Anda di halaman 1dari 24

RS Tk.

IV Kesdam Cijantung

PRESENTASI KASUS:
DEMAM TIFOID
Disusun oleh:
dr. Siti Abila Zebadiah
Pembimbing:
dr. Ferliani, Sp. PD
dr. Elmizah
IDENTITAS PASIEN

No. RM 0519xx

Nama Nn. R

Tgl. lahir/Umur 12 November 2002 / 18 tahun

Alamat Jl. Pendidikan I no. K5

Jenis kelamin Perempuan

Status pernikahan Belum menikah

Tgl. masuk 24 Mei 2021

DPJP dr. Ferliani, Sp. B


ANAMNESIS
Keluhan Utama
Demam sejak 5 hari SMRS.

Keluhan Tambahan
Pusing, mual, nyeri perut, belum BAB 2 hari
Riwayat Penyakit Sekarang
Nn. R, 18 Tahun, datang dengan keluhan demam sejak 5 hari SMRS. Demam muncul
perlahan-lahan dan bersifat naik turun. Demam terutama muncul pada malam hari dan
suhu turun pada pagi hari. Demam turun dengan obat penurun panas namun kemudian
demam kembali lagi. Pasien juga mengeluh pusing, mual, dan nyeri perut.
Keluhan muntah (-), mimisan (-), gusi berdarah (-). Pasien BAB terakhir 2 hari SMRS, 1
kali, konsistensi lunak, warna coklat dan sedikit. Tidak ada BAB cair maupun BAB berdarah.
Buang air kecil (BAK) terakhir 3 jam SMRS warna kuning jernih.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Riwayat operasi, alergi, dan obat-obatan disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Adik pasien sedang dirawat dengan keluhan yang serupa.

Riwayat Sosial Ekonomi


Status sosial dan ekonomi pasien baik. Ayah pasien
merupakan anggota TNI berpangkat Letnan Kolonel dan
ibu pasien adalah ibu rumah tangga.
PEMERIKSAAN FISIK
Primary Survey Secondary Survey

Airway Clear KEADAAN UMUM TANDA VITAL

Breathing Spontan
Kesan sakit Tampak sakit sedang Tekanan darah 120/80
Circulation Adekuat
Kesadaran Compos Mentis Nadi 68x/menit

BB 56 Kg Pernafasan 20x/menit

TB 155 Cm Suhu 38,1 oC

Saturasi O2 99%
IMT 23,33
STATUS GENERALIS
Kepala Normocephal

Wajah Simetris

Mata Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, injeksi konjungtiva -/-

Hidung Simetris, pernafasan cuping hidung (-), sekret (-), mukosa hiperemis (-)

Mulut Mukosa kering (-), coated tongue (+)

Tenggorokan Hiperemis (-), uvula di tengah, tonsil T1/T1

Leher Pembesaran KGB (-), tiroid tidak teraba

Thorax Jantung: Bunyi jantung I II reguler, gallop (-), murmur (-)


Paru: Suara nafas vesikuler +/+. wheezing -/-, rhonki -/-

Abdomen Soepel, BU(+), nyeri tekan(+) pada regio epigastrium, hepatosplenomegali(-)

Ekstremitas Akral hangat pada keempat ekstremitas, perfusi baik, CRT < 2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI HITUNG JENIS LEUKOSIT (%)

Hemoglobin 12,9 g/dL Basofil 0

Leukosit 3.900 /mm3 Eosinofil 2

Eritrosit 5.49 /mm6 Neutrofil batang 3

Trombosit 213.000 /mm3 Neutrofil segmen 37

Hematokrit 42% Limfosit 50

Monosit 8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TES WIDAL

Salmonella Typhi O Positif 1/160

Salmonella Paratyphi OA Negatif

Salmonella Paratyphi OB Positif 1/160

Salmonella Paratyphi OC Negatif

Salmonella Typhi H Negatif

Salmonella Paratyphi HA Positif 1/80

Salmonella Paratyphi HB Negatif

Salmonella Paratyphi HC Negatif


RONTGEN
THORAX
Jantung : besar dan bentuk normal
Paru: tidak tampak proses spesifik
Sinus costofrenicus tajam
Kesan : Normal
DIAGNOSIS
Demam Tifoid
TATALAKSANA
DI IGD

IVFD RL/6 jam


Inj. Ceftriaxone 1 x 2gr
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
Neurobion drip 1 x 1
PROGNOSIS
AD VITAM AD FUNCTIONAM AD SANATIONAM

BONAM BONAM BONAM


FOLLOW UP
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Demam enterik (demam tifoid dan
paratifoid) adalah penyakit yang disebabkan
oleh Salmonella enterica serovar typhi (S.
typhi) dan paratyphi (S. paratyphi) A dan B.
ETIOLOGI
Salmonella typhi adalah bakteri Gram negatif yang mempunyai
flagella dan bersifat anaerob fakultatif. Salmonella typhi
mempunyai 3 macam antigen, yaitu:

1. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman.

2. Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau fili dari kuman.

3. Antigen Vi adalah polimer polisakarida yang bersifat asam yang terletak pada kapsul (envelope) dari
kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis.
EPIDEMIOLOGI
Data tahun 2012 menunjukkan angka mortalitas
dunia akibat demam enterik pada wanita 1,1% dan
pria 0,9%.2

Demam tifoid jika tidak diterapi memiliki case fatality rate


sebesar 10-30%, dapat turun menjadi 1 – 4% dengan
terapi yang tepat.

Di Indonesia demam tifoid banyak dijumpai pada usia 3 –


19 tahun dan berhubungan dengan rumah tangga
(riwayat keluarga dengan demam tifoid, tidak cuci tangan
menggunakan sabun, penggunaan piring bersama untuk
makan, tidak tersedia tempat buang air besar di dalam
rumah).
PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIS
MINGGU KEDUA
Bradikardia relatif
Lidah berselaput (kotor di bagian
tengah dan tepi, kemerahan pada
ujung dan tremor)
Hepatomegali, splenomegali
Meteorismus
Perubahan status mental
(somnolen, sopor, koma, delirium,
psikosis)
MINGGU PERTAMA
Rose spot (ruam makulopapular,
Demam, nyeri kepala, pusing, mialgia, salmon-colored, dan pucat) dapat
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau muncul terutama di bagian dada
diare, rasa tidak nyaman di perut,. pada akhir minggu pertama dan
Demam meningkat perlahan terutama hilang setelah 2 – 5 hari.
sore hingga malam.
DIAGNOSIS

Dot Enzyme Immunoassay


Kultur Widal
(EIA)
Diagnosis definitif Pada uji Widal terjadi reaksi Uji EIA atau disebut
adalah isolasi S. aglutinasi antara antigen juga uji typhidot
typhi atau S. kuman dan antibodi yang mendeteksi
paratyphi dari disebut aglutinin. antibodi IgM dan
darah, sumsum Uji Widal berdasarkan IgG spesifik
tulang, rose spot, terdapatnya Aglutinin di terhadap membran
feses. serum terhadap antigen H protein luar
Pemeriksaan gold dan antigen O Salmonella Salmonella typhi.
standard untuk typhi atau antigen O pada Hasil positif dapat
demam tifoid Salmonella paratyphi A ditemukan 2 -3 hari
adalah kultur darah. dan B. setelah infeksi.
TERAPI
Medikamentosa Non-Medikamentosa
Antibiotik Bed rest
Terapi first-line Makanan yang rendah
original adalah serat, tidak merangsang
kloramfenikol, saluran cerna (asam,
ampisilin, dan pedas)
trimethropim- Konsistensi lunak
sulfametoksazol. Jumlah setiap porsi
Antipiretik makan lebih sedikit,
Terapi suportif namun frekuensi makan
perhari diperbanyak
PENCEGAHAN

Personal Vaksin Vi
hugiene Konsumsi kapsul
makanan & polisakarida
minuman
yang
higienis dan
matang
PEMBAHASAN KASUS
Pada pasien ini didapatkan demam yang telah berlangsung sejak 5 hari
SMRS. Dimana sifat demam timbul perlahan dan naik turun.
Pada demam tifoid juga disertai oleh gejala gangguan GI seperti mual,
muntah, diare / konstipasi. Hal ini disebabkan karena kuman masuk dan
menginfeksi pertama kali pada GIT. Sesuai dengan pasien ini yang
mengeluhkan tidak dapat BAB sejak 2 hari SMRS, mual, dan nyeri perut.
Pada pemeriksaan penunjang pasien ini didapatkan leukopenia yang
disebabkan oleh endotoxin salmonella dalam peredaran darah.
Pada pemeriksaan serologi widal didapat peningkatan titer S. Thypi O
dan S. Paratyphi OB yaitu 1/160 yang dapat menjadi dasar penegakan
diagnosis demam tifoid.
Tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien ini adalah pemenuhan
kebutuhan cairan dan kalori, pemberian antibiotik, antipiretik, tirah baring,
dan diet makanan.

Anda mungkin juga menyukai