DAYA (P) : 95 PS
PUTARAN (n) : 6000 rpm
Disetujui Oleh :
Mengesahkan Oleh :
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya yang telah
memberikan kesehatan kepada Saya sehingga dapat menyelesaikan tugas Rancangan Kopling ini dengan
baik.
Dalam menjalankan kurikulum serta memenuhi kewajiban Saya sebagai Mahasiswa di Prodi Mesin
Fakultas Teknik Universitas Islam Sumatera Utara, maka Saya harus memenuhi tugas yang diberikan
untuk merancang ulang kopling kendaraan “SUZUKI ERTIGA” dengan spesifikasi sebagai berikut :
Saya menyadari bahwa masih ada beberapa hal yang dapat ditambahkan untuk melengkapi tugas
ini, namun saya terlebih dahulu menerima saran dan tanggapan dari Dosen Pembimbing yang sifatnya
membangun daya pikir demi kelancaran dan kesempurnaan dari tugas ini.
Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Ahmad Bukhori,ST.,M.T
. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikiran kepada Saya dan tidak
lupa Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
namanya yang telah membantu Saya dalam menyelesaikan Tugas Rancangan ini.
Akhir kata, semoga Tugas ini dapat menjadi pedoman dan perbandingan untuk tugas-tugas yang
sejenisnya.
AJIBSYAH
iv
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN...............................................................................i
SPESIFIKASI TUGAS..........................................................................................ii
DAFTAR HADIR BIMBINGAN........................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Tujuan Tugas rancangan..................................................................1
1.3. Tujuan Pennulisan...........................................................................2
1.4. Batasan Masalah..............................................................................2
v
Bantalan. 14
BAB III KOPLING YANG DIRANCANG....................................................15
3.1. Gambar Kopling yang Dirancang.................................................15
3.2. Cara Kerja Kopling.......................................................................16
BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMERIKSAAN.......................................18
4.1. Poros..............................................................................................18
4.2. Seplain...........................................................................................23
4.3. Plat Gesek......................................................................................25
4.4. Paku Keling...................................................................................28
4.5. Pegas Kejut...................................................................................35
4.6. Baut................................................................................................38
4.7. Pegas Matahari...............................................................................43
4.8. Bantalan.........................................................................................47
4.9. Flywheel........................................................................................51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................54
5.1. Kesimpulan....................................................................................54
5.2. Saran..............................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................56
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Umumnya sebuah kenderaan bermotor baru dapat berjalan, apabila daya dan putaran yang
dihasilkan oleh mesin sebagai sumber penggerak dapat diteruskan keroda-rodanya. Mesin dan
roda-roda itu mempunyai jarak tertentu, untuk menghubungkannya dibuatlah suatu sistem
transmisi yang dapat meneruskan putaran dan daya dari mesin terhadap roda-roda sehingga
bergerak.
Seiring dengan laju perkembangan teknologi, para ahli mesin dituntut untuk merancang
sistem pemutusan dan pemindahan daya dan putaran yang meliputi kopling, roda gigi, dan rantai.
Pada sebuah kendaraan atau mesin, kopling memegang peranan penting, sebab sebelum kopling
ditemukan motor dimatikan dengan mematikan mesinnya, tetapi setelah kopling ditemukan motor
, pemindahan dan pemutusan daya dan putaran dapat dilakukan dengan aman dan mudah tanpa
terlebih dahulu mematikan mesinnya.
Pada posisi awalnya, kopling itu telah menghubungkan poros engkol dengan poros sistem
roda gigi. Pada saat-saat diperlukan kopling harus dapat membebaskan hubungan antara poros
engkol dengan poros sistem roda gigi itu. Kopling berfungsi untuk memutus-hubungkan gerak
putar poros engkol keporos sistem roda gigi yang sedang diam atau berputar lambat dengan halus
dan tanpa ada sentakan, memindahkan torsi maksimum bagi mesin untuk mengkopelnya ke
transmisi tanpa kehilangan kecepatannya, dan memisahkan hubungan mesin dan trasmisi dengan
cepat, saat satu atau kedua-duanya sedang berputar untuk penggantian gigi atau berhenti
mendadak.
Tujuan dari penulisan Makalah Rancang Ulang Kopling ini adalah untuk memperluas
1
pengetahuan mengenai elemen mesin, khususnya mengenai Kopling Plat Tunggal dan komponen-
komponennya. Memahami sistem pemutusan, penerusan daya dan putaran pada sistem kopling
kenderaan bermotor roda empat. Dimana pada sistem kopling ini daya dan putaran dihubungkan
melalui sebuah mekanisme pemutus dan penerus putaran dari poros input ke poros output yang
dilakukan tanpa mematikan mesin dan tidak menimbulkan slip yang membahayakan.
