Anda di halaman 1dari 23

i

HIKMAH HARTA SEBAGAI AMANAH BAGI MANUSIA


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendekatan Studi Islam

Disusun Oleh:

Nama NPM

Riri Septyaningrum Putri 1986010203

Rela Setia 1986010204

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. H M. Nasor, M.Si

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER EKONOMI SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1441 H / 2020 M
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Hikmah Harta Sebagai Amanah Bagi Manusia“. sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW beserta keluarga, dan
sahabat-sahabatnya, kelak syafa'at beliaulah yang diharapkan diakhir zaman.

Makalah ini berisikan tentang Hikmah Harta Sebagai Amanah Bagi Manusia.
kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan Makalah ini. kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Bandar Lampung, 2020

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Harta ................................................................................... 3


B. Pengertian Amanah .............................................................................. 5
C. Fungsi dan Unsir-Unsur Harta ............................................................. 5
D. Pandangan Islam Tentang Harta dan Ekonomi .................................... 8
E. Hikmah Harta Sebagai Amanah Bagi Manusia dalam Pendekatan
Studi Islam............................................................................................ 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harta (mal) dari segi bahasa disebut dengan al-mal yang berarti
condong, cenderung dan miring.1Nasrun Haroen dengan ungkapan yang agak
berbeda mengungkapan bahwa al-mal berasal dari kata mala yang berarti
condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi dan al-mal diartikan
sebagai segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara
baik dalam bentuk materi maupun dalam bentuk manfaat.2Sedangkan amanah
yaitu menunaikan segala sesuatu yang dititipkan dan dipercayakan kepada
seseorang.
Setiap manusia memerlukan harta karena ia adalah alat penopang bagi
kehidupan manusia di dunia. Selain itu ia juga menjadi penolong sekaligus
beban bagi para pemiliknya di akhirat kelak. Tidak ada seorangpun yang
tidak membutuhkan harta. Bahkan seseorang rela pergi pagi pulang petang
hanya untuk mendapatkan harta. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan nyawa
melayang hanya karena memperebutkan harta.Kemudian harta akan menjadi
sebuah nikmat ketika dimanfaatkan oleh orang-orang shahih sebagai titipan
(amanah)dari Allah yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan baik.
Manusia juga adalah khalifah di muka bumi. Islam memandang bahwa
bumi dengan segala isinya merupakan amanah Allah kepada sang khalifah
agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama. Untuk
mencapai tujuan suci ini, Allah memberikan petunjuk melalui para rasul-
Nya.Petunjuk tersebut meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan manusia baik
akidah, akhlak, maupun syariah.

1
Hendi Suhendi. Fiqh Muamalah (Jakarta: Rajawali Press, 2005), h. 9.
2
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h.73
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian dari Latar Belakang di atas, kami merumuskan
Masalah sebagai berikut :
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan harta?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan amanah?
3. Jelaskan fungsi dan unsur-unsur harta?
4. Jelaskan pandangan islam tentang harta dan ekonomi?
5. Jelaskan tentang kedudukan harta sebagai amanah dari allah?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan Isi Rumusan Masalah diatas, maka Tujuan penulisan
Makalah kami adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan harta.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan amanah.
3. Untuk mengetahui fungsi dan unsur-unsur harta.
4. Untuk mengetahui pandangan islam tentang harta dan ekonomi.
5. Untuk mengetahui kedudukan harta sebagai amanah dari allah.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Harta
Harta dalam bahasa Arab disebut al-Mal (‫)المال‬, berasal dari kata mala”
yang secara etimologi berarti condong, cenderung, miring atau berpaling dari
tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu yang
menyenangkan manusia dan mereka.3 Harta merupakan suatu kebutuhan dan
beredar sebagai media untuk kehidupan di akhirat. Di antara ayat
Alqur‟anyang menyatakan bahwa harta merupakan salah satu perhiasan dunia
dapat kita pahami dalam surat al-Kahfi (QS.18:46)4 yang berbunyi sebagai
berikut:

          

   

Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi


amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya
di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.

