Anda di halaman 1dari 6

PEMETAAN NILAI KOEFISIEN SEISMIK

DI DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR

Basry Yadi Tang


Program Studi Manajemen Pertanian Lahan Kering, Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering
Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Jl.Prof.Dr.Herman Yohanes Lasiana, Kota Kupang-NTT, 85011, Indonesia
Email : basrytang@yahoo.co.id

Abstrak

Telah dilakukan perhitungan dan pemetaan nilai koefisien seismik pada 335 titik grid di daerah
Nusa Tenggara Timur. Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data historis gempabumi
yang memiliki magnitudo ≥5 SR dan kedalaman ≤80 km periode 1977-2007, dengan batasan 60LS-
130LS dan 1180BT-1290BT yang bersumber dari BMKG dan USGS. Dengan diketahuinya nilai
percepatan tanah maksimum dan nilai percepatan gravitasi bumi yang telah dikoreksi dengan
menggunakan koreksi lintang gravitasi untuk tiap titik grid, maka nilai koefisien seismik
maksimum dapat dihitung dengan membandingkan nilai percepatan tanah maksimum terhadap
nilai percepatan gravitasi bumi untuk tiap titik grid. Setelah dilakukan analisis perhitungan
diperoleh nilai koefisien seismik di daerah Nusa Tenggara Timur. Data input berupa nilai
percepatan tanah maksimum untuk formulasi Katayama diperoleh nilai koefisien seismik
maksimum sebesar 0.30236. Data input berupa nilai percepatan tanah maksimum untuk formulasi
Donovan diperoleh nilai koefisien seismik maksimum sebesar 0.2335 sedangkan data input berupa
nilai percepatan tanah maksimum untuk formulasi Murphy-O’Brein diperoleh nilai koefisien
seismik maksimum sebesar 0.107720.

Kata kunci: koefisien seismik maksimum; percepatan tanah maksimum; formulasi Donovan;
formulasi Katayama; formulasi Murphy-O’Brein

Abstract

Conducted research on determined and mapping of the value seismic coefficient by using 335 grid
points in East Nusa Tenggara. The data which used are earthquake historic data with have
condition of magnitude certainty ≥5 SR and deep ≤80 km in periodic 1977-2007, with the
limitation region 60S-130S and 1180E-1290E. These data were taken from BMKG and USGS. By
using the results of maximum peak ground acceleration and gravity acceleration value which
using gravity latitude correction for every grid points, therefor the value of maximum seismic
coefficient can be determined by comparing the value of maximum peak ground acceleration with
gravity acceleration for ecah grid points. After the analysis, so that maximum seismic coefficient
value in East Nusa Tenggara is determined. Data input from maximum peak ground acceleration
Katayama’s formulation yield the value of maximum seismic coefficient is 0.30236. Data input
from maximum peak ground acceleration Donovan’s formulation yield the value of maximum
seismic coefficient is 0.2335 and data input from maximum peak ground acceleration Murphy-
O’Brein’s formulation yield the value of maximum seismic coefficient is 0.107720.

Keywords: maximum seismic coefficient; maximum peak ground acceleration; Donovan’s


formulation; Katayama’s formulation; Murphy-O’Brein’s formulation

PENDAHULUAN mencapai permukaan sebagai gelombang


Gempabumi adalah getaran bumi yang seismik.
disebabkan oleh adanya pergeseran lapisan Gempa bumi bertalian dengan
batuan di dalam perut bumi. Tanah bergerak serangkaian gerakan gelombang atau getaran
sebagai respon dari getaran energi yang yang merambat di dalam bumi, dari suatu
disebut gelombang seismik yang dibangkitkan pusat yang letaknya juga di dalam bumi.
dari perut bumi. Pergeseran yang tiba-tiba dari Terjadinya gempa bumi tektonik terasa
suatu batuan, seperti patahan, melepaskan pengaruhnya di permukaan bumi, tidak saja
energi yang menjalar di dalam bumi hingga pada daerah yang dekat dengan sumber gempa