Tujuan lain dari penulisan Makalah Rancangan ini adalah guna melengkapi nilai Tugas
Rancangan Elemen Mesin.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang perencanaan poros, perancangan spline,
perancangan naaf, perancangan plat gesek, perancangan paku keling, perancangan pegas,
perancangan baut, dan perancangan bantalan dari jenis Kopling Plat Tunggal mobil SUZUKI
ERTIGA dengan spesifikasi daya 95 PS dan putaran 6000 rpm.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kopling
Kopling adalah suatu elemen yang dibutuhkan untuk memindahkan daya
dan putaran dari poros penggerak keporos yang digerakkan.
Secara umum kopling dapat dibagi dua yaitu :
1. Kopling Tetap
2. Kopling Tak Tetap
2. Kopling Luwes
a. Kopling flens luwes
b. Kopling karet ban
c. Kopling karet bintang
d. Kopling gigi
e. Kopling rantai
3. Kopling Universal
a. Kopling universal hook
b. Kopling universal kecepatan tetap.
3
2.1.1.1. Kopling Kaku
Kopling kaku dipergunakan apabila kedua poros dihubungkan dengan
sumbu segaris. Kopling ini dipakai pada poros mesin dan transmisi umum
dipabrik -pabrik.
a. Kopling bus
Kopling bus terdiri atas sebuah selongsong(bus) dan baut-baut yang
dibenamkan. Sering juga dipakai berupa pasak yang dibenamkan pada ujung -
ujung poros.
5
Gambar 2.4 Kopling flens luwes, literatur 5, halaman 30
6
b. Kopling karet ban
Pada kopling ini momen dipindahkan lewat sebuah elemen yang
berbentuk iklan dari karet.
d. Kopling gigi
Kopling ini terdiri dari sebuah bumbungan yang bagian dalamnya
berbentuk lurus dan tabung yang bagian luarnya juga berbentuk tirus.
7
Silinder luar
Cincin - o
Silinder dalam
8
Gambar 2.9 Kopling cakar, literatur 5, halaman 58
2. Kopling plat
Kopling plat adalah kopling yang menggunakan satu plat atau lebih yang
dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut
sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara sesamanya.
3. Kopling kerucut
Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi
sederhana dan mempunyai keuntungan dimana dengan gaya aksial yang kecil
dapat memindahkan momen yang besar.
9
4. Kopling friwil
Kopling ini adalah kopling yang dapat lepas dengan sendirinya, bila
poros penggerak berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dari poros
yang digerakkan.
2.2 Poros
Poros merupakan komponen yang berfungsi untuk mentransmisikan daya
dan putaran dalam suatu konstruksi mesin.
Jenis – jenis poros berdasarkan pembebanan yaitu :
1. Poros trasmisi
Pada poros ini daya dapat ditransmisikan melalui kopling, sabuk puly, roda
gigi, spooket rantai dan lain – lain.
2. Poros spindle
Poros spindle ini harus mempunyai deformasi yang sangat kecil, bentuk dan
ukurannya kecil dan umumnya relative pendek.
3. Poros ganda
Jenis poros ganda ini hanya dapat berputar dan mendapat beban puntir,
kecuali jika digerakkan oleh penggerak yang mengalami beban puntir juga
10
2.3 Seplain
Seplain berguna untuk meneruskan momen dan putaran dari elemen
penggerak kebagian yang digerakkan. Pada pemindahan daya spline menjadi
pilihan utama karena dapat menruskan daya yang besar.
Jenis seplain berdasarkan jenis gerakannya terhadap poros yaitu :
1. Seplain fleauble : dimana bagia yang dihubungkan dengan poros dapat
bergeser scara aksial.
2. Seplain tetap : dimana bagian yang dihubungkan berkunci pada poros.
2. Seplain Involut
Jenis ini mempunyai gigi (Spline) yang berbentuk sudut-sudut tertentu.
11
2. Kekuatan plat gesek.
3. Koefisien plat gesek.
2.5 Pegas
Pegas adalah suatu elemen yang dapat meredam getaran dan tumbukan
dengan memanfaatkan sifat elastisnya.
Jenis-jenis pegas yaitu :
a. Pegas tekan
b. Pegas tarik
c. Pegas punter
d. Pegas daun
e. Pegas poring
f. Pegas batang
g. Pegas spiral
h. Pegas matahari(diafrgma)
13
Gambar 2.17 Jenis – jenis paku keling, literatur 3, halaman 167
2.7 Baut
Baut merupakan elemen mesin yang berfungsi sebagai pengikat antara dua
buah komponen.
Baut dibagi menurut bentuk kepalanya yaitu:
1. Baut segi enam
2. Baut suket segi enam
3. Baut bentuk kepala persegi
Baut dibagi menurut prinsip kerjanya yaitu :
1. Baut tembus
2. Baut tab
3. Baut tanam
14
2.8 Bantalan
Bantalan adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai tumpuan untuk poros
berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak – baliknya berlangsung secara halus,
aman dan tahan lama.