Secara terminologi terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan


para ulama,diantaranya :
1. Ibnu Nujaim al-Hanafi memberikan penjelasan tentang harta,beliau
mengatakan :

Artinya: Sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Muhammad bahwa


harta adalah setiap yang dimiliki seseorang dari emas perak,
mata benda, hewan dan lain-lain. Hanya saja menurut

3
Sri Sudiarti, Isnaini Harahap, Fiqh Muamalah Kontemporer, Univesitas Islam Negeri
Sumatera Utara (Uin-Su), Isbn : 978-602-6903-26-6, Oktober 2018, h.37
4
Al-Qur‟an surat al-Kahfi (18) : 46
4

pandangan adat kebiasaan kami yang dinamakan harta adalah


uang dan barang-barang

2. Menurut Imam Syafi‟i, mendefinisikan harta sebagai berikut:5

Artinya: Tidak dinamakan dengan harta kecuali jika memiliki nilai yang
bisa diperjualbelikan dan jika seseorang merusaknya maka ia
mengganti nilai harta tersebut sekalipun sedikit, dan setiap
yang tidak ditinggalkan oleh orang dari harta mereka seperti
uang dan yang semisalnya. Kedua, setiap yang bermanfaat
dimiliki dan halal harganya seperti rumah sewa dan yang
semakna dengannya yang dihalalkan upahnya.

Menurut defenisi Imam Syafi‟i tersebut harta adalah sesuatu yang


mempunyai nilai, dapat diperjualbelikan dan memiliki konsekuansi bagi
orang yang merusaknya, yaitu dengan mengganti atau menanggung
seharga harta yang dirusaknya. Dari definisi di atas, terdapat perbedaan
esensi harta yang dikemukakan jumhur ulama dengan ulama
Hanafiyah.Menurut jumhur ulama, harta itu tidak saja bersifat materi,
melainkan juga termasuk manfaat dari suatu benda.Akan tetapi, ulama
Hanafiyah berpendapat bahwa dimaksud dengan harta itu hanyalah yang
bersifat materi, sedangkan manfaat termasuk ke dalam pengertian milik.

3. Muhammad ibn Ali al-Hiskafi mendefinisikan harta sebagai berikut :

Artinya: Yang dimaksud dengan harta adalah sesuatu yang manusia


cenderung kepadanya dan mungkin disimpan untuk digunakan
pada waktu yang dibutuhkan

5
Sri Sudiarti, Isnaini Harahap, ibid , h.38
5

B. Pengertian Amanah
Kata amanah adalah bentuk mashdar dari kata kerja aminaya`manu-
amnan-wa amanatan. Kata kerja ini berakar huruf-huruf hamzah, mim, dan
nun, bermaknapokok aman, tentram, tenang, dan hilangnya rasa takut.6Secara
terminologi amanah adalah menunaikan segala sesuatu yang dititipkan dan
dipercayakan kepada seseorang.7Syahrin Harahap di dalam buku
Ensiklopedia Akidah Islam menjelaskan bahwa amanah adalah salah satu
sifat wajib para rasul, yang artinya dapat dipercaya. Para rasul memiliki sifat
wajib sebanyak empat, yaitu:8
1. Sidiq, yang berarti benar atau sungguh-sungguh.
2. Amanah, yang berarti dapat dipercaya.
3. Tabligh, yang artinya menyampaikan.
4. Fathanah, yang artinya limpat atau cerdas.

Kata amanah merupakan istilah yang telah akrab di telinga masyarakat


Indonesia, masyarakat muslim pada khususnya, istilah ini sering dikaitkan
dengan makna kepercayaan.

C. Fungsi dan Unsur-Unsur Harta


Penggunaan harta dalam ajaran Islam harus senantiasa dalam
pengabdian kepada Allah dan dimanfaatkan dalam rangka taqarrub
(mendekatkan diri) kepada Allah.Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh hanya
untuk pribadi pemilik harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi sosial
dalam rangka membantu sesama manusia.9
Manusia sebagai makhluk sosial sangat memerlukan harta dalam
menjalani hidup dan kehidupan di dunia, sehingga persoalan harta termasuk
ke dalam salah satu adh-dharuriyat al-khamsah (lima kebutuhanpokok) yang
terdiri dari agama, jiwa, keturunan dan harta. Berdasarkan ini, tentunya
mempertahankan harta dari segala usaha yang dilakukan orang lain dengan
6
M. Quraish Shihab, EnsiklopediAl-Qur‟an, Kajian Kosakata..., h. 83.
7
Inti Medina, Amanah (Terpercaya)/Amalia Husna,... h. 1.
8
Syahrin Harahap, Ensiklopedi Akidah Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 62.
9
Nasrun Haroen, Ibid, h.76.
6