78
bumi tetapi juga pada daerah sekitarnya penunjaman ini menyusup sampai kedalaman
sampai radius tertentu. Luasnya daerah yang 700 km di bawah permukaan bumi [2].
terkena pengaruh gempa bumi tektonik Distribusi pusat gempa di daerah Nusa
bergantung pada besarnya energi yang Tenggara Timur berdasarkan kedalaman,
dilepaskan dan posisi sumber gempa bumi. didominasi gempabumi dangkal yang tersebar
Sano menyatakan bahwa perbandingan di sekitar Pulau Flores, kepulauan Alor dan di
antara gaya seismik (F) dan gaya gravitasi (g) sekitar kepulauan Wetar sampai Romang. Di
disebut koefisien seismik (k). Pernyataan yang pesisir Selatan Pulau Timor, gempabumi
memasukkan gaya seismik dalam perhitungan banyak terjadi akibat aktivitas subduksi
bangunan tahan gempa dikenal sebagai lempeng. Gempabumi menengah lebih banyak
koefisien seismik Sano. Untuk mendirikan terkonsentrasi di Pulau Timor, Pantar,
bangunan tahan gempa, harus diperhatikan Lembata, Solor, Romang dan Laut Sawu.
percepatan tanah maksimum dan koefisien Sebaran gempabumi dalam, terkonsentrasi di
seismik maksimum di daerah tersebut sehingga sebelah Utara busur kepulauan Alor dan Pulau
bangunan harus di desain sedemikian agar Flores [3].
dapat menahan percepatan tanah tersebut. Menurut H. F. Reid, gempa terjadi
Dengan mengetahui nilai koefisien seismik akibat dari adanya perubahan bentuk batuan
dapat mempermudah perancang bangunan yang diakibatkan oleh adanya akumulasi
untuk melakukan perhitungan dalam tegangan elastik yang berlangsung secara
mendirikan sebuah bangunan tahan gempa, terus-menerus. Batuan yang menerima
koefisien seismik sangat berpengaruh dalam akumulasi tegangan elastik menjadi bengkok
standar pendirian bangunan anti gempa [1]. atau melengkung, seterusnya menjadi patah.
Penelitian ini bertujuan untuk Energi yang dilepaskan saat terjadi patahan
menentukan besarnya nilai koefisien seismik, menjalar ke permukaan sebagai gelombang
di daerah Nusa Tenggara Timur. Pada seismik yang mengakibatkan tanah terguncang
penelitian ini pembahasan masalah hanya [4].
dilakukan untuk mengkaji mengenai nilai Gelombang seismik adalah gelombang
koefisien seismik berdasarkan aktifitas elastik yang menjalar ke seluruh bagian
kegempaan dalam periode tahun 1977 sampai dalam bumi dan melalui permukaan bumi,
dengan tahun 2007 dengan magnitudo akibat adanya lapisan batuan yang patah
gempabumi ≥ 5 SR dan kedalaman sumber secara tiba-tiba atau adanya suatu ledakan.
gempa ≤ 80 km dalam hal ini berupa gempa Gelombang gempa yang dipancarkan oleh
dangkal yang telah menimbulkan percepatan sumbernya akan menjalar ke segala arah
tanah maksimum pada permukaan tanah dan dengan tipe, kecepatan dan arah penjalaran
adanya perubahan nilai koefisien seismik bervariasi tergantung pada sifat fisis dan
khususnya di daerah Nusa Tenggara Timur dan dimensi medium. Untuk medium yang paling
sekitarnya. sederhana yaitu medium yang homogen,
isotropik dan elastik sempurna, maka
DASAR TEORI gelombang gempa menjalar sebagai sinar yang
Daerah Nusa Tenggara Timur termasuk berbentuk garis lurus.
dalam jalur pegunungan Mediterania dan Gempabumi adalah getaran bumi yang
berada pada zona penunjaman lempeng, yakni disebabkan oleh adanya pergeseran lapisan
lempeng Indo-Australia yang bergerak ke batuan di dalam perut bumi. Tanah bergerak
arah Utara, menyusup di bawah lempeng sebagai respon dari getaran energi yang
Eurasia. Batas pertemuan lempeng tersebut disebut gelombang seismik yang dibangkitkan
berbentuk konvergen yang ditandai dengan dari perut bumi. Pergeseran yang tiba-tiba dari
adanya palung laut (trench). Hal tersebut suatu batuan, seperti patahan, melepaskan
terbukti dengan ditemukannya palung di energi yang menjalar di dalam bumi hingga
sebelah Selatan Pulau Timor yang dikenal mencapai permukaan sebagai gelombang
dengan palung Timor (Timor Trough). Zona seismik, seperti riak air yang menyebar ketika
tumbukan yang diindikasikan dengan adanya sebuah batu dijatuhkan ke dalam kolam yang
palung laut, sering disebut juga dengan zona tenang. Percepatan tanah merupakan gangguan
subduksi atau zona Wadati-Benioff. Zona yang perlu dikaji untuk setiap gempabumi,
kemudian dipilih percepatan tanah maksimum