Jenis bantalan menurut gerakannya yaitu:
1. Bantalan gelinding, terdiri atas dua jenis yaitu:
a. Bantalan pelum
b. Bantalan rod
2. Bantalan
lumur
Jenis bantalan menurut pembebanan yaitu:
1. Bantalan radial : arah bantalan tegak lurus terhadap sumbu poros
2. Bantalan aksial : arah bantalan sejajar terhadap sumbu poros
3. Bantalan gelinding khusus : arah beban tegak lurus dan sejajar dengan
sumbu poros
15
2.1 Pengertian kopling
15
meredam getaran atau tumbukan atau sentakan disaat
kopling mulai bekerja.
Secara umum bagian-bagian utama dari Kopling Plat tunggal terdiri atas :
1. Roda penerus (flywheel)
Berupa sebuah piringan yang dihubungkan dengan poros penggerak (poros
engkol) pada salah satu sisinya. Flywheel ini akan berputar mengikuti
putaran dari poros penggerak.
16
penekan. Plat gesek ini berfungsi untuk meneruskan daya
putaran dari roda penerus ke naaf saat kopling terhubung.
4. Naaf
Naaf berfungsi untuk menghubungkan plat gesek dengan
spline pada poros yang digerakkan. Pada saat kopling
terhubung maka daya putaran akan diteruskan dari plat
gesek ke poros yang digerakkan melalui naaf.
5. Spline
Spline adalah gigi luar yang terdapat pada permukaan poros
yang berpasangan dengan gigi dalam yang terdapat pada
naaf. Spline berfungsi untuk meneruskan momen puntir
dari plat gesek ke poros melalui perantaraan naaf.
7. Pegas matahari
Pegas matahari berfungsi untuk menarik plat penekan
menjauhi flywheel, yang dengan demikian membebaskan
plat gesek dan membuat kopling menjadi tidak terhubung.
Pegas matahari ini akan menjalankan fungsinya saat pedal
kopling ditekan.
8. Penutup (cover)
Penutup pada kopling ikut berputar bersama roda penerus.
Fungsi penutup ini adalah sebagai tempat dudukan berbagai
elemen yang membentuk kopling serta sebagai penahan
bantalan pembebas.
Cara kerja dari kopling plat tunggal ini dapat ditinjau dari dua keadaan,
yaitu:
1. Kopling dalam keadaan terhubung (pedal kopling tidak ditekan)
Poros penggerak yang berhubungan dengan motor
meneruskan daya dan putaran ke flywheel (roda penerus)
melalui baut pengikat. Daya dan putaran ini diteruskan ke
17
plat gesek yang ditekan oleh plat penekan karena adanya
tekanan dari pegas matahari. Akibat putaran dari plat gesek,
poros yang digerakkan ikut berputar dengan perantaraan
spline dan naaf.
18
BAB III
STUDI PUSTAKA
Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan
ditransmisikan sesuai dengan table la 3.1.
19
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2
Untuk perancangan poros ini diambil daya maksimum sebagai daya rencana
dengan faktor koreksi sebesar fc = 1,2 maka :
Pd = 1,2 x 70,87 kW
Pd = 85,044 kW
Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban
berupa momen puntir. Oleh sebab itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama
dari poros akan dihitung berdasarkan beban puntir serta kemungkinan-
kemungkinan kejutan/tumbukan dalam pembebanan, seperti pada saat motor
mulai berjalan.
Besarnya momen puntir yang dikerjakan pada poros dapat dihitung
dari
P
T =9,74 × 105 d ……..……………….....(elemen mesin,sularso,hal 7 )
n1
di mana : T = momen puntir (kgmm)
Pd = daya rencana (kW)
n₁ = putaran (rpm).
85, 044
T = 9,74 X 105 6000
T = 13805,476 kg.mm
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja karbon yang difinis
dingin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari ingot yang di-kill (baja yang
dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor, kadar karbon terjamin).
Jenis-jenis baja S-C beserta sifat-sifatnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 3.2 Batang baja karbon yang difinis dingin (Standar JIS)
Kekuatan Kekerasan
Perlakuan Diameter
Lambang Tarik HRC
Panas (mm) HB
(kg/mm2) (HRB)
20
20 atau kurang 58 - 79 (84) - 23 -
Dilunakkan
21 – 80 53 - 69 (73) - 17 144 – 216
S35C-D Tanpa 20 atau kurang 63 - 82 (87) - 25 -
dilunakkan 21 – 80 58 - 72 (84) - 19 160 – 225
20 atau kurang 65 - 86 (89) - 27 -
Dilunakkan
21 – 80 60 - 76 (85) - 22 166 – 238
S45C-D Tanpa 20 atau kurang 71 - 91 12 - 30 -
dilunakkan 21 – 80 66 - 81 (90) - 24 183 – 253
20 atau kurang 72 - 93 14 - 31 -
Dilunakkan
21 – 80 67 - 83 10 - 26 188 – 260
S55C-D Tanpa 20 atau kurang 80 - 101 19 - 34 -
dilunakkan 21 – 80 75 - 91 16 - 30 213 – 285
Elemen Mesin sularso, , hal 3
σB
τ a= ……………………( elemen mesin ,sularso , hal 8)
( Sf 1 × Sf 2 )
Dimana : τ a = tegangan geser izin (kg/mm2)
σ B = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
Sf 1 = faktor keamanan yang bergantung pada jenis bahan,
di mana untuk bahan S-C besarnya adalah 6,0.