cara yang tidak sah, merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam
Islam.10
Di samping itu, penggunaan harta dalam ajaran Islam haruslah
senantiasa dalam pengabdian kepada Allah dan dimanfaatkan dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah SWT.Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh
hanya untuk pribadi pemilik harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi
sosial dalam rangka membantu sesama manusia.
Hak-hak orang lain yang terdapat di dalam harta seseorang inilah yang
disebut dengan hak masyarakat yang berfungsi sosial untuk kesejahteraan
sesama manusia. Di samping itu, Rasulullah SAW juga melarang membuang-
buang harta, sebagaimana sabda beliau yang artinya:

Artinya: “Sesungguhnya Allah meridhai tiga hal bagi kalian dan


murkaapabila kalian melakukan tiga hal. Allah ridha jika kalian
menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun, dan (Allah ridla) jika kalian berpegang pada
tali Allah seluruhnya dan kalian saling menasehati terhadap
para penguasa yang mengatur urusan kalian.Allah murka jika
kalian sibuk dengan desas-desus, banyak mengemukakan
pertanyaan yang tidak berguna serta membuang-buang
harta.”(HR. Muslim)

Berdasarkan hadis Rasul di atas, dapat dipahami bahwa sekalipun


seseorang telah memiliki harta yang berlimpah, tidak boleh dan tidak berhak
dia berbuat sesuka hati terhadap hartanya, membuang harta secara percuma,
karena di dalam hartanya itu terkait dan tersangkut hak-hak orang lain yang
memerlukannya. Dalam kaitan ini, seseorang yang secara mubazir
menggunakan hartanya, menurut para ulama fiqh orang tersebut haruslah
ditetapkan sebagai seseorang yang berada di bawah perwalian/pengampuan.
10
Sri Sudiarti, Isnaini Harahap,Ibid, h. 41
7

Muhammad Salam Madkur memisahkan unsur-unsur harta itu menjadi


(tiga) unsur, yaitu:
1. Dapat dimiliki.
2. Dapat diambil manfaatnya.
3. Pemanfaatan itu diperbolehkan oleh syara‟ dalam keadaan biasa, bukan
dalam keadaan terpaksa.
Ulama Hanafiyah sebagaimana pengertian harta yang mereka
kemukakan, maka unsur harta itu ada dua, yaitu:
1. „Ainiyah, yaitu sesuatu itu haruslah ada „ainnya atau materinya
yangmempunyai wujud nyata.
2. „Urf (kebiasaan), yaitu sesuai kebiasaan manusia, baik oleh
sebagianorang atau secara umum memandang itu harta atau bukan
harta.
Kriteria sesuatu itu dipandang sebagai harta atau bukan tergantung
pandangan seluruh atau sebagian manusia. Berdasarkan hal tersebut, maka:
1. Narkoba, anjing, babi dan sejenisnya adalah sesuatu yang dapat
disimpan dan dipelihara oleh orang yang non muslim, maka bagi
mereka itu merupakan harta karena terpenuhinya unsur kebendaan.
Namun bagi kaum yang muslim karena dilarang mengambil manfaat
barang-barang tersebut, maka tidaklah dikatakan harta sekalipun dapat
disimpan.
2. Sesuatu yang telah dipandang sebagai harta akan tetap sebagai harta,
kecuali apabila seluruh manusia telah membiarkan dan
menelantarkannya. Apabila seseorang atau sebagian manusia
membiarkan atau membuang sesuatu karena tidak bermanfaat lagi
baginya seperti botol bekas minuman, pakaian, tetapi oleh seseorang
atau sebagian orang masih dipandang bermanfaat, maka sesuatu itu
tetap dipandang sebagai harta baginya.
8