79
untuk mendapatkan gambaran tentang efek bandul yang mengalami getaran paksaan
paling parah yang pernah dialami suatu lokasi (Force Vibration).
kejadian. Pengukuran percepatan tanah Untuk mendirikan bangunan tahan
menggunakan metode empiris dapat dilakukan gempa, harus diperhatikan percepatan tanah
dengan pendekatan dari beberapa rumus yang maksimum di daerah tersebut dan bangunan
diturunkan dari parameter-parameter harus di desain sedemikian hingga dapat
gempabumi. Beberapa formula pendekatan menahan percepatan tanah tersebut. Bila suatu
antara lain [5]: bangunan konstruksinya lebih lemah dari yang
a. Formulasi Empiris Donovan diperkirakan, maka bangunan disebut under
Donovan memperoleh suatu model empiris design, ini sangat membahayakan dan dapat
percepatan tanah yaitu: disebut bangunan tidak tahan gempa.
1080  Exp(0.5Ms) Bila suatu bangunan konstruksinya lebih
 (1) kuat dari yang diperkirakan, maka bangunan
( R  25)1.32
disebut over design. Ini merupakan
b. Formulasi Empiris Katayama pemborosan biaya, maka apabila ingin
Katayama memperoleh model empiris membangun bangunan tahan gempa, hal-hal di
Percepatan tanah yaitu: atas perlu diperhatikan dan masalah percepatan
Log  2.306  1.637 xLog ( R  30) tanah memegang peranan penting.
 0.411Ms Pengaruh gelombang gempa bumi
(2) terhadap bangunan yang paling dominan
c. Formula Empiris Murphy-O’Brein adalah gaya seismik horizontal daripada gaya
Formula empiris Murphy-O’Brein adalah: seismik vertikal. Hal ini dikarenakan sebuah
bangunan secara teoritis dirancang hanya
Log  0.14 I  0,24 Ms  0,68 Log
(3) untuk tahan terhadap gaya vertikalnya saja
 0.7 yaitu gaya gravitasi bumi, Sehingga ketika
terjadi gempa bumi yang percepatan tanahnya
Efek primer gempa bumi adalah kerusakan komponen vertikal, maka gaya vertikal
struktur bangunan baik yang berupa gedung tersebut akan tereliminasi oleh gaya berat
perumahan rakyat, gedung bertingkat, fasilitas bangunan itu sendiri. Karena bangunan
umum, monumen, jembatan dan infrastruktur biasanya hanya dirancang untuk tahan terhadap
lain, yang diakibatkan oleh getaran dari gempa gaya gravitasi, jadi kebanyakan gaya
bumi. Secara umum, tingkat kerusakan yang horizontalnya tidak diperhitungkan dalam
terjadi tergantung dari kekuatan dan kualitas pendirian bangunan, Jadi saat ada gelombang
bangunan, kondisi geologi dan geotektonik gempa yang mempunyai gaya horizontal, maka
lokasi bangunan, dan percepatan tanah di banyak bangunan yang runtuh. Karena banyak
lokasi bangunan akibat dari getaran suatu yang tidak memperhitungkan gaya horizontal
gempa bumi. bangunan saat pendirian bangunan.
Bila suatu gelombang melalui suatu Koefisien seismik yang digunakan untuk
lapisan sedimen maka akan timbul suatu perhitungan disain bangunan. Koefisien
resonansi. Ini disebabkan karena gelombang tersebut secara sederhana dapat dihitung
gempa mempunyai spektrum yang lebar dengan cara:
sehingga hanya gelombang gempa yang sama
F 
dengan periode dominan dari lapisan sedimen k atau k  (4)
yang akan diperkuat. Bangunan-bangunan m.g g
yang berada diatasnya akan menerima getaran- Jadi gaya seismik dapat dihitung dengan
getaran tersebut, dimana arahnya dapat F  m.
diuraikan menjadi dua komponen yaitu: W
komponen vertikal dan komponen horizontal. Karena, m 
Untuk getaran yang vertikal, pada g
umumnya kurang membahayakan sebab searah
dengan gaya gravitasi. Sedangkan untuk Maka diperoleh rumusan sebagai berikut:
komponen horizontal menyebabkan keadaan  .W 
bangunan seperti diayun. Bila bangunan itu F  W
g g
tinggi, maka dapat diumpamakan seperti