Sf2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros,
di mana harganya berkisar antara 1,3 – 3,0.
Untuk harga Sf2 diambil sebesar 2,5 maka tegangan geser izin bahan
jenis S55C-D adalah :
91
τ a=
( 6,0× 2,5 )
τ a=6,067 kg /mm ²
21
Cb = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban
lentur,dalam perencanaan ini diambil 1,0 karena
diperkirakan tidak akan terjadi beban lentur.
T = momen puntir yang ditransmisikan (kgmm).
r₁
Ukuran Ukuran Ukuran standar h Ukuran standar t₂ dan referensi
Ukuran
nominal standar r₂
C l* Standar
pasak b, b₁, Diameter poros
Pasak prismatic Pasak t₁ Pasak Pasak Pasak
bxh dan b₂ yang dapat dipakai
Pasak luncur tirus prismatis luncur tirus
d**
2x2 2 2 0,16- 6-20 1,2 1,0
0,08-
3x3 3 3 0,25 6-36 1,8 1,4
0,16
4x4 4 4 8-45 2,5 1,8
5x5 5 5 10-56 3,0 2,3
6x6 6 6 14-70 3,5 2,8
3,0 ʺ 20-25
0,16-
0,25- 2,4 ʺ 22-30
0,5 0,25 Lebih dari 6-8
(7 x 7) 7 7 7,2 0,40 16-80 4,0 3,0 3,5 2,4 ʺ 30-38
8x8 8 18-90 4,0 0,9 ʺ 8-10
2,4 ʺ 38-44
10 x 8 10 22-110 5,0 1,2 ʺ 10-12
2,9 ʺ 44-50
12 x 8 12 7 28-140 5,0 3,3 1,7 ʺ 12-17
22
95-
5,4 ʺ 110
6,4 ʺ 110-
28 x 16 28 80-320 10,0
130
32 x 18 32 90-360 11,0
14 5,4
16 6,4
18 7,4
Elemen Mesin sularso, , hal 10
diameter bantalan 38
= =1,08
ds 35
β=1,3 .. …………………………..(elemen mesin, sularso, hal.11)
filet 0,45
= =0,012
ds 35
α =3,3 ………………………………(elemen mesin, sularso, hal.9)
23
T = momen puntir yang ditransmisikan (kgmm)
ds = diamater poros (mm).
5,1 ×13805,476
τ= 3
(35)
τ =1,642 kg/mm ²
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa τ a> τ (di mana τ a=¿ 6,067
kg/mm dan τ =1,73 kg /mm ²),sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran
2
3.1.8 Penentuan diameter poros, bahan poros, jari-jari filet, ukuran pasak dan alur
pasak.
τ a Sf ₂
:C b K t τ
α
6,067 ×2,5
:1,0 × 2,5× 1,73
3,3
Maka :
ds = 35 mm
Bahan poros = S30C-D
Diameter poros = ∅ 35 mm× ∅ 38 mm
Jari-jari filet = 1,5 mm
Pasak = 10 x 8
Alur pasak = 8 x 5,0 x 0,45
24
jumlah spline pada suatu konstruksi telah tertentu (berdasarkan standar
SAE).
Keterangan Gambar :
D = diameter luar spline
h = tinggi spline
w = lebar splin
L = panjang spline
d = diamater dalam spline
25
w = 0,098D
26
F
P = i .h.w ...................................( Statika , Ferdinan F Beer, hal 151 )
di mana : P = tegangan tumbuk (kg/mm2)
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
i = jumlah spline
h = tinggi spline (mm)
w = lebar spline (mm).
Jika tegangan tumbuk yang bekerja t lebih kecil dari tegangan tumbuk
izin ti, maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan
tumbuk. Tegangan tumbuk izin untuk bahan S55C-D adalah
σt 91
P= = =9,1
i 10 kg/mm2
Jika tegangan geser yang bekerja g lebih kecil dari tegangan geser
izin gi, maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan
geser. Tegangan geser izin untuk bahan S55C-D adalah :
τ gi =0,8×σ t =0,8×9,1=5,0687
kg/mm2
Di mana harganya adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan
tegangan geser kerjanya, g < gi, sehingga spline aman dari kegagalan
akibat tegangan geser.