D. Pandangan Islam Tentang Harta dan Ekonomi


1. Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini,
termasuk harta benda, adalah Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia
hanya relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola dan
memanfaatkan sesuai dengan ketentuan-Nya. Dalam sebuah hadits
riwayat Abu Dawud, Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya :
“Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat
hal: usianya untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk apa
dipergunakan, hartanya dari mana didapatkan dan untuk apa
dipergunakan, serta ilmunya untuk apa dia pergunakan.
2. Menurut Islam status harta yang dimiliki manusia dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang, antara lain:
a) Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah
pemegang amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda
dari tiada menjadi ada. Mengutip pendapat Einstein, manusia tidak
mampu menciptakan energi; yang mampu manusia lakukan adalah
mengubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain. Pencipta awal
segala energi adalah Allah SWT.
b) Harta sebagai perhiasan hidup. Hal ini memungkinkan manusia untuk
menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan. Manusia
memiliki kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai dan
menikmati harta. Sebagaimana firman-Nya dalam surah QS. Ali Imran:
14

       

      

         

 
9

Artinya:“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan


kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik (surga).”11(QS. Ali Imran: 14).

Kemudian dalam ayat lain disebutkan dalam surah QS. al-„Alaq:


6–7:

        

Artinya:“Sebagaimana perhiasan hidup, harta sering


menyebabkan keangkuhan, kesombongan, serta
kebanggaan diri.”12 (QS. al-„Alaq: 6–7).

c) Harta sebagai ujian keimanan13. Hal ini berkaitan dengan cara


mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran
Islam ataukah tidak. Allah SWT berfirman dalam surah QS. al-
Anfaal: 28

        

 

Artinya: “Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu


hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi
Allah-lah pahala yang besar.”14(QS. al-Anfaal: 28).

d) Harta sebagai bekal ibadah. Harta digunakan untuk melaksanakan


perintah-Nya dan muamalah di antara sesama manusia, melalui

11
Al-qur‟an surah Ali imran : 14
12
Al-qur‟an surah Al-‟Alaq 6-7
13
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani,
2001), h.9
14
Al-qur‟an surah Al-anfaal : 28
10

zakat, infak dan sedekah.15 Allah SWT berfirman dalam surah


QS. At-Taubah:41

       

        

Artinya:“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa


ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan
harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu
adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.”16
(QS. At-Taubah:41).

Dan dalam ayat lain Allah SWT berfirman dalam surah


QS. Ali Imran: 133–134 :

        

        

       

       

     


Artinya:“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit
dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema‟afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-

15
FathurrahmanDjamil, Hukum Ekonomi Islam : Sejarah,Teori, dan konsep, (Jakarta :
Sinar Grafika,2013),h. 178-179
16
Al-qur,an surah At-taubah : 41
11

orang yang berbuat kebajikan.”17(QS. Ali Imran: 133–


134).

3. Proses kepemilikan harta. Harta dapat dimiliki melalui usaha (a‟mal)


atau mata pencaharian (ma‟isyah) yang halal dan sesuai dengan aturan-
Nya. Banyak ayat Al-Qur‟an dan hadits nabi yang mendorong umat
Islam mencari nafkah secara halal. Misalnya firman Allah SWT dalam
surah QS. al-Mulk: 15

         

Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari
rezeki-Nya…” (QS. al-Mulk: 15).18

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah:267

          

           

        

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)


sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari
apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.19 (Al-Baqarah:267)

Ayat yang semakna dapat ditemukan pada surat at-Taubah: 105,


al-Jumu‟ah: 10, dan haditsyang artinya : “Sesungguhya Allah
mencintai hamba-Nya yang bekerja. Barang siapa yang bekerja keras

17
Al-qur‟an surah al-imran 133-134
18
Al-qur‟an surah al-Mulk: 15
19
Al-Qur‟an surah Al-Baqarah:267
12

mencarai nafkah yang halal untuk keluarganya maka sama seperti


mujahid di jalan Allah.” (HR Ahmad).