80
 gempa yang diperoleh dari stasiun Geofisika
Karena, k  klas I Kupang dalam periode tahun 1977-
g
2007. Penulis menganalisis data penelitian
Sehingga: menggunakan formulasi yang ada maka nilai
F  k.W (5) percepatan tanah maksimum di daerah
dengan: penelitian dapat diketahui. Setelah besarnya
k = Koefisien seismik nilai percepatan tanah maksimum pada
F = Gaya seismik (N) permukaan di setiap grid diperoleh, kemudian
 = Percepatan tanah (gal) disusun dari nilai maksimum terkecil ke nilai
m = Massa (gram) maksimum terbesar. Selanjutnya menghitung
W = Berat bangunan (gr.cm/sec2) besarnya nilai percepatan gravitasi sebagai
g = Percepatan gravitasi (cm/sec2 ) pembagi dari perhitungan koefisien seismik,
Dalam survei gaya gravitasi pada suatu nilai ini dihitung menggunakan koreksi lintang
lokasi, data percepatan gravitasi yang terukur gravitasi berdasarkan lintang untuk tiap-tiap
di lapangan secara umum masih dipengaruhi titik grid. Langkah terakhir yaitu menghitung
oleh banyak keadaan mulai dari letak titik besarnya nilai koefisien seismik untuk tiap-tiap
pengamatan (latitude), pengaruh topografi di grid dan menganalisis data output serta
sekitarnya dan pengaruh keadaan geologi di mengambil kesimpulan.
daerah tersebut (densitas batuan). Bentuk
elipsoida bumi dikoreksi kembali parameter- HASIL DAN PEMBAHASAN
parameter geodesinya berdasarkan data satelit Berdasarkan data periode 1977-2007
pada tahun 1967 yang menghasilkan bentuk yang bersumber dari BMKG dan USGS
elips baru yang disebut Geodetic Reference dengan batasan wilayah yang terletak pada 60
System 1967, sehingga harga gravitasi normal LS-130 LS dan 1180 BT-1290 BT, telah terjadi
bumi menjadi: gempa dengan magnitudo ≥ 5 SR dan
g In  978,031846 (1  5,3024 x kedalaman ≤ 80 km sebanyak 350 kejadian
(6) gempa. Untuk dapat mengetahui secara lokal
10 3 sin 2   5,8 x10 6 sin 2 2 )
mengenai nilai percepatan tanah maksimum
Pada tahun 1984, IAG (International pada tiap daerah maka wilayah Nusa Tenggara
Association of Geodesy) mengadopsi Geodetic Timur dibagi menjadi beberapa region:
Reference System 1980 mengenai bentuk 1. Region I : 6.000 – 9.000 LS dan
terbaru elips bumi dengan parameter- 118.00 – 123.00 0BT
0

parameter jari-jari equator, jari-jari kutub, 2. Region II : 9.000 – 10.500 LS dan


gravitasi normal di equator dan gravitasi 118.00 – 123.00 0BT
0

normal di kutub yang menghasilkan World 3. Region III : 10.500 – 13.000 LS dan
Geodetic System 1984, yang memberikan 118.00 – 123.00 0BT
0

harga gI terbaru, yaitu: 4. Region IV : 6.000 – 9.000 LS dan


1  1,9318513863 9 x10 3 sin 2  123.00 – 125.000 BT
0
g In  978,03267714
1  6,6943799901 3 x10 3 sin 2  5. Region V : 9.000 – 10.500 LS dan
(7) 123.00 – 125.000 BT
0

6. Region VI : 10.500 – 13.000 LS dan


Persamaan di atas disebut gravitasi teoritis 123.000 – 125.000 BT
(theoretical gravity) atau gravitasi normal 7. Region VII : 6.000 – 9.000 LS dan
(normal gravity) [6]. 125.000 – 129.000 BT
8. Region VIII : 9.000 – 10.500 LS dan
125.000 – 129.000 BT
METODE PENELITIAN 9. Region IX : 10.500 – 13.000 LS dan
Data yang digunakan berupa koordinat 125.00 – 129.000 BT
0
dari masing-masing stasiun pencatat gempa Setelah melakukan perhitungan
dan koordinat episenter gempa yang diperoleh percepatan tanah dengan menggunakan
dari data base di Badan Meteorologi dan formulasi yang ada maka percepatan tanah
Geofisika, serta data-data historis gempa bumi maksimum di daerah penelitian dapat
seperti waktu kejadian gempa (origin time), diketahui, perbandingan antara nilai percepatan
lokasi gempa, magnitudo gempa, kedalaman tanah maksimum yang diperoleh dengan nilai