27
3.3 Perancangan naaf
Gambar.4.2 Naaf
Keterangan Gambar :
D = diameter luar naaf
w = lebar gigi naaf
d = diameter dalam naaf
h = tinggi gigi naaf
L = panjang naaf
Ukuran naaf untuk berbagai kondisi operasi telah ditetapkan dalam standar SAE di
mana adalah sama dengan ukuran untuk spline. Ukuran-ukuran tersebut dapat
dilihat pada Tabel sebelumnya.
28
w = 0,098D
Dari data ukuran spline yang telah diketahui, lebar gigi naaf dapat
diperoleh dari :
π . Ds−i .Ws
w= ……….(Perencanaan Tehnik
i
Mesin,Joseph,hal 112)
29
14532 ,08
=758
F = 19 ,17 kg
Bahan untuk naaf dipilih sama dengan bahan untuk poros dan spline,
yaitu baja jenis S55C-D dengan kekuatan tarik b = 91 kg/mm2.
30
F = gaya yang bekerja pada naaf (kg)
i = jumlah naaf
w = lebar naaf (mm)
L = panjang naaf (mm).
Jika tegangan geser yang bekerja g lebih kecil dari tegangan geser
izin gi, maka spline yang direncanakan adalah aman terhadap tegangan
geser. Tegangan geser izin untuk bahan S55C-D adalah :
τ gi =0,8×σ t =0,8×9,1=5,25
kg/mm2
Di mana harganya adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan tegangan
geser kerjanya, g < gi, sehingga spline aman dari kegagalan akibat
tegangan geser.
d D
Keterangan Gambar :
D = diamater luar plat gesek
31
d = diameter dalam plat gesek
a = tebal plat gesek
b = lebar plat gesek
Tabel 3.5 Koefisien gesek antara berbagai permukaan beserta tekanan yang
diizinkan
µ pa
Bahan Permukaan Kontak
Kering Dilumasi (kg/mm2)
Besi cor dan besi cor 0,10 - 0,20 0,08 - 0,12 0,09 - 0,17
Besi cor dan perunggu 0,10 - 0,20 0,10 - 0,20 0,05 - 0,08
Besi cor dan asbes 0,35 - 0,65 - 0,007 - 0,07
Besi cor dan serat 0,05 - 0,10 0,05 - 0,10 0,005 - 0,03
Besi cor dan kayu - 0,10 - 0,35 0,02 - 0,03
Perencanana Tehnik Mesin , Joseph , hal 267
Untuk perancangan plat gesek ini digunakan bahan asbes yang
berpasangan dengan besi cor sebagai bahan flywheel dan plat penekan.
Beberapa alasan untuk pemakaian asbes dan besi cor antara lain:
1. Asbes mempunyai daya tahan terhadap temperatur yang sangat tinggi,
yaitu sampai sekitar 200 ºC.
2. Pasangan asbes dan besi cor mempunyai koefisien gesek yang besar.
Sesuai dengan Tabel 6-1 koefisien gesek dan tekanan yang diizinkan
untuk bahan asbes dan besi cor pada kondisi kering adalah:
µ = 0,35 – 0,65 : diambil harga rata-ratanya yaitu 0,5
pa = 0,007 – 0,07 kg/mm2 : diambil harga rata-ratanya yaitu 0,0385
kg/mm2
Tekanan pada bidang plat gesek tidak terbagi rata pada seluruh
32
permukaan, makin jauh dari sumbu poros tekanannya makin kecil. Jika
tekanan rata-rata pada bidang gesek adalah p, maka besar gaya yang
menimbulkan tekanan dan momen gesekan yang bekerja pada seluruh
permukaan gesek berturut-turut dirumuskan sebagai:
π
F= ( D 2−d 2 ) p
4
(D+d )
M g =μ . F . ..........................(Statika, Ferdinan F Beer, hal 111)
4
Karena bagian bidang gesek yang terlalu dekat pada sumbu poros
hanya mempunyai pengaruh yang kecil saja pada pemindahan momen, maka
besarnya perbandingan d/D jarang lebih kecil dari 0,5. Untuk perancangan
plat gesek ini perbandingan d/D diambil sebesar 0,6. Dengan memasukkan
harga-harga yang diketahui maka diperoleh gaya F yang dinyatakan dalam
D sebesar 3,08.10-3.D2 .