4. Dilarang mencari harta, berusaha, atau bekerja yang dapat melupakan


kematian, melupakan dzikrullah (tidak ingat kepada Allah dengan
segala ketentuan-Nya), melupakan shalat dan zakat, serta memusatkan
kekayaan hanya pada sekelompok orang kaya saja. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam surah QS. At-Takaatsur 1–2 :

      

Artinya:“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu


masuk ke dalam kubur.” (QS. At-Takaatsur: 1–2).20

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman dalam surah QS. Al-Hasyr:

           

          

              

  

Artinya:“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada


Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk
kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan
Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS. Al-Hasyr:
7).21

20
Al-qur‟an surah At-Takaatsur: 1–2
21
Al-qur‟an surah Hasyr : 7
13

Ayat yang semakna dapat ditemukan pada surat QS. Al-


Munaafiquun: 9, QS. An-Nuur: 37.
5. Dilarang menempuh usaha yang haram, seperti :
a) riba terdapat dalam (QS. Al-Baqarah: 273–281).
b) Perjudian, jual-beli barang yang dilarang atau haram terdapat dalam
Al-quran surah QS. Al-Maa‟idah: 90–91 :22

        

        

        

          
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panahadalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu
bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar
dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat
Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu)

c) Mencuri, merampok, penggasaban terdapat dalam surah QS. Al-


Maa‟idah: 38:

        

     


Artinya: Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi
apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.23

22
Al-qur‟an surah Al-Maa‟idah: 90–91
23
Al-Qur‟an surah Al-Maa‟idah ayat 38
14

d) Curang dalam takaran dan timbangan terdapat dalam surah (QS. Al-
Muthaffifiin: 1–6).
e) cara-cara yang batil dan merugikan terdapat dalam QS. Al-Baqarah:
188

        

        

Artinya: Janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian


yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada
harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu Mengetahui.

E. Hikmah Harta Sebagai Amanah Bagi Manusia Dalam Pendekatan Studi


Islam
1. Harta Sebagai Amanah Bagi Manusia
Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT.Manusia hanyalah
pemegang amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda dari
tiada menjadi ada. Mengutip pendapat Einstein, manusia tidak mampu
menciptakan energi; yang mampu manusia lakukan adalah mengubah dari
satu bentuk energi ke bentuk energi lain. Pencipta awal segala energi
adalah Allah SWT.
Kemudian harta itu tidak saja bersifat materi, tetapi juga termasuk
manfaat dari sesuatu benda sebab ia boleh diambil dan dikuasai dengan
cara mengambil asal dan sumbernya. Juga karena manfaat dan hak-hak itu
menjadi tujuan dari sesuatu benda (barang), jika tidak ada manfaat, maka
benda-benda itu tidak akan diambil (dicari) dan orang tidak akan
menyukainya. Sedangkan fuqaha‟ dari golongan Hanafi membatas.
Definisi harta pada perkara-perkara atau benda-benda yang
mempunyai pisik dan zat yang dapat dirasa. Adapun mengenai manfaat
15

dan hak-hak, maka itu tidak dihitung harta pada pandangan mereka, ia
merupakan milik tetapi bukan harta.Penggunaan harta dalam ajaran Islam
harus senantiasa dalam pengabdian kepada Allah dan dimanfaatkan dalam
rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Pemanfaatan harta
pribadi tidak boleh hanya untuk pribadi pemilik harta, melainkan juga
digunakan untuk fungsi sosial dalam rangka membantu sesama manusia.24
Dalam kaitan ini Rasulullah bersabda: “Dari Musa al-‟Asy‟ari dari
bapaknya, dari kakeknya, ia berkata. Nabi s.a.w. bersabda bahwa
kewajiban bagi setiap orang Muslim untuk bersedekah.” (HR. al-
Bukhari).25 Hadits ini menunjukkan bahwa dalam harta seseorang
terdapat hak orang lain. Inilah yang disebut dengan hak masyarakat yang
berfungsi sosial untuk kesejahteraan sesama manusia. Dari uraian di atas
terlihatlah bahwa Islam telah memberikan perhatian khusus terhadap harta
baik dari segi cara mendapatkannya maupun penggunaannya sehingga
harta yang dimiliki itu mempunyai nilai ibadah di sisi Allah dalam rangka
pencapaian kehidupan yang lebih bahagia di akhirat.
Seorang Muslim diperintahkan untuk mencari nafkah dan
menghasilkan harta dengan berjuang sekuat tenaga. Tangan yang
memberikan bantuan, dalam pandangan Islam jauh lebih baik dari tangan
yang menerima kucuran bantuan. Penciptaan adalah dasar hak
pemilikan.Pengakuan terhadap pemilikan alam ini, tidak juga pemilikan
manusia.melainkan pemilikan disandarkan pada Tuhan, hanya sifatnya
mengingatkan kepada manusia agar tidak bersikap angkuh, rakus, kikir
terhadap harta kekayaan yang dimiliki. Al-Qur‟an tidak mengecam
kepemilikan manusia, melainkan mengecam sikap negatif manusia
terhadap harta kekayaan.
Dalam pemilikan harta kekayaan, manusia dianjurkan juga
memperhatikan hak-hak orang lain, yaitu dengan menyalurkan fungsi
harta kekayaan yang dimilikinya kepada kaum yang lemah (yang

