, sewaktu, sesudah menjabat, dan ditindak dengan sanksi yang sesuai) c, Adanya hukum, undang-undang, kode etik yang meliputi antara lain: 1) Undang-Undang pemberantasan bentrokan kepentingan yang bersifat kriminal, yang melarang tinda- Etika Administrasi Publik. ON dalam pembangunan; (7) Pemerataan penyebaran pembangunan seluruh tanah air; (8) Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan hukum. Budaya birokrasi yang masih berorientasi ke atas rupanya menjadi salah satu kendala yang menumpulkan kepekaan birokrasi, terhadap masalah-maslah social di sekelilingnya. Akibatnya kebijakan public ditunggu-tunggu oleh lapisan bahwa seperti pemerataan kesempatan kerja, penempatan kerja, penetapan upah minimum, atau penyediaan kredit investasi seringkali tidak kena sasaran. B. Masalah-Masalah Lingkungan Kemajuan teknologi dan pembangunan fisik telah membawa kemajuan peradaban manusia yang luar biasa. Setiap orang dapat merasakan bahwa dengan rekayasa dan teknologi maka gizi dan makanan sehat terpenuhi, komunikasi berjalan lanjcar dan cepat, transportasi_ semakin mudah, ilmu pengetahuan berkembang makin pesat, hiburan mudah di peroleh, dan secara keseluruhan kesejahteraan manusia meningkat. Sejak pelita IV (1984-1989) bangsa Indonesia berusaha beralih dari ketegantungan agraris ke pembangunan industry. Pengalaman industrialisasi di Negara-negara maju yang membawa akibat-akibat buruk terhadap lingkungan scharusnya menjadi pelajaran bagi bagi kita untuk mengelola industry dengan lebih terencana. Selain masalah-maslah lingkungan yang tercemar kita juga akan masih akan mengalami masalah pertumbuhan penduduk. Indonesia harus mengalami abad ke 21 dengan jumlah penduduk sebesar 212 juta sebagai perkiraan rendah atau 223 juta penduduk sebagai perkiraan tinggi. Meningkatkan jumlah penduduk tentu saja Kebijakan Publik Sebagai Keputusan nes Menganduni ON ° Daseknersi MOrad dan miskin semakin terlupakan dan semakin jauh dari uluran tangan birokrasi. Dalam banyak hal temnyata birokrasi cenderung mempertajam stratifikasi social terdapat dalam masyarakat sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si miskin makin menganga. Bentuk birokrasi yang diharapkan memiliki daya tanggap yang baik terhadap kepentingan-kepentingan umum adalah bentuk organis adaptif. Ciri-ciri pokok yang terdapat dalam struktur yang organis adaptif antara lain: 1. Berorientasi kepada kebutuhan para pemakai jasa 2. Bersifat kreatif dan inovatif 3. Menganggap sumber daya manusia sebagai modal tetap jangka panjang (/ongterm fixed assets) 4, Kepemimpinan yang memiliki kemampuan mempersatukan berbagai kepentingan dalam organisasi, schingga dapat menumbuhkan sinergisme. D. Moral Individu Atau Moral Kelompok Empat komponen permasalahan yang berkaitan dengan kebijakan public telah diuraikan, yaitu permasalahan keadilan social, partisipasi, dan aspirasi masyarakat, lingkungan hidup.serta pelayanan umum. Semuanya merupakan persoalan-persoalan yang cukup actual di Negara-negara demokratis dan kita telah melengkapi pembahasan dalam konteks Indonesia. Mempelajari etika berarti memahami sifat dasar tindakan manusia, pertentangan moral yang mendasarinya, kesadaran moral (moral conduct) yang tampak dalam kehidupannya sehari-hari. Seperti telah kita lihat, persoalan-persoalan etis tenyata selalumuncul di dalam hubungan antara Negara, administrator, birokrat, pihak- Kebijakan Publik Sebagai Keputusan nes Menganduni ON ° Daseknersi MOrad penyalahgunaan wewenang yang mungkin dilakukan oleh seorang pegawai Negara selama menjalankan tugas-tugasnya. Kita akan membahasnya secara singkat karena agaknya tipe-tipe pelanggaran atau permasalahan yang di kemukakannya cukup lengkap dan bermanfaat. 1. Ketidak jujuran (dishomesty) Para pejabat Negara selalu punya peluang untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak jujur dalam tugas-tugasnya berbagai pungutan liar atau penggelapan (embezzlement) merupakan contoh yang paling nyata. Petugas yang mencari-cari kesalahan untuk menarik “denda”, penarik retribusi dan pajak yang mengantongi uang dengan memalsukan kuitansi, penarikan “komisi” yang setengah memaksa, termasuk ke dalam bentuk-bentuk ketidakjujuran tersebut. Tindakan-tindakan semacam ini dapat disebut sebagai pencurian terselubung, 2. Prilaku yang buruk Dalam peraturan-peraturan seringkali terdapat celah- celah yang memungkinkan para pejabat yang kurang punya dasar moral melakukan penyimpangan. Tindakan penyuapan (bribery), pemberian uang sogok, suap, atau uang semir merupakan contoh perilaku yang buruk. Tindakan ini dapat diibaratkan dengan orang yang seharusnya masuk rumah melalui pintu depan, tetapi sengaja menelusupkan disela-sela pagar karena punya maksud-maksud tertentu. 3. Konflik kepentingan Pejabat public seringkali di hadapkan pada posisi yang dipenuhi oleh konflik kepentingan. Dalam situasi seperti ini, hokum kadangkala tidak dapat berfungsi sebagaimana Kebijakan Publik Sebagai Keputusan nes pee tg ON ° Onsekuenst MOra

Anda mungkin juga menyukai