81
percepatan gravitasi pada suatu lokasi Tabel 2. Nilai Koefisien Seismik Maksimum
merupakan nilai dari koefisien seismik, yang Tiap Region (Formulasi Donovan)
disajikan dalam tabel berikut: Koefisien
No Region Titik Grid Seismik
Tabel 1. Nilai Koefisien Seismik Maksimum Maksimum
Tiap Region (Formulasi Katayama) (gal)
0
Koefisien 1 I 8.50 LS- 0,2335
No Region Titik Grid Seismik 122.000BT
Maksimum 2 II 10.000LS - 0,14063
(gal) 119.000BT
1 I 8.500LS - 0,30236 3 III 10.500LS - 0,08527
0
122.000BT 118.50 BT
2 II 10.000LS - 0,10789 4 IV 8.000LS - 0,13178
119.000BT 125.000BT
3 III 10.50LS - 0,04921 5 V 9.500LS - 0,13331
0
118.50 BT 124.500BT
4 IV 8.500LS - 0,12483 6 VI 10.500LS - 0,06547
125.000BT 124.500BT
5 V 9.500LS - 0,12438 7 VII 8.000LS - 0,09287
124.500BT 125.500BT
6 VI 10.500LS - 0,03097 8 VIII - -
124.500BT 9 IX - -
7 VII 8.000LS - 0,05759 Peta sebaran nilai koefisien seismik
125.500BT maksimum dengan menggunakan data input
8 VIII - - berupa nilai percepatan tanah maksimum
9 IX - - (formulasi Donovan) untuk tiap-tiap region
Peta sebaran nilai koefisien seismik dapat di lihat pada gambar berikut:
maksimum dengan menggunakan data input
berupa nilai percepatan tanah maksimum
(formulasi Katayama) untuk tiap-tiap region
dapat di lihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Peta Koefisien Seismik Maksimum


(Formulasi Donovan)
Gambar 1. Peta Koefisien Seismik Maksimum
(Formulasi Katayama)

82
Tabel 3. Nilai Koefisien Seismik Maksimum SIMPULAN DAN SARAN
Tiap Region (Formulasi Murphy- Nilai koefisien seismik di daerah Nusa
O’Brein) Tenggara Timur dengan data input berupa nilai
Koefisien percepatan tanah maksimum untuk formulasi
No Region Titik Grid Seismik Katayama diperoleh nilai koefisien seismik
Maksimum maksimum sebesar 0.30236, data input berupa
(gal) nilai percepatan tanah maksimum untuk
1 I 0
8.36 LS - 0,08224 formulasi Donovan diperoleh nilai koefisien
120.280BT seismik maksimum sebesar 0.2335 sedangkan
2 II 9.390LS - 0,02491 data input berupa nilai percepatan tanah
120.150BT maksimum untuk formulasi Murphy-O’Brein
3 III 9.390LS - 0,0073 diperoleh nilai koefisien seismik maksimum
120.150BT sebesar 0.107720. Hasil penelitian ini kiranya
4 IV 8.120LS - 0,10772 dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi
124.30BT pemerintah dan masyarakat di daerah Nusa
5 V 9.270LS - 0,09702 Tenggara Timur, agar memperoleh gambaran
0
124.28 BT mengenai kondisi tanah berdasarkan nilai
6 VI 10.100LS - 0,01573 percepatan tanah maksimum dan nilai
123.340BT koefisien seismik maksimum di daerah Nusa
7 VII 8.120LS - 0,04907 Tenggara Timur.
0
124.30 BT
8 VIII - - DAFTAR PUSTAKA
9 IX - - 1. Sabtadji, A, 2004. “Perhitungan
Percepatan Tanah Maksimum
Peta sebaran nilai koefisien seismik
Menggunakan Rumus Empiris Atenuasi
maksimum dengan menggunakan data input
Berdasarkan Data Accelerograph Di
berupa nilai percepatan tanah maksimum
Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar-
(formulasi Murphy-O’Brein) untuk tiap-tiap
Bali”. Akademi Meteorologi dan
region dapat di lihat pada gambar berikut:
Geofisika, Jakarta.
2. Daryono, 2004. “Aspek Seismisitas dan
Tektonik di Alor”. Balai Meteorologi dan
Geofisika Wilayah III, Bali,
http://64.203.71.11/kompas-
cetak/0412/16/ilpeng/1440960.html.
3. Fauzi, 2006. “Daerah Rawan Gempa
Tektonik di Indonesia”. Pusat Gempa
Nasional, Badan Meteorologi dan
Geofisika, Jakarta.
4. Telford, W, M., 2004. ”Applied
Geophysics” Cambridge University Press,
London.
5. Subardjo & Gunawan, 2004.
“Pengetahuan Seismologi”. Badan
Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.
6. Kore, H, D., 2006.” Komputasi Variasi
Medan Gravitasi Normal Bumi Terhadap
Lintang Berdasarkan World Geodetic
Gambar 3. Peta Koefisien Seismik Maksimum System (skripsi)”. Undana, Kupang.
(Formulasi Murphy-O’Brein)

83

Anda mungkin juga menyukai