24
Nasrun Haroen, ibid, h. 76
25
Maktabah al-Samilah: Sahih al-Bukhari Juz. 20: hal. 139
16

membutuhkan), agar harta tersebut tidak berputar di antara orang kaya


saja, tetapi juga kepada kaum yang membutuhkan.Dengan demikian,
Pandangan Al-Qur‟an terhadap kepemilikan adalah positif. Al-Qur‟an
memandang negatif jika kepemilikan yang ada pada kekuasaan manusia
tersebut disalahgunakan.

2. Kedudukan Harta Sebagai Amanah Dari Allah


Harta yang selama ini dicari, dimiliki dan dimanfaatkan, manusia
tidak mampu mengadakan benda dari tiada menjadi ada, sehingga
manusia diberi mandat sebagai pembawa amanat dari Allah Swt. Manusia
hanya diberi amanah untuk mengelola dan memanfaatkannya sesuai
dengan ketentuan Allah sebagai Sang Pemilik. Selain itu, Islam
menegaskan bahwa kekayaan dan harta yang berada ditangan manusia
bukan saja berasal dari Allah, akan tetapi milik Allah. Hal ini telah
ditegaskan dalam surat al-Hadîd (57): 7 sebagai berikut:26

          

     


Artinya :“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan
nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah
menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang
beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar”.

Kata mustakhlafîna dari ayat di atas menurut az-Zamakhsyarî:27


“Bahwa harta yang ada pada tangan kalian adalah harta Allah yang
diciptakan dan dikembangkannya untuk kalian. Allah telah memberikan
dan mengizinkan harta tersebut untuk kalian nikmati. Allah menjadikan
sebagian kalian khalifah-khalifah yang mampu untuk mengelola harta.

26
Al-qur‟an surah Al-hadiid 7
27
Abul Qasim Mahmud bin Umar al-Khawarizmi az-Zamakhsyari. Lahir 27 Rajab 467 H,
sebuah perkampungan besar di kawasan Khawarizm (Turkistan), salah satu karyanya yang
terkenal adalah Tafsir al-Kasyaf. Manna‟ Khalil alQattan, Maba‟hith fi „Ulum al-Qur‟an,
(Mansyurat al-Ashr al-Hadis, 1990), h.388.
17

Karena itu, harta tersebut bukanlah milik kalian.Posisi kalian terhadap


harta itu hanyalah sebagai wakil dan pemegang amanat.Oleh karena itu,
infakkanlah harta itu pada hak-hak Allah. Ringankanlah tanganmu untuk
menginfakkannya, sebagaimana seseorang menginfakkan harta orang lain
dengan ringan.28
Penciptaan adalah dasar hak pemilikan.Pengakuan terhadap
pemilikan alam ini, tidak juga pemilikan manusia.melainkan pemilikan
disandarkan pada Tuhan, hanya sifatnya mengingatkan kepada manusia
agar tidak bersikap angkuh, rakus, kikir terhadap harta kekayaan yang
dimiliki. Al-Qur‟an tidak mengecam kepemilikan manusia, melainkan
mengecam sikap negatif manusia terhadap harta kekayaan.Dalam
pemilikan harta kekayaan, manusia dianjurkan juga memperhatikan hak-
hak orang lain, yaitu dengan menyalurkan fungsi harta kekayaan yang
dimilikinya kepada kaum yang lemah (yang membutuhkan), agar harta
tersebut tidak berputar di antara orang kaya saja, tetapi juga kepada kaum
yang membutuhkan. Dengan demikian, Pandangan Al-Qur‟an terhadap
kepemilikan adalah positif.Al-Qur‟an memandang negatif jika
kepemilikan yang ada pada kekuasaan manusia tersebut disalahgunakan.