μ
F = ⋅[ D 2−(0,6D)2 ]⋅p
4
0,5
= ⋅[ D 2 -0,36D2 ]⋅0,0385
4
= 3,08⋅10-3⋅D 2
Selanjutnya dengan memasukkan persamaan gaya di atas ke
persamaan momen gesek maka diperoleh :
D+0,6D
Mg =μ⋅(3,08⋅10-3⋅D2 )⋅
4
= 0,5⋅3,08⋅10-3⋅D 2⋅
1,6D
4
= 6,16⋅10-4⋅D 3
3.4.3 Penentuan ukuran plat gesek
33
Mg > Mp
6,16 . 10-4 . D3 > 14532,08 kgmm
D ¿ 287 mm
Dalam perancangan plat gesek ini diameter luar plat gesek D diambil
sebesar 287 mm. Dengan memasukkan harga ini ke data yang telah
diketahui di atas diperoleh:
D= 287 mm
d = 0,6 D = 0,6 . 287 = 172,2 mm
D−d 287−172 ,2
= =57 , 4
b= 2 2 mm
Untuk menentukan tebal plat gesek yang sesuai, terlebih dahulu perlu
diketahui besarnya daya yang hilang akibat gesekan, yang mana dapat
diperoleh dari :
Mg⋅D .n⋅t⋅z
…………………….Machine and Design,hal 425)
Pg =
9,74⋅105⋅3600
di mana : Pg = daya hilang akibat gesekan (kW)
Mg = momen gesek yang bekerja pada plat gesek (kg.mm)
n = kecepatan sudut, dari data brosur diketahui sebesar
6000 rpm
t = waktu penyambungan kopling, diambil 0,3 detik
z = jumlah kerja tiap jam direncanakan 200 kali/jam
34
π
( 2872 −172,2 2 )
= 4
A = 41382,2 mm2 = 414 cm2
Maka tebal plat gesek yang direncanakan adalah
5000×1, 104
a = 414×8
= 1,67cm 1,7 cm
a = 17 mm
Pada konstruksi kopling Kijang Innova digunakan tiga jenis baut pengikat,
yaitu:
1. Baut pengikat poros penggerak dengan flywheel
2. Baut pengikat pegas matahari dengan plat penekan
3. Baut pengikat flywheel dengan penutup (cover) kopling.
Perancangan dari ketiga jenis baut tersebut akan diuraikan dalam bagian
berikut.
Gaya yang bekerja pada tiap baut adalah gaya geser yang besarnya diperoleh
dari :
M p …………………...............(Statika,Ferdinan F Beer,hal)
F 1=
n 1⋅R 1
35
14532,08
F= =53, 43kg
4 X 68
3.5.3 Analisa Tegangan
Pada baut terjadi tegangan geser yang besarnya dapat ditentukan dari
persamaan
F1
τ 1¿
π …………………….....(Statika,Ferdinan F Beer, hal 151)
⋅d 12
4
maka diperoleh:
53 , 43 68 , 06
τ g= =
π
d2 d2
4
= 3,03 kg/mm2
3.5.5 Penentuan ukuran
Jumlah baut yang dipakai untuk ikatan pegas matahari dengan plat
penekan adalah 4 buah. Prosedut perancangan untuk baut ini meliputi:
36
analisa gaya untuk gaya geser dan gaya tarik, analisa tegangan berupa
tegangan geser dan tegangan tarik, pemilihan bahan, dan penentuan ukuran
baut.
Gaya yang bekerja pada baut ini ada dua, yaitu gaya geser akibat
momen puntir dan gaya tarik akibat tarikan pegas matahari terhadap plat
penekan saat pedal kopling ditekan. Besar dari kedua gaya ini dapat
diperoleh dari:
Mp
F g2=
n 2⋅R 2
F t2 = F P '
n2
di mana : Fg2 = gaya gesek yang bekerja pada tiap baut
(kg)
Ft2 = gaya tarik yang bekerja pada tiap baut (kg)
Mp = momen puntir yang diteruskan, yaitu sebesar 14532,08
kgmm
FP' = gaya tarik yang diperlukan untuk melawan gaya tekan
pegas, dari perhitungan pada Bab 8 diperoleh sebesar
0,9656 kg
n2 = jumlah baut, yaitu 4 buah
R2 = jarak sumbu baut ke sumbu poros, yaitu sebesar 100 mm
Tegangan geser dan tegangan tarik yang terjadi pada baut masing-
masing diperoleh dari:
F
τ=
π
⋅d 2
4
F
σ=
π
⋅d 2
4 yang besarnya adalah:
37
36,33
τ=
π
⋅d 2
4
46,28
¿ 2
d
0,2414
σ=
π
⋅d 2
4
0,31
¿ 2
d
Bahan untuk baut ini dipilih sama dengan baut sebelumnya, yaitu baja
ST 24 dengan kekuatan tarik mulur (tensile yield strength) dan kekuatan
geser mulur (shear yield strength) sebagai berikut:
σ t = 5,25 kg/mm2
τ g = 3,03 kg/mm2
3.5.10 Penentuan ukuran
d 3,46 mm
38
Jumlah baut yang dipakai pada ikatan flywheel dengan penutup
kopling adalah sebanyak 9 buah. Prosedur perancangan untuk baut ini
adalah sebagai berikut :
Bahan untuk baut ini juga sama dengan kedua baut sebelumnya, yaitu
baja ST 24 dengan kekuatan tarik mulur (tensile yield strength) dan
kekuatan geser mulur (shear yield strength) sebagai berikut:
τ g≤τ g
14,7
≤ 3,03
d2
d ≥ 2,2 mm
Dalam perencanaan ini diambil harga diameter baut sebesar d =
8 mm
39
3.6 Perancangan bantalan
1. WN = berat naaf
W N =ρN . V N
Maka :
40
π
VN = ⋅( 41,222 -35,452 )⋅55 , 73
4
¿ 19353,52 mm 3
Maka berat naaf adalah :
WN = 7,8⋅10 -6⋅19353,52
= 0,151 kg
2. WG = berat plat gesek
V L=
π D −d b
(
4 L 2 L2 L)
Untuk : DL= diameter luar lingkar pembawa = 280 mm
dL = diameter dalam lingkar pembawa = 100 mm
bL = tebal lingkar pembawa = 16 mm
π
V L= ( 2802 −1002 ) 16
maka : 4
= 859104 mm3
3. WP = berat poros
WP = P . VP
41
di mana: P = massa jenis bahan poros, untuk bahan baja S55C-D
besarnya adalah 7,810-6 kg/mm3
VP = volume poros, yaitu :
π
.d 2 .L p
VP = 4 p
Untuk : dP = diameter poros = 35 mm
LP = panjang poros = 200 mm
π 2
.35 .200
Maka : VP = 4
= 192325 mm3
42
tunggal besarnya adalah 0,5
Fa = gaya aksial bantalan pendukung poros ini besarnya adalah
0
Maka :
Po = 0,6 . 7,3 = 4,38 kg
Maka yang diambil adalah P0 = 7,3 kg
diameter lubang :d = 35 mm
basic static load rating : C0 7,3 kg
basic dynamic load rating :C 180 kg
kecepatan putaran maksimum :n 4200 rpm
43
Dari katalog dipilih bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal
dengan nomor 6306 yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
diameter luar : D = 60 mm
diameter lubang : d = 30 mm
lebar : b = 15 mm
basic static load rating : C0= 154 kg
basic dynamic load rating : C = 230 kg
kecepatan putaran maksimum : n = 9500 rpm
Penjumlahan gaya yang bekerja dalam arah radial dan aksial adalah
sebagai berikut:
Fr = 0
Fa = FT
-3
= 9,625⋅10 kg
3.6.8 Penentuan Beban Ekivalen Statik dan Dinamik
P 0= 0,5⋅0+0,26⋅0 ,0096245
¿ 0,0025 kg
atau
Dari keduaPharga
0= 0
di atas diambil P0 = 2,5 10-3 kg.
44
3.6.9 Penentuan Basic Static Load Rating dan Basic Dynamic Load Rating
Dari katalog dipilih bantalan bola aksial satu arah dengan bidang rata
dengan nomor A-SD 3020 yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
diameter luar : D = 70 mm
diameter lubang : d = 40 mm
lebar : b = 15 mm
basic static load rating : C0= 1,1 kg
basic dynamic load rating : C = 24 kg
kecepatan putaran maksimum : n = 7200 rpm
45
Pasak umumnya dapat digolongkan atas beberapa macam, yaitu pasak
benam, pasak singgung, pasak rata, pasak pelana, pasak jarum, pasak
tembereng. Menurut letaknya pada poros dapat dibedkan antara pasak
pelana, pasak rata, pasak benam, dan pasak singgung, yang umumnya
berpenampang segi empat. Dalam arah memanjang dapat berbentuk
prismatic atau berbentuk tirus. Pasak benam prismatic ada yang khusus
dipakai sebagai pasak luncur. Di samping macam di atas ada pula pasak
tembereng dan pasak jarum.
Pasak luncur memungkinkan pergeserasan aksial roda gigi, dan lain-
lain pada pororsnya, seperti seplain. Yang paling umum dipakai adalah
pasak benam yang dapat meneruskan momen yang besar. Untuk momen
dengan tumbukan, dapat dipakai pasak singgung.
46
Sf 1 = faktor keamanan yang bergantung pada jenis bahan, di
mana untuk bahan S-C besarnya adalah 6,0.
Sf2 = faktor keamanan yang bergantung dari bentuk poros, di
mana harganya berkisar antara 1,3 – 3,0.
Untuk harga Sf2 diambil sebesar 2,5 maka tegangan geser izin bahan jenis
S55C-D adalah :
91
τ a=
( 6,0× 2,5 )
τ a=6,067 kg /mm ²
47
Kedalaman alur pasak pada naaf, t₂ = 3,3 mm
Maka : 6 × 4=24
48
Tekanan permukaan pasak yang diizinkan :
Pa=8 kg/mm ² ( untuk poros dengan diameter kecil )
415,2
P a= 8,3 kg/mm ²
15,2 ×3,3
lk
:0,75−1,5
ds
49
l k 43,75
= =1,25 → 0,75< 1,25<1,5(baik )
ds 35
Ukuran pasak = 10 x 8
Panjang pasak = 43,75 mm
Bahan pasak = S55C-D, difinis dingin, dilunakkan
Kopling plat adalah suatu kopling yang mengunakan satu plat atau
lebih yang dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan
porostersebut sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antara
sesamanya. Kontruksi kopling ini cukup sederhana dan dapat dihubungkan
dan dilepaskan dalam keadaan berputar. Karena itu kopling ini banyak
dipakai.
Kopling plat dapat dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat
banyak, yaitu berdasarkan atas banyaknya plat gesek yang dipakai. Juga
dapat dibagi atas kopling basah dan kering, serta atas dasar
pelayanannya(manual, hidrolik, numatik, dan elektromagnetis).
50
3.8.3 Gaya yang mengakibatkan tekanan
π 2
F= ( D 2−D21 ) p ………………….....(Elemen Mesin,sularso,hal 62 )
4
Dimana : D1= diameter dalam (mm)
D2= diameter luar (mm)
p = tekanan rata-rata pada bidang gesek, 0,02
kg/mm²\
F = gaya yang mengakibatkan tekanan
D1 / D2= 0,8 mm
Maka :
π
F= ( 12−0,82 ) D 22 × 0,02=0,00565 D 22
4
Jari-jari rata-rata :
D1 + D2 ( 0,8+1 ) D 2
rm= = =0,45 D2
4 4
2. Diameter dalam :
D 1=0,8 D 2
D1=0,8 × 310=248 mm
51
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
52
Sebagai penutup diberikan kesimpulan dan ringkasan dari elemen-elemen
mesin yang terdapat pada konstruksi kopling SUZUKI ERTIGA sesuai dengan
perhitungan/perancangan pada bab-bab sebelumnya.
1. Poros transmisi
Daya : N = 95 PS
Putaran : n = 6000 rpm
Diameter : ds = 35 mm
Bahan : baja S55C-D
2. Spline
Diameter luar : D = 40 mm
Diameter dalam : d = 35 mm
Tinggi : h = 2,85 mm
Lebar : w = 6,35 mm
Panjang : L = 55,03mm
Bahan : baja S55C-D
3. Naaf
Diameter luar : D = 41,22 mm
Diameter dalam : d = 35,45 mm
Tinggi : h = 2,88 mm
Lebar : w = 6,43 mm
Panjang : L = 55,73 mm
Bahan : S55C-D
4. Plat gesek
Diameter luar : D = 287 mm
Diameter dalam : d = 172,2 mm
Lebar : b = 57,4 mm
Tebal : a = 17 mm
Bahan : asbes dan besi cor
5. Baut
a. Baut pengikat poros penggerak dengan flywheel
Diameter : d1 = 10 mm
Bahan : baja ST 24
b. Baut pengikat pegas matahari dengan plat penekan
Diameter : d2 = 8 mm
Bahan : baja ST 24
c. Baut pengikat flywheel dengan penutup kopling
Diameter : d3 = 8 mm
Bahan : baja ST 24
6. Bantalan
a. Bantalan pendukung poros
Tipe : bantalan bola radial beralur dalam baris
53
tunggal
Nomor seri : 6306
Diameter luar : D = 60 mm
Diameter lubang : d = 30 mm
Lebar : b = 15 mm
Basic static load rating : C0 = 154 kg
Basic dynamic load rating : C = 230 kg
Kecepatan putaran maksimum: n = 9500 rpm
b. Bantalan pembebas
Tipe : bantalan bola aksial satu arah dengan
bidang rata
Nomor seri : A-SD 3020
Diameter luar : D = 70 mm
Diameter lubang : d = 40 mm
Lebar : b = 15 mm
Basic static load rating : C0 = 1,1 kg
Basic dynamic load rating : C = 2,4 kg
Kecepatan putaran maksimum: n = 7200 rpm
8. Kopling plat
Diameter luar bidang gesek : D2=310 mm
Diameter dalam : D1=248 mm
4. 2. Saran-saran
1. Untuk mengenal dan mengetahui bentuk dan cara kerja
54
kopling sebaiknya dilakukan survei ke laboratorium atau
ke bengkel mobil atau mesin.
2. Dalam hal perencanaan, sebaiknya bahan-bahan yang
dipilih harus sesuai dengan standar, agar konstruksinya
dapat dipakai sesuai dengan yang direncanakan.
3. Untuk pemilihan bahan-bahan yang dipergunakan,
hendaknya ukuran dari bahan tersebut harus
berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh.
4. Bagi masyarakat yang menggunakan DAIHATSU XENIA
sebagai transport barang, hendaknya mengenal dan
mengerti cara kerja dari kopling dan mesin serta dapat
memeliharanya atau merawatnya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
55
56