28
Abu al-Qasim Mahmud bin Umar bin Ahmad Zamakhsyarî, Tafsir al-Kashshaf, (
Beirut: Dar al-Kitâb al-„Arabi, 1407H/1985 M ), juz 3, h. 200.
18

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi dapat kita simpulkan bahwa Harta merupakan sesuatu yang
mempunyai nilai, dapat diperjualbelikan dan memiliki konsekuansi bagi
orang yang merusaknya, yaitu dengan mengganti atau menanggung seharga
harta yang dirusaknya.Harta berkedudukan sebagai titipan,bekal ibadah,ujian
keimanan,dan sebagai hiasan hidup.Penggunaan harta dalam ajaran Islam
harus senantiasa dalam pengabdian kepada Allah dan dimanfaatkan dalam
rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah.
Pemanfaatan harta pribadi tidak boleh hanya untuk pribadi pemilik
harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi sosial dalam rangka membantu
sesama manusia. Islam telah memberikan perhatian khusus terhadap harta
baik dari segi cara mendapatkannya maupun penggunaannya sehingga harta
yang dimiliki itu mempunyai nilai ibadah di sisi Allah dalam rangka
pencapaian kehidupan yang lebih bahagia di akhirat. Seorang Muslim
diperintahkan untuk mencari nafkah dan menghasilkan harta dengan berjuang
sekuat tenaga dan menjaganya sebagai titipan(amanah) dan karunia dari
Allah.
19

DAFTAR PUSTAKA

Abu al-Qasim Mahmud bin Umar bin Ahmad Zamakhsyarî, Tafsir al-Kashshaf, (
Beirut: Dar al-Kitâb al-„Arabi, 1407H/1985 M ), juz 3
Abul Qasim Mahmud bin Umar al-Khawarizmi az-Zamakhsyari. Lahir 27 Rajab
467 H, sebuah perkampungan besar di kawasan Khawarizm (Turkistan),
salah satu karyanya yang terkenal adalah Tafsir al-Kasyaf. Manna‟ Khalil
alQattan, Maba‟hith fi „Ulum al-Qur‟an, Mansyurat al-Ashr al-Hadis.
Al-qur,an surah At-taubah : 41
Al-Qur‟an surah Al-Maa‟idah ayat 38
Al-qur‟an surah Al-‟Alaq 6-7
Al-qur‟an surah Al-anfaal : 28
Al-Qur‟an surah Al-Baqarah:267
Al-qur‟an surah Al-hadiid 7
Al-qur‟an surah Ali imran : 14
Al-qur‟an surah al-imran 133-134
Al-qur‟an surah Al-Maa‟idah: 90–91
Al-qur‟an surah al-Mulk: 15
Al-qur‟an surah At-Takaatsur: 1–2
Al-qur‟an surah Hasyr : 7
Al-Qur‟an surat al-Kahfi (18) : 46
FathurrahmanDjamil, 2013, Hukum Ekonomi Islam : Sejarah,Teori, dan konsep,
Jakarta : Sinar Grafika
Hendi Suhendi, 2005, Fiqh Muamalah, Jakarta: Rajawali Press
Inti Medina, Amanah (Terpercaya)/Amalia Husna
M. Quraish Shihab, EnsiklopediAl-Qur‟an, Kajian Kosakata
Maktabah al-Samilah: Sahih al-Bukhari Juz. 20
Muhammad Syafii Antonio, 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktek Jakarta:
Gema Insani
Nasrun Haroen, 2000, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama
20

Sri Sudiarti, Isnaini Harahap, Fiqh Muamalah Kontemporer, Univesitas Islam


Negeri Sumatera Utara (Uin-Su), Isbn : 978-602-6903-26-6, Oktober 2018
Syahrin Harahap, 2009, Ensiklopedi Akidah Islam, Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai